• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbaikan Tata Letak Pabrik Menggunakan Pendekatan Activity Relationship Chart (ARC) di Industri Kayu Kilang Papan Hasil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbaikan Tata Letak Pabrik Menggunakan Pendekatan Activity Relationship Chart (ARC) di Industri Kayu Kilang Papan Hasil"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Tata Letak Pabrik

Definisi tata letak pabrik dan pemindahan bahan menurut Apple (1990),

perencanaan dan integrasi pada aliran komponen-komponen suatu produk untuk

mendapatkan interelasi yang paling efektif dan ekonomis antara pekerja, peralatan

dan pemindahan bahan, mulai dari bagian penerimaan, melalui pabrikasi, sampai

ke pengiriman produk jadi. Tata letak pabrik yang baik dapat diartikan sebagai

penyusunan yang teratur dan efisiensi semua fasilitas-fasilitas pabrik dan tenaga

kerja yang ada dalam pabrik. Tata letak pabrik berhubungan dengan masalah

pengaturan dan penyusunan dari fasilitas-fasilitas pabrik dan tenaga kerja yang

diperlukan untuk menghasilkan produk.

Menurut Haming (2007), tata letak yang efektif dapat membantu perusahaan

dalam mencapai pemanfaatan yang efektif atas ruangan, peralatan dan manusia.

Arus informasi, bahan baku dan manusia yang lebih baik. Meningkatan moral

karyawan dan kondisi kerja yang lebih aman.

Menurut Assauri (2008), tata letak yang baik dapat diartikan sebagai

penyusunan yang teratur dan efisien semua fasilitas pabrik dan buruh yang ada di

dalam pabrik. Perencanaan atau pelaksanaan untuk mengkombinasikan manusia,

peralatan, bahan baku, dalam usaha mencapai susunan yang optimal agar dapat

menghasilkan penempatan yang efektif dan efisien.

Tujuan Tata Letak Pabrik

Pelaksanaan perancangan tata letak dimulai dari suatu analisis tentang

produk yang akan dibuat, atau jasa yang akan diberikan, dan penentuan tentang

(2)

aliran bahan atau kegiatan secara menyeluruh. Kemudian dilanjutkan dengan

perencanaan secara rinci tentang susunan mesin/peralatan pada setiap daerah

kerja, operasi demi operasi. Tujuan dari tata letak pabrik :

1. Memudahkan proses manufaktur

2. Meminimumkan pemindahan bahan

3. Memelihara keluar-masuk bahan setengah jadi yang tinggi

4. Mengurangi investasi pada peralatan

5. Mengusahakan pemakaian luas lantai yang ekonomis

6. Meningkatkan efektivitas penggunaan tenaga kerja

7. Memberi kemudahan, keselamatan, dan kenyamanan dalam melaksanakan

pekerjaan.

Menurut Apple (1990) secara garis besar tujuan utama dari tata letak pabrik

adalah mengatur area kerja dan segala fasilitas produksi yang paling ekonomis

untuk operasi produksi aman, dan nyaman sehingga akan dapat menaikkan moral

kerja dan performance dari operator. Lebih spesifik lagi suatu tata letak yang baik

akan dapat memberikan keuntungan-keuntungan dalam sistem produksi, yaitu

antara lain sebagai berikut :

1. Menaikkan output produksi

2. Mengurangi waktu tunggu (delay)

3. Mengurangi proses pemindahan bahan (material handling)

4. Penghematan penggunaan areal untuk produksi, gudang dan service

5. Pendayagunaan yang lebih besar dari pemakaian mesin, tenaga kerja dan

fasilitas produksi lainnya

(3)

7. Proses manufacturing yang lebih singkat

8. Mengurangi resiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja dari operator

9. Memperbaiki moral dan kepuasan pekerja

10. Mempermudah aktivitas supervisi

11. Mengurangi kemacetan dan kesimpang-siuran

12. Mengurangi faktor yang bisa merugikan mempengaruhi kualitas dari bahan

baku ataupun produk jadi.

