• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Mie Instant - Pemanfaatan Limbah Cair Industri Mie Instant Untuk Proses Pembuatan Sabun Mandi Cair

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Mie Instant - Pemanfaatan Limbah Cair Industri Mie Instant Untuk Proses Pembuatan Sabun Mandi Cair"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Industri Mie Instant

Industri mie instant merupakan salah satu dari sekian banyak industri makanan yang menggunakan minyak sebagai media pemanas dalam proses produksinya. Minyak merupakan bahan baku yang digunakan untuk menggoreng mie, yang tujuannya adalah agar mie tersebut memiliki kadar air yang rendah. Mie dengan kadar air yang rendah akan membuatnya lebih tahan lama, karena bakteri tidak akan berkembang biak pada bahan makanan yang memiliki kadar air rendah. Penggorengan adalah salah satu tahap dalam proses produksi mie instant yang cukup kritikal karena dengan penggorengan pada suhu tinggi dan waktu tertentu sesuai dengan standar, dipastikan seluruh mikroba akan mati. Oleh karena itu setiap Industri mie instant menetapkan tahap pengorengan ini sebagai Critical Control Point (CCP).

(2)

Alur Proses Pengolahan Limbah Cair Industri Mie Instant

Penjelasan Alur Proses Pengolahan Limbah Cair Industri Mie Instant

- Air limbah yang dihasilkan dari bangunan pabrik, akan dialirkan secara gravitasi ke bangunan Waste Water Treatment. Terlebih dahulu ditampung pada suatu bak kontrol yang terdapat saringan yang berfungsi menyaring ampas yang terbawa air limbah.

- Air limbah yang telah disaring akan masuk kedalam bak Influent Holding Tank, di dalam bak ini terdapat sekat dari plat hitam yang berfungsi intuk memisahkan minyak (Oil Seperator ) untuk mendapatkan air keluaran dengan kandungan minyak yang minimal. Pemisahan minyak dilakukan secara manual dengan cara menggayung minyak yang berada diatas permukaan untuk dibuang keluar bak, sedangkan air limbah akan mengalir melalui sekat bawah. Minyak yang diambil tersebut mengandung maksimal 10 % air, hal ini dikarenakan agar minyak yang diperoleh tersebut dapat dimanfaatkan kembali tanpa harus kesulitan dalam memisahkan kandungan air yang terlalu banyak dalam minyak tersebut.

Influent Holding Penyaringan Padatan

Buffer Tank

CSAS Tank / Aerasi Reactor Chamber

Decenter

Effluent Holding Tank

Lumpur Sludge Bak Peresapan Platform

(3)

- Setelah melalui Oil Seperator, air limbah akan di pompa ke dalam bak PH Control Tank. Proses ini akan berjalan sebanyak 10 (Sepuluh ) kali dalam sekali batch. Di bak ini akan terjadi penyesuaian PH sehingga berkisar antara 6,5 – 7,5. Sedangkan Zat yang dipakai untuk menetralisir PH terdapat pada Platform PH Control dalam 2 buah tangki, yang berisi Natrium Hidroksida (NaOH) dan Asam Chlorida (HCl) Zat ini dipompa ke dalam PH Tank secara otomatis.

- Selanjutnya air limbah akan dipompa ke bak Buffer Tank, pada bak ini air lama akan bercampur dengan air yang baru dinetralisir PH nya di bantu dengan pemberian Aerasi.

- Air akan mengalir secara gravitasi melalui lubang yang terdapat pada dinding atas ke bak Reactor Chamber. Pada bak ini air lama yang berada pada CSAS Tank yang mengandung microba, akan dipompa ke dalam bak Reactor Chamber dan juga diberikan aerasi untuk memberikan oksigen di dalam air sehingga mikroba pencerna yang terdapat pada bak dapat hidup.

