• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Umum - Evaluasi Koleksi Dengan Menggunakan Standar Nasional Perpustakaan (SNP 003 : 2011) Pada Kantor Kearsipan, Perpustakaan Dan Dokumentasi Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Umum - Evaluasi Koleksi Dengan Menggunakan Standar Nasional Perpustakaan (SNP 003 : 2011) Pada Kantor Kearsipan, Perpustakaan Dan Dokumentasi Kabupaten Karo"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORITIS

2.1 Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum didirikan dengan maksud sebagai sarana dan media mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan bagian integral dari kegiatan pembangunan nasional. Perpustakaan umum merupakan pusat informasi bagi masyarakat. Melalui perpustakaan umum masyarakat akan dapat dengan mudah mendapatkan informasi.

2.1.1 Pengertian Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum adalah termasuk salah satu lembaga yang demokratis dan salah satu komponen infrastruktur daerah yang berpotensi untuk memperdayakan sumber daya manusia dan masyarakat yang dilayaninya. Menurut Sulistyo-Basuki (1993, 46) “Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani umum”.

Menurut Sutoyo (2001, 184) “Perpustakaan umum adalah salah satu jenis perpustakaan yang terbuka untuk umum, diselenggarakan dari dana yang berasal dari umum dengan sasaran untuk melayani umum dengan tidak memandang perbedaan kedudukan, pekerjaan, pandangan politik, agama, jenis kelamin, usia, dan suku bangsa”.

Sedangkan dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000, 4) dinyatakan bahwa: “Perpustakaan Umum adalah Perpustakaan yang diselenggarakan dipemukiman penduduk (kota atau desa) diperuntukkan bagi semua lapisan dan golongan masyarakat penduduk pemukiman tersebut untuk melayani kebutuhannya akan informasi dan bahan bacaan”.

(2)

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Umum

Menurut Manifesto Perpustakaan Umum UNESCO pada tahun 1972 yang dikutip oleh Sulistyo-Basuki (1993, 46) menyatakan bahwa perpustakaan umum mempunyai 4 tujuan utama yaitu :

1. Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka ke arah kehidupan yang lebih baik. 2. Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat dan murah bagi

masyarakat, terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat.

3. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka.

4. Bertindak selaku agen kultural artinya perpustakaan umum merupakan pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya.

Sedangkan Hermawan dan Zen (2006, 31) menyatakan bahwa tujuan perpustakaan umum adalah :

1. Memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk menggunakan bahan pustaka dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kesejahteraan.

2. Menyediakan informasi yang murah, mudah, cepat dan tepat yang berguna bagi masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari.

3. Membantu dalam pengembangan dan pemberdayaan komunitas melalui penyediaan bahan pustaka dan informasi.

4. Bertindak sebagai agen kultural sehingga menjadi pustaka utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitar.

5. Memfasilitasi masyarakat untuk belajar sepanjang hayat.

(3)

2.1.3 Fungsi Perpustakaan Umum

Untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapakan, perpustakaan harus mampu melaksanakan fungsinya dengan baik.

Menurut Siregar (2011, 42) “Fungsi utama perpustakaan umum adalah membantu orang, terutama orang-orang muda dan anak-anak menjadi literasi informasi. Dalam hal ini termasuk memberitahu mereka bagaimana menemukan informasi, dan juga untuk mengembangkan kebiasaan membaca. Perpustakaan umum membantu orang dewasa untuk belajar sepanjang hayat dan belajar kembali untuk perubahan karir. Perpustakaan umum juga berperan dalam memelihara dan mempromosikan kebudayaan”.

Sedangkan menurut Yusuf (1996, 21) fungsi perpustakaan umum adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Edukatif.

Perpustakaan umum menyediakan berbagai jenis bahan bacaan berupa karya cetak dan karya rekam untuk dapat dijadikan sumber belajar dan menambah pengetahuan secara mandiri.

2. Fungsi Informatif

Perpustakaan umum sama dengan berbagai jenis perpustakaan lainnya, yaitu menyediakan buku-buku referensi, bacaan ilmiah populer berupa buku dan majalah ilmiah serta data-data penting lainnya yang perlukan pembaca.

3. Fungsi Kultural

Perpustakaan umum menyediakan berbagai bahan pustaka sebagai hasil budaya bangsa yang direkam dalam bentuk tercetak/terekam.

4. Fungsi Rekreasi

Perpustakaan umum bukan hanya menyediakan bacaan-bacaan ilmiah, tetapi juga menghimpun bacaan hiburan berupa buku-buku fiksi dan majalah hiburan untuk anak-anak, remaja dan dewasa.

(4)

dimanfaatkan oleh pengguna dalam mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan.

2.1.4 Tugas Perpustakaan Umum

Setiap perpustakaan memiliki tugas sesuai dengan jenis perpustakaannya. Begitu juga dengan perpustakaan umum. Menurut Sutarno (2006, 13) “Tugas perpustakaan umum adalah memberikan layanan kepada seluruh lapisan masyarakat sebagai pusat informasi, pusat sumber belajar, tempat rekreasi, penelitian, dan pelestarian koleksi bahan pustaka yang dimiliki”.

Beberapa tugas pokok perpustakaan umum adalah :

1. Perpustakaan umum disediakan oleh pemerintah dan masyarakat untuk melayani kebutuhan bahan pustaka untuk masyarakat.

2. Perpustakaan umum menyediakan bahan pustaka yang dapat menumbuhkan kegairahan masyarakat untuk belajar dan membaca sedini mungkin.

3. Mendorong masyarakat untuk terampil memilih bacaan yang sesuai dengan kebutuhannya dalam meningkatkan pengetahuan untuk menunjang pendidikan formal, nonformal dan informal.

4. Menyediakan aneka ragam bahan pustaka yang bermanfaat untuk dibaca agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat yang layak sehingga dapat berpartisipasi dalam pembangunan nasional.

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 7495:2009:7) menyatakan bahwa tugas perpustakaan umum kabupaten/kota adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan sarana pengembangan kebiasaan membaca sejak usia dini. 2. Menyediakan sarana pendidikan seumur hidup.

3. Menunjang sistem pendidikan formal, non formal dan informal.

4. Menyediakan sarana pengembangan kreativitas diri anggota masyarakat. 5. Menunjang terselenggaranya pusat budaya masyarakat setempat sehingga

aspirasi.

(5)

7. Mendayagunakan koleksi termasuk akses informasi koleksi perpustakaan lain serta berbagai situs web.

8. Menyelenggarakan kerja sama dan membentuk jaringan informasi. 9. Menyediakan fasilitas belajar dan membaca.

10. Memfasilitasi pengembangan literasi informasi dan komputer.

11. Menyelenggarakan perluasan layanan antara lain melalui perpustakaan keliling.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tugas perpustakaan umum adalah menumbuhkan minat masyarakat agar lebih sering datang ke perpustakaan dan memanfaatkan koleksi-koleksi yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.

2.2 Evaluasi

Evaluasi sangat penting dilakukan dalam sebuah lembaga atau badan seperti perpustakaan. Karena evaluasi merupakan kegiatan untuk introspeksi diri dalam suatu lembaga untuk mencapai suatu titik kepuasan dalam mencapai tujuan.

