• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai COPD Assesment Test dan Modified Medical Research Council Dyspneu Scale dengan Derajat Obstruksi dan Eksaserbasi Penyakit Paru Obstruktif Kronik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Nilai COPD Assesment Test dan Modified Medical Research Council Dyspneu Scale dengan Derajat Obstruksi dan Eksaserbasi Penyakit Paru Obstruktif Kronik"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Korespondensi: Dewi Manihuruk

Email: [email protected]; Hp: 085372485521

Nilai

COPD Assesment Test

dan

Modified Medical Research Council Dyspneu Scale

dengan

Derajat Obstruksi dan Eksaserbasi Penyakit Paru Obstruktif Kronik

RELATIONSHIP BETWEEN COPD ASSESSMENT TEST (CAT) SCORE,

Dewi Manihuruk, Pandiaman Pandia, Amira Tarigan, Putri Chairani Eyanoer

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi,

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, RSUP H. Adam Malik Medan

Abstrak

Latar Belakang: Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan gangguan pernapasan yang akan semakin sering dijumpai di masa mendatang. Angka morbiditas dan mortalitasnya meningkat setiap waktu. PPOK merupakan penyebab utama morbiditas dan cacat, dan pada tahun 2020 diperkirakan menjadi penyebab terbesar ketiga kematian di seluruh dunia. Saat fungsi paru memburuk dan penyakit berkembang maka risiko terjadinya hipoksia juga akan meningkat. Penelitian ini ditujukan untuk melihat korelasi antara nilai CAT dan MMRC dengan derajat obstruksi VEP1 dan frekuensi eksaserbasi pada pasien PPOK stabil.

Metode: Penelitian deskriptif pada 100 pasien PPOK in dilakukan di RSUP H. Adam Malik dan RSU Pirngadi sejak April-July 2014 dengan mengobservasi distribusi nilai CAT, skala MMRC, derajat obstruksi, dan frekuensi eksaserbasi pasien PPOK stabil dan menilai korelasinya dengan uji Spearman’s Rho.

Hasil: Didapatkan penderita dengan nilai CAT ≥ 10 sebanyak 60 orang (60%) dan nilai CAT < 10 sebanyak 40 orang (40%). Penderita dengan GOLD 3 sebanyak 50 orang (50%), GOLD 2 sebanyak 45 orang (45%), GOLD 4 sebanyak 5 orang (5%), GOLD 1 tidak ada. Pada penelitian ini terbanyak adalah penderita yang mengalami satu kali rawat inap atau lebih sebanyak 55 orang (55%), sedangkan satu kali atau tidak ada eksaserbasi dalam 12 bulan terakhir yaitu sebanyak 45 orang (45%). Nilai CAT dan MMRC berhubungan dengan derajat VEP1 (p<0,05). Nilai CAT berhubungan dengan frekuensi eksaserbasi (p=0,042). Sedangkan skala MMRC tidak berhubungan dengan

eksaserbasi (p>0,05).

Kesimpulan: Nilai CAT, skala MMRC berkorelasi dengan derajat VEP1 . Nilai CAT berkorelasi dengan frekuensi eksaserbasi. Sedangkan skala MMRC tidak berkorelasi dengan eksaserbasi. (J Respir Indo. 2015; 35: 218-22)

Kata Kunci: Nilai CAT, skala MMRC, Derajat obstruksi, Frekuensi eksaserbasi.

COPD Assesment Test Score, Modified Medical Research Council

Dyspnea Scale With Forced Expiratory Volume In One Second and

Exacerbation Risk In Stable COPD

Abstract

Background: COPD is considered as a complex disease and global problem that is predicted to be the third most common cause of death by 2030. The 2014 GOLD (Global Strategy for the Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease [COPD]) consensus reported the uses of symptoms, exacerbation history, and forced expiratory volume (FEV1) % to categorized patients

according to the disease severity and treatment guidelines. The aim of this study was to determine the relationship between CAT score and MMRC with FEV1 and exarcerbation risk of COPD patients.

Methods : A descriptive study was conducted on 100 stable COPD patients at Pulmonary Clinic Adam Malik General Hospital and Pirngadi General Hospital from April to July 2014 statistically compared the relationship between CAT score, MMRC scale and FEV1 COPD stages, and exacerbation risk by using Spearman’s rho test

Results: There were 60 patients (60%) of CAT score ≥ 10 and 40 patients (40%) of CAT score < 10 sebanyak 40 orang (40%). There were 50 patients (50%) of GOLD 3, 45 patients of (45%) GOLD 2, 5 patients (5%) of GOLD 4, no patients of GOLD 1. We found higher patients of once outpatients or more which 55 patients (55%), once or no exacerbation in last 12 months were 45 patients (45%). CAT score and MMRC found as significant correlation with FEV1 (p<0,05). A correlations found between CAT score and exacerbation frequency (p=0,042). No

correlation found between MMRC and exacerbation (p>0,05).