- Dari bak Reactor Chamber air akan mengalir secara gravitasi ke bak CSAS Tank, dan akan dilakukan proses Cyclic Sequential Activated Sludge. Pada bak ini terjadi proses bioabsorpsi dan Oxidative degradation, yang bertujuan menghilangkan bau air dengan bantuan mikroba yang hidup didalam bak dan tetap diberikan aerasi selama 4 jam, setelah itu proses aerasi akan berhenti selama 1 jam. Setelah itu lumpur yang berada di CSAS Tank akan di sedot ke dalam bak Sludge Holding Tank. Pada bak ini juga diberikan aerasi agar lumpur mengalami pencernaan aerobic lanjutan dan stabilisasi. Air yang mengandung lumpur ini akan di buang ke dalam bak peresapan.

- Satu jam setelah aerasi berhenti, air permukaan yang sudah tidak mengandung kotoran – kotoran solid tersebut akan masuk kedalam Decenter untuk selanjutnya di buang ke bak Effluent Holding Tank.

- Air yang dibuang oleh Decenter di tampung terlebih dahulu di dalam bak Effluent Holding Tank untuk bercampur dengan air lama yang telah di proses. Dari bak ini air akan di gunakan untuk penyiraman lingkungan perusahaan.

Analisa mutu air limbah dilakukan secara harian dan mingguan bulanan. Parameter yang diperiksa adalah meliputi :

- Organoleptik (Warna dan Penampakan) - Suhu (Temperatur)

(4)

- COD

Prosedur analisa mengacu pada Prosedur Pengawasan Mutu Air Limbah. Baku mutu air limbah yang digunakan untuk penyiraman lingkungan pabrik mengacu pada Peraturan Daerah / Keputusan Mentri.

2.2 Minyak dan Lemak

Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar lemak berwujud padat, sedangkan minyak berwujud cair. Titik leleh minyak dan lemak tergantung pada strukturnya, biasanya meningkat dengan bertambahnya jumlah karbon. banyaknya ikatan ganda dua karbon juga berpengaruh. Trigliserida yang kaya akan asam lemak tak jenuh, seperti asam oleat dan linoleat, biasanya berwujud minyak sedangkan trigliserida yang kaya akan lemak jenuh seperti asam stearat dan palmitat, biasanya adalah lemak. Semua jenis lemak tersusun dari asam-asam lemak yang terikat oleh gliserol. Sifat dari lemak tergantung dari jenis asam lemak yang terikat dengan senyawa gliserol. Asam-asam lemak yang berbeda disusun oleh jumlah atom karbon maupun hidrogen yang berbeda pula. Atom karbon, yang juga terikat oleh dua atom karbon lainnya, membentuk rantai yang zigzag. Asam lemak dengan rantai molekul yang lebih panjang lebih rentan terhadap gaya tarik menarik intermolekul, (dalam hal ini yaitu gaya Van der waals) sehingga titik leburnya juga akan naik.(Tambun, 2006).

Asam-asam lemak yang menyusun lemak juga dapat dibedakan berdasarkan jumlah atom hidrogen yang terikat kepada atom karbon. Berdasarkan jumlah atom hidrogen yang terikat kepada atom karbon, maka asam lemak dapat dibedakan atas :

1. Asam lemak jenuh

Asam lemak jenuh merupakan asam lemak dimana dua atom hidrogen terikat pada satu atom karbon. Dikatakan jenuh karena atom karbon telah mengikat hydrogen secara maksimal. Contohnya :

(5)

- Asam palmitat (CH3(CH2)14CO2

- Asam stearat (CH

H), bersumber dari lemak hewani dan nabati.

3(CH2)16CO2

2. Asam lemak tak jenuh

H), bersumber dari lemak hewani dan nabati

Asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang memiliki ikatan rangkap. Dalam hal ini, atom karbon belum mengikat atom hidrogen secara maksimal karena adanya ikatan rangkap. Lemak yang mengandung satu saja asam lemak tak jenuh disebut lemah tak jenuh. Contohmya :

- Asam Palmitoleat (CH3(CH2)5CH=CH(CH2)7(CO2

- Asam Oleat (CH

H), bersumber dari lemak hewani dan nabati.