2.2.1 Pengertian Evaluasi

Menurut Ajick (2009, 2) “Evaluasi merupakan penggunaan teknik penelitian untuk mengukur kebutuhan pemakai serta tujuan-tujuan yang dapat mencapai suatu program dalam proses mengoleksi, menganalisa, dan mengartikan informasi atau sebagai bentuk instruksi”.

Menurut Umar (2002, 36) “Evaluasi adalah suatu proses umtuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegitan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh”.

(6)

2.2.2 Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Ada beberapa tujuan dan atau fungsi evaluasi menurut Crawford (2000, 30) yaitu :

1. Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dalam kegiatan.

2. Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap perilaku hasil. 3. Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan.

4. Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan. Arikunto (2012, 18) menyatakan tujuan atau fungsi evaluasi yaitu : 1. Evaluasi berfungsi selektif.

2. Evaluasi berfungsi diagnostik.

3. Evaluasi berfungsi sebagai penempatan.

4. Evaluasi berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan dan fungsi evaluasi adalah untuk mengetahui keberhasilan dari suatu kegiatan.

2.2.3 Alat Evaluasi

Alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Kata alat biasa disebut juga dengan istilah instrumen. Dengan demikian, alat evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi. Dalam menggunakan alat evaluator menggunakan cara atau teknik, maka dikenal dengan teknik evaluasi.

Menurut Arikunto (2012, 40) ada dua teknik evaluasi yaitu teknik notes dan teknik tes.

1. Teknik Notes

Yang tergolong teknik notes adalah : a. Skala bertingkat (rating scale)

Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan.

(7)

Kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden).

c. Daftar cocok (check list)

Daftar cocok adalah deretan pernyataan (yang biasanya singkat-singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan

tanda cocok ( ) ditempat yang sudah disediakan. d. Wawancara (interviev)

Wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan cara tanya-jawab sepihak.

e. Pengamatan (observation)

Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.

f. Riwayat hidup

Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama masa kehidupannya.

2. Teknik Tes

Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi, tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa alat evaluasi adalah alat yang digunakan dalam melakukan penelitian. Dengan menggunakan alat evaluasi maka data yang dihasilkan dalam penelitian lebih akurat.

2.2.4 Standar Evaluasi

Standar yang dipakai untuk mengevaluasi suatu kegiatan tertentu dapat dilihat dari tiga aspek utama. Umar (2002, 40) yaitu :

1. Utility(manfaat)

(8)

2. Accuracy(akurat)

Informasi atas hasil evaluasi hendaklah memiliki tingkat ketepatan tinggi. 3. Feasibility(layak)

Hendaknya proses evaluasi yang dirancang dapat dilaksanakan secara layak.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa standar evaluasi merupakan pedoman yang harus dilihat dalam melakukan evaluasi. Sehingga nantinya kegiatan evaluasi tersebut dapat bermanfaat.

2.2.5 Model Evaluasi

Menurut Umar (2002, 41) ada beberapa model yang dapat dipakai dalam melakukan evaluasi yaitu :

1. System assessment, yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi suatu sistem.

2. Program planning, yaitu evaluasi yang membantu pemilihan aktivitas-aktivitas dalam program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhannya.

3. Program implementation, yaitu evaluasi yang menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang direncanakan.

4. Program improvement, yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja, bagaimana mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan.

5. Program certification, yaitu evaluasi yang memberikan informasi mengenai nilai atau manfaat program.

(9)

2.3 Koleksi Perpustakaan

Salah satu unsur pokok perpustakaan adalah koleksi. Tanpa adanya koleksi yang baik dan memadai, perpustakaan tidak akan dapat memberikan layanan yang baik dan memuaskan kepada masyarakat penggunanya.

2.3.1 Pengertian Koleksi Perpustakaan

Sebagaimana yang tercantum dalam UU No 43 tahun 2007 pasal 1 ayat 2 “Koleksi perpustakaan adalah bentuk karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah dan dilayankan”.

Menurut Siregar (2011, 98) “Koleksi perpustakaan adalah seluruh sumber daya informasi yang dimiliki oleh perpustakaan dan dilayankan kepada pengguna”.

Sedangkan dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000, 19) disebutkan bahwa: “Koleksi perpustakaan umum mencakup bahan pustaka tercetak seperti : buku, majalah, dan surat kabar, bahan pustaka terekam dan elektronik seperti : kaset, video, piringan (disk) dan lain-lain.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa koleksi perpustakaan merupakan semua bahan pustaka baik dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam yang dikumpulkan, diolah dan disimpan serta disajikan untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna.

2.3.2 Koleksi Perkapita

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 7495:2009:3) disebutkan bahwa : Perpustakaan umum kabupaten/kota memiliki koleksi buku sekurang-kurangnya 5.000 judul.

(10)

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa jumlah koleksi (judul) dari suatu perpustakaan umum harus disesuaikan dengan jumlah penduduk yang ada di wilayah tersebut sehingga jumlah koleksi (judul) dapat memenuhi jumlah masyarakat di wilayah tersebut.

2.3.3 Jenis Koleksi Perpustakaan

Menurut Yusup (1995, 27-65) koleksi perpustakaan terdiri dari : 1.Koleksi buku-buku fiksi

2.Koleksi buku-buku nonfiksi

Yang dimaksud dengan buku-buku nonfiksi adalah buku yang pembahasannya berdasarkan fakta atau kenyataan. Didunia perpustakaan, buku-buku yang tergolong ke dalam jenis koleksi nonfiksi ini biasa dikelompokkan ke dalam kelompok besar. Yaitu :

a. Buku teks atau buku pelajaran.

b. Buku-buku referensi : sumber informasi spesifik. Berikut diuraikan jenis berbagai macam buku referensi :

1) Kamus

Kamus adalah daftar kata-kata yang disusun secara alfabetis yang disertai dengan arti, lafal, contoh penggunaannya dalam kalimat, dan keterangan lain yang berkaitan dengan kata tertentu.

2) Ensiklopedia

Ensiklopedia adalah daftar istilah-istilah ilmu pengetahuan berikut keterangan ringkasnya.

3) Buku tahunan

Buku tahunan adalah buku yang memuat peristiwa-peristiwa selama setahun (yang sudah lewat).

4) Buku pedoman

(11)

5) Direktori

Direktori sering disebut “buku alamat” karena informasi yang ditampungnya juga, diantaranya, tentang alamat-alamat.

6) Almanak

Almanak adalah suatu publikasi tertentu yang memuat bermacam keterangan, antara lain data statistik, ramalan cuaca, dan berbagai peristiwa penting lainnya disuatu saat dan tempat tertentu.

7) Bibliografi

Bibliografi adalah daftar buku-buku (juga termasuk media lainnya) yang ada disuatu tempat.

8) Katalog

Katalog memuat semua informasi tentang buku, mulai dari nomor buku, nama pengarang, judul buku, edisi, tempat terbit dan penerbit, tahun terbit, jumlah halaman, keterangan gambar, peta, tabel, dan lain-lain, ukuran buku, keterangan seri jika buku yang bersangkutan berseri, dan keterangann lain tentang buku yang dianggap perlu.

9) Index

Indeks adalah daftar istilah yang disusun berdasarkan urutan abjad atau dengan susunan tertentu yang disertai keterangan yang menunjukkan istilah tersebut berada.

10) Abstrak

Abstrak merupakan perluasan dari indeks karena selain memuat keterangan tentang topikk, juga berisi ringkasan artikel atau tulisan yang didaftarnya atau diindeksnya.

