• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. EPIDEMIOLOGI - Hubungan Nilai COPD Assesment Test (CAT) dan Modified Medical Research Council Dyspnea scale (MMRC) Dengan Derajat Obstruksi (VEP1) dan Frekuensi Eksaserbasi Pada Penderita PPOK Stabil di Poli Paru RSUP H. Adam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. EPIDEMIOLOGI - Hubungan Nilai COPD Assesment Test (CAT) dan Modified Medical Research Council Dyspnea scale (MMRC) Dengan Derajat Obstruksi (VEP1) dan Frekuensi Eksaserbasi Pada Penderita PPOK Stabil di Poli Paru RSUP H. Adam "

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. EPIDEMIOLOGI

Saat ini penyakit paru obstruksi kronik (PPOK ) merupakan masalah kesehatan global.

Data prevalensi, morbiditas, dan mortalitas berbeda tiap negara namun secara umum terkait

langsung dengan prevalensi merokok dan pada beberapa negara dengan polusi udara akibat

pembakaran kayu, gas dan partikel berbahaya.2,3,4

GOLD memperkirakan PPOK sebagai penyebab kematian ke-6 pada tahun 1990, akan

meningkat menjadi penyebab kematian ke-3 pada 2020 di seluruh dunia.1 PPOK menjadi salah satu gangguan kualitas hidup pada usia lanjut. Meningkatnya polusi udara dan pencemaran lingkungan oleh industri serta kebiasaan merokok merupakan penyebab utama PPOK sehingga

membutuhkan perhatian khusus dalam penatalaksanaan dan pencegahan terhadap penurunan progresifitas paru.2,4,5

Pada tahun 1990 PPOK merupakan penyebab ke-12 hilangnya Disability Adjusted Life

Years (DALYs). Diperkirakan pada tahun 2020, PPOK menduduki urutan kelima hilangnya

DALYs. PPOK mengenai lebih dari 16 juta orang Amerika Serikat, lebih dari 2,5 juta orang di

Italia, lebih dari 30 juta di seluruh dunia dan menyebabkan 2,74 juta kematian pada tahun 2000.

Total biaya akibat keadaan ini lebih dari 30 juta milyar dolar di Amerika Serikat. Angka

(2)

darurat dan rawat inap. Kesakitan yang diakibatkan oleh PPOK juga dipengaruhi oleh

penyakit-penyakit penyerta (komorbid) yang secara tidak langsung berhubungan dengan PPOK.2,4,5

Di Indonesia, PPOK merupakan masalah kesehatan umum dan menyerang sekitar 10%

penduduk usia 40 tahun ke atas. Jumlah kasus PPOK memiliki kecenderungan untuk meningkat.

Berdasarkan pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986, PPOK menduduki peringkat

ke-5 sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab kesakitan utama SKRT Depkes RI

1992 menunjukkan angka kematian karena asma, bronkitis kronik dan emfisema menduduki

peringkat ke-6 dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia. Faktor yang berperan dalam

peningkatan penyakit tersebut,yaitu kebiasaan merokok yang masih tinggi (laki-laki di atas 15

tahun 60-70%), pertambahan penduduk, meningkatnya usia rata-rata penduduk dari 54 tahun

pada 1960-an menjadi 63 tahun pada tahun 1990-an, industrialisasi, polusi udara di kota besar, di

lokasi industri, dan di pertambangan.2,4,5

Berbeda dengan definisi PPOK sebelumnya yang hanya lebih menekankan pada

inflamasi kronik jalan napas dan pengaruhnya secara sistemik, definisi terbaru 2014 yang

dikembangkan oleh Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)

menekankan pengaruh eksaserbasi dan penyakit komorbid pada keparahan penyakit secara

individual. Dengan demikian pendalaman tentang eksaserbasi pada PPOK menjadi sangat

penting.1,2

Revisi GOLD 2014 terdapat perbedaan yang mendasar dibandingkan dengan publikasi

(3)