3(CH2)7CH=CH(CH2)7(CO2

- Asam linoleat (CH

H), bersumber dari lemak hewani dan nabati.

3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)7(CO2

- Asam linolenat (CH

H), bersumber dari minyak nabati.

3(CH2CH=CHCH2CH=CHCH2=CH(CH2)7(CO2H),

bersumber dari minyak biji rami. (Djatmiko, 1973)

Asam lemak jenuh maupun asam lemak tak jenuh berbeda dalam energi yang dikandungnya dan titik leburnya. Karena asam lemak tak jenuh mengandung ikatan karbon hidrogen yang lebih sedikit dibandingkan dengan asam lemak jenuh pada jumlah atom karbon yang sama, asam lemak tak jenuh memiliki energi yang lebih sedikit selama proses metabolisme daripada asam lemak jenuh pada keadaan dimana jumlah atom karbon sama. Asam lemak jenuh dapat tersusun dalam susunan yang rapat, sehingga asam lemak jenuh dapat dibekukan dengan mudah dan berwujud padatan pada temperatur ruangan.

(6)

tubuh untuk menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas. Gliserol ini dapat dikonversikan menjadi glukosa oleh hati dan kemudian glukosa inilah yang digunakan sebagai sumber energi. Lemak juga berfungsi sebagai buffer terhadap berbagai penyakit. Ketika senyawa terbentuk, baik kimia maupun biologis mencapai level yang tidak aman dalam aliran darah, lemak dapat menyimpan senyawa ini dalam jaringan lemak. Lemak merupakan sumber energi yang penting, dan digunakan tubuh sebagai sumber energi langsung dan juga sebagai tempat penyimpanan energi. Tetapi trigliserida cepat menjadi tengik, menimbulkan bau dan cita rasa yang tidak enak bila dibiarkan pada udara lembab suhu kamar. Lepasnya asam lemak yang mudah menguap (terutama asam butirat) dari lemak mentega menyebabkan bau mentega tengik. Asam-asam ini terbentuk melalui hidrolisis ikatan ester atau oksidasi ikatan ganda dua. Hidrolisis lemak atau minyak sering dikatalisis oleh enzim lipase yang terdapat dalam bakteri di udara. Ketengikan hidrolitik dapat dicegah atau ditunda dengan menyimpan bahan pangan dalam lemari pendingin. Bau keringat timbul apabila lipase mengkatalisis hidrolisis minyak dan lemak pada kulit. Tetapi proses oksidasi (bukan hidrolisis) adalah penyebab ketengikan bahan pangan. Udara hangat dan membiarkan pangan di udara terbuka merangsang ketengikan oksidatif. Pada ketengikan oksidatif, ikatan ganda dua dalam ikatan komponen asam lemak tak jenuh dari trigliserida terputus, membentuk aldehid berbobot molekul rendah dengan bau tak sedap. Aldehid kemudian dioksidasi asam lemak berbobot molekul rendah yang juga berbau tidak enak. Ketengikan oksidatif memperpendek masa simpan biskuit dan makanan sejenisnya. Antioksidan adalah senyawa yang menunda awal ketengikan oksidatif. Dua senyawa alami yang sering digunakan sebagai antioksidan ialah asam askorbat (vitamin C) dan α-tokoferol (vitamin E). (Ketaren, 1986).

2.3 Kandungan Minyak Goreng

Dibalik warnanya yang bening kekuningan, minyak goreng merupakan campuran dari berbagai senyawa. Komposisi terbanyak dari minyak goreng yang mencapai hampir 100 % adalah lemak.

(7)

tiga molekul asam lemak bebas. Semakin banyak trigliserida yang terurai, semakin banyak asam lemak bebas yang dihasilkan. Oleh proses oksidasi lebih lanjut, asam lemak bebas ini akan menyebabkan minyak atau lemak menjadi tengik. Biasanya untuk menghilangkan atau memperlambat oksidasi yang menyebabkan bau tengik ini, minyak goreng ditambah dengan vitamin A,C,D atau E.(Luciana, 2005).

