• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERBANDINGAN HPMC K4M DAN HPMC K100M TERHADAP MUTU FISIK DAN KARAKTERISTIK FLOATING TABLET RANITIDIN HCL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PERBANDINGAN HPMC K4M DAN HPMC K100M TERHADAP MUTU FISIK DAN KARAKTERISTIK FLOATING TABLET RANITIDIN HCL"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

“JURNAL ILMIAH ILMU KESEHATAN”

JENDELA KESEHATAN

Vol. 1 No. 1 Halaman.

1-93

Gresik Juni 2016

Diterbitkan Oleh :

(2)

Aini Mas’ula Adalah Dosen Tetap STIKES Delima Persada Gresik 41

Aini Mas’ula

Stikes Delima Persada Gresik

ABSTRAK

Dasar pemikiran penelitian ini adalah sistem penghantaran obat gastroretentive dari ranitidin HCl. Sistem penghantaran obat dengan sistem floating menargetkan pelepasan obat di lambung atau usus bagian atas. Ranitidin adalah antagonis reseptor H2, yang

diserap di bagian atas saluran pencernaan, namun dimetabolisme di usus besar yang dapat menurunkan obat sehingga menyebabkan bioavailabilitas rendah. Oleh karena itu diperlukan sistem penghantaran obat yang dapat ditahan di lambung agar ranitidine dapat diserap di bagian atas saluran pencernaan sehingga meningkatkan bioavailabilitas. Empat formula yang berbeda dari ranitidin HCl dibuat dengan metode granulasi basah menggunakan 25% dari hidroksipropil metilselulosa (HPMC) K4M dan HPMC K100M. Rasio hidroksipropil metilselulosa K4M dan hidroksipropil metilselulosa K100M di F1, F2, F3, dan F4 adalah 1: 0, 1: 2, 1: 4, 1: 6. Tablet yang telah dicetak dilakukan evaluasi mutu fisik tablet dan karakteristik floating. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu fisik semakin baik seiring dengan meningkatnya konsentrasi HPMC K100M. Floating lag time, yang merupakan karakteristik tablet floating

semakin meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi HPMC K100M. Untuk total waktu floating semua formula dapat mengapung selama lebih dari delapan jam.

(3)

Aini Mas’ula Adalah Dosen Tetap STIKES Delima Persada Gresik 42 PENDAHULUAN

Ranitidin hidroklorida merupakan antagonis reseptor H2 secara kompetitif

dan reversibel. Obat ini digunakan

secara luas dan merupakan drug of choice untuk tukak duodenum, tukak lambung, zollinger-Ellison syndrome, gangguan refluks lambung-esofagus, dan erosi esofagus (Kluwer et al., 2009). Penggunaan oral ranitidin HCl 150 mg, dapat menghambat 95% sekresi asam lambung basal selama 5 jam dikarenakan pada orang dewasa ranitidin HCl memiliki waktu paruh yang pendek antara 1,7-3,2 jam (McEvoy, 2008). Bagi pasien tertentu yang memiliki hipersekresi asam lambung tentu membutuhkan terapi yang lama dan dosis yang lebih tinggi (Dipiro et al., 2008). Penggunaan dosis pada orang dewasa per oral adalah 150 mg dua kali sehari atau 300 mg sekali sehari, bahkan untuk pengobatan erosi esofagus membutuhkan ranitidin HCl 150 mg empat kali sehari (Kluwer et al., 2009). Disamping itu ranitidin HCl diabsorpsi sebagian besar di lambung dan di bagian awal dari usus halus (Arora, 2005). Metabolisme ranitidin HCl di kolon menyebabkan biovailabilitas rendah, sehingga bioavailabilitas absolutnya hanya 50%.

Oleh karena itu, dibutuhkan sistem penghantaran obat yang dapat ditahan di lambung (Patel et al., 2007).