11) Atlas

Atlas adalah kumpulan peta, diagram, grafik, dan gambar yang dijilid.

(12)

Dokumen pemerintah adalah karya yang dicetak dan diterbitkan atas biaya dan kewenangan pemerintah atau badan-badan pemerintah, baik pusat maupun daerah.

13) Laporan hasil penelitian

Laporan hasil penelitian disebut juga karya ilmiah yang didasarkan pengalaman empiris biasanya merupakan hasil studi ilmiah yang dilakukan oleh kalangan ilmuan, peneliti, dosen, dan mahasiswa.

14) Sumber-sumber informasi geografi, biografi, dan petunjuk perjalanan.

c. Koleksi media cetak bukan buku

Yang dimaksud dengan karya media cetak bukan buku adalah segala macam penerbitan yang dicetak, tetapi tidak berbentuk buku. Berikut diuraikan jenis berbagai macam koleksi media cetak bukan buku :

1) Terbitan berkala

Terbitan berkala adalah bentuk publikasi yang pada umumnya memuat berbagai tulisan atau artikel, baik publikasi umum maupun yang khusus, dari beberapa pengarang yang dianggap penting, dengan waktu terbit teratur dan dalam jangka waktu yang tidak ditentukan.

2) Pamflet

Pamflet disebut juga surat sebaran, yaitu sejenis media cetak yang biasanya memuat berita atau informasi lain yang perlu diketahui oleh masyarakat tentang keadaan seseorang atau badan yang menerbitkan selebaran ini.

3) Brosur

Brosur merupakan sejenis publikasi cetakan yang terdiri atas beberapa lembar dan biasanya dijahit dengan kawat, tetapi tidak dijilid.

(13)

6) Globe

Globe dikenal juga dengan sebutan bola dunia karena bentuknya seperti dunia dalam bentuk mini.

7) Koleksi media cetak bukan buku. d. Koleksi media elektronik

Yang dimaksud media elektronik disini adalah jenis koleksi yang bukan hasil cetakan, melainkan hasil teknologi elektronik.

e. Komputer

Informasi yang bisa disimpan dalam komputer bisa bermacam-macam, bergantung pada kehendak penyimpanannya dari informasi biasa sampai pada informasi ilmiah yang rumit yang banyak dibutuhkan oleh dunia ilmu pengetahuan dan teknologi.

Adapun menurut Yulia (1993, 3-4) jenis koleksi perpustakaan terdiri dari : 1. Karya cetak

Karya cetak adalah hasil pikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak, seperti buku dan terbitan berseri.

2. Karya noncetak.

Karya noncetak adalah hasil pikiran manusia yang dituangkan tidak dalam bentuk cetak seperti buku atau majalah, melainkan dalam bentuk lain seperti rekaman suara, gambar hidup dan rekaman video, bahan grafika, dan bahan kartografi.

3. Bentuk mikro

Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua bahan pustaka yang menggunakan media film dan tidak dapat dibaca dengan mata biasa melainkan harus memakai alat yang dinamakan reader, tiga macam bentuk mikro yang sering menjadi koleksi perpustakaan yaitu: mikrofilm, mikrofis,microopaque.

4. Karya dalam bentuk elektronik

(14)

Membacanya diperlukan perangkat keras seperti komputer, CD-ROAM player, dan sebagainya.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa koleksi perpustakaan adalah semua informasi yang disediakan kepada pengguna perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan informasinya yang disajikan baik dalam bentuk tercetak seperti buku, majalah, buletin dan bentuk non cetak seperti CD.

2.3.4 Pengembangan Koleksi

Tugas utama setiap perpustakaan adalah membangun koleksi yang kuat demi kepentingan pengguna perpustakaan. Pustakawan yang diberi tugas dibidang pengembangan koleksi, harus tahu betul apa tujuan perpustakaan tempat mereka bekerja dan siapa penggunanya, serta apa kebutuhannya

Menurut Yulia (1993, 11) “Pengembangan koleksi adalah semua kegiatan untuk memperluas koleksi yang ada di perpustakaan, terutama aspek seleksi dan evaluasi. Koleksi perpustakaan harus terbina dari suatu seleksi yang sistematis dan terarah disesuaikan dengan tujuan, rencana, dan anggaran yang tersedia”.

Menurut Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000, 22) “Pengembangan koleksi adalah kegiatan awal dari pembinaan dan pengembangan koleksi perpustakaan, bertujuan agar koleksi tetap sesuai dengan keperluan masyarakat pemakai, dan jumlah bahan pustaka selalu mencukupi. Mutu koleksi perpustakaan dibentuk oleh kegiatan pengembangan koleksi ini.”.

Kegiatan pengembangan koleksi ini terdiri dari pekerjaan-pekerjaan : 1. Menyusun rencana operasional pengembangan koleksi.

2. Menghimpun alat seleksi.

3. Melakukan survei minat pemakai. 4. Melakukan survei bahan pustaka. 5. Membuat dan menyusun desiderata. 6. Menyeleksi bahan pustaka.

7. Pengadaan bahan pustaka. 8. Meregistrasi bahan pustaka.

(15)

Adapun prinsip-prinsip pengembangan koleksi yaitu : 1. Relevansi

Aktivitas pemilihan dan pengadaan terkait dengan program pendidikan yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada. Berorientasi kepada pemakai. Dengan demikian kepentingan pengguna menjadi acuan dalam pemilihan dan pengadaan bahan pustaka.

2. Kelengkapan

Koleksi perpustakaan diusahakan tidak hanya terdiri dari buku teks yang langsung dipakai untuk mata pelajaran yang diberikan tetapi juga menyangkut bidang ilmu yang berkaitan erat dengan program yang ada dalam kurikulum.

3. Kemutakhiran

Selain masalah kelengkapan, kemuktahiran sumber informasi harus diupayakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

4. Kerjasama

Unsur- unsur yang terkait dalam pembinaan koleksi harus ada kerjasama yang baik dan harmonis sehingga pelaksanaan kegiatan pembinaan koleksi berjalan efektif dan efisien.

Untuk melaksanakan pengembangan koleksi perpustakaan secara terarah, perlu ada ketentuan yang jelas sebagai pegangan bagi selektor. Terlebih dulu disebutkan tugas dan tujuan perpustakaan yang bersangkutan. Bertolak dari tugas dan tujuan ini disusun kebijakan yang isinya menyebutkan keputusan mengenai prioritas, penolakan dan persetujuan atas bahan pustaka yang dipilih. Kebijakan sebaiknya dibuat tertulis, sehingga kalau timbul masalah dapat ditunjuk kembali kepada kebijakan yang sudah ditetapkan itu.

Kebijakan pengembangan koleksi tertulis berfungsi sebagai : 1. Pedoman bagi para selektor

Dengan adanya kebijakan, mereka bekerja lebih terarah karena sasaran jelas, dan dana yang terbatas dimanfaatkan dengan lebih bijaksana.

(16)

Kebijakan akan memberitahu pada para pemakai, administrator, dewan pembina dan pihak lain apa cakupan dan ciri-ciri koleksi yang telah ada dan rencana untuk pengembangan selanjutnya.

3. Sarana perencanaan

Kebijakan memberi informasi yang akan membantu dalam proses alokasi dana.

