• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISA PENGARUH KEPUASAN KERJA, KEPEMIMPINAN, DAN KEMAMPUAN PEGAWAI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PEGAWAI BALAI PELAYANAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (BP3TKI) MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISA PENGARUH KEPUASAN KERJA, KEPEMIMPINAN, DAN KEMAMPUAN PEGAWAI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PEGAWAI BALAI PELAYANAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (BP3TKI) MEDAN"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PENGARUH KEPUASAN KERJA, KEPEMIMPINAN, DAN KEMAMPUAN PEGAWAI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PEGAWAI BALAI

PELAYANAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (BP3TKI) MEDAN

Peneliti :

Drs. Juara Simanjuntak, M.Si Ferry Panjaitan, SE,M.Si.

LEMBAGA PENELITIAN

(2)

Kemampuan Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan Pegawai Balai Pelayanan Penempatan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Medan

B. Bidang Ilmu : Ekonomi/Manajemen

C. Kategori Penelitian : Penelitian untuk mengembangkan fungsi kelembagaan perguruan tinggi.

Ketua Peneliti:

A. Nama Lengkap & Gelar: Drs. Juara Simanjuntak, M.Si. B. Jenis Kelamin : Laki-laki

C. Golongan/Pangkat : IIIc/Penata D. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli E. Jabatan Struktural : Kepala BAA

F. Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Manajemen Anggota

A. Nama Lengkap & Gelar: Ferry Panjaitan,SE, M.Si. B. Jenis Kelamin : Laki-laki

C. Golongan/Pangkat : III/a D. Jabatan Fungsional : E. Jabatan Struktural :

F. Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Manajemen

1. Lokasi Penelitian : Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Medan

2. Lama Penelitian : 6 Bulan (Maret 2012 s/d September 2012)

3. Biaya Penelitian : Rp. 6.000.000,- (Enam Juta Rupiah)

4. Sumber Biaya Penelitian : Lembaga Penelitian Rp. 2.000.000,- Biaya Sendiri Rp. 4.000.000,-

Medan, 25 Agustus 2012

(3)

Kualitas Pelayanan TKI ialah kegiatan pelayanan penempatan dan perlindungan TKI yang memiliki dimensi kemudahan, keterjangkauan, kecepatan, dan keamanan, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Kepuasan kerja, Kepemimpinan dan Kemampuan berpengaruh terhadap Kualitas Pelayanan TKI (Y) di BP3TKI Medan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) di BP3TKI Medan yang berjumlah 33 orang. Dari seluruh pegawai tersebut dijadikan sampel (sensus). Data dikumpulkan dengan wawancara, daftar pertanyaan dan studi dokumentasi dan variabel-variabel yang diteliti menggunakan skala Likert. Daftar pertanyaan terlebih dahulu diuji dengan menggunakan pengujian validitas dan reliabilitas, pengolahan data menggunakan perangkat lunak SPSS versi 20.0, dan dianalisis dengan analisis deskriptif dan pengujian hipotesis dengan regresi linear berganda.

Secara serempak variabel kepuasan, kepemimpinan, dan kemampuan berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Pelayanan TKI (Y) di BP3TKI Medan. Secara parsial variabel kepuasan tidak berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Pelayanan TKI (Y) di BP3TKI Medan hal ini ditunjukkan dengan nilai sig (0,593) lebih besar dari alpha (0,025). Variabel kepemimpinan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Pelayanan TKI (Y) di BP3TKI Medan hal ini ditunjukkan dengan nilai sig (0,593) lebih besar dari alpha (0,025). kemampuan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Pelayanan TKI (Y) di BP3TKI Medan hal ini ditunjukkan dengan nilai sig (0,000) lebih kecil dari alpha (0,025). Dalam pengujian ini kemampuan merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi Kualitas Pelayanan TKI (Y) di BP3TKI Medan.

(4)

i

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkatNya

peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini, kami menyadari penelitian ini masih

banyak kekurangan baik dalam analisis, penulisan, dan lain-lain. Penelitian ini

membahas tentang Pengaruh Kepuasan kerja, Kepemimpinan, dan Kemampuan

berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Pelayanan TKI (Y) di BP3TKI Medan.

Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari pihak pembaca untuk dapat

membangun penelitia ini dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan terima kasih kepada

pihak-pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian penelitian ini yaitu:

1. Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan

2. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen Medan

3. Ketua Lembaga Penelitian Universitas HKBP Nommensen Medan

Medan, 25 Agustus 2012 Ketua Peneliti,

(5)
(6)

iii

4.1.1. Visi Misi Perusahaan ... 36

4.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan ... 37

4.2. Karakteristik Responden ... 37

4.3. Penjelasan Responden atas Variabel Penelitian ... 39

4.4. Pengujian Asumsi Klasisk... 44

4.4.1. Uji Normalitas ... 44

4.4.2. Uji Multikolinierisitas ... 45

4.4.3. Uji Heteroskedastisitas ... 46

4.5. Hasil Penelitian ... 47

4.5.1. Analisis deskriptif ... 47

4.5.2. Koefisien Determinasi ... 48

4.5.3. Uji Serempak (Uji F) ... 49

4.5.4 Uji Parsial (Uji T)... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

5.1. Kesimpulan ... 53

5.2. Saran fxd.. ... 54

(7)

iv

Nomor ... Halaman

3.1. Jumlah Pegawai ... 26

3.2. Operasionalisasi Variabel... 28

4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 38

4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 38

4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja... 39

4.4. Penjelasan responden atas Variabel Kepuasan kerja ... 40

4.5. Penjelasan responden atas Variabel kepemimpinan ... 41

4.6. Penjelasan responden atas Variabel Kemampuan ... 42

4.7. Penjelasan responden atas Variabel Pelayanan ... 43

4.8. Hasil Uji Multikonearitas ... 46

4.9. Analisis Deskriptif Penelitian ... 48

4.10. Koefisien Determinan (R) ... 49

4.11. Uji Serempak ( Uji F ) ... 50

(8)

v

Nomor Gambar ... Halaman

2.1. Kerangka Konseptual ... 24

4.1. Struktur Organisasi PT. Catur Karya Sentosa ... 37

4.2. Uji Normalitas ... 44

4.3. Uji Normalitas PP-Plot ... 45

(9)

vi

Nomor ... Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 58

2. Hasil uji statistik ... 62

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi ini perkembangan kemajuan teknologi dan

informasi yang semakin pesat, maka mobilitas dan aktivitas manusia dalam

berbagai aspek kehidupan pun semakin bertambah dalam kegiatan ekonomi,

politik, sosial dan budaya. Salah satu yang paling menarik dan mendapat perhatian

baik secara nasional maupun internasional adalah pasar global yang

memungkinkan setiap orang bekerja dimanapun dia suka tanpa melihat negara,

ideology, ras, keturunan dan agama. Tentu saja koordinasi yang harmonis

diperlukan untuk bisa lebih baik oleh aparatur Negara dalam memberikan

perlayanan penempatan dan perlindungan kepada Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

yang saat ini lebih kurang mencapai 6 juta orang.

Perwujudan nyata dari sikap aparatur Negara dalam menjalankan tugas

dan fungsinya antara lain tercermin dari penyelenggaraaan pelayanan Tenaga

Kerja Indonesia sebagaimana amanat Undang Undang nomor 39 tahun 2004,

tentang tugas Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia (BNP2TKI) dan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) selaku pihak yang memberikan pelayanan

penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang lebih mudah,

murah, cepat dan aman. Undang Undang Nomor: 39 Tahun 2004 secara tegas

menyebutkan bahwa BNP2TKI mempunyai fungsi pelaksanaan kebijakan di

(11)

terintegrasi dan memberikan pelayanan, mengkoordinasikan, dan melakukan

pengawasan mengenai: 1) dokumen; 2) Pembekalan Akhir Pemberangkatan

(PAP); 3) penyelesaian masalah; 4) sumber sumber pembiayaan; 5)

pemberangkatan sampai pemulangan; 6) peningkatan kualitas calon TKI; 7)

informasi; 8) kualitas pelaksanaan penempatan TKI; dan 9) peningkatan

kesejahteraan TKI dan keluarganya.