Sistem penghantaran obat yang mempertahankan bentuk sediaan agar tetap di lambung disebut gastroretentive drug delivery system (GRDDS). Sistem ini membantu pelepasan obat secara kontinyu untuk mencapai bioavailabilitas yang optimal (Dave et al., 2004). Untuk menghasilkan GRDDS ada beberapa cara, salah satunya dengan sistem floating.

Floating drug delivery systems (FDDS) merupakan sistem dengan densitas kecil, yang memiliki kemampuan mengapung dan tinggal lebih lama di lambung. Ketika obat mengapung dalam cairan lambung, bahan obat dilepaskan perlahan sesuai kecepatan pelepasan yang diinginkan (Chawla et al., 2003). FDDS dibagi menjadi dua antara lain effervescent dan non effervescent. Pada effervescent floating, sediaan diformulasikan dengan basa natrium bikarbonat sehingga jika kontak dengan cairan asam lambung menghasilkan gelembung gas berupa karbondioksida (CO2) yang dapat

(4)

Aini Mas’ula Adalah Dosen Tetap STIKES Delima Persada Gresik 43 Bentuk floating system banyak

diformulasi dengan menggunakan matriks-matriks hidrofilik, karena saat polimer terhidrasi densitasnya menurun akibat pengembangan matriks (Saifullah dkk,2007).Hydoxyprophylmethylcellulo se (HPMC) merupakan matriks hidrofilik yang dapat mengembang dan sering digunakan untuk metode

floating system, baik effervescent

maupun non effervescent (Dehghan and

Khan., 2009). Sistem matriks floating

yang mengandung HPMC sebagai matriks dapat mengembang setelah kontak dengan cairan lambung dan membentuk lapisan gel yang mengontrol pelepasan obat (Kumar et al., 2009).

Penggunaan matriks HPMC K4M tunggal pada tablet floating

menghasilkan pelepasan yang terlalu besar dan kemampuan mengapung yang tidak terlalu besar, sehingga diperlukan penambahan matriks dengan viskositas yang lebih tinggi untuk menghambat pelepasan bahan obat (Rahardjo, 2011). HPMC K100M merupakan HPMC dengan viskositas tertinggi yaitu larutan dalam air 2% memiliki viskositas sebesar 80000–120000 mPa s (Rowe et al., 2009). HPMC K100M memiliki kemampuan swelling lebih besar dan

dapat menahan CO2 dalam matriks

sehingga dapat meningkatkan total waktu floating (Mostafavi et al., 2011; Padmavathy et al, 2010). Namun HPMC K100M mengalami hidrasi yang lambat sehingga dapat memperlama

floating lag time.

Dari uraian di atas maka dilakukan penelitian tentang pengaruh perbandingan HPMC K4M dan HPMC K100M (1:0, 1:2, 1:4, 1:6) terhadap mutu fisik dan karakteristik floating dari tablet floating lepas lambat ranitidin HCl. Tablet floating ini menggunakan sistem effervescent, dengan natrium bikarbonat sebagai basa dan asam yang dihasilkan lambung.

BAHAN DAN ALAT

Bahan

(5)

Aini Mas’ula Adalah Dosen Tetap STIKES Delima Persada Gresik 44 Merck), NaOH (Pro analysis, Sigma

Aldrich Company), HCl (Pro analysis,

Sigma Aldrich Company).

Alat

Spektrofotometer UV-Vis (Cary 50 WinUV), Alat uji disolusi dengan mainz tipe CG 842, Tray dryer Heraeus

Electronic, seperangkat alat corong untuk uji sifat alir granul, alat uji kompresibilitas : Erweka AR400, seperangkat pengayak test sieve

(Retch), Moisture Analyzer HB43-S,

tumbling mixer, spektrofotometer FTIR (Jasco FT-IR/5300), mortir dan stamper, Hygrometer, DTA (Differential Thermal Analyzer) Mettler Toledo.