Jenis-Jenis Tata Letak

Menurut Tarigan (2007), susunan mesin dan peralatan pada suatu pabrik

sangat ditentukan oleh tipe produksinya. Susunan mesin dan peralatan yang baik

dapat membantu perusahaan dalam melakukan proses produksi, dimana material

handling dapat ditekan seminimum mungkin, sehingga menghasilkan proses

produksi yang efektif dan efisien. Berdasarkan klasifikasi tata letak mesin dan

peralatan maka dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tata Letak berdasarkan aliran produk (product layout)

Pada product layout, mesin dan peralatan disusun menurut urutan

proses yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk sehingga terdapat

aliran material yang kontinu sesuai dengan kebutuhan pabrik. Jenis tata

letak ini digunakan pada industri-indutri yang menghasilkan mass product.

Tata letak berdasarkan aliran produk (product layout) dapat kita lihat

(4)

Gudang

Gambar 1. Product layout

2. Tata Letak berdasarkan aliran proses (process layout)

Pada process layout, semua mesin-mesin dan peralatan yang memiliki

fungsi yang sama dikelompokkan dalam suatu daerah atau departemen tertentu,

oleh karena itu hanya terdapat satu jenis proses di setiap bagian (departemen).

Biasanya process layout digunakan oleh perusahaan yang melakukan proses

produksi berdasarkan job order (produk yang dihasilkan tidak sama dan terbatas

jumlahnya serta menurut pesanan konsumen). Tata Letak berdasarkan aliran

proses (process layout) dapat kita lihat pada Gambar 2.

Gudang

Mesin Perata Mesin Gerinda Perakitan

Gudang

Produk

Jadi

Gambar 2. Process layout

3. Tata Letak berdasarkan posisi (fixed position layout)

Pada fixed position layout, material atau benda yang akan dikerjakan berada

posisi yang tetap. Seluruh mesin, peralatan, operator dan bahan-bahan tambahan

(5)

tidak dapat dipindah-pindahkan. Tata letak ini biasanya digunakan dalam industri

galangan kapal atau pembuatan pesawat terbang. Tata Letak berdasarkan posisi

(fixed position layout) dapat kita lihat pada Gambar 3.

Gudang

Bahan

Baku

Mesin Las Mesin

Gerinda

Gambar 3. Fixed position layout

4. Tata Letak berdasarkan kelompok produk (group technology layout)

Pada group technology layout, mesin-mesin dan peralatan ditempatkan

berdasarkan kesamaan bentuk komponen yang dikerjakan, bukan berdasarkan

produk akhir. Karena bentuk komponen yang hampir sama, maka proses

produksinya hampir sama. Tata Letak berdasarkan kelompok produk (group

technology layout) dapat kita lihat pada Gambar 4.

Gudang

Gambar 4. Group technology layout

Jenis-Jenis Pola Aliran Bahan

Menurut Wignjosoebroto (2003), ada beberapa bentuk umum dari pola

(6)

1. Bentuk garis lurus (Straight Line)

Bentuk seperti ini umumnya dapat digunakan jika proses produksi yang

dilakukan relatif pendek, sederhana dan hanya menyangkut beberapa

komponen saja atau beberapa peralatan produksi. Bentuk garis lurus (Straight

Line) dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Bentuk garis lurus (Straight Line)

2. Bentuk zig-zag

Bentuk ini digunakan apabila proses produksi relatif lebih panjang dari

ruangan yang yang digunakan, maka untuk memperoleh aliran yang lebih

panjang, maka dibuat aliran berbelok-belok. Bentuk zig-zag dapat dilihat

seperti pada Gambar 6.

Gambar 6. Bentuk zig-zag

3. Bentuk U

Dapat diterapkan bila diharapkan produk jadinya mengakhiri proses pada

tempat yang relatif sama dengan awal proses karena alasan-alasan tertentu,

misalnya keadaan fasilitas transportasi, pemakaian mesin bersama, dan

lain-lain. Bentuk U dapat dilihat pada Gambar 7.

(7)

4. Bentuk Melingkar

Bentuk ini digunakan apabila produk yang telah selesai diproduksi

diharapkan kembali ke tempat awal dilakukannya kegiatan produksi atau

bagian penerimaan dan penyimpanan berada pada lokasi yang sama.

Misalnya pada penerimaan dan pengiriman terletak pada satu tempat yang

sama seperti pada Gambar 8.