Persoalannya kemudian adalah bagaimana pegawai yang ditempatkan

dalam struktur birokrasi tersebut dapat menjalankan fungsinya dalam kerangka

proses pencapaian tujuan organisasi yaitu dalam memberikan kualitas Pelayanan

yang baik. Sebab Kualitas Pelayanan merupakan ukuran sejauh mana kemampuan

pegawai untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan apa yang

diberikan oleh organisasinya berdasarkan Keputusan Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun 1983 tentang Pedoman Tata

Laksana Pelayanan Umum. Dalam hal ini untuk mempertahankan dan

meningkatkan kualitas pelayanan tentu saja berbagai pihak yang terkait dengan

perusahaan/Instansi harus memperhatikan faktor umum dan hampir selalu di kaji

dalam kinerja pegawai dalam peningkatan pelayanan pada tingkat kepemimpinan.

Sebab sebagai faktor yang mengarahkan organisasi dan pemberi contoh perilaku

terhadap pengikut (pegawai) juga kepemimpinan sangat menentukan

keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diharapkan sesuai

dengan kemajuan dan perkembangan zaman dimana perkembangan teknologi

serta kepemimpinan yang bersifat pelayanan dimana seorang pemimpin harus

berperan sebagai panutan, perintis jalan, motivator dan pemberdaya. (Robbins,

(12)

Senada dengan itu motivasi kerja juga memberikan pengaruh pada

kualitas pelayanan yang diberikan kepada Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Dengan

motivasi yang kuat pegawai akan melaksanakan peningkatan kualitas pelayanan

penempatan dan perlindungan TKI yang lebih baik. Motivasi kerja sebagai

kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara

perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja (Ivancevich, 2008). Di sisi

lain dalam menjalankan tugas sesuai fungsinya, maka akan ditentukan sejauh

mana pegawai tersebut memiliki komitmen terhadap instansinya. Komitmen akan

mencerminkan tingkat kesungguhan pegawai dalam menjalankan tugas dan

fungsinya. Sebab adanya komitmen yang tinggi akan memberikan pengaruh

positif terhadap tingkat pelayanan yang dihasilkan oleh karyawan (Thomas,

2009).

Penyelenggaraan pelayanan yang didapat di Balai Pelayanan

Penempatan dan Perlindungan Tenaga kerja Indonesia (BP3TKI Medan) dirasa

belum optimal. Pihak BP3TKI banyak menerima pengaduan dan keluh kesah

terkait kasus dan permasalahan yang dialami dari Calon Tenaga Kerja Indonesia

(CTKI) dan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) melalui layanan pengaduan Call

Center Pengaduan dan media lainnya hamper setiap tahunnya Yang bertanggung

jawab dalam memberikan perlindungan terhadap TKI adalah semua pihak yang

berkepentingan dengan Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri (PTKLN) yakni

Pemerintah , PPTKIS. Orang perorangan, Agency dan Pengguna. ( Inpres RI No.

06 tahun 2006 tentang Kebijakan Reformasi Sistim Penempatan dan

(13)

permasalahan TKI yang terjadi dalam program penempatan dan perlindungan TKI

sepanjang tahun 2011.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa fenomena tersebut

menunjukkan adanya hubungan antara kepemimpinan, motivasi kerja dan

komitmen dengan kualitas pelayanan TKI. Kualitas Pelayanan dijadikan sebagai

variabel dependen sedangkan variabel independen yang digunakan hanya dibatasi

pada peran kepemimpinan, motivasi, dan komitmen organisasi. Oleh karena itu

akan sangat berguna jika dilakukan penelitian untuk mendapatkan bukti-bukti

empiris mengenai hubungan kepemimpinan, motivasi kerja dan komitmen

terhadap kualitas pelayanan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang dilakukan di

Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI)

Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang diuraikan, maka dirumuskan masalah

sebagai berikut: bagaimana pengaruh Kepuasan kerja, Kepemimpinan, dan

Kemampuan, terhadap Kualitas Pelayanan di BP3TKI Medan

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh

Kepuasan kerja, Kepemimpinan dan Kemampuan berpengaruh terhadap Kualitas

Pelayanan TKI (Y) di BP3TKI Medan

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi pimpinan BP3TKI Medan, dalam rangka meningkatkan kepuasan kerja

(14)

2. Bagi Lembaga Penelitian Universitas HKBP Nommensen, merupakan

tambahan kekayaan penelitian studi kasus untuk dapat dipergunakan dan

dikembangkan.

3. Bagi Peneliti, dengan adanya penelitian ini diharapkan pengetahuan yang

dimiliki akan bertambah luas terutama mengenai Kepuasan kerja,

Kepemimpinan, kemampuan, dan pelayanan.

4. Bagi Peneliti berikutnya, sebagai referensi dalam melakukan penelitian

khususnya mengenai Kepuasan kerja, Kepemimpinan, kemampuan,dan

(15)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Peneliti Terdahulu

Sebagai bahan acuan hasil penelitian terdahulu dapat digunakan untuk

melakukan penelitian selanjutnya, walaupun terdapat perbedaan objek atau

variabel-variabel yang diteliti dan tempat penelitian tersebut dipakai sebagai

gambaran dan perbandingan bagi peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian.

1. Harahap (2007), melakukan penelitian dengan Judul Peningkatan Kualitas

Pelayanan penyaluran Tenaga Kerja Indonesia (Analisis Pengaruh antara

Kepemimpinan, Kemampuan dan Pendidikan Latihan Pegawai terhadap

Kualitas Pelayanan TKI (Kinerja pegawai di BNP2TKI). Penelitian

dilakukan melalui penyebaran kuaesioner pada Jumlah sampel 50 orang

responden, berjenis kelamin 68% laki-laki dan 32% berjenis kelamin

perempuan. Hasil penelitian dinyatakan bahwa variabel Kepemimpinan,

Kemampuan dan Pendidikan Latihan memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap mutu pelayanan kepada TKI, menggunakan metode analisis regresi

linier berganda , melalui uji f (pengujian secara simultan//serentak) dan uji t

(pengujian secara individu) berpengaruh signifikan terhadap Y (Pelayanan).

2. Lestari (2007) penelitian dengan judul Analisis Faktor – Faktor yang

berpengaruh Terhadap Pelayanan Pengurusan dokumen TKI pada Penyaluran

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Timur Tengah (Studi Kasus Pada PT.

Satria Muda Utama Jakarta) , Responden penelitian berjumlah 121

(16)

tanpa tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi . Structural Equation Modeling (SEM) yang dijalankan dengan perangkat lunak AMOS, digunakan untuk menganalisis data bahwa variabel Kepemimpinan dan

variabel Motivasi Kerja memberikan kaitan erat dan pengaruh yang signifikan

terhadap Kualitas Pelayanan Pengurusan paspor TKI. Pengaruh yang

ditunjukkan dikatakan bahwa variabel kepemimpinan memiliki pengaruh

yang paling dominan terhadap kualitas pelayanan kepada TKI.

2.2 Kepuasan Kerja

Seseorang yang melakukan suatu pekerjaan akan mempunyai perasaan

yang sama atau berbeda dengan orang lain terhadap pekerjaan, bagi seseorang

pekerjaan yang sama mungkin memberikan kepuasan bagi dirinya tetapi bagi

orang lain mungkin sebaliknya.

Menurut Susilo Martoyo (2000 : 14) kepuasan kerja (job satisfaction) dimaksudkan "keadaan emosional karyawan dimana terjadi ataupun tidak terjadi

titik temu antara nilai balas jasa karyawan dari sekolah dengan keinginan

karyawan tersebut. Sondang P. Siagian (1999 : 195) menyatakan kepuasan kerja

merupakan cara pandang seseorang, baik bersifat positif maupun bersifat negatif

tentang pekerjaannya. Banyak faktor yang perlu mendapat perhatian dalam

menganalisis kepuasan kerja seseorang. Sifat pekerja seseorang mempunyai

dampak tertentu kepada kepuasan kerjanya. Berbagai penelitian telah

membuktikan bahwa apabila dalam pekerjaannya seseorang mempunyai otonom

untuk bertindak, terdapat variasi, memberikan sumbangan penting dalam

(17)

pekerjaan yang dilakukannya, yang bersangkutan akan merasa puas. Situasi

lingkungan turut berpengaruh pada tingkat kepuasan kerja".