PPOK dengan skala besar selama 10 tahun terakhir. Perubahan paradigma pendekatan

pengelolaan PPOK diharapkan dapat memberikan hasil maksimal berdasarkan hasil penelitian

yang ada, sehingga lebih ilmiah dan berbasis bukti.1,2

2.2. DEFINISI PPOK

Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah penyakit yang dapat dicegah dan diob

ati, dengan ciri adanya hambatan aliran udara yang menetap (persisten) yang biasanya progresif

dan disertai peningkatan respon inflamasi yang kronik pada paru dan saluran pernapasan

terhadap gas atau partikel yang berbahaya (noxious). Eksaserbasi dan komorbiditi

mengakibatkan keseluruhan keparahan pada penderita. Definisi yang baru ini tidak lagi

menyebut hambatan aliran udara yang reversibel sebagian.1,2

Sedangkan menurut ATS/ERS (American Thoracic Society/ Europen Respiratry Society)

mendefinisikan PPOK sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan adanya obstruksi saluran

napas yang umumnya bersifat progresif, berhubungan dengan bronkitis kronis atau emfisema,

dan dapat disertai dengan hiperaktivitas dari saluran napas yang reversibel. PPOK adalah

kelainan spesifik dengan perlambatan arus udara ekspirasi maksimal yang terjadi akibat

kombinasi penyakit jalan napas dan emfisema, umumnya perjalanan penyakit kronik progresif

dan irreversibel serta tidak menunjukan perubahan yang berarti dalam pengamatan beberapa

(4)

2.3. PATOLOGI PPOK

Perubahan-perubahan patologik yang khas untuk PPOK dijumpai disaluran napas

proksimal, saluran napas perifer, parenkim paru dan vaskular paru. Perubahan tersebut tersebut

berupa inflamasi kronik dengan peningkatan jumlah sel-sel inflamasi di berbagai bagian paru

yang menimbulkan kerusakan dan perubahan struktural akibat cedera dan perbaikan

berulang.13,14,15

Saluran napas proksimal (trakea, bronkus diameter >2 mm), sel inflamasi yaitu terjadi

peningkatan makrofag dan limfosit T CD8+ (sitotoksik), sedangkan neutrofil atau eosinofil

sedikit. Perubahan yang terjadi yaitu peningkatan sel goblet, pembesaran kelenjar submukosa

dan metaplasia sel epitel skuamosa. Saluran napas perifer (bronkiolus diameter < 2 mm), sel

inlamasi yang berperan yaitu terjadi peningkatan makrofag, limfosit T (CD 8+> CD 4+), limfosit

B, folikel limfoid, fibroblast, dan sedikit peningkatan netrofil dan eosinofil.13,14,16

Parenkim paru (bronkiolus pernapasan dan alveolus), sel inflamasi yang berperan yaitu

terjadi peningkatan makrofag dan limfosit T (CD8+). Perubahan struktur yang terjadi yaitu

kerusakan alveolus, apoptosis sel epitel dan endotel. Emfisema sentrilobular yaitu dilatasi dan

kerusakan alveolus dan bronkiolus; paling sering terlihat pada perokok. Emfisema panasinar

yaitu kerusakan alveolus dan bronkiolus; paling sering terlihat pada kekurangan alfa-1

antitripsin. Pembuluh darah paru, sel inflamasi yang berperan yaitu peningkatan makrofag dan

limfosit.Perubahan struktur berupa penebalan intima, disfungsi sel endotel, penebalan otot polos

(5)

2.4. PATOGENESIS PPOK

Patogenesis PPOK sangat kompleks, yang disebabkan oleh inflamasi kronik akibat

pajanan zat toksik, disregulasi oksidan dan anti oksidan, ketidakseimbangan protease dan

antiprotease. Merokok adalah faktor risiko utama PPOK walaupun partikel nuxious inhalasi lain

dan berbagai gas juga memberikan kontribusi.3,4,5

Gambar 1. Patogenesis PPOK3,4

Pajanan gas beracun mengaktifkan makrofag alveolar dan sel epitel jalan napas dalam

membentuk faktor kemotaktik, penglepasan faktor kemotaktik menginduksi mekanisme infiltrasi

sel-sel hematopoetik pada paru yang dapat menimbulkan kerusakan struktur paru. Infiltrasi sel

ini dapat menjadi sumber faktor kemotaktik yang baru dan memperpanjang reaksi inflamasi paru

menjadi penyakit kronik dan progresif.15,16 Ketidakseimbangan proteinase dan antiproteinase