Disamping lemak, minyak goreng juga mengandung senyawa-senyawa lain seperti beta karoten, vitamin E, lesistin, sterol, asam lemak bebas, bahkan karbohidrat dan protein. Namun semua senyawa itu hanya terdapat dalam jumlah yang sangat kecil.

Tabel 2.1 Standar Mutu Minyak Goreng

No Kriteria Uji Persayaratan

1. Bau Normal

2 Rasa Normal

3 Warna Putih, kuning pucat sampai kuning

4 Kadar Air Max 0,3%

5 Bilangan Asam Max 2,5 %

Sumber : SNI 3741-2002 Standar Mutu Minyak Goreng

2.4 Minyak Goreng Bekas

(8)

Selama penggorengan, minyak goreng akan mengalami pemanasan pada suhu tinggi sekitar 170 – 180o

Kerusakan utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik, sedangkan kerusakan lain meliputi peningkatan kadar asam lemak bebas (FFA), perubahan indeks refraksi, angka peroksida, angka karbonil, timbulnya kekentalan minyak, terbentuknya busa dan adanya kotoran dari bumbu yang digunakan dan dari bahan yang digoreng. Semakin sering digunakan tingkat kerusakan minyak akan semakin tinggi. Penggunaan minyak berkali-kali akan mengakibatkan minyak menjadi cepat berasap atau berbusa dan meningkatkan warna coklat serta flavour yang tidak disukai pada bahan makanan yang digoreng.

C dalam waktu yang cukup lama. Hal ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi, hidrolisis dan polimerisasi yang menghasilkan senyawa-senyawa hasil degradasi minyak seperti keton, aldehid dan polimer yang merugikan kesehatan manusia. Proses-proses tersebut menyebabkan minyak mengalami kerusakan.

2.4.1 Bahaya Minyak Goreng Bekas

Minyak goreng bukan hanya sebagai media transfer panas ke makanan, tetapi juga sebagai makanan. Selama penggorengan sebagian minyak akan teradsorbsi dan masuk ke bagian luar bahan yang digoreng dan mengisi ruang kosong yang semula diisi oleh air. Hasil penggorengan biasanya mengandung 5-40 % minyak. Konsumsi minyak yang rusak dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti pengendapan lemak dalam pembuluh darah dan penurunan nilai cerna lemak.

Kerusakan minyak goreng yang berlangsung, selama penggorengan juga akan menurunkan nilai gizi dan berpengaruh terhadap mutu dan nilai bahan pangan yang digoreng. Bahan pangan yang digoreng dengan menggunakan minyak yang telah rusak akan mempunyai tekstur dan penampakan yang kurang menarik serta cita rasa dan bau yang kurang enak.

(9)

Sehubungan dengan banyaknya minyak goreng bekas dari sisa industri makanan maupun rumah tangga, maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk memanfaatkan minyak goreng bekas tersebut agar tidak terbuang dan mencemari lingkungan. Pemanfaatan minyak goreng bekas ini dapat digunakan kembali sebagai media penggorengan atau digunakan sebagai bahan baku produk berbasis minyak seperti sabun.

2.4.2 Permunian Minyak Goreng Bekas

Pemurnian merupakan tahap pertama dari proses pemanfaatan minyak goreng bekas, baik untuk dikonsumsi kembali maupun untuk digunakan sebagai bahan baku produk. Tujuan utama pemurnian minyak goreng ini adalah menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, warna yang kurang menarik dan memperpanjang daya simpan sebelum digunakan kembali. Pemurnian minyak goreng ini meliputi 4 tahap proses yaitu, penghilangan bumbu (despicing), netralisasi, pemucatan (bleaching), dan penghilangan bau (deodorisasi).