Conclusion: There was a correlation between CAT score, MMRC scale with FEV1. Correlation of CAT score with exacerbations was found.

No correlation between MMRC scale with exacerbation. (J Respir Indo. 2015; 35: 218-22) Keywords: CAT score, MMRC scale, Obstruction level, Exacerbation frequency.

(2)

PENDAHULUAN

Selama satu dekade terakhir ter jadi peru­ bahan pada pemahaman tentang penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Terdapat perubahan yang sangat mendasar pada Global initiative for chronic obstructive lung disease (GOLD) 2014, revisi terbaru dimutakhirkan dengan pengetahuan baru. Kekuatan pertama bertumpu pada tujuan pengobatan.Kekuatan

kedua memperkenalkan sistem klasifikasi keparahan

PPOK berbasis pada volume ekspirasi paksa titik pertama (VEP1). Keterbatasan aktivitas merupakan keluhan utama penderita PPOK yang sangat mempengaruhi kualitas hidup. Masalah eksaserbasi terbukti berpengaruh buruk pada kualitas hidup

pasien, memperburuk inflamasi di jalan napas maupun

sistemik. Riwayat eksaserbasi sebelumnya merupakan suatu prediktor tunggal untuk meramalkan mudahnya terjadi eksaserbasi berikutnya.1,2,3

Menururt Global Initiative for Chronic Obstruc­ tive Lung Disease yang direvisi pada tahun 2014, penilaian beratnya gejala pada pasien PPOK dihitung berdasarkan kuesioner yang sudah divalidasi yaitu

COPD Assesment Test (CAT) dan Modified Medical Research Council (MMRC), CAT merupakan kue­ sioner berisi 8 pertanyaan yang dapat menilai aspek kualitas hidup penderita PPOK. Sedangkan skor MMRCdigunakan untuk menilai derajat sesak napas pada penderita PPOK.1 Walaupun CAT hanya terdiri dari beberapa pertanyaan saja, namun sudah mencakup area luas yang dapat menilai kualitas hidup pasien. Pemakaian CAT secara berulang terbukti tetap efektif menilai secara selektif pada semua stadium PPOK. Sesak napas bersifat persisten serta progresif, gejala sesak napas harus dievaluasi secara rutin pada penderita PPOK. Sesak napas biasanya dinilai dengan menghitung fungsi paru dengan spirometri, namun untuk menilai sesak napas pada penderita PPOK dapat juga digunakan kuesioner MMRC.1,3,4

Berdasarkan hasil penelitian Ghobadi H dkk. di Iran tahun 2011 menyatakan terdapat hubungan antara nilai CAT dengan derajat obstruksi melalui pengukuran VEP1,5­7dimana didapatkan hubungan

antara penurunan derajat obstruksi dengan penu­ runan kualitas hidup yang dinilai dengan CAT, dijumpai derajat obstruksi sangat berat (GOLD IV) nilai CAT tinggi.8­10 Berdasarkan penelitian Han KM dkk. pada tahun 2012 dijumpai hubungan antara gejala pada penderita PPOK dari kulitas hidup dari nilai CAT, skala sesak napas yang dinilai dengan MMRC terhadap derajat obstruksi dan risiko eksaserbasi.10

Hartono S. dalam penelitian cross sectional

tahun 2011 didapati dari 92 orang CAT level rendah sebanyak 2 orang, level sedang sebanyak 35 orang, tinggi sebanyak 51 orang, level sangat tinggi sebanyak 4 orang.11­13 Berdasarkan penelitian Anwar D dkk. tahun 2011 di rumah sakit M. Djamil Padang didapat kesimpulan semakin tinggi derajat sesak napas berdasarkan kuesioner MMRC, makin tinggi derajat PPOK dan makin rendah VEP1.12,14

METODE

Data dikumpulkan dari 100 pasien PPOK stabil yang berkunjung pada bulan April sampai bulan Juli 2014 di Poliklinik Paru RSUP H. Adam Malik Medan

dan RSU Pirngadi Medan. Kriteria inklusi adalah PPOK stabil, umur lebih besar atau sama dengan 40­80 tahun, setelah prosedur penelitian dijelaskan kepada penderita, penderita bersedia menandatangani

informed consent yang ada. Kriteria eksklusi yaitu menderita asma, sindroma obstruksi pasca tb paru (SOPT), atau riwayat TB paru, menderita penyakit hernia, menderita gangguan psikiatrik.