Selain fungsi diatas kebijakan mempunyai manfaat lain diantaranya adalah :

1. Membantu menetapkan metode untuk menilai bahan sebelum dibeli. 2. Membantu memilih cara terbaik untuk pengadaan.

3. Membantu menghadapi masalah sensor dengan dengan menjelaskan bahan macam apa yang akan dibeli dan menunjukkan bahwa kebijakan tersebut didukung oleh para administrator lembaga yang bersangkutan.

4. Membantu dalam perencanaan anggaran jangka panjang dengan menetapkan prioritas-prioritas dan garis besar sasaran pengembangan. 5. Membantu merencanakan bentuk-bentuk kerjasama dengan perpustakaan

lain.

6. Membantu identifikasi bahan pustaka yang perlu dipindahkan ke gudang atau dikeluarkan dari koleksi.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pengembangan koleksi meliputi kegiatan memperluas koleksi yang ada di perpustakaan. Terutama kegiatan yang berkaitan dengan seleksi dan evaluasi koleksi perpustakaan.

2.3.5 Anggaran Belanja Perpustakaan

Anggaran merupakan faktor yang paling utama dalam menjalankan operasional perpustakaan. Menurut Yusuf (1996, 51) anggaran perpustakaan umum berasal dari :

1. Anggaran dari pemerintah. 2. Daftar isian proyek dari pemerintah.

(17)

5. Sumbangan dari organisasi sosial.

6. Uang denda pengembalian yang terlambat.

Sedangkan Standar Nasional Indonesia (SNI 7495:2009:6) menyebutkan

sumber anggaran perpustakaan umum berasal dari :

1. Anggaran perpustakaan secara rutin tersedia melalui Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD).

2. Anggaran dari sumber lain yang tidak mengikat.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa anggaran perpustakaan umum

berasal dari dana pemerintah, sumbangan serta bantuan dari organisasi lainnya.

2.3.6 Seleksi Bahan Pustaka

Menurut Yulia (1993, 26) seleksi adalah proses mengidentifikasi bahan

pustaka yang akan ditambahkan pada koleksi yang telah ada di perpustakaan.

Pihak-pihak yang berwenang melakukan seleksi adalah :

1. Pada perpustakaan sekolah, pihak yang berwenang melakukan seleksi

adalah kepala sekolah/wakilnya bila ada, dan guru.

2. Pada perpustakaan umum, pihak yang berwenang melakukan seleksi

adalah dewan penasehat/penyantun perpustakaan, tokoh masyarakat

disekitar perpustakaan umum itu berada.

3. Pada perpustakaan perguruan tinggi, pihak yang berwenang melakukan

seleksi adalah pimpinan universitas, pimpinan fakultas dan dosen.

4. Pada perpustakaan khusus, pihak yang berwenang melakukan seleksi

adalah pimpinan institusi dimana perpustakaan itu bernaung, dan

orang-orang yang mengetahui dengan jelas kebutuhan institusi tersebut.

Sulistyo-Basuki (1993, 429) menyatakan bahwa untuk dapat menjadi

seorang selektor yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Menguasai sarana bibliogarfi yang tersedia, paham akan dunia penerbitan

khususnya mengenai penerbit, spesialis para penerbit, kelemahan mereka,

standar, hasil terbitan yang ada selama ini, dan sebagainya.

b. Mengetahui latar belakang para pemakai perpustakaan, misalnya siapa saja

(18)

perpustakaan, dan mengapa ada kelompok yang menggunakan koleksi

perpustakaan lebih banyak dari pada kelompok lainnya.

c. Memahami kebutuhan pemakai.

d. Hendaknya personil pemilihan buku bersikap netral, tidak bersikap

mendua, menguasai informasi, memiliki akal sehat dalam pemilihan buku.

e. Pengetahuan mendalam mengenai koleksi perpustakaan.

f. Mengetahui buku melalui proses membuka-buka ataupun melalui proses

membaca.

Menurut Yulia (1993, 28) pada umumnya perpustakaan memilih bahan

pustaka yang baik sesuai dengan kebutuhan pemakainya. Untuk itu personal yang

bertanggung jawab melakukan seleksi perlu memahami pedoman dasar berikut :

1. Mengatahui berbagai jenis bahan pustaka yang ada di pasaran.

2. Memahami tujuan dan fungsi perpustakaan tempat ia bekarja.

3. Mengenal kebutuhan masyarakat yang dilayani.

4. Mengenal prinsip-prinsip seleksi.

5. Mengenal dan mampu menggunakan alat-alat bantu seleksi.

6. Memahami berbagai kendala yang ada.

Adapun alat bantu seleksi dapat dibagi atas dua kelompok :

1. Alat bantu seleksi

Yaitu alat yang dapat membantu pustakawan untuk memutuskan apakah

bahan pustaka diseleksi, karena informasi yang diberikan dalam alat

tersebut tidak terbatas pada data bibliografi, tetapi juga mencakup

keterangan mengenai isi bahan pustaka tersebut, dan keterangan lain yang

diperlukan untuk mengambil keputusan.

Contoh alat bantu seleksi antara lain :

a. Majalah tinjauan buku/bahan pustaka lain.

b. Daftar judul untuk jenis perpustakaan tertentu (core list), subjek

tertentu atau kelompok tertentu.

c. Indeks, misalnya book review digest, book review index, dan

sebagainya.

(19)

Yaitu alat bantu seleksi yang hanya mencantumkan data bibliografi bahan

pustaka (kadang-kadang dengan harganya).

Contoh alat identifikasi dan verifikasi adalah :

a. Katalog penerbit.

b. Berbagai jenis bibliografi.

c. Katalog perpustakaan penting untuk subjek atau media tertentu.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa dalam proses seleksi bahan

pustaka harus melibatkan orang-orang yang dianggap berwenang di dalamnya dan

untuk menjadi seorang selektor harus benar-benar memahami dan menguasai

tentang koleksi perpustakaan.

2.3.7 Pengadaan Koleksi

Pengadaan atau akuisisi koleksi bahan pustaka merupakan proses awal

dalam mengisi perpustakaan dengan sumber-sumber informasi. Bagi perpustakaan

yang baru dibentuk atau didirikan, kegiatan pengadaan ini meliputi pekerjaan

penentuan kriteria koleksi perpustakaan dan pembentukan koleksi awal. Untuk

perpustakaan yang sudah berjalan, kegiatan pengadaan untuk menambah dan

melengkapi koleksi yang sudah ada.

Menurut Sutarno (2006, 174) pengadaan koleksi bahan pustaka dapat

dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :

1. Pembelian baik langsung maupun melalui pihak ketiga.

2. Melakukan tukar menukar.

3. Mendapatkan bantuan/sumbangan.

4. Mengadakan seperti membuat foto copy, membuat duplikasi, membuat

CD, dan lain sebagainya.

5. Menerbitkan, termasuk di dalamnya membuat kliping koran.

Menurut Yulia (1993, 41) pengadaan koleksi dilakukan melalui beberapa

cara :

1. Pembelian.

2. Pertukaran.

(20)

Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Sulistyo-Basuki (1993,

222) metode pengadaan bahan pustaka dapat dilakukan dengan cara :

1. Pembelian

2. Pertukaran

3. Hadiah

4. Keanggotaan Organisasi

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa kegiatan pengadaan koleksi

dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain pembelian, tukar-menukar,

hadiah, sumbangan, dan terbitan sendiri.