METODE PENELITIAN

Pembuatan Tablet Floating

Ranitidine HCl menggunakan metode

granulasi basah

Ditimbang bahan-bahan dalam jumlah yang sesuai dengan bobot sesuai rancangan formula Tabel 1. Ranitidin HCl, HPMC K4M, HPMC K100M, dan

laktosa dicampur secara geometric dilution dalam mortir sampai homogen. Campuran serbuk digranulasi dengan aquades yang ditambahkan secara

spraying sampai terbentuk massa granul. Massa granul yang telah terbentuk diayak dengan pengayak ukuran 1,4 mm dan dikeringkan dalam

tray dryer pada suhu 400C selama 24 jam. Granul yang telah kering kemudian diayak lagi dengan pengayak ukuran 1,0 mm, lalu ditambah dengan fase eksternal yaitu natrium bikarbonat dan magnesium strearat, dicampur dengan

tumbling mixer. Tablet dicetak secara manual menggunakan mesin pencetak tablet hydraulic press dengan punch

diameter 13 mm. Setelah tablet dicetak, dilakukan uji mutu fisik tablet yang meliputi uji kerapuhan dan uji kekerasan, uji keseragaman sediaan, serta uji karakteristik floating yang meliputi floating lag time dan total waktu floating.

Pemeriksaan mutu fisik granul

Uji Kandungan Lengas Granul

Penentuan kandungan lengas dalam granul dilakukan menggunakan alat

Moisture Analyzer HB43-S. Uji Indeks Kompresibilitas

(6)

Aini Mas’ula Adalah Dosen Tetap STIKES Delima Persada Gresik 45 mampat (tapped density : Dt) yang telah

diukur dalam menggunakan gelas ukur 100 ml, dan alat Erweka AR400 Tap. Indeks kompresibilitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Indeks Kompresibilitas (%) =

Keterangan :

Dt = Bobot jenis nyata (g/ml) Db = Bobot jenis mampat (g/ml)

Penentuan Kecepatan Alir dan Sudut Diam Granul

Kecepatan alir dan sudut diam ditentukan dengan cara mengalirkan sejumlah granul melalui corong dengan dasar lubang yang tertutup, waktu pengukuran dilakukan pada saat dibukanya lubang corong sampai seluruh granul keluar dari corong. Satuan kecepatan alir ditulis dalam

Tabel 1. Formula tablet floating ranitidin HCl dengan matriks HPMC K4M dan HPMC K100M (1 tablet)

BAHAN F 1 (mg) F 2 (mg) F 3 (mg) F 4 (mg)

Ranitidin HCl 150 150 150 150

HPMC K4M 137,5 45,8 27,5 19,6

HPMC K100M - 91,7 110 117,9

Natrium bikarbonat 82,5 82,5 82,5 82,5

Mg stearat 5,5 5,5 5,5 5,5

Laktosa 174,5 174,5 174,5 174,5

Berat tablet 550 550 550 550

Keterangan : total matriks tiap formula 25%

F 1 : Formula tablet floating ranitidin HCl tanpa HPMC K100M (1:0) (kontrol)

F 2 : Formula tablet floating ranitidin HCl dengan kadar HPMC K4M : HPMC K100M (1:2) F 3 : Formula tablet floating ranitidin HCl dengan kadar HPMC K4M : HPMC K100M (1:4) F 4 : Formula tablet floating ranitidin HCl dengan kadar HPMC K4M : HPMC K100M (1:6)

gram/detik. Pengukuran sudut diam dilakukan dengan mengukur tinggi serta jari-jari lingkaran atas kerucut granul yang terbentuk yang terbentuk setelah pengaliran, dihitung dengan rumus sebagai berikut :

α°= tan -1 h/r Keterangan :

α = sudut diam

h= tinggi kerucut (cm) r = jari-jari kerucut (cm)

Jumlah Fines

(7)

Aini Mas’ula Adalah Dosen Tetap STIKES Delima Persada Gresik 46 diletakkan di atas Retsch Vibrator 3D.