Jenis pekerjaan yang dilakukan seseorang dapat memberikan

kepuasankepada dirinya apabila pekerjaan tersebut dapat memenuhi

keinginannya, seberapa besar atau banyaknya keinginan tidak dapat

diperhitungkan secara jelas karena hal ini menyangkut pribadi orang. Stephen P.

Robbins (1996 : 181) menyatakan bahwa "kepuasan kerja sebagai sikap umum

individu terhadap pekerjaannya". Ada beberapa faktor da!am pekerjaan yang

mendorong kepuasan kerja adalah :

a. Pekerjaan yang dihadapi secara mental menantang, seseorang merasa puas jika

ia dapat menyelesaikannya.

b. Ganjaran yang diterima pantas, tidak dalam arti seberapa besar yang diterima

tetapi lebih berpengaruh kesesuaian dengan pengorbanan yang diberikan dan

mungkin keadilan.

c. Kondisi kerja mendukung, pekerjaan dapat dilakukan lebih baik karena ada

kondisi yang tidak menghambat pelaksanaannya.

d. Rekan sekerja mendukung karena seseorang bekerja tidak sendiri tetapi akan

selalu berhubungan dengan orang lain, apabila dalam hubungan ini terjadi

suasana mendukung maka ia akan merasa puas.

e. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan, setiap orang mempunyai

kemampuan, minat yang berbeda terhadap jenis pekerjaan karena tuntutan

kepribadian orang tersebut. Apabila pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan

(18)

2.2.1 Teori Kepuasan Kerja

a. Teori Dua Faktor dari Herzberg

Dua faktor menurut Herzberg yang dapat menimbulkan kepuasan atau

ketidakpuasan yaitu faktor pemeliharaan (hygiene) dan faktor pemotivasian. Faktor pemeliharaan antara lain : kebijakan perusahaan, pengawasan,

hubungan kerja, upah, kondisi kerja, status, dan keamanan kerja. Faktor

pemotivasian antara lain : dorongan berprestasi, kesempatan berkembang,

tanggung jawab.

Beberapa pernyataan tentang kepuasan kerja ada yang dihubungkan

dengan motivasi karena dua hal ini dapat merupakan faktor yang dapat

memberikan sumbangan terhadap prestasi kerja. Motivasi dan kepuasan kerja

merupakan dua hal yang dapat dibedakan sebagaimana dikemukakan oleh

Winardi (2001 : 137) yaitu bahwa "kepuasan merupakan sebuah kondisi akhir

yang timbul karena tujuan tertentu,motivasi berkaitan dengan keinginan-keinginan

dan bagaimana memenuhinya dalam situasi kerja”.

Kepuasan kerja muncul setelah seorang pegawai menerima hasil dari apa

yang telah ia laksanakan, dapat dalam bentuk perasaan puas atau sebaliknya tidak

puas, sedangkan motivasi lebih cenderung kepada keadaan yang akan datang yang

diharapkan sehingga mendorong pegawai tersebut untuk berusaha agar

keinginannya dapat terwujud di masa datang.

Sependapat dengan pernyataan di atas mengenai pengertian motivasi dan

kepuasan kerja dikemukakan oleh Lawler yang kutip oleh Hersey dan Kenneth

(19)

relationship between performance and rewards, while satisfaction refers to people's feeling about the rewards they have received. Thus satisfaction is a consequence of past events while motivation is a consequence of their

expectations about the future.

2.3. Teori Kepemimpinan

2.3.1 Pengertian dan Definisi Kepemimpinan

Pada suatu organisasi pimpinan merupakan unsur terpenting, karena

memiliki daya kemampuan mempengaruhi dan menggerakkan manusia lainnya

bekerja untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan merupakan proses dimana

pimpinan mempengaruhi sikap dan perilaku pengikut untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Kepemimpinan merupakan faktor yang paling penting dalam

kegiatannya menggerakkan orang lain untuk bekerja sama dalam pencapaian

tujuan.

Robbins dan Judge (2008:49) mendefenisikan kepemimpinan (leadership)

sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai suatu

visi atau serangkaian tujuan yabng ditetapkan. Hersey, Blanchard dan Johnson

(2007) : “Leadership is the process of influencing theactivities of an individual or

a group in efforts toward goal achievement in a givensituation “

(Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan – kegiatan seseorang

atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam suatu situasi tertentu).

Cleary (2009) membagi defenisi kepemimpinan dilihat dari aneka sudut pandang

antara lain :

(20)

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan mempengaruhi,

mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih) agar bekerja sama

dalam menentukan tujuan melaksanakan kegiatan -kegiatan yang

terarahpada tujuan bersama.

2) Dalam konteks Struktural

Kepemimpinan diartikan sebagai proses pemberian motivasi agar

orang-orang yang dipimpin melakukan kegiatan atau pekerjaan sesuai

dengan program yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga berarti

usaha mengarahkan, membimbing, dan mempengaruhi orang lain, agar

pikiran dan kegiatannya tidak menyimpang dari tugas pokok unit /

bidangnya masing-masing. Kepemimpinan merupakan inti dari

manajemen yang berarti bahwa menajemen akan mencapai sasarannya

apabila ada kepemimpinan yang tepat.

3) Dalam konteks nonstruktural

Kepemimpinan diartikan sebagai proses mempengaruhi pikiran,

perasaan, tingkah laku dan mengarahkan semua fasilitas untuk

mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan secara bersama pula.

Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa

kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu

maupun masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang

ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau

organisasi. Hersey dan Blanchard (dalam Cleary, 2009) dalam konteks

Kepemimpinan situasional adalah merupakan kepemimpinan yang didasarkan

(21)

yang diberikan pemimpin (perilaku tugas), (2). Tingkat dukungan sosioemosional

yang disajikan pemimpin (perilaku hubungan) dan (3).Tingkat kesiapan yang

diperlihatkan bawahan dalam melaksanakan tugas, fungsi atau tujuan tertentu

(kematangan bawahan). Berdasarkan teori kepemimpinan situasional, tidak ada

satu gaya kepemimpinan yang paling efektif untuk semua organisasi.

Kepemimpinan yang efektif adalah perilaku kepemimpinan yang sesuai dengan

karakteristik organisasi, terutama kondisi kematangan bawahan.

Dari deskripsi diatas dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan adalah

proses pengaruh sosial yang mengandung dimensi komunikasi, pemberdayaan

untuk mendorong para bawahan serta pemberi jalan dan kesempatan berinovasi

dan berinpirasi dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran organisasi.

2.3.2. Model – model Kepemimpinan

Robbins dan Judge (2008) mengemukakan ada empat macam model

kepemimpinan bila dikaitkan dengan ciri kepribadian seorang pemimpin. Yaitu :

1. Model kepemimpinan kontigency (Model Fiedler.l974),

2. Model jalur-tujuan (Model Houss Path Goal, l974);

3. Model Partisipasi (Model Vroom-Yetton,l973) dan

4. Model situasi (l977).

Dari keempat model tersebut situasi merupakan penyempurnaan dari

kelemahan-kelemahan teori yang ada sebelumnya.

Hersey dan Blanchard (dalam Cleary, 2009) membagi dua dimensi model

situasional

a). Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction)

(22)

orang-orang yang dipimpinnya. Pengembangan model situasi merupakan

pendekatan kepemimpinan baru yang dikenal dengan pendekatan

kepemimpinan situasional.

b). Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan

orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok

kelompok atau organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui

keputusan-keputusan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemimpin

2.3.4Peran Pemimpin

Peran kepemimpinan meliputi memotivasi bawahan dan menciptakan

kondisi yang menyenangkan dalam melaksanakan pekerjaan kepemimpinan

berusaha untuk membuat perubahan dalam organisasi dengan (1) menyusun visi

masa depan dan strategi untuk membuat perubahan yang dibutuhkan (2)

mengkomunikasikan dan memperjelas visi, dan (3) memotivasi dan memberi

inspirasi kepada orang lain untuk mencapai visi itu, dan kepemimpinan sebagai

hubungan pengaruh ke berbagai arah antara pemimpin dan bawahannya yang

mempunyai tujuan yang sama dalam mencapai perubahan yang sebenarnya. Dalam

penelitian definisi operasional dari kepemimpinan akan tergantung pada seberapa

luas tujuan para peneliti (Allen , Meyer dan Smith, 1997).