Gambar 8. Bentuk Melingkar

5. Bentuk Sudut Ganjil

Bentuk sudut ganjil ini digunakan apabila diinginkan untuk mendapatkan

garis aliran yang pendek di antara daerah kerja, jika pemindahannya mekanis,

jika keterbatasan ruangan tidak memberikan kemungkinan pola lain atau jika

lokasi permanen dari fasilitas yang ada menuntut pola seperti itu. Adapun

gambarannya dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Bentuk Sudut Ganjil

Efisiensi dan efektifitas kegiatan proses produksi juga sangat didukung oleh

kondisi tata letak yang digunakan. Pada setiap kasus, unsur-unsur yang memasuki

sistem diproses dan meninggalkan sistem dalam kondisi yang berubah. Tujuan

utama dalam perencanaan untuk memperoleh kegiatan produksi yang efisien

adalah merancang aliran unsur/bahan yang akan mempermudah perpindahan

(8)

Ditinjau dari segi aliran bahan yang terjadi, perusahaan menerapkan pola

aliran bahan berbentuk melingkar. Pola ini diterapkan karena diharapkan produk

yang telah selesai diproduksi dapat kembali ke tempat yang relatif sama atau

berdekatan dengan awal proses/tempat bahan baku. Hal ini dikarenakan oleh

beberapa sebab seperti berikut ini:

1. Keterbatasan jalan untuk transportasi/pengangkutan, dimana tempat kendaraan

masuk sama dengan jalan keluar.

2. Lintasan lebih panjang dari ruangan yang dapat, untuk itu dibuat berbelok agar

diperoleh lintasan aliran yang lebih panjang dalam bangunan dengan luas,

bentuk dan ukuran yang terbatas (Apple, 1990).

Material Handling

1. Definisi Material Handling

Pemindahan bahan atau material istilah ini diterjemahkan dari material

handling adalah suatu aktivitas yang sangat penting dalam kegiatan produksi dan

memiliki kaitan erat dengan perencanaan tata letak fasilitas produksi. Aktivitas ini

sendiri sebetulnya merupakan aktivitas yang diklarifikasikan “non produktif”

sebab tidak memberikan nilai perubahan apa-apa terhadap material atau bahan

yang dipindahkan. Disini tidak akan terjadi perubahan bentuk, dimensi maupun

sifat-sifat fisik atau kimiawi dari material yang dipindahkan. Disisi lain justru

kerugian pemindahan bahan atau material tersebut akan menambah biaya (cost).

Dengan demikian sedapat-dapatnya aktivitas pemindahan bahan tersebut

dieliminir atau paling tepat untuk menekan biaya pemindahan bahan tersebut

adalah memindahkan bahan pada jarak yang terpendek dengan mengatur tata letak

(9)

Menurut Susteyo (2010) istilah material handling sebenarnya kurang tepat

kalau diterjemahkan sekedar “memindahkan” bahan. Berdasarkan perumusan

yang dibuat oleh American Material Handling Society (AMHS), pengertian

mengenai material handling dinyatakan sebagai seni dan ilmu yang meliputi

penanganan (handling), pemindahan (moving), pembungkusan/pengepakan

(packing), penyimpanan (storing) sekaligus pengendalian/pengawasan

(controlling) dari bahan atau material dengan segala bentuknya. Dalam kaitannya

dengan aktivitas pemindahan, maka proses pemindahan bahan ini akan

dilaksanakan dari satu lokasi ke lokasi yang lain baik secara vertikal, horizontal,

maupun lintasan yang berbentuk kurva.

Demikian pula aktivitas ini bisa dilaksanakan dalam suatu lintasan yang

tepat atau berubah-ubah. Material yang dipindahkan bisa berbentuk gas, cairan,

atau padat. Dalam pengertian umum khususnya dikaitkan dengan industri

manufakturing aktivitas pemindahan bahan ini lebih ditujukan untuk

memindahkan material dalam bentuk fisik dan padat (Wignjosoebroto, 2003).