Kemudian pengayak digetarakan dengan kecepatan getaran 50 rpm selama 10 menit, lalu ditimbang bobot serbuk hasil ayakan yang berada di pan (fines). Jumlah fines dalam granul dihitung dengan cara sebagai berikut:

%

Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat Tablet Hardness Tester. Diambil 10 tablet, diukur kekerasannya dengan cara memberi beban pada tablet. Saat tablet pecah pada alat akan terbaca beban atau gaya maksimum yang dapat diterima oleh tablet.

Uji Kerapuhan Tablet

Ditimbang sejumlah tablet dengan berat setara dengan 6 gram, tablet dijepit dengan pinset kemudian dibersihkan dengan kuas secara hati-hati, kemudian ditimbang, lalu dimasukkan ke dalam alat penguji kerapuhan Erweka Friabilator Type TAP selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm. Setelah diputar tablet dikeluarkan dari alat dan dibersihkan dengan kuas secara hati-hati, kemudian

ditimbang kembali dan dihitung menggunakan rumus :

Uji Floating Lag Time

Tablet dimasukkan ke dalam alat uji disolusi menggunakan paddle tipe II USP, yang berisi larutan HCl 0,1 N 900 ml pada suhu 37±0,5oC dengan kecepatan pengadukan 50 rpm, diamati waktu yang diperlukan tablet ranitidin HCl untuk mulai mengapung (floating) dan dilakukan secara visual.

Uji Total Waktu Floating

Tablet dimasukkan ke dalam alat uji disolusi menggunakan paddle tipe II USP yang berisi larutan HCl 0,1 N 900 ml pada suhu 37±0,5 0C dengan

kecepatan pengadukan 50 rpm, diamati total waktu tablet mulai mengapung sampai tablet kembali tenggelam.

Analisis data

(8)

Aini Mas’ula Adalah Dosen Tetap STIKES Delima Persada Gresik 47 1:2, 1:4, 1:6) terhadap masing-masing

hasil uji. Selanjutnya akan dilakukan analisis statistik untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan bermakna antar formula dengan metode analisis varian

One Way ANOVA, selanjutnya dilakukan analisis dengan uji Honesty Significant Difference. Analisis statistik yang dilakukan meliputi data mutu fisik

dan karakteristik floating tablet ranitidin HCl dengan derajat kepercayaan 0,95 (α = 0,05).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pemeriksaan granul yaitu kandungan lengas, indeks kompresibilitas, kecepatan alir, dan jumlah fines dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil pemeriksaan mutu fisik granul ranitidin HCl dengan matriks kombinasi HPMC K4M dan HPMC K100M

Pemeriksaan F 1 (1:0) F 2 (1:2) F 3 (1:4) F 4 (1:6)

Berdasarkan interpretasi Carr’s

Indeks kompresibilitas untuk sifat alir, keempat formula termasuk kategori cukup baik dan perlu ditambahkan glidan untuk meningkatkan sifat alirnya agar semakin baik (Wells., 1988).

Dari uji indeks kompresibilitas dan pemeriksaan sudut diam, granul termasuk kategori cukup baik. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah fines. Dari keempat formula jumlah fines cukup tinggi, namun semua formula masih memenuhi persyaratan jumlah

fines, yaitu ≤ 20%. Jumlah fines yang

relatif tinggi dapat menurunkan sifat alir, sehingga kemudahan untuk

mengalir kurang optimal (Siregar, 2010).

Hasil pemeriksaan mutu fisik tablet ranitidine HCl dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa semua formula memenuhi persyaratan kekerasan tablet lepas lambat dan pada perbandingan kombinasi matriks HPMC K4M dan HPMC K100M (1:0, 1:2, 1:4, 1:6) dapat meningkatkan kekerasan pada tablet

floating ranitidin HCl. Untuk kerapuhan tablet, semua formula memenuhi

persyaratan kerapuhan tablet ≤ 1%, dan

(9)

Aini Mas’ula Adalah Dosen Tetap STIKES Delima Persada Gresik 48 1:2, 1:4, 1:6) dapat menurunkan

kerapuhan pada tablet floating ranitidin

HCl.