Dalam perspektif pelayanan publik, peran pemimpin harus mampu

membawa organisasi publik memberikan pelayanan prima. Karena pada

hakekatnya dibentuknya organisasi publik adalah untuk memberikan pelayanan

kepada masyarakat. bahwa organisasii publik dikatakan efektif apabila dalam

realita pelaksanaannya birokrasi dapat berfungsi melayani sesuai dengan

(23)

dalam pelayanan tersebut, cepat dan tepat dalam memerikan pelayanan, serta

mampu memecahkan fenomena yang menonjol akibat adanya perubahan sosial

yang sangat cepat dari faktor eksternal.

2.3.5 Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan

seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi orang lain seperti

yang ia lihat (Robbins dan Judge, 2008). Kebanyakan orang menganggap gaya

kepemimpinan merupakan tipe kepemimpinan. H a l i n i b a h w a g a y a

k e p e m i m p i n a n seseorang adalah identik dengan tipe kepemimpinan orang

yang bersangkutan/

Ada beberapa ciri perilaku yang menunjukkan gaya kepemimpinan yang

berorientasi pada tugas dan hubungan manusia. Goleman dan Boyatzis (2003)

mengemukakan empat ciri, yaitu memberikan dukungan, menjalin interaksi,

merancang tugas-tugas dan menetapkan tujuan. Dua komponen menunjukkan

perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada tugas, yaitu merancang tugas-tugas

dan menetapkan tujuan. Dua komponen menunjukkan perilaku kepemimpinan

yang berorientasi pada hubungan manusia, yaitu memberikan dukungan dan

menjalin interaksi. Berdasarkan dua orientasi kepemimpinan tersebut, selanjutnya

gaya kepemimpinan bisa diklasifikasi menjadi empat, yaitu: (1) task oriented leadership, yakni gaya kepemimpinan yang berorientasi tinggi pada tugas, dan rendah pada hubungan manusia, (2) relationship oriented leadership, yakni gaya

kepemimpinan yang berorientasi tinggi pada hubungan manusia, tetapi rendah

pada tugas, (3) integrated leadership, yakni gaya kepemimpinan yang

(24)

leadership, yakni gaya kepemimpinan yang berorientasi rendah pada tugas dan hubungan manusia (Goleman dan Boyatzis, 2003) Pendekatan gaya

kepemimpinan menjelaskan perilaku kepemimpinan yang membuat seseorang

menjadi pemimpin yang efektif. .

Efektivitas kepemimpinan seseorang pada tingkat yang sangat dominant

ditntukan oleh kemampuannya untuk membaca situasi yang dihadapi dan

menyesuaikan dengan gaya kepemimpinannya sedemikian rupa agar cocok

dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi yang dihadapi. Kepemimpinan

situasional menggunakan dua dimensi kepemimpinan yang sama seperti dikenali

oleh Fiedler: perilaku tugas dan hubungan. Tetapi Hersey dan Blanchard (2007)

melangkah lebih jauh dengan menganggap masing masing dimensi sebagai tinggi

atau rendah dan kemudian menggabung semuanya menjadi empat perilaku

pemimpin yang spesifik: Terdapat empat gaya kepemimpinan situasional yaitu :

1. Telling/ konsultatif (orientasi tugas tinggi-hubungan rendah); pemimpin mendefinisikan peranan-peranan yang dibutuhkan untuk melakukan

tugas dan mengatakan pada pengikutnya apa, dimana, bagaimana dan

kapan untuk melakukan tugas-tugasnya.

2. Selling/instruktif (orientasi tugas tinggi hubungan tinggi) : pemimpin menyedikan instruksi-lntruksi terstruktur bagi pengikutnya tetapi juga

sportif. Melalui komunikasi dua arah dan penjelasan-penjelasan terarah

tentang hal-hal yang perlu dilakukan, pemimpin juga harus

mengusahakan dukungan secara psikologis agar para pegawai secara

(25)

3. Participating/peran serta (orientasi tugas rendah-hubungan tinggi) : pemimpin dan pengikut saling berbagi dalam keputusan-keputusan

menegenai bagaimana yang paling baik untuk menyelesaikan suatu tugas

dengan kualitas tinggi.

4. Pendelegasian (orientasi tugas rendah- hubungan rendah ) : pemimpin menyediakan sedikit pengarahan secara seksama, spesifik, atau

dukungan pribadi terhadap pengikutnya.

Dari uraian diatas maka defenisi kepemimpinan adalah Proses pengaruh

sosial yang mengandung dimensi komunikasi dan pemberdayaan serta pemberi

jalan dan kesempatan berinnovasi dan berinpirasi dimana pemimpin

mengupayakan partisipasi sukarela para bawahannya dalam usaha mencapai

tujuan dan sasaran organisasi. Selanjutnya gaya atau model kepemimpinan pada

instansi BP3TKI Medan diidentifikasi berupa pendekatan model Kepemimpinan

yang Situasional. Pendekatan ini, menggambarkan bahwa gaya yang digunakan tergantung pada pemimpinnya sendiri, dukungan, pengikutnya, dan situasi yang

kondusif. Untuk menganalisis motivasi pokok bawahannya, pemimpin dapat

menempatkan pada situasi yang sesuai. Kualitas hubungan pemimpin dengan

anggota kelompok adalah yang paling berpengaruh pada efektivitas

kepemimpinannya sehingga kepemimpinannya tidak begitu perlu mendasarkan

pada kekuasaan formalnya. Sebaliknya, jika ia tidak disegani atau tidak dipercaya

maka ia harus didukung oleh peraturan yang memberi ketenangan untuk

(26)

2.4. Kemampuan

Kemampuan adalah sifat ( bawaan lahir atau dipelajari) yang

memungkinkan seseorang melakukan sesuatu yang bersifat mental atau fisik

(Gibson, 1992: 54-55). Kemampuan sering kali mempunyai arti yang menyangkut

inteligensi, batasan inteligensi sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri

dengan sebaik-baiknya terhadap lingkungan. Tingkat inteligensi seseorang sangat

menentukan kekuasaannya dalam bekerja (As’ad, 1991:5). Dalam pekerjaan

seseorang yang memiliki inteligensi yang tinggi akan mampu/sanggup mengatahi

masalah-masalah yang sulit dalam pekerjaanya dan sebaliknya sumber daya

manusia yang memiliki inteligensi yang rndah akan sulit memecahkan masalah

dalam pekerjaanya.

Kemampuan yang didasari oleh kreativitas dan keterampilan adalah proses

mental yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Bloom (1981),

menyatakan bahwa: ”Abilities and skill refer to organized modes of operation and

generalized techniques with materials and skill objectives emphansize the mental

processes of organizing and reorganizing material to achieve a particular purpose.” Sutermeister, (1976) mengatakan bahwa kemampuan adalah faktor

penting dalam meningkatkan produktifitas kerja, kemampuan berhubungan

dengan pengetahuan (Knowledge) dan keterampilan (Skill) yang dimiliki seseorang. Selanjutnya (Davis 1994) mengatakan bahwa ”Skill is learned but an

abilities (for example: to react of quikly) is general characteristic of the performer and can be used in a veriety of skill”. Pendapat ini menunjukkan bahwa keterampilan dan kemampuan adalah dua hal yang saling berhungan

(27)

mengerjakan pekerjaannya. Menurut Gibson (1987) : Variabel kemampuan dan

ketrampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku kerja dan

kinerja individu. Sedangkan variabel demografis mempunyai pengaruh yang tidak

langsung.

Keterampilan atau kemampuan dapat dipelajari dan dikembangkan dari

pengalaman, umpan balik dan praktik, seperti keterampilan dan kemampuan

komunikasi, interpersonal dan beberapa kemampuan mental. (Dale, 2003)

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

kemampuan individu ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya: tingkat

pendidikan, pengalaman, pengetahuan, keterampilan, dan pelatihan yang pernah

diikuti oleh individu tersebut.