Pemindahan bahan adalah bagian dari sistem industri yang memberi

pengaruh tentang hubungan dan kondisi fisik dari bahan/material atau produk

terhadap proses produksi tanpa adanya perubahan-perubahan dan kondisi material

itu sendiri. Pemindahan bahan ini juga merupakan suatu seni atau ilmu di dalam

memindahkan, membungkus, atau menyimpan bahan dalam segala bentuknya

yang ada. Prinsip di dalam menetapkan sistem konsep “the best handling is no

handling at all”. Material handling adalah aliran bahan yang harus direncanakan

secermat-cermatnya sehingga material akan bisa dipindahkan pada saat dan

(10)

2. Prinsip-Prinsip Material Handling

Menurut Susteyo, (2010), merancang dan mengoperasikan sistem material

handling merupakan pekerjaan yang rumit karena banyak masalah-masalah yang

terlibat. Ada aturan yang tidak terdefenisi yang dapat menentukan kesuksesan sistem

material handling. Salah satu sumbangan terbesar terhadap penganalisisan maupun

pada perancangan sistem material handling adalah pengalaman. Tetapi dibutuhkan

waktu bertahun-tahun dengan keragaman situasi yang cukup luas agar dapat

mengumpulkan pengalaman ini.

3. Dasar Pemilihan Material Handling

Menurut Susteyo, (2010), perencanan dan penyelesaian masalah mengenai

pemindahan bahan memerlukan banyak data atau informasi yang berdasarkan

survei pabrik yang antara lain:

1. Faktor-faktor bangunan pabrik (plan factor).

Disini terutama yang harus disurvei adalah kondisi dari bangunan pabrik

yang meliputi data mengenai:

a. Ukuran bangunan (building size).

b. Jarak antara masing-masing kolom penyangga bangunan.

c. Lebar jalan lintasan baik yang merupakan jalan lintasan utama ataupun

jalan lintasan antar departemen.

d. Kapasitas menahan beban dari lantai, kolom, dan lain-lain.

e. Tinggi langit-langit instalasi perpipaan jaringan tabel listrik dan lain-lain.

2. Faktor-faktor metode kerja (method factors).

Disini terutama diusahakan untuk mendapatkan beberapa data yang antara

(11)

a. Macam mesin dan peralatan yang dipergunakan untuk proses produksi.

b. Prinsip kerja dari masing-masing mesin dan peralatan mesin tersebut.

c. Metode dan urutan proses pengerjaan yang berlangsung.

3. Produk dan bahan.

Disamping kedua data tersebut diatas maka pemilihan kapasitas daripada

pesawat pengangkat yang akan dipergunakan juga didasarkan pada informasi

data mengenai produk dan material yang hendak dipindahkan, yaitu

a. Dimensi ukuran material atau produk yang hendak dipindahkan.

b. Berat material atau produk.

c. Karakteristik khusus yang dimiliki oleh material atau produk tersebut.

4. Metode pemindahan bahan yang ada.

Disini survei ditujukan untuk mencari data mengenai jenis peralatan

pemindahan bahan yang sedang digunakan. Kemudian berdasarkan data ini

dilakukan evaluasi mengenai perlu tidaknya diadakan perubahan ataupun

penambahan pesawat pengangkat.

5. Metode pemindahan bahan yang diusulkan.

Langkah ini adalah merupakan proses memilih, menyeleksi, ataupun

mengevaluasi macam alternatif pesawat pengangkat yang cocok

dipergunakan berdasarkan data teknis yang telah disurvei sebelumnya.

6. Data-data analisa ekonomis.

Peralatan pemindahan bahan baku banyak pengaruhnya terhadap

kecepatan pemindahan bahan:

a. Biaya operasi

(12)

4. Jenis-Jenis Peralatan Material Handling

Menurut Susteyo, (2010), tulang punggung material handling adalah

peralatan material handling.

1. Conveyor

Conveyor digunakan untuk pemindahkan material handling secara kontiniu

dengan jalur yang tetap. Didalam lingkungan industri terdapat beberapa tipe

conveyor yang biasa dipergunakan antara lain belt conveyor, roler conveyor,

screw conveyor, chain conveyor, over-head monorail conveyor, troley conveyor,

dan sebagainya.

2. Cranes dan Hoist

Cranes (derek) dan hoist (kerekan) adalah peralatan yang digunakan untuk

memindahkan beban secara terputus-putus dengan area terbatas. Seperti halnya

conveyor, terdapat beberapa tipe cranes dan hoist yang tergantung dari

kegunaanya. Tipe-tipe cranes tersebut antara lain jib crane, bridge crane, gantry

crane, tower crane, stacker crane, dan sebagainya.