2.3.8 Pengolahan Koleksi

Menurut Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum

(2000, 25) “Pengolahan bahan pustaka adalah proses atau kegiatan memproses

atau mengolah bahan pustaka agar siap dipinjam untuk dibaca atau didengar oleh

masyarakat pemakai”.

Menurut Sutarno (2006, 179) “Pengolahan adalah pekerjaan yang diawali

sejak koleksi diterima di perpustakaan sampai dengan penempatan di rak atau di

tempat tertentu yang telah disediakan”. Pekerjaan pengolahan koleksi yang

berbentuk tercetak dan terekam dibedakan dan dipisahkan, meskipun ada

pekerjaan yang memiliki kesamaan. Untuk yang berbentuk tercetak yakni buku

dan sejenisnya, maka pekerjaan pengolahan itu meliputi :

1. Menyusun rencana operasional pengolahan bahan pustaka, meliputi :

a. Menentukan sistem klasifikasi dan katalogisasi yang akan dipakai.

b. Menentukan kebijakan otomasi dan penggunaan komputer dalam

mengolah, menyimpan dan menggunakan koleksi.

c. Perancangan kartu-kartu, slip buku dan formulir yang diperlukan.

2. Registrasi bahan pustaka

Kegiatan ini adalah mencatat identitas bahan pustaka pada buku induk atau

kartu indeks dan sejenisnya atau secara elektronis ke pangkalan data

komputer. Data pustaka yang didaftarkan pada buku induk meliputi :

(21)

b. Judul buku

c. Tanggal diterima di perpustakaan d. Tahun terbit

e. Edisi ke berapa? f. Nama penerbit

g. Tempat dan tahun terbit

h. Sumber

i. Keterangan lain yang dianggap perlu, seperti harga, jumlah eksemplar, dan seri.

3. Pengecapan atau stempel perpustakaan pada halaman tertentu, biasanya dibubuhkan dibagian depan, dibagian tengah dan dibagian belakang buku.

4. Klasifikasi

Klasifikasi berasal dari kata classification, dari kata kerja to classify, yang berarti menggolongkan dan menempatkan benda-benda yang sama di satu tempat. Selanjutnya mengklasifikasi adalah kegiatan menganalisis bahan pustaka dan menentukan notasi yang mewakili subjek bahan pustaka

dengan menggunakan sistem klasifikasi tertentu. Salah satunya sistem Dewey Decimal Classification (DDC), Universal Dewey Classification, (UDC) atau sistem yang lain. Klasifikasi tersebut pada dasarnya untuk mengelompokkan bahan pustaka berdasarkan isi atau subjeknya. Selanjutnya memudahkan mengatur, menematkan, dan menggunakan atau menemukan kembali informasi (information retreival) sewaktu-waktu di

pergunakan. 5. Katalogisasi

Katalogisasi adalah kegiatan membuat deskripsi data bibliografi suatu bahan pustaka menurut standar atau peraturan tertentu. Katalogisasi dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

a. Katalogisasi sederhana, adalah kegiatan katalogisasi yang hanya

(22)

asli, pengarang, edisi, penerbit, tempat terbit, dan nomor standar

seperti Internasional Standard Book Number(ISBN).

b. Katalogisasi kompleks, adalah kegiatan katalogisasi yang

mencantumkan informasi data bibliografis tingkat 1 ditambah antara

lain judul pararel, judul-judul seri, judul terjemah, dan pengarang

tambahan.

c. Katalog salinan adalah kegiatan menyalin data bibliografi bahan

pustaka dari sumber bibliografi lain dengan atau tanpa menambah

informasi yang diperlukan.

Kartu-kartu katalog yang dibuat dapat terdiri atas :

1) Katalog pengarang

2) Katalog judul

3) Katalog subjek

4) Katalog klasifikasi

6. Pembuatan kelengkapan pustaka

Pembuatan kelengkapan pustaka adalah kegiatan menyiapkan dan

membuat kelengkapan pustaka agar pustaka itu siap dipakai, mudah

dipergunakan, dan untuk memelihara agar koleksi tetap dalam keadaan

baik.

7. Penjajaran kartu (file)

Kartu-kartu katalog yang sudah selesai dibuat (ditik) sesuai dengan format,

kemudian dijajarkan (di- file) pada laci atau lemari katalog. Penjajaran

kartu-kartu itu menurut urutan abjad atau kamus.

8. Penyusunan koleksi di rak

Setelah bahan pustaka selesai diproses dan dilengkapi dengan berbagai

kelengkapan tersebut di atas, dan kartu-katu katalog dijajarkan menurut

sistem tertentu. Kemudian bahan pustaka tersebut harus segara disusun

atau diatur pada rak buku untuk dilayankan kepada pemakai perpustakaan.

9. Penyimpanan dan pelestarian bahan pustaka

Pekerjaan penyimpanan dan pelestarian bahan pustaka merupakan salah

(23)

setiap bahan pustaka selalu terpelihara atau terawat sehingga usianya

menjadi panjang, daya pakainya lama, dan penempatannya di rak selalu

teratur dan keadaannya selalu bersih.

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa pengolahan koleksi

adalah kegiatan yang diawali sejak koleksi diterima di perpustakaan sampai

dengan penyusunan di rak. Sehingga pemakai tidak menemukan kesulitan dalam

menemukan informasi yang diperlukan.

2.3.9 Perawatan Bahan Pustaka

Menurut Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum

(2000, 31) kegiatan merawat bahan pustaka meliputi tindakan :

1. Pencegahan sebelum bahan pustaka mengalami kerusakan dan

2. Penanganan, merawat secara fisik bahan pustaka yang mengalami

kerusakan.

Pencegahan sebelum bahan pustaka mengalami kerusakann dapat meliputi

berbagai tindakan seperti : memperhatikan keadaan ruangan koleksi agar tidak

terjadi kebocoran atap dan air tidak masuk, suhu didalam ruangan koleksi cocok

bagi pemeliharaan pustaka, bahan pustaka tertentu barangkali perlu disampul atau

dilaminasi, membuat ketentuan bagi peminjam agar turut memelihara bahan

pustaka, sekali sebulan koleksi difumigasi dan lain-lain. Penanganan bahan

pustaka yang mengalami kerusakan terdiri dari tindakan-tindakan : melakukan

perbaikan dengan melaminasi halaman yang akan rusak atau yang sudah rapuh,

menjilid kembali, memberi bahan kimia pengawet kertas dan menghindarkan

masuknya serangga kedalam buku, dan lain sebagainya.

Menurut Yulia (1993, 190) “Tujuan perawatan dan pelestarian bahan

pustaka adalah melestarikan kandungan informasi bahan pustaka dengan alih

bentuk menggunakan media lain atau melestarikan bentuk aslinya selengkap

mungkin agar bahan pustaka itu dapat digunakan secara optimal dalam jangka

waktu yang cukup lama”.

Perawatan koleksi bahan pustaka meliputi kegiatan-kegiatan sebagai

(24)

1. Reproduksi bahan pustaka

Reproduksi dilakukan untuk merawat bahan pustaka yang langka dan

mudah rusak. Reproduksi itu dilakukan dengan cara :

a. Mereproduksi bahan pustaka dengan membuat fotocopynya.

b. Mereproduksi bahan pustaka ke dalam bentuk lain.

c. Bahan pustaka berbentuk mikro dengan frekuensi penggunaan yang

tinggi sebaiknya dibuatkan duplikasi.

d. Demikian pula dengan bahan pustaka berbentuk pita rekaman audio,

video, slide dan sebagainya.