(6)

menginduksi inflamasi paru, destruksi parenkim dan perubahan struktur paru. Kim & Kadel.

menemukan peningkatan jumlah neutrofil yang nekrosis di jalan napas penderita PPOK dapat

menyebabkan penglepasan elastase dan reactive oxygen species (ROS) yang menyebabkan

hipersekresi mukus.14,15,16

Respons epitel jalan napas terhadap pajanan gas atau asap rokok berupa peningkatan

jumlah kemokin seperti IL-8, macrophage inflamatory protein-1 α (MIP1-α) dan monocyte

chemoattractant protein-1 (MCP-1). Peningkatan jumlah Limfosit T yang didominasi oleh CD8+

tidak hanya ditemukan pada jaringan paru tetapi juga pada kelenjar limfe paratrakeal. Sel

sitotoksik CD8+ menyebabkan destruksi parenkim paru dengan melepaskan perforin dan

granzymes. CD8+ pada pusat jalan napas merupakan sumber IL-4 dan IL-3 yang menyebabkan

hipersekresi mukus pada penderita bronkitis kronik.13,15,16

2.5. PATOFISIOLOGI PPOK

Saat ini telah diketahui dengan jelas tentang mekanisme patofisiologis yang mendasari

PPOK sampai terjadinya gejala yang khas. Misalnya penurunan VEP1 yang disebabkan

peradangan dan penyempitan dan pada saluran napas besar, dan saluran napas perifer,

sementara transfer gas menurun terjadi akibat kerusakan parenkim paru pada emfisema.

Tingkat peradangan, fibrosis dan cairan eksudat di lumen saluran napas kecil

berkorelasi dengan penurunan VEP1 dan rasio VEP1/KVP .Penurunan VEP1 merupakan gejala

yang khas pada PPOK, obstruksi jalan napas perifer ini menyebabkan udara terperangkap dan

mengakibatkan hiperinflasi. Hiperinflasi mengurangi kapasitas inpirasi seperti peningkatan

(7)

keterbatasan kapasitas latihan. Hiperinflasi yang berkembang pada awal penyakit merupakan

mekanisme utama timbulnya sesak napas pada aktivitas.16,17

Gambar 2. Mekanisme hambatan aliran udara pada PPOK2

2.5.1.Mekanisme Pertukaran gas

Pada PPOK yang lanjut kombinasi dari obstruksi saluran napas perifer, destruksi

parenkim dan kelainan pembuluh darah pulmonal mengurangi kapasitas paru untuk pertukaran

gas, menyebabkan hipoksemia pada tahap lanjut penyakit juga menyebabkan hiperkapni.

Korelasi antara tes fungsi paru rutin dan gas darah arteri memburuk. Ketidaksamaan rasio

ventilasi/perfusi merupakan mekanisme utama yang menyebabkan hipoksemia pada PPOK,

dengan tanpa melihat tingkatan penyakit. Hiperkapnia kronik biasanya menunjukkan disfungsi

otot inspirasi dan hipoventilasi alveolar.13,14,16

2.5.2. Hipertensi Pulmonal

Inflamasi

Penyakit saluran napas kecil

- Inflamasi saluran napas

Kerusakan parenkim - Hilangnya ikatan alveolus

Penurunan elastisitas

(8)

Hipertensi pulmonal ringan sampai menengah dapat terjadi pada PPOK karena

vasokrintiksi yang diakibatkan hipoksia dari arteri pulmonal yang kecil, yang mengakibatkan

perubahan struktural termasuk hiperplasia intima dan selanjutnya hipertropi otot polos dan

hiperplasia. Adanya respon inflamasi dalam pembuluh darah sering terlihat di saluran napas dan

merupakan bukti dari disfungsi sel endotel. Hilangnya kapiler pulmonal pada emfisema dapat

menyebabkan peningkatan tekanan sirkulasi pulmonal. Progresitas hipertensi pulmonal dapat

menyebabkan hipertropi ventrikel kanan dan biasanya menjadi gagal jantung kanan14,.15,16