2.5.4 Kualitas Pelayanan TKI 2.5.4.1. Pengertian

Kualitas Pelayanan TKI ialah kegiatan pelayanan penempatan dan

perlindungan TKI yang memiliki dimensi kemudahan, keterjangkauan,

kecepatan, dan keamanan. Sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 39

tahun 2004, tentang tugas Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) dan Balai Pelayanan Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) untuk dapat memberikan

pelayanan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri yang lebih Mudah,

Murah, Cepat, dan Aman.

Program Nasional Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar

negeri merupakan salah satu altematif yang strategis untuk mengatasi

(28)

meningkatnya jumlah angkatan kerja lebih besar dari pada meningkatnya jumlah

kesempatan kerja (over supply), hal ini mengakibatkan jumlah penganggur dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pengertian pelayanan umum menurut

Keputusan Menpan nomor 81 tahun 1993 tentang Pedoman Tata Laksana

Pelayanan Umum, adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang

dilaksanakan oleh instansi pemerintahan pusat, di daerah, dan dilingkungan

badan usaha milik negara/ daerah dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam

rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka

pelaksanaan ketentuan peraturan perundangan-undangan.

2.5.4.2 Kriteria Pelayanan TKI

Sinambela (2006:194) mengutarakan tentang sejumlah kriteria yang

menjadi ciri pelayanan atau jasa sekaligus membedakannya dari barang dan

jasa yaitu:

1) Pelayanan merupakan output tak terbentuk.

2) Pelayanan merupakan output variabel, tidak standar.

3) Pelayanan tidak dapat disimpan dalam inventori, tetapi dapat

diasumsikan dalam produksi.

4) Terdapat hubungan langsung yang erat dengan pelanggan melalui

proses pelayanan.

5) Pelanggan berpartisipasi dalam proses memberikan pelayanan.

6) Keterampilan personel diserahkan atau diberikan secara langsung

kepada pelanggan.

(29)

8) Membutuhkan pertimbangan pribadi yang tinggi dari individu yang

memberikan pelayanan.

9) Perusahaan jasa pada umumnya bersifat padat karya.

10) Fasilitas pelayanan berada dekat lokasi pelanggan.

11) Pengukuran efektifitas pelayanan bersifat subjektif.

12) Pengendalian kualitas terutama dibatasai pada penegndalian proses.

13) Option penetapan harga lebih rumit.

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) dalam

keputusannya Nomor : 81/1993 menegaskan bahwa pelayanan yang

berkualitas hendaknya sesuai dengan sendi-sendi sebagai berikut :

(1) Kesederhanaan, dalam arti bahwa prosedur/tata cara pelayanan

diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat dan tidak berbelit-belit

serta mudah difahami dan dilaksdanakan.

(2) Kejelasan dan kepastian, menyangkut Prosedur/tata cara pelayanan

umum, Persyaratan pelayanan umum, baik teknis maupun

administratif, Unit kerja atau pejabat yang bertanggung jawab dalam

memberikan pelayanan umum, Rincian biaya/tarif pelayanan umum

dan tata cara pembayaranya, jadwal waktu penyelesaian, hak dan

kewajiban dari pemberi dan penerima layanan.

(3) Keamanan, dalam arti bahwa proses serta hasil pelayanan umum dapat

memberikan keamanan dan kenyamanan serta dapat memberikan

kepastian hukum.

(4) Keterbukaan, dalam arti bahwa prosedur/tata cara, persyaratan, satuan

(30)

penyelesaian dan rincian biaya/tarif dan hal-hal lain yang yang

berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib diinformasikan secara

terbuka agar mudah diketahui dan difahami oleh masyarakat, baik

diminta maupun tidak diminta.

(5) Efisien, meliputi Persyaratan pelayanan umum hanya dibatasi pada

hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan

dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan

produk pelayanan umum yang diberikan.

(6) Ekonomis, dalam arti pengenaan biaya pelayanan umum harus

ditetapkan secara wajar.

(7) Keadilan yang merata dalam arti cakupan atau jangkauan pelayanan

umum harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata

dan diperlakukan secara adil.

(8) Ketepatan waktu, dalam arti pelaksanaan pelayanan umum dapat

diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

Kualitas pelayanan merupakan sesuatu yang kompleks, sehingga

untuk menentukan sejauh mana mutu dari pelayanan tersebut harus dibuat

tolak ukurnya. Menurut FitzSimmons yang dikutip oleh Riduwan (2005, 249)

mangatakan bahwa kualitas pelayanan merupakan suatu yang kompleks,

sehingga untuk menentukan sejauh mana kualitas pelayanan tersebut, dapat

dilihat dari lima dimensi yaitu :

(31)

2) Responsiveness, kesadaran atau keinginan untuk membantu konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat.

3) Assurance, pengetahuan atau wawasan, kesopansantunan,

kepercayaan diri dari pemberi layanan, serta respek terhadap

konsumen.

4) Empathy, kemauan pemberi layanan untuk melakukan pendekatan, memberikan perlindungan, serta berusaha untuk

mengetahui keinginandan kebutuhan konsumen.

5) Tangibles. Penampilan para pegawai dan fasilitas fisik lainnya, seperti peralatan atau perlengkapan yang menunjang pelayanan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Kualitas

Pelayanan TKI adalah kegiatan penempatan dan perlindungan TKI

antara lain : Rekrutmen, Pelatihan, Pembekalan Akhir Pemberangkatan

(PAP), Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN),

Pemberangkatan, Perlindungan, Bantuan konsultasi, Pemulangan,

Pemberdayaan, dan Penempatan kembali (reentry) menggunakan tolok ukur

reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangibles.

2.6. Kerangka Konseptual

Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan

tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,

mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan

mempunyai kaitan erat dengan motivasi. Hal ini dapat dilihat dari

keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam

(32)

kemampuan, dalam menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan,

kolega, maupun atasan sendiri dan pada gilirannya akan meningkatkan

kinerja dan kualitas pelayanan.

Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa kepemimpinan

memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas kinerja seseorang dalam

memberikan pelayanan, sebagaimana penelitian yang dilakukan Howell dan

Hall (2005:42). Lebih dari itu kepemimpinan yang efektif mengarah kepada kesuksesan kinerja. Ini memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan

kualitas pelayanan yang diberikan.

Jadi Kepemimpinan yang baik atau ideal yaitu kepemimpinan yang

mampu menciptakan budaya organisasi yang kondusif, saling mendukung

satu sama lain, saling menguatkan yang akan membangkitkan energi

organisasi dalam menghadapi tantangan dan tugas organisasi di era

globalisasi yang semakin menuntut adanya kepemimpinan yang mampu

menciptakan dan nembawa para bawahannya / pegawai untuk bertindak

strategis yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas pelayanan

TKI. Selain dari Kepemimpinan, Motivasi kerja, dan Komitmen, juga akan

berpengaruh terhadap Kualitas Pelayanan TKI. Uraian tersebut diatas dapat

(33)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.7. Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah dan kerangka pemikiran diatas

dapat dibuat rumusan hipotesis sebagai berikut: Kepuasan kerja,

Kepemimpinan, dan Kemampuan berpengaruh signifikan terhadap Kualitas

Pelayanan TKI (Y) di BP3TKI Medan. Kepemimpinan

(X2)

Kemampuan (X3)

Kualitas Pelayanan TKI (Y)

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian ini menurut sifatnya adalah deskriptip kuantitatif yaitu

pendekatan studi kasus yang didukung survei. menurut Kuncoro (2009)

Adapun sifat penelitian adalah explanatory research Kuncoro (2009) menyatakan bahwa penelitian explanatory merupakan penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta

hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Balai Pelayanan Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Medan yang terletak di jalan

Pendidikan No. 357 desa Marendal I Medan, Sumatera Utara.

Waktu Pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan mulai Maret 2012

sampai dengan September 2012

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah kelompok atau kumpulan dari seluruh elemen atau

(35)

(Kuncoro, 2009). Menurut Arikunto (2010) apabila subjek kurang dari 100

orang, maka lebih baik diambil seluruhnya sehingga penelitiannya merupakan

penelitian populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pegawai

Negeri Sipil (PNS) di BP3TKI Medan yang berjumlah 33 orang. Dari

seluruh pegawai tersebut dijadikan sampel (sensus). Populasi dapat dilihat

pada tabel 3.1 di bawah ini:dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jumlah Pegawai BP3TKI Medan

No UNIT KERJA JUMLAH

1 Sub Bagian Tata Usaha 8

2 Seksi Kelembagaan dan Pemasyarakatan Program

6

3 Seksi Penyiapan Penempatan 9

4 Seksi Perlindungan dan Pemberdayaan

6

Jumlah 33

Sumber : Bagian Tata Usaha BP3TKI Medan Mei 2012

3.4. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner, yang diberikan kepada pegawai BP3TKI Medan.