1. Penghilagan Bumbu (despicing)

Despicing merupakan proses pengendapan dan pemisahan kotoran akibat bumbu dan kotoran dari bahan pangan yang bertujuan menghilangkan partikel halus tersuspensi atau berbentuk koloid seperti protein, karbohidrat, garam, gula dan bumbu rempah-rempah yang digunakan menggoreng bahan pangan tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak. Pada penelitian ini yang dipisahkan adalah kotoran-kotoran saja yang terkandung dalam minyak tersebut, karena dalam penggunaannya minyak tersebut tidak kontak dengan bumbu-bumbu. 2. Netralisasi

Netralisasi merupakan proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak dengan mereaksikan asam lemak bebas tersebut dengan larutan basa sehingga terbentuk sabun. Proses ini juga dapat menghilangkan bahan penyebab warna gelap, sehingga minyak menjadi lebih jernih.

(10)

Pemucatan adalah usaha untuk menghilangkan zat warna alami dan zat warna lain yang merupakan degradasi zat alamiah, pengaruh logam dan warna akibat oksidasi. 4. Penghilangan bau (deodorisasi)

Deodorisasi dilakukan untuk menghilangkan zat-zat yang menentukan rasa dan bau tidak enak pada minyak.

Minyak goreng reprocessing merupakan minyak goreng bekas yang telah dimurnikan sehingga dapat digunakan kembali untuk menggoreng. Proses pemurnian ini ditujukan untuk menghilangkan kandungan yang merugikan kesehatan dalam minyak goreng bekas seperti asam lemak bebas, senyawa peroksida, zat warna akibat oksidasi dan pengaruh logam serta kotoran-kotoran lain. Proses pemurnian yang biasa dilakukan meliputi netralisasi dan bleaching (penjernihan).(Susinggih, 2005).

Setiap minyak dan lemak mengandung asam-asam lemak yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut menyebabkan sabun yang terbentuk mempunyai sifat yang berbeda. Minyak dengan kandungan asam lemak rantai pendek dan ikatan tak jenuh akan menghasilkan sabun cair. Sedangkan rantai panjang dan jenuh akan menghasilkan sabun yang tidak larut dalam suhu kamar.

2.5 Sabun

Sebelum perang dunia II, sabun diperoleh dengan jalan mereaksikan lemak dengan kaustik soda didalam ketel – ketel besar atau kecil yang dilengkapi dengan pengaduk dan jaket uap. Proses ini dikenal dengan nama soap boilling operation dan berlangsung secara batc.

(11)

Sabun adalah garam alkali dari asam lemak dan dihasilkan menurut reaksi asam basa biasa. Basa alkali yang umum digunakan untuk membuat sabun adalah kalium hidroksida (KOH), natrium hidroksida (NaOH), dan amonium hidroksida (NH

4OH) sehingga rumus molekul sabun selalu dinyatakan sebagai RCOOK atau RCOONa atau RCOONH

4. Sabun kalium ROOCK disebut juga sabun lunak dan umumnya digunakan untuk sabun mandi cair, sabun cuci pakaian dan perlengkapan rumah tangga. Sedangkan sabun natrium, RCOONa, disebut sabun keras dan umumnya digunakan sebagai sabun cuci, dalam industri logam dan untuk mengatur kekerasan sabun kalium. Didalam air, sabun bersifat sedikit basa. Hal ini disebabkan

bagian rantai alkil sabun (RCOO-

RCOO

) mengalami hidrolisis parsial dalam air : -

+ H2O RCOOH + OH

Karenanya kulit akan terasa kering jika terlalu lama kontak dengan air yang mengandung sabun. Untuk mengatasi hal ini biasanya produsen – produsen sabun menambahkan sedikit pelembab (moisturizer) kedalam sabun.

-

Jika didalam air terdapat ion – ion Ca2+ dan Mg2+

2RCOO + Mg

baik dalam bentuk bikarbonat atau hidroksida, bagian alkil dari sabun ini akan di endapkan bersama dengan ion – ion logam tersebut :

Akibatnya dibutuhkan relatif lebih banyak sabun sebelum bisa membuat air menjadi berbuih. Dari segi pengolahan air maka sabun cukup efektif untuk

mengendapkan ion – ion penyebab hardness (ion Ca2+ dan Mg2+) dengan hanya

meningkatkan ion Na2+ dan K2+

Pemakaian sabun terutama berhubungan dengan sifat “surface active agent” dari sabun. Sabun bersifat dapat mengurangi tegangan permukaan yang dibasahi dibandingkan jika tanpa sabun. Selain itu sifat lain yang cukup penting adalah kemampuan molekul sabun dalam air membentuk emulsi. Kemampuan ini

. Sehingga pemakaian sabun untuk mengurangi

(12)

berhubungan dengan kemampuan molekul sabun dalam mengikat kotoran yang melekat pada suatu permukaan (membersihkan).