Data dianalisa secara deskriptif untuk menge­ tahui distribusi frekuensi dari karakteristik yang ingin diketahui. Untuk melihat korelasi antara nilai CAT dan MMRC terhadap derajat hambatan aliran udara dan frekuensi eksaserbasi dilakukan uji korelasi spearman’s rho dikarenakan distribusi data yang tidak normal.

Jumlah penderita PPOK stabil yang mengikuti penelitian ini sebanyak 100 orang. Jumlah 80 orang pasien di Poli PPOK RSHAM dan 20 orang pasien di Poli Paru RSU Pirngadi Medan. Setelah dilakukan penjelasan mengenai penelitian dan menandatangani surat persetujuan tindakan medik, maka penderita

(3)

PPOK stabil yang setuju dilakukan pemeriksaan spirometri mengisi kuesioner CAT dan MMRC.

HASIL

Karakteristik Subjek Penelitian

Pada penelitian ini didapati total subjek

sebanyak 100 orang. Penderita dengan nilai CAT ≥

10 sebanyak 60 orang (60%), sedangkan nilai CAT < 10 sebanyak 40 orang (40%). Pada penelitian penderita dengan GOLD 3 yaitu sebanyak 50 orang (50%), selanjutnya GOLD 2 sebanyak 45 orang (45%), GOLD 4 sebanyak 5 orang (5%), tidak dijumpai pasien dengan GOLD 1. Pada penelitian ini terbanyak adalah penderita yang mengalami satu kali rawat inap atau lebih sebanyak 55 orang (55%), sedangkan satu kali atau tidak ada eksaserbasi dalam 12 bulan terakhir yaitu sebanyak 45 orang (45%).

Pada gambar 1 hasil penelitian terlihat distribusi fre kuensi penderita PPOK stabil berdasarkan kelompok PPOK didapati yang terbanyak adalah penderita PPOK Grup D yaitu sebanyak 35 orang (35%), selanjutnya PPOK grup B sebanyak 32 orang (32%), dan grup C sebanyak 20 orang (20%) dan yang paling sedikit adalah penderita PPOK grup A sebanyak 13 orang (13%).

Analisis Statistik

Pada penelitian ini dilakukan analisis statistik untuk melihat beberapa korelasi antara karakteristik yang diteliti dalam penelitian ini. Tabel 1, hasil uji korelasi spearman Rho menunjukkan adanya korelasi antara nilai CAT dengan VEP1 (p<0,05).

Gambar 1. Distribusi frekuensi penderita PPOK stabil berdasarkan kelompok PPOK Risiko GOLD 1 2 3 4 Risiko Riwayat eksaserbasi C 20 orang D 35 orang A 13 orang B 32 orang Gejala mMRC 0­1 mMRC > 2 CAT <10 CAT > 10

Tabel 1. Hubungan antara CAT dengan VEP1

Variabel Mean Median SD CI 95 % P

Low Up

CAT 12.4 10.00 4.7 11.50 13.4

0.000

VEP1 49.3 48.00 14 46.53 52.1

Uji Correlations Spearman’s rho

Tabel 2. Hubungan antara MMRC dengan VEP1

Variabel Mean Median SD CI 95 % P

Low Up

MMRC 1.88 2.00 0.8 1.72 2.04 0.001

VEP1 49.3 48.00 14 46.53 52.1

Uji Correlations Spearman’s rho

PEMBAHASAN

Hasil penelitian terlihat distribusi frekuensi penderita PPOK stabil berdasarkan kelompok PPOK didapati yang terbanyak adalah penderita PPOK Grup D yaitu sebanyak 35 orang (35%), selanjutnya PPOK grup B sebanyak 32 orang (32%), grup C sebanyak 20 orang (20%) dan yang paling sedikit adalah penderita PPOK Grup A yaitu sebanyak 13 orang (13%). Menurut GOLD 2014 penilaian kelompok PPOK stabil berdasarkan penilaian gejala dan derajat obstruksi serta riwayat eksaserbasi. PPOK mempunyai beberapa fenotipe yang berbeda dalam karakteristiknya.