3. Truck

Truck yang digerakkan tangan atau mesin dapat memindahkan material dengan

berbagai macam jalur yang ada. Yang termasuk dalam kelompok truck adalah ,

fork lift truck, fork truck, trailer trains, outo mated guides (AGV), dan

sebagainya.

4. Beko

Beko yang digerakan tangan dapat memindahkan material dengan berbagai

macam jalur yang ada. Sebagian besar peralatan yang ada mempunyai

(13)

5. Trolly

Trolly yang digerakkan dengan tangan atau rel dapat memindahkan material.

Dalam radius jarak yang pendek.

Activity Relationship Chart (ARC)

Menurut Apple (1990), activity relationship chart menggambarkan dengan

jelas dan singkat bagaimana tingkat hubungan antar aktivitas-aktivitas yang ada

pada setiap aspek di dalam pabrik dan juga bertujuan untuk mendapatkan

interrelasi yang efektif antara kegiatan produksi dan kegiatan-kegiatan service.

Chart ini merupakan dasar yang tepat untuk membuat worksheet dan sebagai

langkah pertama untuk menentukan kegiatan yang ada dengan alasan tertentu.

Menurut Tarigan (2007), activity relationship chart merupakan aliran dasar

dalam perencanaan-perencanaan tata letak yang baik. Adanya bagian service

(general service, production service, personnel service, dan physical plat service)

kadang-kadang lebih penting diperhatikan dalam menentukan letak peralatan dan

daerah kerja bahan. Untuk mendapatkan integrasi yang baik antara bagian

produksi dan bagian service maka perlu dibuat suatu chart yang menggambarkan

hubungan antara kedua bagian tersebut yaitu activity relationship chart.

Kapasitas Produksi dan Rendemen

Menurut Nuryawan (2008), pada industri penggergajian, rendemen

adalah perbandingan volume kayu gergajian yang dihasilkan dan volume

balok yang digunakan, dinyatakan umumnya dalam satuan persen. Nilai

rendemen dapat digunakan sebagai kriteria keberhasilan proses produksi, sebagai

dasar perhitungan biaya produksi (harga pokok) dan untuk mengetahui besarnya

(14)

dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi dalam suatu kilang

penggergajian. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendemen adalah keadaan jenis

kayu, lebaran irisan gergaji (kerf), ukuran kayu gergajian, personel, kondisi,

Gambar

Gambar 1. Product layout
Gambar 3.  Fixed position layout
Gambar 8. Bentuk Melingkar

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu melalui penelitian ini, penulis mengusulkan rancangan tata letak bahan baku di gudang yang lebih baik, agar bahan baku yang disimpan dapat tertata dengan

Dimana gudang merupakan salah satu tempat penyimpanan barang baik bahan baku yang akan di proses, dalam industry manufacturing sering terjadi permasalahan yang terletak

Dimana gudang merupakan salah satu tempat penyimpanan barang baik bahan baku yang akan di proses, dalam industry manufacturing sering terjadi permasalahan yang terletak

umum seperti mesin las, mesin bor, mesin roll dan mesin gerinda. Stasiun kerja ini memiliki tugas untuk merakit setiap komponen bahan baku untuk dirangkai menjadi sebuah produk. 7)

Relationship Chart adalah suatu cara atau teknik yang sederhana didalam merencanakan tata letak fasilitas atau departemen berdasarkan derajat hubungan aktifitas yang

Dalam menempatkan peralatan pabrik, tata letak alat proses, penyimpanan bahan baku dan produk atau gudang, transportasi, laboratorium, kantor harus disusun sedemikian rupa

KESIMPULAN DAN SARAN Adapun kesimpulan dari pembuatan laporan tugas akhir ini yaitu sebagai berikut: Jenis layout yang digunakan dalam proses pembuatan area mini plant PLTSa Penujah

Kemudian letak finishing bubut dan finishing kikir berada pada jalan akses masuk, dimana stasiun kerja tersebut mengganggu akses keluar masuk, selain itu juga terdapat kendala pada saat