Sebuah molekul sabun dalam air akan terionisasi menjadi ion positif (disebut bagian kepala berupa ion logam) dan ion negatif (disebut bagian ekor berupa rantai alkil). Bagian ekor bersifat hidrofobik (menjauhi molekul air) dan bagian kepala bersifat hidrofilik (mendekati molekul air). Bagian ekor ini akan mencari permukaan tertentu (misalnya kotoran lemak) dan akan bergerombol mengelilingi permukaan tersebut membentuk “misel”. Sedangkan bagian kepala akan tetap kontak dengan molekul air sehinggga dengan demikian mencegah bagian ekor (yang membentuk misel) dari mengendap dan mencegah terbentuknya misel yang terlalu besar yang dapat mengendap secara gravitasi. Hasilnya kotoran dan molekul sabun akan tetap terdispersi dalam air.(Lehninger, 1982).

2.6 Sabun Cair

Sabun cair merupakan produk yang lebih banyak disukai dibandingkan sabun padat oleh masyarakat sekarang ini, karena sabun cair lebih higienis dalam penyimpanannya dan lebih praktis dibawa kemana-mana.Sabun adalah bahan yang telah dikenal sejak jaman dahulu kala, sekitar abad ke-13, digunakan sebagai pencuci dan pembersih. Sabun yang pertama dibuat oleh orang Arab dan Persia dihasilkan dengan mencampur lemak domba dengan abu tumbuhan laut.

Sabun cair diproduksi untuk berbagai keperluan seperti untuk mandi, pencuci tangan, pencuci piring ataupun alat-alat rumah tangga, dan sebagainya. Karakteristik sabun cair tesebut berbeda-beda untuk setiap keperluan, tergantung pada komposisi bahan dan proses pembuatannya. Keunggulan sabun cair antara lain mudah dibawa berpergian dan lebih higienis karena biasanya disimpan dalam wadah yang tertutup rapat. Untuk keperluan membersihkan badan saat mandi, sabun cair biasanya dipandang lebih bergengsi disbanding sabun padat, meskipun harganya juga sedikit agak mahal. Teknologi pembuatan sabun cair ini cukup sederhanan karena tidak memerlukan alat yang canggih maupun proses produksi yang rumit.

(13)

jenis ikatan, yaitu ikatan jenuh dan ikatan tak jenuh dengan atom karbon 8-12 yang berikatan ester dengan gliserin. Secara umum, reaksi antara kaustik dengan gliserol menghasilakn gliserol dan sabun yang disebut saponifikasi.

Selain lemak dan alkali, pembuatan sabun juga menggunakan bahan tambahan yang lain. Bahan lain yang digunakan untuk pembuatan sabun tersebut adalah bahan pembentuk badan sabun, bahan pengisi, garam, bahan pewarna dan bahan pewangi. Bahan pembentuk badan sabun (builder) diberikan untuk menambah daya cuci sabun, dapat diberikan berupa natrium karbonat, natrium silikat dan natrium sulfat. Bahan pengisi (fillers) digunakan untuk menambah bobot sabun, menaikkan densitas sabun, dan menambah daya cuci sabun. Bahan pencuci yang ditambahkan biasanya adalah kaolin, talk, magnesium karbonat dan juga soda abu serta natrium silikat yang dapat berfungsi pula sebagai antioksidan. Garam juga dibutuhkan dalam pembuatan sabun yaitu berfungsi sebagai pembentuk inti pada proses pemadatan. Garam yang ditambahkan biasanya adalah NaCl. Dengan menambahkan NaCl maka akan terbentuk inti sabun dan mempercepat terbentuknya padatan sabun. Garam yang digunakan sebaiknya murni, tidak mengandung Fe, Cl, atau Mg. Jika akan dibuat sabun cair, tidak diperlukan penambahan garam ini. Beberapa bahan diperlukan sebagai antioksidan, yaitu bahan yang dapat menstabilkan sabun sehingga tidak menjadi rancid. Natrium silikat, natrium hiposulfit, dan natrium tiosulfat diketahui dapat digunakan sebagai antioksidan. Stanous klorida juga merupakan antioksidan yang sangat kuat dan juga dapat memutihkan sabun atau sebagai bleaching agent. Sedangakan untuk bahan tambahan parfum, yang biasa digunakan adalah patchouli alkohol, cresol, pyrethrum, dan sulfur. Pada sabun cuci juga digunakan pelarut organik seperti petroleum naphta dan sikloheksanol.