2.6. DIAGNOSIS

Penderita dengan keluhan sesak napas, batuk kronis atau berdahak serta riwayat paparan

faktor risiko perlu dicurigai menderita PPOK. Gejala utamanya adalah sesak napas, batuk,

wheezing dan peningkatan produksi sputum. Gejala bisa tidak tampak sampai kira-kira 10 tahun sejak awal merokok.2,6 Pada penderita dini, pemeriksaan fisik umumnya tidak dijumpai

kelainan, sedangkan pada inspeksi biasanya terdapat kelainan, berupa 3,4,5 1. Pursed-lips breathing (mulut setengah terkatup/mencucut).

2. Barrel chest (diameter anteroposterior dan transversal sebanding).

3. Penggunaan otot bantu napas. 4. Hipertrofi otot bantu napas.

5. Pelebaran sela iga.

6. Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema tungkai.

Pada palpasi biasanya ditemukan fremitus melemah, sedangkan pada perkusi hipersonor dan letak diafragma rendah, auskultasi suara pernapasan vesikuler melemah, normal atau

(9)

atau pada ekspirasi paksa. Diagnosis PPOK juga pada gambaran radiologis foto toraks penderita PPOK ditemukan salah satu gambaran berupa :diafragma mendatar, corakan bronkovaskular

meningkat, hiperinflasi, sela iga melebar atau jantung pendulum. Diagnosis harus dikonfirmasi dengan spirometri. Nilai VEP1/KVP setelah pemberian bronkodilator < 0.70 menunjukkan adanya keterbatasan aliran udara persisten.2,4,5

Tabel 1. Klasifikasi Derajat Keparahan PPOK dari Beberapa Panduan5

ATS 1995 ERS 1995 BTS 1997 GOLD 2001 GOLD 2008 gagal napas atau

gagal jantung gagal napas atau

gagal jantung kanan atau

VEP1<30

2.6.1. Penilaian Spirometri

Spirometri merupakan baku emas untuk mendiagnosa PPOK. Spirometri merupakan

alat yang sangat penting dalam mendiagnosa dan mengetahui tingkat keparahan dari penderita

PPOK. Pada pengukuran spirometri penderita PPOK, didapat penurunan volume ekspirasi paksa

(10)

70% nilai normal. VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai

beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit. Pemeriksaan VEP1 dan rasio VEP1 dan

KVP merupakan pemeriksaan yang standar, sederhana, dapat diulang dan akurat untuk menilai

obstruksi saluran napas.3,4,5 Nilai dasar dari diagnosis PPOK dengan spirometri adalah

perbandingan volume ekspirasi paksa detik pertama ( VEP1) dengan kapasitas vital paksa (KVP)

dibawah 0.70 ( VEP1 / KVP < 0.70 ) dan beratnya PPOK dari nilai VEP1 < 80, 50, atau 30%

dari nilai prediksi.

Tabel 2. Klasifikasi derajat hambatan aliran udara pada PPOK (berdasarkan VEP1 paska bronkodilator)1

Pada pasien dengan VEP1/ KVP < 0.70

GOLD 1:

GOLD 2:

GOLD 3:

GOLD 4:

Ringan Sedang Berat

Sangat Berat

VEP1 ≥ 80 % prediksi

50 % ≤ VEP1 < 80 % prediksi 30 % ≤ VEP1 < 50 % prediksi VEP1 < 30 % prediksi

Menurut penelitian Hurst dkk. pada tahun 2010 didapatkan eksaserbasi akan lebih

sering terjadi dengan semakin meningkatnya tingkat keparahan PPOK, dengan angka eksaserbasi

pada tahun pertama pengamatan adalah 22% pada pasien PPOK derajat- 2, pada derajat -3,

(11)

2.6.2. COPD Assesment Test (CAT )

Kualitas hidup adalah kebahagian dan kepuasaan yang dialami setiap individu dengan

pertimbangan aspek kehidupan yang penting, dimana kebahagian dan kepuasan mengarah

kepada bagaimana individu merasakan mutu dari status fungsional fisik sehari hari dan

perspektif psikologis.25

Menurut WHO mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu akan posisinya

dalam konteks kehidupan sistem nilai dan budaya dalam hal kehidupannya yang berhubungan

dengan tujuan, harapan, standard dan kepentingan, dimana mencakup secara luas dan kompleks

seperti kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, keyakinan

pribadi dan hubungan dengan lingkungannya.26 Kualitas hidup bidang kesehatan telah menjadi

target penting pada pasien-pasien PPOK.