2. Wawancara, kepada yang lebih berwenang sesuai dengan kebutuhan

dalamn penelitian.

3. Studi dokumentasi, dengan mempelajari dokumen pendukung yang

(36)

3.5. Jenis dan Sumber Data 3.5.1. Data Primer

Data Primer yaitu data penelitian yang diperoleh langsung dari asli

(tidak melalui perantara) dan dat dikumpulkan secara khusus untuk

menjawab kuesioner penelitian yang sesuai dengan keinginan peneliti

(Kuncoro, 2009). Data Primer diperoleh langsung dari responden melalui

wawancara dan daftar pertanyaan (kuesioner).

3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian secara tidak

langsung melalui perantara diperoleh dan dicatat oleh pihak lain (Kuncoro,

2009). Data sekunder diperoleh dari studi dokumentasi, literature, dan jurnal

yang berkaitan dengan topik penelitian ini.

3.6. Identifikasi dan DefinisiOperasional Variabel. 3.6.1. Identiifikasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu

Kepuasan kerja, Kepemimpinan, dan kemampuan, (XI, X2, X3 dan X4 ),

serta variabel terikat yaitu Kualitas Pelayanan TKI ( Y).

3.6.2. Definisi Operasional

Defenisi operasional variabel dari hipotesis pertama dapat dilihat

(37)

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Penelitian :

variabel, defenisi, dimensi, indikator dan skala pengukuran

Kepuasan Kerja adalah situasi emosional dari diri seseorang yang memberikan kebanggaan pada dirinya dan memunculkan kepuasan atas prestasi dan kinerja yang telah dilakukannya dan memotivasi dirinya untuk bekerja semakin lebih baik

1. Rasa Puas Terhadap Pekerjaan 2. Loyalitas

Proses pengaruh sosial yang mengandung dimensi komunikasi dan pemberdayaan serta pemberi jalan dan kesempatan berinnovasi dan berinpirasi dimana pemimpin mengupayakan partisipasi sukarela para bawahannya dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran organisasi

1. Instruksi tugas

Kemampuan adalah sifat ( bawaan lahir atau dipelajari) yang memungkinkan seseorang melakukan sesuatu yang bersifat mental atau fisik. perlindungan TKI antara lain rekrutmen, Pelatihan, Pembekalan akhir pemberangkatan (PAP), Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN), pemberangkatan, pemberian konsultasi, perlindungan, keamanan, asuransi, pemulangan, pemberdayaan, penempatan kembali (reentry) dan lain-lain

(38)

3.7. Uji validitas dan Reliabilitas 3.7.1. Uji validitas Instrumen

Untuk menguji tingkat validitas instrumen penelitian atau alat

pengukur data menggunakan teknik korelasi product moment dari person dengan angka dasar (Sugiono, 2005, 182).

Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas

suatu alat ukur semakin tinggi validitasnya maka alat ukur tersebut semakin

menunjukkan semakin mengenai sasarannya, atau semakin menunjukkan

apa yang seharusnya diukur. Pengujian akan dilakukan kepada 40 orang

responden di instansi BP3TKI lain yang memiliki beberapa persamaan

dengan objek penelitian yaitu BP3TKI Mataram di jl. …. yang bergerak di

bidang pelayanan dan penempatan Tenaga Kerja Indonesia.

Perhitungan dilakukan untuk semua variabel yang instrumen

pengukurannya menggunakan angket/kuesioner dengan rumusnya adalah :

Dimana :

rxy = Koefisien validitas item yang dicari

X = Skor responden untuk tiap item

Y = Total skor tiap responden dari seluruh item

∑X = Jumlah total skor dalam distribusi X

∑Y = Jumlah skor dalam distribusi Y

∑X2 = Jumlah kuadrat masing-masing skor X ∑Y2 = Jumlah kuadrat masing-masing skor Y

(39)

Dasar pengambilan keputusan adalah :

1. Bila nilai r hitung > tabel, maka item tersebit valid

2. Jika nilai r hitung < r tabel, maka item tersebut tidak valid

3.7.2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejumlah mana suatu

alat pengukur (daftar pernyataan) dapat dipercaya atau dapat diandalkan.

Artinya suatu alat pengukur jika dipakai dua kali untuk mengukur gejala

yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten. Dalam hal

ini uji reabilitas yang digunakan adalah koefisien reliabilitas internal dari

Alpha dengan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Dimana :

α = Reliabilitas instrumen (cronbach alpha)

k = Banyaknya butir pertanyaan

σb2 = Varians total

Menurut Sumarsono (2004), Reliabilitas adalah alat untuk mengukur

suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu

kuesioner dikatakan realibel atau handal jika jawaban sseorang atau

pertanyaan adalah konsiste atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran

realibilitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) Repeated Measure atau

pengukuran ulang, (2) One Shot atau pengukuran sekali saja. Sumarsono

(2004) menyatakan bahwa realibilitas yang kurang dari 0,6 adalah kurang baik

(40)

3.8. Metode Analisis Data

3.8.1. Regeresi Linier Berganda

Berfungsi untuk meramalkan nilai variabel terikat apabila variabel

bebas minimal dua atau lebih, sehingga rumus yang digunakan adalah:

Y = f (X1,X2,X3)

Digunakan model Regeresi Linier Berganda, untuk mengetahui

pengaruh kepemimpinan, motivasi kerja dan komitmen terhadap kualitas

pelayanan TKI BP3TKI Medan.

Persamaan regresi liniernya sebagai berikut:

Y = a+b1X1 +b2X2+b3X3+e

Dimana:

Y = Kualitas Pelayanan TKI (variabel terikat)

X1 = Kepuasan Kerja(variabel bebas)

X2 = Kepemimpinan (variabel bebas)

X3 = kemampuan (variabel bebas)

X4= Komitmen(variabel bebas)

a = Konstanta atau Koefisien regresi yang menunjukkan angka

peningkatan atau penurunan variabel terikat yang didasarkan pada

hubungan nilai variabel bebas.

b1 = Koefisien regresi variabel X1.

b2 = Koefisien regresi variabel X2

b3 = Koefisien regresi variabel X3

b4 = Koefisien regresi variabel X4

(41)

Pada penelitian ini, seluruh pengolahan data dan analisis dilakukan

dengan menggunakan piranti lunak software SPSS (Statistical Product and

Service Solution) Versi 18,00.

3.8.2. Uji Hipotesis

Untuk menguji signifikansi pengaruh yaitu hubungan yang ditemukan

itu berlaku untuk keseluruhan populasi, maka perlu pengukuran koefisien

determinasi,diuji dan dengan uji signifikansinya regresi uji f dan uji t.

a. Koefisien Determinasi (R2)

Bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model, yaitu

kepemimpinan, motivasi kerja, dan komitmen dalam menerangkan variasi

dari variabel kualitas pelayanan pegawai di BP3TKI Medan. Menurut

Koncuro (2009) menyatakan bahwa secara umum koefisien determinasi untuk

data silang (crossection) relative rendah karena adanya variasi yang besar

antara masing-masing pengamatan.

b. Uji Serempak (Uji F) ditujukan untuk menguji signifikansi seberapa kuat pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat. Digunakan statistik F

dengan kriteria pengambilan keputusan

1). Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima, H1ditolakpada α5%,

2) Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak, H1diterimapada α5%,

Ho : b1,b2,b3 = 0 artinya Kepuasan kerja,

Kepemimpinan,kemampuan dan komitmen pegawai BP3TKI Medan

secara serempak tidak berpengaruh terhadap kualitas pelayanan TKI.

H1 : b1,b2,b3 ≠ 0 artinya Kepuasan kerja,

(42)

secara serempak berpengaruh terhadap kualitas pelayanan pegawai

TKI.

c. Uji Parsial (Uji t) dilakukan untuk menguji signifikansi koefisien regresi variabel bebas dengan variabel terikat.