Tabel 3. Hasil pemeriksaan kekerasan (Kp) tablet floating ranitidin HCl dengan matriks kombinasi HPMC K4M dan HPMC K100M

Parameter F 1 F 2 F 3 F 4

Kekerasan 8,97 ± 0,50 9,59 ± 0,55 10,01 ± 0,53 10,47 ± 0,41 Kerapuhan 0,55 ± 0,03 0,46 ± 0,03 0,46 ± 0,02 0,35 ± 0,02

Tabel 4. Hasil floating lag time dan total waktu floating tablet floating ranitidin HCl dengan matriks kombinasi HPMC K4M dan HPMC K100M

Parameter F 1 F 2 F 3 F 4

Floating Lag Time (detik) 19,47 ± 2,14 23,35 ± 1,45 26,17 ± 1,04 35,70 ± 4,79

Total waktu Floating (menit) > 480 > 480 > 480 > 480

Dari hasil analisis statistik, baik kekerasan maupun kerapuhan diperoleh nilai Sig kurang dari 0,05 yaitu sebesar nilai 0,000 sehingga terdapat perbedaan yang bermakna antar formula.

Hasil uji karakteristik floating dapat dilihat pada Tabel 4. Semua formula memiliki floating lag time yang sangat baik yaitu kurang dari 15 menit sebagaimana sediaan GRDDS yang baik (Patel et al., 2010). Sedangkan untuk total waktu floating semua formula memiliki total waktu floating lebih dari 8 jam sehingga efek lepas lambat dapat tercapai (Khan and Bajpai, 2010). Dari data yang dihasilkan diketahui bahwa dengan peningkatan kadar HPMC K100M dalam matriks kombinasi HPMC K4M dan HPMC K100M menghasilkan floating lag time

yang semakin meningkat. Sedangkan

untuk total waktu floating, semua formula dapat mengapung lebih dari 8 jam. Namun dalam penelitian ini tidak dapat dilihat perbedaan total waktu

floating dikarenakan uji yang dilakukan hanya selama 8 jam saja.

Uji statistik pada karakteristik

floating hanya dilakukan untuk floating lag time saja karena pada uji total waktu

floating semua formula masih mengapung lebih dari 8 jam. Dari hasil statistik floating lag time dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh nilai Sig kurang dari 0,05 yaitu sebesar nilai 0,001 sehingga terdapat perbedaan bermakna antar formula.

KESIMPULAN

(10)

Aini Mas’ula Adalah Dosen Tetap STIKES Delima Persada Gresik 49 kombinasi HPMC K4M dan HPMC

K100M menghasilkan mutu fisik yang baik yaitu kekerasan yang meningkat dan kerapuhan yang menurun. Untuk karakteristik floating tablet ranitidin HCl, disimpulkan bahwa dengan peningkatan kadar HPMC K100M dalam matriks kombinasi dapat meningkatkan floating lag time, dengan total waktu floating lebih dari 8 jam.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang telah menyediakan segala fasilitas terkait penelitian ini, PT. Menjangan Sakti yang bersedia memberikan sampel bahan polimer.

DAFTAR PUSTAKA

Arora, S., Ali, J., Ahuja, A., Khar, R.K., and Baboota, S., 2005. Floating Drug Delivery System: A Review. AAPS PharmSciTech 2005; 6 (3) article 47, p. E372 – E390.

Chawla, G., Gupta, P., Koradia, V. and

Bansal, A.K., 2003.

Gastroretention a means to address regional variability in intestinal drug absorption.

Pharmaceutical Technology,

p.50-68.

Dave, B.S., A.F. Amin and M.M. Patel, 2004. Gastroretentive drug delivery system of ranitidine hydrochloride formulation and in vitro evaluation. AAPS Pharm. Sci. Tech., Vol. 5 Issue 2, p. 1-6 Pathophysiologic Approach 7th

ed. United States of America:The McGraw-Hill Companies, Inc. p.562-563

Khan, A.D., and Bajpai, M., 2010. Floating Drug Delivery System: An Overview. International Journal of PharmTech Research, Vol. 2 No.4, pp. 2497-2505.