2. Penjilidan dan laminasi

a. Bahan pustaka yang perlu dijilid adalah :

1) Bahan pustaka yang sampulnya rusak atau terlalu tipis.

2) Bahan pustaka yang benang jahitannya untuk mengikat

lembaran-lembaran lepas, telah lepas.

3) Bahan pustaka yang memiliki halaman tidak berurutan,

sehingga perlu dibongkar untuk dijilid lagi.

b. Bahan pustaka yang berbentuk majalah akan dijilid bila semua nomor

untuk satu volume telah lengkap.

c. Laminasi

Manuskrip, naskah, dokumen kuno biasanya kertasnya mudah lapuk

dan hancur sehingga perlu diawetkan dengan disemprot bahan kimia

atau dengan proses laminasi.

3. Pencegahan faktor-faktor perusak koleksi

Ada tiga faktor utama penyebab kerusakan koleksi, yaitu :

a. Faktor fisik atau mekanis

Faktor-faktor penyebab :

1) Abrasi (keausan) yang terjadi pada bahan pustaka disebabkan

perlakuan yang kurang tepat terhadap bahan pustaka dalam

pengiriman, penempatan pada rak, frekuensi pemakaian,

pemakaian oleh pembaca atau petugas pada waktu

(25)

2) Debu dan kotoran, terjadi karena kurang bersihnya ruang

perpustakaan.

3) Cahaya matahari, sinarnya secara langsung mengenai bahan

pustaka.

b. Faktor kimia atau iklim

Faktor-faktor penyebab :

1) Kelembaban udara yang derajat kelembaban nisbinya lebih

dari 65% akan mempercepat kerusakan bahan pustaka,

terutama di daerah tropis seperti di Indonesia.

2) Suhu udara yang tinggi dalam udara yang lembab merupakan

faktor penyebab kerusakan kertas dan bahan lainnya.

3) Reaksi kimia yang terjadi karena proses oksidasi dan hidrolisa

bahan selulose merupakan salah satu bahan campuran kertas.

4) Pencemaran udara yang ditimbulkan oleh gas-gas ,

pada konsentrasi tinggi, jika terjadi dalam kelembaban dan

suhu udara yang cukup tinggi akan menghasilkan asam-asam

kuat yang merusak bahan kertas, film, dan alat-alat dari logam.

c. Faktor hayati

Faktor-faktor penyebab :

1) Beberapa species cendawan tertentu dapat berkembang biak

dengan baik dalam kelembaban dan suhu udara yang tinggi

(kelembaban 85-95% dan suhu 25-32 derajat Celcius).

Cendawan itu akan merusak bahan perekat buku yang

mengandung unsur karbohidrat.

2) Serangga-serangga tertentu seperti anai-anai, kecoak, ngengat

dan sebagainya merupakan penyebab kerusakan kertas, kayu

dan dipengaruhi faktor lingkungan seperti cendawan.

3) Hewan pengerat terutama tikus yang membuat sarang dari

bahan kertas.

(26)

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa untuk menjaga agar koleksi

perpustakaan tetap bagus dan awet maka perlu dilakukan perawatan koleksi.

Adapun proses perawatan koleksi perpustakaan terdiri dari reproduksi bahan

pustaka, penjilitan dan laminasi, serta pencegahan faktor-faktor perusak koleksi.

2.3.10 Stock Opnamedan Penyiangan Koleksi (Weeding)

Menurut Yulia (1993, 171) “Stock opname merupakan suatu kegiatan

penghitungan kembali koleksi bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan. Secara

lebih rinci, dari kegiatan ini dapat diketahui jumlah bahan pustaka menurut

golongan ilmunya, dapat diketahui buku-buku yang hilang, dapat diperolehnya

susunan buku yang rapih (tepat susunan penempatannya), juga diketahuinya

kondisi fisik buku, apakah ada yang rusak/tidak lengkap”.

Kegiatan stock opnamebertujuan untuk :

1. Mengetahui dengan tepat profil koleksi bahan pustaka yang ada disuatu

perpustakaan.

2. Mengetahui jumlah buku (judul/eksemplar) koleksi bahan pustaka menurut

golongan klasifikasi dengan tepat.

3. Menyediakan jajaran katalog yang tersusun rapi yang mencerminkan

kondisi koleksi bahan pustaka.

4. Mengetahui dengan tepat buku-buku yang tidak ada katalognya.

5. Mengetahui dengan tepat buku-buku yang dinyatakan hilang.

6. Mengetahui dengan tepat kondisi buku, apakah dalam keadaan rusak atau

tidak lengkap.

Keuntungan Stock Opname:

1. Dapat disusun daftar buku-buku yang perlu disiangi karena sudah tidak

sesuai lagi baik subjek, tahun, kondisi bahan pustakanya serta dapat

disusunnya daftar dirapikan.

2. Dengan diketahuinya buku-buku dari berbagai subjek yang hilang, ini

menunjukkan bahan pustaka tersebut banyak diminati oleh pengguna.

3. Dapat diketahuinya laju kehilangan bahan pustaka disuatu perpustakaan.

(27)

5. Dapat dilakukan pembersihan bahan pustaka dari debu dan kotoran lain.

Kerugian Stock Opname:

1. Mengurangi kenyamanan bagi pengguna, karena selama kegiatan stock

opname, semua bahan pustaka yang dipinjam ditagih.

2. Selama kegiatan stock opname, banyak perpustakaaan tidak memberikan

pelayanannya kepada pengguna.

3. Memerlukan biaya yang relatif mahal.

Metode dan prosedur Stock Opname:

Dalam melaksanakan kegiatan stock opname, terdapat beberapa metode

yang dapat dilakukan Sulistyo-Basuki (1991) :

1. Daftar pengadaan.

2. Daftar/register berisi nomor induk.

3. Lembar lepas berisi nomor induk.

4. Kartu uji (check card).

5. Menghitung buku.

6. Stock opnameberdasarkan sampel/contoh.

7. Dengan bantuan komputer.

8. Shelf list.

Kebutuhan pengguna perpustakaan akan berubah dari waktu ke waktu.

Disamping itu dengan makin berkembangnya ilmu dan teknologi, maka beberapa

bahan pustaka menjadi usang isinya. Untuk menjaga agar koleksi perpustakaan

dapat bermanfaat bagi penggunanya, maka selain koleksi itu perli ditambah,

koleksi itu perlu pula disiangi.

Kegiatan weedinghendaknya memiliki pedoman dalam pelaksanaanya.

Pedoman umum penyiangan koleksi menurut Yulia (1993, 199) adalah :

1. Subjek tidak sesuai lagi dengan kebutuhan pengguna perpustakaan.

2. Bahan pustaka yang sudah usang isinya.

3. Edisi terbaru sudah ada sehingga yang lama dapat dikeluarkan dari

koleksi.

(28)

5. Bahan pustaka yang isinya tidak lengkap lagi dan tidak dapat diusahakan

gantinya.

6. Bahan pustaka yang jumlah copynya terlalu banyak, tetapi frekuensi

pemakaiannya rendah.