1) Ho : b1 = 0 artinya Kepemimpinan secara parsial tidak berpengaruh

terhadap kualitas pelayanan TKI di BP3TKI Medan.

2) H1 : b1 ≠ 0 artinya Kepuasan kerja secara parsial berpengaruh

terhadap kualitas pelayanan TKI di BP3TKI Medan.

Dasar pengambilan keputusan adalah:

1) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, H1 ditolak, artinya tidak

signifikan.

2) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, H1 diterima, artinya

signifikan.

3.8.3. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik perlu dilakukan untuk memastikan bahwa

alat uji statistik regresi linier berganda dapat digunakan atau tidak. Proses

pengujian asumsi klasik dilakukan bersama dengan proses uji regresi

sehingga langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian asumsi klasik

menggunakan langkah kerja yang sama dengan uji regresi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah dalam model regresi

variabel bebas dan variabel terikat memiliki data yang normal atau tida,

(43)

tampilan grafik histogram yang memberikan pola distribusi normal karena

menyebar secara merata ke kiri dan kekanan. Atau dapat juga kita lihat grafik

normal P-P Plot.Jika grafik Plot menunjukkan bahwa titik-titik menyebar

disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal

maka dapat disimpulkan bahwa model garis regresi memenuhi asumsi

normalitas.

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas dipergunakan untuk mengetahui ada tidaknya

variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen

lain dalam satu model yang dapat menyebabkan terjadinya korelasi yang

sangat kuat antara variabel independen tersebut.

Menurut Arikunto (2005) Uji multikolinearitas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel

bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak

ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar

sesama variabel bebas sama dengan nol. Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi di antara variabel-variabel bebas.

Multikolinieritas terjadi apabila (1) Nilai tolerance (Tolerance

<0.10) dan (2) Variance inflation Faktor (VIF>10). c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam

model regresi liner kesalahan pengganggu (e) mempunyai varians yang sama

atau tidak dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain menurut Arikunto

(44)

signifikan korelasi Rank Spearman antara masing-masing variabel

independen dengan residualnya. Jika nilai signifikan lebih besar dari α (5%)

maka tidak terdapat Heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika lebih kecil dari α

(5%) maka terdapat Heteroskedastisitas.

Jika variance tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka terjadi problem heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu

homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada beberapa cara

untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu melihat scatter plot

(45)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Penelitian

IV.1.1. Profil Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Medan.

a. Visi Dan Misi 1. Visi

Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

(BP3TKI) Medan sebagai Unit Pelayanan Teknis BNP2TKI di daerah

mempunyai visi “ terwujudnya Pelayanan Penempatan dan Erlindungan

TKI yang berkualitas, bermamfaat dan kompetitif”.

2, Misi

Memberikan kontribusi nyata dalam mengurangi pengangguran dan

meningkatkan kesejahterahan masyarakat dalam Penempatan dan

perlindungan TKI melalui :

1. Meningkatkan pelayanan informasi program Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

2. Membina calon TKI yang berkualitas dan Lembaga Penempatan

yang professional.

3. Meningkatkan Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI yang

(46)

b. Struktur Organisasi penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di balai pelayanan penempatan dan perlindungan tenaga kerja indonesia (BP3TKI) Medan.

STRUKTUR ORGANISASI BP3TKI MEDAN

Sumber: BP3TKI Medan

Gambar 4.1. Struktur Organisasi BP3TKI Medan 4.2. Karakteristik Responden

Responden yang dijadikan penulis sebagai sampel dalam penelitian ini

memiliki karakteristik, berupa usia, tingkat pendidikan dan masa kerja,.

4.2.1. Karakteristik Responden berdasarkan Usia

Karakteristik Responden berdasarkan Usia disajikan pada Tabel 4.1 berikut: KEPALA BP3TKI

KASI

KELEMBAGAAN DAN PERMASYARAKATAN

PROGRAM

KASI PERLINDUNGAN

DAN KASUBBAG TATA

USAHA

KASI PENYIAPAN DAN PENEMPATAN

(47)

Tabel 4.1.

Sumber : Hasil Penelitian 2012 (data diolah)

Komposisi responden berdasarkan usia terlihat bahwa usia 21-30 tahun

sebanyak 4 orang dari 33 responden, atau sekitar 12,1%, usia 31-40 tahun

sebanyak 14 orang atau sekitar 42,4%, usia 41-50 tahun sebanyak 12 orang atau

sekitar 36,4%, dan usia 51-56 tahun sebanyak 3 orang atau sekitar 9,1%. Usia

responden yang paling banyak adalah antara 31 – 40 tahun.

4.2.2. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan disajikan pada Tabel 4.2

berikut :

Tabel 4.2.

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Jumlah Pegawai

(orang)

Komposisi responden berdasarkan pendidikan menunjukkan bahwa yang

berpendidikan S-2 sebanyak 1 orang atau 3%, S-1 sebanyak 16 orang atau 48,5%,

yang berpendidikan Diploma-3 (D-3) sebanyak 12 orang responden atau sekitar

12,1%, yang berpendidikan SLTA sebanyak 4 orang responden atau sekitar

(48)

4.2.3. Karakteristik Responden berdasarkan Masa Kerja

Karakteristik Responden berdasarkan Masa Kerja disajikan pada Tabel 4.3:

Tabel 4.3.

Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja Masa Kerja

(Tahun)

Jumlah Karyawan (orang)

Persentase (%)

2 – 10 14 42,4

11 - 20. 9 27,3

21 – 30 7 21,2

31 – 35 3 9,1

Jumlah 33 100

Sumber : Hasil Penelitian 2011 (data diolah)

Komposisi responden berdasarkan masa kerja terlihat bahwa yang memiliki

masa kerja 2 – 10 tahun sebanyak 14 orang dari 33 responden, atau sekitar 42,4 %,

yang memiliki masa kerja 11 - 20 tahun sebanyak 9 orang responden atau sekitar

27,3%, 21-30 tahun 9 orang responden atau sekitar 21,1%, sedangkan yang

memiliki masa kerja 31 - 35 tahun sebanyak 3 orang responden atau sekitar 9,1%,

IV.3. Penjelasan Responden Atas Variabel Penelitian

IV.3.1. Penjelasan Responden Atas Variabel Kepuasan Kerja

Tanggapan responden terhadap daftar pertanyaan variabel kepuasan kerja

(X3) adalah seperti pada Tabel dibawah ini yang disajikan kedalam distribusi

(49)

Tabel 4.4.

Penjelasan Responden atas Variabel Kepuasan Kerja

Item Pertanyaan

Sumber: Hasil Penelitian 2012 (data diolah)

Tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada satupun responden yang

memilih sangat tidak setuju untuk semua pertanyaan, sementara secara itu untuk

jawaban terhadap seluruh pertanyaan tersebar mulai tidak setuju, kurang setuju,

setuju, dan sangat setuju.

IV.3.2. Penjelasan Responden Atas Variabel Kepemimpinan

Tanggapan responden terhadap daftar pertanyaan yang diberikan untuk

variabel kepemimpinan (X1) adalah seperti pada Tabel 4.5 yang disajikan kedalam

(50)

Tabel 4.5.

Penjelasan Responden atas Variabel Kepemimpinan Item Pertanyaan

Pemimpin Bapak/Ibu harus mau memberikan arahan atas

apa yang dilakukan karyawan untuk dapat melaksanakan

perkerjaan tersebut dengan baik. 0 0.00 1 3.03 9 27.27 11 33.33 12 36.36 Memberikan informasi yang lengkap dan jelas.mengenai

peranan tugas. 0 0.00 1 3.03 17 51.52 13 39.39 2 6.06

Menciptakan dua hubungan dua arah antara atasan

dengan bawahan. 0 0.00 1 3.03 26 78.79 6 18.18 0 0.00

Memerintahkan bawahan meningkatkan kepuasan

kerja dan kualitas pelayanan TKI 5 15.15 14 42.42 13 39.39 1 3.03 0 0.00 Pemimpin Bapak/Ibu harus paham apa yang

diharapkan dari pegawai pada saat melakukan

penugasan 0 0.00 0 0.00 19 57.58 8 24.24 6 18.18

Mengutamakan kebersamaan dalam melaksanakan

tugas dan tanggung jawab. 0 0.00 3 9.09 7 21.21 9 27.27 14 42.42 Meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan.