Beberapa instrument yang dapat digunakan dalam menilai kualitas hidup pada penderita

PPOK cukup banyak, diantaranya adalah : St George’s Respiratory Questionaire (SGRQ),

Clinical COPD Questionnaire (CCQ), Chronic Respiratory Disease Questionnaire (CRQ), SF-36

Health Survey, dan CAT (COPD assessment Test). Menurut GOLD 2011 kualitas hidup

penderita PPOK dinilai dengan CAT. Menurut Jones dkk. tahun 2009 CAT merupakan lembar

penilaian yang mudah dan ringkas, dapat dipergunakan dalam praktik kedokteran sehari-hari,

merupakan lembar penilaian yang dapat digunakan untuk menilai seluruh aspek pada penderita

PPOK.30 Validasi terhadap CAT telah dilakukan di Amerika Serikat dan di beberapa negara di

Eropa, diharapkan juga efektif di Asia. 25,26,28

Kuesioner CAT terdiri dari 8 butir pertanyaan . Skor 0-40, sesuai dengan St George Respiratory Questionaire (SGRQ). Setiap pertanyaan memiliki nilai dari 0 sampai 5, 0 artinya

(12)

tidak memberikan nilai ukur terhadap skor 0-5 untuk setiap pertanyaan yang sudah ada, oleh

karena itu untuk memudahkan proses pengisian lembar CAT, maka peneliti memberi penjelasan

terhadap makna skor 0-5 dari setiap lembar penilaian CAT. 27,28,29

Delapan pertanyaan tersebut adalah 25,26,27

1. Kondisi batuk penderita

2. Kondisi dahak penderita

3. Apakah ada rasa berat di dada

4. Bagaimana kondisi sesak napas saat mendaki/naik tangga

5. Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari

6. Apakah ada kekhawatiran untuk keluar dari rumah akibat penyakit yang dideritanya

7. Apakah penderita dapat tidur dengan nyenyak atau tidak

(13)

Tabel 3. Lembar Praktis Penggunaan COPD Assessment Test (CAT)28

Skor

CAT

Level Gambaran Klinis

Terhadap

Pada kondisi ini pasien

sangat sulit untuk

melakukan aktifitasnya,

setiap hari ia akan

tergangggu akan

penyakit PPOK nya.

Pasien juga akan sulit

walau hanya melakukan

aktifitas seperti mandi,

atau sekedar keluar dari

rumah. Bahkan

terkadang pasien akan

sulit untuk

meninggalkan tempat

tidur atau kursinya.

Pada kondisi ini, pasien

sering merasa telah

menjadi manusia yang

tidak berguna

Pasien harus mendapat

perhatian yang serius.

- Harus mendapat

pengobatan dari

spesialis

- Pertimbangkan

(14)

akan merasa sesak

walau hanya mandi,

memakai baju atau

berjalan di sekitar

rumahnya. Pasien juga

terkadang merasa sesak

saat berbicara. Pasien

sering merasa lelah dan

merasa nyeri di dada

yang dapat mengganggu

tidur mereka. Pada

keadaan ini pasien

merasa semua aktifitas

memerlukan tenaga

yang besar. Terkadang

pasien juga merasa

stress dan panik

terhadap keadaan

masalah utama pasien

ini. Mereka kadang

memiliki beberapa hari

yang baik dalam satu

minggu, tetapi tetap

mengeluhkan selalu

adanya batuk disertai

dahak setiap hari, dan

mengalami satu atau

lebih eksaserbasi setiap

- Periksa pengobatan

yang telah diberikan

selama ini. Sudah

optimal atau belum.

(15)

tahunnya. Pasien sering

terbangun dari tidur

karena keluhan sesak

nafas. Pasien hanya

dapat melakukan

aktifitas harian dengan

perlahan-lahan

- Periksa faktor

pemberat. Apakah

pasien masih

merokok?