Pada penelitian ini korelasi antara CAT dan VEP1 dilihat dengan uji Correlations Spearman’s rho

diperoleh nilai p<0.05 maka dapat disimpulkan ada korelasi antara CAT dengan VEP1. Sesuai dengan hasil penelitian Ghobadi H dkk.7 di Iran tahun 2011 menyatakan terdapat hubungan antara nilai

CAT dengan derajat obstruksi melalui pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1),

dimana didapati hubungan antara penurunan derajat obstruksi dengan penurunan kualitas hidup yang dinilai dengan CAT, dijumpai derajat obstruksi sangat berat (GOLD IV) nilai CAT tinggi.7 Berdasarkan penelitian Han KM dkk.8 pada tahun 2012 dijumpai hubungan antara gejala pada penderita PPOK dari kualitas hidup dari nilai CAT, skala sesak napas yang dinilai dengan MMRC terhadap derajat obstruksi dan risiko eksaserbasi.8

(4)

Tabel 3. Hubungan antara CAT dan Eksaserbasi

Tabel 4. Hubungan antara mMRC dengan Eksaserbasi

Variabel Mean Median SD 95 % CI P

Low Up

mMRC 1.82 2.00 0.770 1.67 1.97

0.343

Eksaserbasi 1.09 1.00 0.900 0.91 1.27

Uji Correlations Spearman’s rho

Terdapat korelasi antara CAT dengan VEP1 (p=0.000). Didapatiadanya korelasi antara MMRC dengan VEP1 (p=0.001). Didapati adanya korelasi antara CAT dengan Eksaserbasi (p=0.042). Tidak ada korelasi antara MMRC dengan eksaserbasi. (p=0.343).

Dalam penelitian ini untuk melihat korelasi antara MMRC dan VEP1 dilakukan uji Correlations

Spearman’s rho diperoleh nilai p<0.05 maka dapat

disimpulkan ada korelasi antara MMRC dengan VEP1. Menurut penelitian Anwar D dkk. tahun 2011 di rumah sakit M. Djamil Padang di dapat kesimpulan semakin tinggi derajat sesak napas berdasarkan kuesioner MMRC, makin tinggi derajat PPOK.10

Dalam penelitian ini untuk melihat korelasi antara CAT dengan eksaserbasi dilakukan uji

Corre-lations Spearman’s rho diperoleh nilai p<0.05

maka dapat disimpulkan ada korelasi antara CAT dengan eksaserbasi. Sesuai dengan penelitian See­ mungal dkk. pada tahun 1998 efek dari eksaserbasi yang sering akan menurunkan kualitas hidup yang dinilai melalui St George’s Respiratory Questionaire (SGRQ) yang relevan dengan nilai CAT.13 Menurut penelitian Hartono S. dalam penelitian cross sectional tahun 2011 dalam mengisi kuesioner CAT pasien harus benar­benar diberitahu tentang angka­angka dalam penilaian CAT.13

Dalam penelitian ini untuk melihat korelasi antara MMRC dan eksaserbasi dilakukan uji Corre lations

Spearman’s rho diperoleh nilai p>0.05 maka dapat

disimpulkan tidak ada korelasi antara MMRC dengan eksaserbasi. PPOK mem punyai beberapa fenotipe yang berbeda dalam karakteristiknya. Ada fenotipe yang sering mengalami eksaserbasi dalam perjalanan penyakitnya, sehingga memperburuk fungsi parunya.

Penelitian Donaldson dkk. pada tahun 2002 dijumpai hubungan antara frekuensi eksaserbasi dengan penurunan fungsi faal paru, dimana pasien­pasien PPOK yang sering masuk rawatan rumah sakit akan terjadi penurunan faal paru yang signifikan. 14

KESIMPULAN

Nilai CAT berkorelasi dengan derajat VEP1. Skala MMRC juga berkorelasi dengan derajat VEP1. Nilai CAT berkorelasi dengan frekuensi eksaserbasi.

Sedangkan skala MMRC tidak berkorelasi dengan

eksaserbasi. Dalam penilaian kelompok PPOK kita melihat gejala, derajat VEP1 dan frekuensi eksaserbasi karena penderita PPOK stabil mempunyai fenotipe yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

1. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Global strategy for diagnosis, mana­ gement and prevention of chronic obstructive lung disease updated 2014.

2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik), pedo­ man praktis diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia; 2010; h:1­75.

3. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Global strategy for diagnosis, mana­ gement and prevention of chronic obstructive lung disease updated 2008.

4. Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of chronic obstructive pulmonary disease, NHLBI/WHO Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) workshop summary.2001.

5. Ivor MA, Lowry J, Bourbeau J, Borycki E. Assesment of COPD. In: Bourbeau J. Nault D, Borycki E, eds. Comperehensive management of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. London: BC Decker In. 2002. h.19­31.

Variabel Mean Median SD 95 % CI P

Low Up

CAT 12.41 10.00 4.716 11.47 13.35

0.042

Eksaserbasi 1.09 1.00 0.900 0.91 1.27

(5)

6. Maranatha D. Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK). Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru 2010. Wibisono MJ, Winariani, Hariadi S. Edt. Departemen Ilmu Penyakit Paru.Surabaya, 2010; h.37­53.

7. Ghobadi H, Sadeghieh S, Kameli A, Lari SM, The Relationship between COPD Assessment Test (CAT) Scores and Severity of Airflow Obstruction

in StableCOPD. Tanaffos.2012; 11(2): 22­26.

8. Han MK, Everett CD, Dransfiel MT, Washco GR, Regan EA, Bowler RP, Beatyet T,et al. GOLD 2011 disease severity classification in COPD Gene: a prospective cohort study. Lancet Respir Med.2013;1:45­50.

9. Shafiq I, Hugget K, Idris L, Rudran, Shaw T J, Use

of COPD assessment (CAT) test in monitoring acute exacerbations. Eur Respir J.2011;38:11­4.

10. Donal AM. Mechanisme and measurement of dyspnea in chronic obstructive pulmonary disease. Proc Am Thorac Soc.2006;3:234­8.

11. Bestall JC, Paul EA, Garrod R, Garnham R, Jones, P. W, & Wedzicha, J. A. Usefulness of

the Medical Research Council (MRC) dyspnoea scale as a measure of disability in patients with chronic obstructive pulmonary disease. Thorax. 1999;54:581­6.

12. Hurst RJ, Vestbo J, Anzueto A, Locantore N, Mullerova H,Singer TR, Miller B, et al. Susceptibility to exacerbation in chronic obstructive pulmonary disease. N Eng J Med.2010;363:1128­38.

13. Hartono S. Nilai COPD Assessment Test (CAT) penderita penyakit paru obstruktif kronis stabil di poli paru RSUP H. Adam Malik dan RS PTP II Tembakau Deli Medan. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.2011.h.20­1.

14. Anwar D, Chan Y, Basyar M, Hubungan derajat sesak napas penderita penyakit paru Obstruktif Kronik Menurut Kuesioner Modified Medical Research Council Scale dengan Derajat Penyakit Paru Obstruktif kronik. Departemen pulmonologi dan Ilmu kedokteran Respirasi Kedokteran Universitas Andalas Padang. J Respir Indo. 2012;34:200­71.

Gambar

Gambar 1. Distribusi frekuensi penderita PPOK stabil berdasarkan  kelompok PPOKRisiko GOLD1       2        3       4 Risiko Riwayat eksaserbasiC20 orangD35 orangA13 orangB32 orang                               Gejala mMRC 0­1           mMRC &gt; 2CAT &lt;10               CAT &gt; 10
Tabel 4. Hubungan antara mMRC dengan Eksaserbasi

Referensi

Dokumen terkait

Dari 70 sampel ini, diperoleh prevalensi dan faktor resiko penyakit ginjal kronik adalah hipertensi sebanyak 21 orang (30%) dan ini merupakan penyebab yang

These studies indicated that the surplus energy can be obtained by utilizing biomass waste such as palm kernel shell (PKS), palm pressed fiber (PPF) and empty fruit bunch (EFB),

1. Harta Lancar Kas dan Bank Surat2 Berharga yang mudah dijual dan tidak dimasukan untuk ditahan Deposito jangka pendek Wesel Tagih yang akan jatuh tempo satu tahun Piutang Usaha

penelitian menunjukan pengaruh latihan penambahan static stretching pada squat jump terhadap peningkatan jumping smash dengan nilai probabilitas p

atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat, hidayah, dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan

Dari praktikum yang dilakukan, tablet CTM dapat diidentifikasi dengan. memperhatikan ciri-ciri khas yang terbetuk akibat penambahan

567570 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH 018.09.12 Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan. 1801 Pengkajian dan

Ada hubungan yang sangat kuat antara perilaku petani dalam hal umur, pengalaman dalam bertani dan aktivitas keikut sertaan dalam penyuluhan dengan kepadatan cacing