7. Bahan pustaka terlarang.

Adapun prosedur penyiangan adalah :

1. Pustakawan mengadakan pemilihan bahan pustaka yang perlu dikeluarkan

dari koleksi berdasarkan pedoman penyiangan.

2. Pustakawan membuat daftar dari bahan pustaka yang mungkin sudah

waktunya dikeluarkan dari koleksi.

3. Buku yang dikeluarkan dari koleksi, kartu-kartunya dikeluarkan dari

kantong buku yang bersangkutan.

4. Buku-buku tersebut dicap ‘dikeluarkan dari koleksi perpustakaan’ sebagai

bukti bahwa bahan pustaka itu sudah bukan milik perpustakaan lagi.

5. Apabila bahan tersebut masih dapat dipakai orang lain maka dapat

disisihkan untuk bahan penukaran atau dihadiahkan.

6. Bila pustakawan merasa ragu bahwa buku yang dikeluarkan dari koleksi

itu mungkin masih dicari pengguna sekali-kali, maka buku-buku seperti itu

bisa disusun di gudang dahulu.

7. Bahan yang lain dimusnakan dengan memperhatikan peraturan yang

berlaku tentang penghapusan barang milik negara, terutama untuk

perpustakaan yang bernaung di bawah badan pemerintah.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kegiatan penyiangan

koleksi perpustakaan tidak langsung dilakukan dengan menurunkan koleksi dari

dalam rak tetapi harus terlebih dahuli melihat pedoman penyiangan dan prosedur

penyiangan koleksi.

2.4 Evaluasi Koleksi

Perpustakaan perlu melakukan evaluasi koleksi secara periodik dan

sistematik untuk mengetahui apakah koleksi itu mengikuti perubahan yang terjadi

(29)

2.4.1 Pengertian Evaluasi Koleksi

Menurut Aji (2008, 1) “Evaluasi koleksi adalah kegiatan menilai koleksi

perpustakaan baik dari segi ketersediaan koleksi itu bagi pengguna maupun

pemanfaatan koleksi itu oleh pengguna”.

Sedangkan Hafiah (2011, 57) “Menyatakan bahwa evaluasi koleksi adalah

kegiatan akhir dalam pengembangan koleksi yang bertujuan untuk mengukur

apakah koleksi yang telah ada sudah memenuhi tujuan yang diharapkan. Evaluasi

koleksi dapat berguna untuk melihat kualitas dan kuantitas koleksi yang dimiliki

oleh suatu perpustakaan”.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa evaluasi koleksi adalah kegiatan

yang dilakukan oleh perpustakaan untuk menilai sejauh mana tujuan perpustakaan

telah berhasil dicapai dalam memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Evaluasi

koleksi merupakan bagian dari proses pengembangan koleksi, termasuk kebijakan

penambahan koleksi, pengadaan, pengolahan, dan seleksi koleksi.

2.4.2 Tujuan Evaluasi Koleksi

Pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan, begitu

juga dengan evaluasi koleksi. Tujuan evaluasi koleksi menurut Junaidi (2010, 3)

yaitu :

1. Untuk mengembangkan program pengadaan yang cerdas dan realistis

berdasarkan pada data koleksi yang sudah ada.

2. Untuk menjadi bahan pertimbangan pengajuan anggaran untuk pengadaan

koleksi berikutnya.

3. Untuk menambah pengetahuan staf pengembangan koleksi terhadap

keadaan koleksi.

Adapun tujuan evaluasi koleksi menurut Nurjanah (2010, 12) adalah

sebagai berikut :

1. Tujuan Internal

a. Kebutuhan pengembangan koleksi :

1) Untuk mengetahui : cakupan subjek koleksi, kedalaman

(30)

uang dari koleksi yang ada (data aset perpustakaan), masalah

yang dihadapi oleh kebijakan pengembangan koleksi dan

program-programnya, perubahan apa saja yg harus dilakukan

dengan program yg ada, dan apakah staf pengembangan

koleksi sudah menjalankan tugas-tugasnya dengan baik.

2) Untuk mendata : kekuatan koleksi dan kelemahannya secara

kualitatif maupun kuantitatif (pada subjek apa saja).

3) Untuk mendapatkan : data bagi kepentingan program

pengembangan koleksi bersama perpustakaan lain, data bagi

kepentingan penyiangan, data bagi kepentingan stock opname.

b. Kebutuhan anggaran, membantu penentuan :

1) Alokasi anggaran untuk memperkuat subjek yang lemah.

2) Alokasi anggaran untuk memelihara subjek yang sudah kuat.

3) Alokasi anggaran untuk pengembangan koleksi lama/

retrospective.

4) Semua alokasi anggaran pengembangan koleksi.

2. Tujuan Eksternal

a. Kebutuhan institusi lokal, untuk mengetahui :

1) Kinerja perpustakaan.

2) Rasionalisasi anggaran pengembangan koleksi yang diajukan.

3) Apakah anggaran yang diperoleh bisa menunjang kebutuhan.

4) Apakah perpustakaan tersebut sudah setara dengan unit

pelayanan lain dalam komunitas yang sama.

5) Alternatif lain dari penambahan ruang (ruang penyiangan).

6) Apakah koleksi sudah kadaluarsa.

7) Apakah koordinasi dalam program pengembangan koleksi

sudah berjalan dengan baik.

8) Apakah tingkat duplikasi koleksi sudah tepat.

9) Apakah rasio biaya/ keuntungan (cost/ benefit) masuk akal.

b. Kebutuhan luar organisasi, menyiapkan data untuk :

(31)

2) Badan-badan pendanaan dan donor.

3) Berbagai program jaringan, konsorsium, dan kerjasama

lainnya.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan evaluasi koleksi adalah

untuk mengetahui kualitas dan mutu koleksi perpustakaan dan juga untuk

menambah pengetahuan staf pengembangan koleksi terhadap keadaan koleksi

perpustakaan.

2.5 Standar Nasional Perpustakaan (SNP)

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007 tentang

Perpustakaan bahwa “Perpustakaan Nasional Republik Indonesia adalah Lembaga

Pemerintah Non Kementerian yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam

bidang perpustakaan, bertugas menetapkan kebijakan nasional, kebijakan umum

dan kebijakan teknis pengelolaan perpustakaan; melaksanakan pembinaan,

pengembangan, evaluasi dan koordinasi terhadap pengelolaan perpustakaan;

membina kerjasama dalam pengelolaan berbagai jenis perpustakaan; dan

mengembangkan standar nasional perpustakaan.

Perpustakaan Nasional RI sebagai lembaga pembina harus dapat diteladani

dan dirujuk sebagai acuan nasional dalam melaksanakan layanan, pembinaan, dan

pengembangan perpustakaan di Indonesia.

Dalam melaksanakan salah satu tugasnya Perpustakaan Nasional RI

menyusun Standar Nasional Perpustakaan. Tim Perumus Standar Nasional

Perpustakaan pada tanggal 10 -12 November 2011 di Bogor, telah membahas dan

menyepakati 5 (lima) Standar Nasional Perpustakaan, yaitu Perpustakaan

Provinsi, Perpustakaan Umum Kabupaten/Kota, Perpustakaan Kecamatan,

Perpustakaan Desa/Kelurahan, dan Perpustakaan Khusus.