(14)

Tabel 2.2 Syarat Mutu Sabun Cair

Jenis S : Sabun Cair Dengan Bahan Dasar Sabun Jenis D : Sabun Cair Dengan Bahan Dasar Deterjen

No Kriteria uji Satuan Persyaratan

Jenis S Jenis D

Cemaran Mikroba : Angka Lempeng Total

Sumber SNI 06-4085-1996, Standar Mutu Sabun Cair

(15)

2.7 Penentuan Sifat Minyak dan Lemak Sebagai Bahan Dasar Untuk Proses Pembuatan Sabun Cair

2.7.1 Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas adalah hasil samping dari pengolahan minyak kelapa sawit. Dalam pembuatan lilin, asam lemak bebas digunakan sebagai pengganti lemak lilin. Asam lemak bebas dapat juga digunakan dengan menggunakan sebagai bahan baku pembuatan detergent, industri kosmetik, cat, tekstil dan lain-lain. Standar asam lemak bebas pada bahan baku pembuatan sabun dalam minyak goreng adalah maksimal 0.3 %. Standar ini adalah sesuai dengan SNI. Semakin kecil asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak maka semakin baik mutu sabun yang dihasilkan. Sehingga dalam tahap reprocessingnya, di upayakan agar kadar asam lemak bebasnya sekecil mungkin hingga menyerupai minyak baru, walaupun dari sisi kandungan gizinya sudah tidak dapat seperti yang minyak yang baru lagi.

Asam lemak bebas yang dihasilkan oleh proses hidrolisa dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral dan pada konsentrasi sampai 15% belum menghasilkan flavor yang tidak disenangi. Lemak dengan dengan kadar asam lemak bebas dari 1 persen, jika dicicipi akan terasa membentuk film pada permukaan lidah dan tidak berbau tengik, namun intensitasnya bertambah dengan bertambahnya jumlah asam lemak bebas. Asam lemak bebas dalam jumlah kecil dapat mengakibatkan rasa yang tidak enak dan dapat menghasilkan bau tengik. Asam lemak bebas juga dapat mengakibatkan karat dan warna gelap jika lemak dipanaskan dalam wajan besi. (Ketaren, 1986)

2.7.2 Bilangan Penyabunan

(16)

RCO – OCH2 CH2

RCO – OCH + 3 KOH 3RCOOK + CH - OH - OH

RCO – OCH2 CH2

Trigliserida Alkali Sabun Gliserol - OH

Bilangan penyabunan dapat dipergunakan untuk menentukan berat molekul minyak dan lemak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai C pendek berarti mempunyai berat molekul relatif kecil akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya minyak dengan berat molekul besar mempunyai angka penyabunan yang relatif kecil. Bilangan penyabunan adalah angka penyabunan yang dinyatakan sebagai banyaknya mg NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram minyak atau lemak. Alkohol yang ada dalam NaOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisa dan mempermudah reaksi dengan basa sehingga terbentuk sabun. (Ketaren, 1986)

2.8 Penentuan Sifat dan Mutu Sabun Cair

2.8.1 Asam Lemak Bebas / Alkali bebas

Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada dalam sabun, tetapi yang tidak terikat sebagai senyawa natrium ataupun senyawa trigliserida (lemak netral). Adanya asam lemak bebas diperiksa bila pada pemeriksaan alkali bebas ternyata setelah pendidihan dalam alkohol netral tidak terjadi warna merah dari penunjuk phenolphthalein. Asam lemak bebas yang melarut dalam alkohol netral dititrasi dengan KOH alkoholis.