< 10 Renda h

Pasien tidak terlalu mengeluhkan gejala batuk dalam beberapa hari setiap minggunya, dan mengalami sesak

napas ketika berolahraga atau

bekerja keras. Pasien juga mudahmengalami kelelahan.

- Berhenti merokok - Vaksinasi

influenza setiap tahun

- Cegah terpapar dengan faktor

Berdasarkan hasil penelitian Shafig dkk. menyatakan bahwa nilai CAT bisa digunakan

untuk memantau perkembangan eksaserbasi dan membantu memulangkan pasien PPOK yang

dirawat di rumah sakit.11

2.6.3. Modified Medical Research Council (mMRC)

Mekanisme sesak napas pada PPOK oleh karena kebutuhan ventilasi yang meningkat

akibat peningkatan ruang rugi fisiologi, hipoksia, hiperkapnia, onset awal asidosis laktat,

penekanan pergerakan saluran napas, hiperinflasi, kelemahan otot napas dan kelemahan otot

(16)

Terdapat banyak skala untuk menilai sesak seperti skala sesak napas menurut ATS, Transient Dyspneu Index, Baseline Dyspneu index, dan skala besar Borg. 21,22,23 Menurut

Bestall JC dkk. pada tahun 1999 modifikasi skala sesak napas mMRC merupakan skala yang

mudah dan validasinya telah dibuktikan di Inggris. Skala ini terdiri atas lima poin.11 Skala ini

berdasarkan satu pandangan tentang tindakan yang bisa menimbulkan sesak napas, seperti

berjalan. mMRC dikembangkan oleh Mahler DA pada tahun 2006 sebagai pengukuran untuk

sesak napas. Skala mMRC telah terbukti mampu mengklassifikasikan keparahan sesak

napas.18,19

Berdasarkan GOLD 2014 parameter yang dipakai untuk sesak napas yang berasal dari Modified Medical Research Council for Dyspneu (mMRC) dengan alasan skor mMRC dapat

memperkirakan kemungkinan ketahanan hidup diantara penderita-penderita PPOK. Sesak napas diukur berdasarkan skor dari skala Modified Medical Research Council Dyspneu scale (mMRC

Scale), dilakukan dengan wawancara dan mengisi kuisioner, yaitu : 28 Tabel.4 Modified Medical Research Council Dyspneu score.28 Derajat Deskripsi

0 Tidak bermasalah dengan sesak, kecuali dengan latihan berat

1 Sesak napas apabila terburu-buru atau menaiki bukit yang agak tinggi 2 Berjalan pelan atau berhenti sejenak untuk bernapas.

3 Berhenti untuk bernapas setelah berjalan selama 100 meter

(17)

2.6.4. Penilaian Risiko Eksaserbasi

PPOK sering disertai eksaserbasi, suatu peristiwa yang dialami diperjalanan alamiah

penyakit. PPOK eksaserbasi didefinisi sebagai peristiwa akut yang ditandai perburukan keluhan

respirasi di luar variasi dari hari ke hari yang dan memerlukan perubahan terapi. Dampak

eksaserbasi mempunyai efek negatif pada kualitas hidup, selain itu eksaserbasi mempercepat

penurunan faal paru, dikaitkan dengan mortalitas terutama yang memerlukan rawat inap

Eksaserbasi yang terjadi sangat menurunkan kualitas hidup dan derajat kesehatan pasien

PPOK, oleh karena itu penatalaksanaan dan evaluasi yang tepat sangatlah penting untuk

mencegah terjadinya eksaserbasi.1,28,33 Eksaserbasi pada PPOK berarti timbulnya perburukan

dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Eksaserbasi dapat disebabkan infeksi atau faktor

lainnya seperti polusi udara, kelelahan, atau timbulnya komplikasi.2,5

.1,32

Gejala eksaserbasi adalah sebagai berikut:2,5

1. Sesak napas bertambah

2. Produksi sputum meningkat

3. Perubahan warna sputum (sputum menjadi purulen)

Eksaserbasi akut dibagi menjadi tiga:

1. Tipe I ( eksaserbasi berat ), memiliki 3 gejala di atas

2. Tipe II (eksaserbasi sedang ), memiliki 2 gejala di atas

3. Tipe III (eksaserbasi ringan ), memiliki 1 gejala di atas ditambah infeksi saluran napas

(18)

atau peningkatan frekuensi pernapasan > 20% nilai dasar, atau frekuensi nadi > 20 %

nilai dasar.2,3,5

Menurut penelitian Seemungal dkk. pada tahun 1998 efek dari eksaserbasi yang sering akan menurunkan kualitas hidup yang dinilai melalui St George’s Respiratory Questionaire

(SGRQ) yang relevan dengan nilai CAT. Menurut penelitian Donaldson dkk. pada tahun 2002 dijumpai hubungan antara frekuensi eksaserbasi dengan penurunan fungsi faal paru, dimana

pasien-pasien PPOK yang sering masuk rawatan rumah sakit akan terjadi penuran faal paru yang signifikan. 33,34

Menurut GOLD 2014 penilaian gabungan didasarkan pada jumlah eksaserbasi selama 12

bulan sebelumnya: 0 atau 1,tidak rawat inap masuk risiko rendah, 2 atau lebih rawat inap masuk kategori risiko tinggi. Eksaserbasi terbukti berpengaruh buruk pada kualitas hidup pasien.1

2.6.5. Penilaian Kombinasi PPOK

Menurut GOLD 2014 penilaian didasarkan derajat keluhan, derajat abnormal

(19)

Gambar 3. Hubungan antara penilaian gejala, klasifikasi spirometri dan risiko eksaserbasi.1

Dampak PPOK pada pasien secara individu diperoleh dengan menggabungkan penilaian gejala, klasifikasi spirometri dan risiko eksaserbasi. Pertama tentukan skor gejala dengan mMRC

atau CAT, apabila masuk kotak kiri berarti gejala sedikit, apabila masuk kotak kanan berarti gejala banyak. Kemudian tentukan skor risiko eksaserbasi, apabila masuk kotak bawah berarti risiko rendah, kotak atas berarti risiko tinggi.1 Kesimpulan penilaian sebagai berikut:

Tabel 5. Penilaian kombinasi PPOK1

`Kategori

Pasien

Karakteristik Klasifikasi

Spirometri

Eksaserbasi

per tahun

mMRC CAT

A Risiko rendah,

gejala sedikit

GOLD 1-2 ≤ 1 0-1 <10

B Risiko rendah,

gejala banyak

GOLD 1-2 ≤ 1 ≥2 ≥ 10

C Risiko tinggi,

gejala sedikit

GOLD 3-4 ≥2 0-1 <10

D Risiko tinggi,

gejala banyak

(20)

Tujuan dari penilaian PPOK adalah untuk menentukan terapi, keparahan penyakit, dampaknya

terhadap status kesehatan pasiendan risiko kejadian eksaserbasi.1,5

1.7. KERANGKA KONSEP

Asap Rokok

Inflamasi kronis

Risiko Eksaserbasi

PPOK

Hambatan aliran udara PPOK Stabil

Sesak Napas Penurunan

kualitas Hidup Penurunan Faal

Paru (VEP1)

mMRC CAT

Uji Spirometri Derajat obstruksi :

- GOLD 1 (ringan)

- GOLD 2 (sedang)

Kelompok PPOK

Kelompok A

Kelompok B PPOK

Gambar

Gambar 1. Patogenesis PPOK3,4
Gambar 2. Mekanisme hambatan aliran udara pada PPOK2
Tabel 1. Klasifikasi Derajat Keparahan PPOK dari Beberapa Panduan5
Tabel 2. Klasifikasi derajat hambatan aliran udara pada PPOK (berdasarkan VEP1 paska
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menjelaskan tentang pengaruh simvastatin terhadap kadar MMP-9 serum, persentase neutrofil sputum, skor CAT, dan nilai %VEP1 pada PPOK stabil.. Tujuan

Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah suatu penyakit yang dikarakteristikkan oleh adanya hambatan aliran udara secara kronis dan perubahan-perubahan patologi