• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sinkronisasi Pelatihan dan Sertifikasi. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sinkronisasi Pelatihan dan Sertifikasi. pdf"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Pada dasarnya, ada dua jenis jalur yang biasa diambil oleh seseorang sebelum yang bersangkutan melakukan uji kompetensi. Jalur pertama bersifat langsung, dimana seseorang yang merasa telah berpengalaman dan memiliki kualifikasi tertentu mendaftarkan dirinya untuk mengikuti proses uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi kompetensi. Sementara jalur kedua bersifat tidak langsung, dimana yang bersangkutan terlebih dahulu mengikuti serangkaian proses pelatihan untuk memastikan tercapainya standar kompetensi kerja yang ada. Bagi lembaga yang menyelenggarakan pelatihan, model pendekatan pelaksanaan pelatihan sangatlah perlu diperhatikan agar selaras dengan skema sertifikasi yang berlaku. Proses harmonisasi ini dapat dilaksanakan dengan berpegang pada suatu pemetaan komponen – dimana kunci utamanya terletak pada penggunaan kata kerja performatif sebagai representasi dari target kompetensi yang ingin dipelajari dan dikuasai.

Pemetaan pertama terkait dengan judul modul atau unit pelatihan, dimana seyogiyanya disesuaikan dengan judul SOP (Standard Operating Procedure) yang berlaku di dunia kerja. Contohnya adalah “Merancang Arsitektur Piranti Lunak”, atau “Mengaudit Proyek Konstruksi Jembatan” atau “Menghitung Cost-Benefit Investasi Portofolio Saham” dan lain sebagainya. Dengan demikian, maka istilah yang dipergunakan akan dijadikan sebagai Skema Unit Kompetensi yang diambil dari Judul Unit dalam SKKNI.

HALAMAN DARI 1 3 (C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

Sinkronisasi Model Pelatihan dan Sertifikasi

oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - indrajit@post.harvard.edu

EKOJI

999

Nomor 454, 6 Desember 2013

(2)

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

!

Pemetaan kedua berhubungan dengan deskripsi unit (istilah yang dipakai dalam SKKNI juga) dimana pada model pelatihan kerap diterjemahkan sebagai Ruang Lingkup Pendidikan dan Pelatihan yang harus sejalan dengan Ruang Lingkup SOP yang ada pada industri. Batasan inilah yang akan dipergunakan sebagai obyek asesmen pada proses sertifikasi.

Pemetaan ketiga menyangkut masalah elemen kompetensi, yang jika dalam diklat disebut sebagai pencapaian hasil pembelajaran (learning outcomes) dan di industri dinyatakan dalam rangkaian langkah-langkah proses.

Pemetaan keempat terkait dengan Kriteria Uji Kompetensi yang jika pada proses pelatihan dikenal sebagai Kriteria Evaluasi Belajar dan dalam dunia kerja diistilahkan sebagai Instruksi Kerja. Dalam konteks inilah maka Kriteria Pencapaian Kompetensi dapat dikembangkan – yang bermuara pada penilaian telah kompeten atau tidaknya seseorang dalam proses uji kompetensi.

Pemetaan kelima berkaitan dengan batasan variabel dalam konteks kompetensi yang dikuasai, dimana jika pada pelatihan diejawantahkan melalui kontekstualisasi tujuan diklat yang berhubungan langsung dengan spesifikasi kebutuhan dunia kerja, maka pada proses sertifikasi akan terlihat pada mekanisme dan pendekatan melakukan asesmen.

Dan pemetaan terakhir terkait dengan panduan penilaian, jika pada model pelatihan dikenal sebagai evaluasi dan di dunia industri kerap dilaksanakan melalui proses tanya-jawab, maka pada proses sertifikasi dilaksanakan sesuai dengan panduan penyelenggaraan asesmen yang berlaku.

Intinya adalah bahwa, harmonisasi atau penyelarasan antara SKKNI, program pelatihan, kebutuhan industri, dan proses sertifikasi dapat dilakukan dengan cara yang mudah – yaitu melalui pemetaan nomenklatur antara elemen-elemen ekosistem yang ada pada masing-masing domain. Agar proses pemetaan berjalan secara efektif, harus terdapat keterlibatan berbagai pemangku kepentingan tidak saja dalam hal mendefinisikan dan

(3)

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT menetapkan keselarasan dimaksud, namun lebih jauh lagi benar-benar mengerti dan memahami prinsip di balik pemetaan yang ada.

Sertifikasi bukanlah merupakan suatu tujuan, namun merupakan sebuah jalan untuk menciptakan individu yang kompeten. Demikian pula dengan proses harmonisasi yang bertujuan akhir untuk memastikan terjadinya fenomena “link and match” yang telah lama dicita-citakan bangsa ini.

akhir dokumen

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengikuti pembelajaran via zoom meeting, siswa dapat menyebutkan penerapan sifat-sifat cahaya dengan contohnya di lingkungan sekitar dalam kehidupan

 Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh indeks lima kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan 2,11 persen; kelompok makanan

Evaluasi Kinerja BPBD Kabupaten Badung dalam Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana Tahun 2014 Evaluasi kinerja merupakan tahapan akhir yang perlu dilakukan oleh

Pelanggan harus datang atau menelpon ke café tersebut untuk membatalkan reservasi dengan ketentuan satu hari sebelum hari yang ditentukan namun cafe tidak

Berdasarkan hasil pengujian, perlakuan formulasi aktinomiset tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap rata-rata kecepatan tumbuh tanaman padi berumur 7 HST

Penerapan model hasil analisis CI pada Sapi Bali di Kabupaten Pringsewu dengan nilai rata-rata kondisi nyata di lapangan dapat diartikan bahwa lama thawing yang dilakukan

“Ketika anak lupa waktu bermain hingga larut malam apa yang orangtua lakukan?, anak akan diberikan “time limit” jika lebih maka untuk bermain selanjutnya “time out” selama 1-2

sedemikian sehingga dapat mencampur agregat, semen, air secara merata sehingga menghasilkan adukan yang homogen, seragam dan pada kekentalan yang diperlukan