Kelebihan alkali dapat disebabkan karena penambahan alkali yang berlebih pada proses pembuatan sabun. Alkali bebas yang melebihi standar dapat menyebabkan kerusakan kulit dan iritasi kulit lainnya. Kadar alkali bebas pada sabun maksimum sebesar 0,1% (sesuai SNI). Alkali juga dapat merusak kulit dibandingkan dengan menghilangkan bahan berminyak dari kulit.Sungguh pun demikian dalam penggunaan sabun dengan air akan terjadi proses hidrolis sehingga mendapatkan sabun yang baik maka diukur sifat alkalisnya yakni pH 5,8-11.

(17)

merupakan kontra indikasi. pH kulit normal antara 3-6, tetapi bila dicuci dengan sabun pH menjadi 9, walaupun kulit cepat bertukar kembali menjadi normal mungkin perubahan ini tidak diinginkan pada penyakit kulit tertentu. ( Lely sari, 2003 )

2.8.2 pH

pH adalah derajat

+) yang terlarut.

diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional. (NN, 2007)

pH merupakan kekuatan ion hidrogen dalam larutan, menunjukkan derajat keasaman atau kebasaan suatu zat dalam air. Penunjukkan yang digunakan adalah skala log 1 -14 dimana 7 adalah netral, artinya setiap unit di bedakan dengan 10 pangkat angkanya. Misalnya pH 9 lebih basa 10 kali disbanding pH 8. Seterusnya pH 10 lebih basa 1000 kali dibanding pH 7. Untuk mengukur alkalinitas larutan dapat menggunakan pH meter, pH meter ada beberapa macam tegantung dari skala yang diinginkan 1 sampai 14 atau 7 sampai 14. Sabun dengan pH tinggi menyebabkan iritasi kulit. Kisaran pH yang diperbolehkan dalam sabun dapat dilihat kembali pada tabel 2.2. (NN, 2009)

2.8.3 Viskositas

Viskositas adalah sebuah ukuran penolakan sebuah di bawa terhadap penuangan. Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluida kepada aliran dan dapat dipikir sebagai sebuah cara untuk mengukur memiliki viskositas rendah, sedangkan sabun memiliki viskositas yang lebih tinggi.

(18)

Gambar

Tabel 2.2 Syarat Mutu Sabun Cair

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan pendidikan inklusif yang efektif memiliki kebergantungan kepada kemampuan sistem manajamen sekolah yang baik. Selama ini bahwa proses pendidikan inklusif

Bagi calon penyedia jasa konstruksi yang keberatan atas Pengumuman ini, diberikan masa sanggah sesuai dengan jadwal Sistem Pelelangan Secara Elektronik (SPSE) dan

Yth, Pejabat Pembuat Komitmen/ Kuasa Pengguna Anggaran

Balai Penelitian Ternak P. The use of probiotic in the diet to improve carcass characteristics and meat quality of sheep. An experiment has been carried out to investigate the

Pada model ini, evaluasi pelatihan memiliki keterbatasan yaitu pertama, tidak dapat membandingkan kebutuhan pelatihan sesuai dengan dunia kerja dengan hasil pelatihan yang telah

22 Kekuatan hukum yang mengikat seperti Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolahan

Masyarakat di Kelurahan Sukorejo termasuk masyarakat yang heterogen. Berasal dari tempat dan tradisi ynag berbeda kemudian disatukan dalam satu tempat dengan

Berdasarkan uraian latar belakang yang disampaikan, penulis tertarik untuk mengangkat topik penelitian dengan judul “Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Kinerja