0 0.00 2 6.06 11 33.33 17 51.52 3 9.09 Pemimpin Bapak/Ibu harus paham apa yang

diharapkan dari pegawai pada saat melakukan

penugasan 0 0.00 7 21.21 13 39.39 10 30.30 3 9.09

Memberikan penghargaan kepada pegawai yang

berprestasi baik. 2 6.06 11 33.33 13 39.39 4 12.12 3 9.09 Menyerahkan pelaksanaan wewenang kepada para

bawahannya tersebut tanpa banyak ikut campur tangan

lagi. 0 0.00 4 12.12 14 42.42 9 27.27 5 15.15

Pemimpin Bapak/Ibu harus peduli terhadap tugas karyawan

lain sebagai bagian dari tanggung jawabnya. 1 3.03 4 12.12 15 45.45 6 18.18 7 21.21 mengajak para bawahannya untuk berperan serta

secara aktif dalam proses pengambilan keputusan. 0 0.00 3 9.09 14 42.42 12 36.36 4 12.12

Sumber: Hasil Penelitian 2012 (data diolah)

Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa cukup banyak responden yang

menjawab setuju tetapi walaupun demikian tidak terlalu banyak yang menjawab

sangat setuju, dan jawaban kurang setuju cukup banyak dipilih responden bahkan

(51)

4.3.3. Penjelasan Responden Atas Variabel Kemampuan

Tanggapan responden terhadap daftar pertanyaan yang diberikan untuk

variabel kemampuan (X2) adalah seperti pada Tabel dibawah ini yang disajikan

kedalam distribusi frekuensi.

Tabel 4.6.

Jawaban Responden atas Variabel Kemampuan

Nomor Pertanyaan

Mencari cara paling baik

mengerjakan pekerjaan 0 0.00 0 0.00 20 60.61 11 33.33 2 6.06

Sumber: Hasil Penelitian 2012 (data diolah)

Tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada satupun responden yang

memilih sangat tidak setuju untuk semua pertanyaan, sementara secara umum

jawaban responden adalah kurang setuju untuk semua pertanyaan walapun cukup

banyak yang menjawab setuju untuk seluh pertanyaan, dan hanya sebagian kecil

responden yang menjawab tidak setuju itupun hanya untuk pertanyaan nomor 1, 2,

6, dan 7.

IV.3.4. Penjelasan Responden Atas Variabel Pelayanan

Tanggapan responden terhadap daftar pertanyaan yang diberikan untuk

variabel pelayanan (Y) adalah seperti pada Tabel 4.7 yang disajikan kedalam

(52)

Tabel 4.7

Penjelasan Responden atas Variabel Pelayanan

Item Pertanyaan

Pelayanan yang diberikan masih belum optimal.

0 0.00 0 0.00 22 66.67 9 27.27 2 6.06 Kualitas pelayanan dapat meningkat melalui

dukungan kerpemimpinan yang kondusif. 0 0.00 0 0.00 20 60.61 11 33.33 2 6.06 Pegawai yang memiliki kepuasan tinggi berusaha

memberikan pelayanan terbaik. 0 0.00 0 0.00 13 39.39 18 54.55 2 6.06 Terdapat keterkaitan kemampuan dalam

pemberian pelayanaan. 0 0.00 5 15.15 15 45.45 13 39.39 0 0.00 Saya selalu tanggap atas keluhan TKI.

0 0.00 1 3.03 21 63.64 11 33.33 0 0.00 Akses peluang kerja keluar negeri masih belum

memadai. 0 0.00 0 0.00 16 48.48 13 39.39 4 12.12

Petugas pelayanan TKi memiliki kemampuan

yang memadai dalam memberikan pelayanan

yang baik. 0 0.00 0 0.00 17 51.52 11 33.33 5 15.15

Sarana dan Prasarana yang memadai

meningkatkan mutu pelayanan TKI. 0 0.00 1 3.03 22 66.67 8 24.24 2 6.06 Kepemimpinan, Kepuasan Kerja dan kemampuan

Pegawai berhubungan secara signifikan terhadap

mutu pelayanan. 1 3.03 2 6.06 15 45.45 10 30.30 5 15.15 Kemampuan menurut saya berpengaruh dalam

melakukan pelayanan. 0 0.00 4 12.12 16 48.48 10 30.30 3 9.09 Saya selalu melaksnakan pelaynaan terbaik

walaupun tidak di kepuasan Pimpinan 0 0.00 3 9.09 15 45.45 11 33.33 4 12.12 Dualisme penanganan yang terjadi berdampak

terhadapi pelayanan bagi TKi 0 0.00 1 3.03 17 51.52 9 27.27 6 18.18 Menurut saya keamanan dan keselamatan TKI

belum terjamin dengan baik karena pelaksanaanUU No. 39 tahun 2004 tidak berjalan

dengan baik. 0 0.00 2 6.06 16 48.48 11 33.33 4 12.12 Kualitas pelayanan TKI akan meningkat dengan

adanya regulasi yang berada di satu

tangan/lembaga 0 0.00 4 12.12 17 51.52 10 30.30 2 6.06 Menurut Saya Kualitas Pelayanan hanya berfokus

pada kepuasan pelanggan 0 0.00 5 15.15 6 18.18 16 48.48 5 15.15

Sumber: Hasil Penelitian 2012 (data diolah)

Pada Tabel 4.7 menunjukkan hanya ada satu orang responden yang

(53)

Kepuasan Kerja Kepemimpinan, dan KemampuanPegawai berhubungan secara

signifikan terhadap mutu pelayanan, dan untuk jawaban tidak setujupun hanya

sebagian kecil responden yang memilih sementara jawaban paling banyak adalah

kurang setuju, setuju, dan sangat setuju.

4.4Uji Asumsi Klasik

4.4.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan melihat tampilan

grafik Histogram dan Grafik P-P Plot, tampilan grafik histogram terdapat pada gambar

4.2 di bawah ini dimana grafik ini memberikan pola distribusi normal karena menyebar

secara merata ke kiri dan ke kanan. K

Sumber: Hasil Penelitian 2012 (Data diolah)

(54)

Gambar 4.2: Uji Normal Histogram

Sumber: Hasil Penelitian 2012 (Data diolah)

Gambar 4.3: Uji Normal P P-Plot

Pada gambar 4.3 grafik P-P Plot diatas ini terlihat bahwa titik-titik menyebar di

sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dari grafik ini

dapat disimpulkan bahwa model garis regresi memenuhi asumsi normalitas.

4.4.2 Uji Multikolonierisitas

Pengujian multikolonierisitas pada penelitian ini dilakukan dengan melihat

Gambar

Gambar 2.1
Tabel 3.1 Jumlah Pegawai BP3TKI Medan
Tabel  3.2  Operasionalisasi Variabel Penelitian :
Gambar 4.1. Struktur Organisasi BP3TKI Medan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada hasil penelitian ditemukan bahwa majelis hakim telah memenuhi 4 ketentuan atau parameter dari permohonan sita revindikasi yakni barang milik penggugat yang

Dari analisis uji t diketahui bahwa ada dua variabel yang secara statistik berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan yaitu upah minimum berpengaruh negatif

Dengan adanya permasalahan yang telah dipaparkan di atas, sehingga dalam hal ini penulis melakukan penelitian untuk mencoba menyelesaikan permasalahan ini secara ilmiah,

Temuan penelitian membuktikan bahwa layanan konseling kelompok dengan menggunakan cognitive behavioral efektif untuk membentuk internal locus of control. Hasil ini

Madrasah kami menyediakan layanan dan bimbingan secara teratur dan berkesinambungan dalam memenuhi kebutuhan pengembangan pribadi setiap peserta didik, baik yang terprogram

 Setelah mengamati gambar dan diskusi kelas, siswa mampu menjelaskan keberagaman yang ada di Indonesia dalam bentuk tulisan dengan benar..  Setelah membaca teks “Mengenal

Melalui kanal Indonesia Satu, pembaca dapat mengetahui perkembangan informasi pemilu dari tahun ke tahun, berita mengenai aktivitas kampanye partai politik, perkembangan