Kluwer, Wolters., 2009. Drug Facts and Comparisons Pocket Version 2009 Edition. California : Facts&Comparison Publishing Group.p. 846-849

Kumar, P., Singh, S. and Mishra, B., 2008. Floating osmotic drug delivery system of ranitidine hydrochloride: development and evaluation-a technical note.

american Association of

Pharmaceutical Scientists PharmSciTech, Vol. 9 No.2, p.480-485.

(11)

Aini Mas’ula Adalah Dosen Tetap STIKES Delima Persada Gresik 50 American Society of

Health-System Pharmacists, Inc., p.968-972

Mostafavi, A., Emamia, J., Varshosaza, J., Daviesb, N.M., and Rezazadeha, M., 2011. Development of a prolonged-release gastroretentive tablet formulation of ciprofloxacin hydrochloride: Pharmacokinetic characterization in healthy human volunteers. International Journal of Pharmaceutics, Vol. 409, p.128–136

Patel J.K., Raval J.A., Li N., and Patel M.M., 2007. Ranitidine hydrochloride floating matrix tablets based on low density powder : effects of formulation and processing parameters on drug release. Asian Journal of Pharmaceutical Sciences , 2 : 130-142

Patel, M.P., Patel, J., Patel, R., and Patel, K., 2010. Effect of formulation variables on the development of novel controlled release floating matrix tablets of cefixime. International Journal of Drug Delivery, Vol. 3, p.525-534

Rahardjo, J.P., 2011. Pengaruh Peningkatan Kadar HPMC K4M terhadap Mutu Fisik, Karakteristik Floating, dan Pelepasan Tablet Floating lepas lambat Ranitidin HCl dengan Metode Granulasi Basah. Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.

Rowe, R.C., Sheskey, P. J., and Quinn, M. E., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition. London : Pharmaceutical Press., p. 326-329; 359-361; 581-585; 629-633; 404-407.

Saifullah, T.N., Syukri, Y. dan Utami, R., 2007. Profil pelepasan propanolol HCl dari tablet lepas lambat dengan sistem floating

menggunakan matriks methocel K15M. Majalah Farmasi Indonesia, Vol.18 No.1, p.48-55.

Siregar, Charles J.P., 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar Praktis. Jakarta : ECG, p.33.

Wells, J.I., 1988. Pharmaceutical

Preformulation : The

(12)

Gambar

Tabel 2. Hasil pemeriksaan mutu fisik granul ranitidin HCl dengan matriks kombinasi HPMC K4M dan HPMC K100M
Tabel 3. Hasil pemeriksaan kekerasan (Kp) tablet floating ranitidin HCl dengan matriks kombinasi HPMC K4M dan HPMC K100M

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian Bioavaibilitas sediaan tablet konvensional dari ranitidin HCl yang hanya 50-60% Pembuatan sediaan Floating capsule dari cangkang

Formula optimum tablet floating metformin hidroklorida dapat diperoleh dengan menggunakan kombinasi HPMC K4M 18,625 % dan komponen eferfesen 7,125% yang menghasilkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi HPMC K4M – amilum kulit pisang agung dan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap mutu fisik tablet dan

OPTIMASI FORMULA TABLET FLOATING GLIKLAZID MENGGUNAKAN HPMC K4M – AMILUM KULIT PISANG AGUNG DAN NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI

7 Berdasarkan pemaparan di atas, akan dilakukan penelitian mengenai optimasi tablet gliklazid yang diformulasikan sebagai tablet floating dengan kombinasi HPMC

Kombinasi HPMC K4M – amilum kulit pisang agung dan konsentrasi natrium bikarbonat maupun interaksinya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kekerasan, floating

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan formula tablet floating efervesen ranitidin dengan menggunakan kombinasi polimer pektin dan xanthan gum, dan mengetahui

Diamati serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum ranitidin HCl dalam HCl 0,1 N dilakukan sebanyak tiga kali, dihitung nilai recovery dan