Kelima Standar Nasional Perpustakaan Umum dan Khusus merupakan

dasar acuan pendirian, pengelolaan dan pengembangan perpustakaan yang berlaku

(32)

2.5.1 SNP 003 : 2011 Perpustakaan Umum Kabupaten/Kota

Standar Nasional Perpustakaan/SNP perpustakaan umum kabupaten/kota

dimaksudkan untuk menyediakan acuan tentang manajemen perpustakaan yang

berlaku pada perpustakaan umum kabupaten/kota.

Standar ini merupakan hasil amanat dari Undang-Undang Nomor 43 tahun

2007 tentang Perpustakaan, khususnya pasal 11 yaitu Standar Nasional

Perpustakaan terdiri atas: standar koleksi perpustakaan, standar sarana dan

prasarana, standar pelayanan perpustakaan, standar tenaga perpustakaan, standar

penyelenggaraan dan standar pengelolaan.

Standar ini dibahas dan disepakati secara konsensus oleh Tim Perumus

Standar Nasional Perpustakaan pada tanggal 10-12 Nopember 2011 di Bogor.

2.5.2 Indikator Koleksi Perpustakaan Menurut SNP 003 : 2011 Berikut beberapa indikator koleksi menurut SNP 003 : 2011 yaitu :

2.5.2.1 Koleksi Perkapita

Menurut SNP 003 : 2011 : Jumlah (judul) koleksi perpustakaan

sekurang-kurangnya 0,025 per kapita dikalikan jumlah penduduk di wilayah kabupaten/kota

yang bersangkutan.

Tabel 2.1: Koleksi Perkapita

No. Jumlah Penduduk (jiwa)

Jumlah Koleksi (judul)

Keterangan

1 <200.000 5.000

2 200.000-300.000 7.500

3 300.000-400.000 10.000

4 dst (kelipatan 100.000) penambahan 2.500

judul

2.5.2.2 Usia Koleksi

Menurut SNP 003 : 2011 : Perpustakaan memiliki koleksi terbaru (lima

tahun terakhir) sekurang-kurangnya 10% dari jumlah koleksi.

2.5.2.3 Jenis Koleksi

(33)

a. Perpustakaan memiliki jenis koleksi anak, koleksi remaja, dewasa, koleksi

referensi anak, koleksi referensi remaja/ dewasa, koleksi khusus, surat

kabar, majalah, dan koleksi non cetak.

b. Jenis koleksi perpustakaan mengakomodasikan semua kebutuhan

masyarakat, termasuk kebutuhan penyandang cacat.

c. Perpustakaan menyediakan koleksi terbitan lokal dan koleksi muatan

lokal.

d. Koleksi perpustakaan terdiri dari berbagai disiplin ilmu sesuai kebutuhan

masyarakat.

e. Komposisi dan jumlah masing-masing jenis koleksi disesuaikan dengan

kebutuhan masyarakat dan kebijakan pembangunan daerah.

2.5.2.4 Koleksi Referensi

Menurut SNP 003 : 2011 : Perpustakaan menyediakan bahan perpustakaan

referensi. Koleksi bahan perpustakaan referensi sekurang-kurangnya terdiri dari

ensiklopedia, direktori, handbook/manual, kamus, majalah indeks.

2.5.2.5 Pengembangan Koleksi

Menurut SNP 003 : 2011 :

a. Perpustakaan mempunyai kebijakan pengembangan koleksi secara tertulis

dan harus ditinjau sekurang-kurangnya setiap 3 (tiga) tahun.

b. Kebijakan pengembangan koleksi mencakup seleksi, pengadaan,

pengolahan, dan penyiangan bahan perpustakaan, serta pelestarian terbitan

dan muatan lokal (deposit lokal).

c. Penambahan koleksi buku sekurang-kurangnya 5% dari jumlah judul per

tahun.

d. Kebijakan pengembangan koleksi ditindaklanjuti dengan program tahunan

dan pedoman kerja perpustakaan.

e. Pengembangan koleksi mempertimbangkan kebutuhan pelayanan

(34)

2.5.2.6 Belanja Bahan Perpustakaan

Menurut SNP 003 : 2011 : Perpustakaan memiliki anggaran belanja

perpustakaan sekurang kurangnya Rp. 4.000,- per kapita per tahun.

2.5.2.7 Pengorganisasian Bahan Perpustakaan

Menurut SNP 003 : 2011 :

a. Seleksi bahan perpustakaan

Seleksi bahan perpustakaan dilakukan berdasarkan usulan dari pemustaka,

usulan tim seleksi, dan menggunakan katalog penerbit.

b. Proses pengolahan bahan perpustakaan

 Pengolahan bahan perpustakaan dilakukan dengan sistem yang baku.

Proses pengolahan bahan perpustakaan dilakukan melalui pencatatan

dalam buku induk (dilakukan secara otomasi), deskripsi bibliografis,

pengklasifikasian bahan perpustakaan dengan menggunakan label

warna dan/atau notasi klasifikasi.

 Bahan perpustakaan yang telah selesai diproses, selambat-lambatnya

satu minggu telah tertata diruang koleksi dan dapat diakses oleh publik

(pemustaka).

2.5.2.8 Perawatan Koleksi

Menurut SNP 003 : 2011 :

a. Pembasmian serangga perusak bahan pustaka

Perpustakaan melakukan fumigasi setiap 3 (tiga) tahun sekali.

b. Pengendalian kondisi ruangan (cahaya kelembaban)

Untuk mengendalikan kondisi koleksi, perpustakaan menjaga temperatur,

cahaya dan kelembaban ruangan.

c. Penjilidan

Perpustakaan melakukan penjilidan bahan pustaka surat kabar dan majalah

sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setahun.

d. Perbaikan bahan perpustakaan

Perpustakaan melakukan perbaikan bahan pustaka yang sudah rusak 1

(35)

2.5.2.9 Cacah Ulang dan Penyiangan

Menurut SNP 003 : 2011 : Perpustakaan melakukan cacah ulang dan

penyiangan koleksi sekurang kurangnya 3 (tiga) tahun sekali. Jumlah koleksi yang

Gambar

Tabel 2.1: Koleksi Perkapita

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, untuk menangani masa- lah putus sekolah dan peningkatan partisipasi sekolah pendidikan dasar di Kabupaten OI, diperlukan suatu analisis yang

Ketika harus menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu yang bersamaan, maka akan akan menimbulkan kelelahan bagi saya. SS S

Kapal pembangkit listrik dengan menggunakan tenaga gelombang air laut dapat dibuat di Indonesia, dibangun sesuai dengan regulasi atau peraturan dan dapat menjadi solusi

Dari hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada variabel kendali perilaku dari konsumen kosmetik berlabel halal dengan konsumen kosmetik

adalah kapang pelapuk putih yang tumbuh dengan cepat, hanya dibutuhkan beberapa hari atau minggu untuk mendegradasi substrat dan proses degradasi lignin dan hemiselulosa

Melalui diskusi grup WA, tentang cara-cara perawatan tumbuhan, siswa dapat menuliskan hasil wawancara mengenai cara-cara perawatan tumbuhan dengan kaidah EYD yang

Ketika pemerintah China menunjukkan sikap positif terhadap kepemimpinanKim Jong Un untuk meningkatkan hubungan antara kedua belah pihak dengan makanan yang

penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS dapat disimpulkan ada pengaruh antara perputaran kas,