• Tidak ada hasil yang ditemukan

CAKUPAN KAJIAN KEAMANAN INTERNASIONAL an

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "CAKUPAN KAJIAN KEAMANAN INTERNASIONAL an"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

CAKUPAN KAJIAN KEAMANAN

INTERNASIONAL & PARADIGMA

KEAMANAN INTERNASIONAL

Mohammad Hifni I.S [email protected]

DATA BUKU

Judul Buku : PERKEMBANGAN, PARADIGMA DAN KONSEP KEAMANAN INTERNASIONAL &

RELEVANSINYA UNTUK INDONESIA Pengarang : Broto Wardoyo Penerbit : Nugra Media

Tahun Penerbit : 2015

Kota Penerbit : Klaten, Jawa Tengah, Indonesia Bahasa Buku : Indonesia

Jumlah Halaman : 264

ISBN Buku : 978-602-71841-0-7 Kajian Keamanan Internasional mencakup pembahasan mengenai perang dan damai serta

berbagai perkembangan yang tidak hanya berorientasi pada penggunaan kekerasan dan bagaimana

mencegah penggunaan kekerasan tersebut. Kajian ini kemudian berkembang sejalan dengan munculnya beragam kasus di mana negara justru menjadi sumber ancaman bagi individu yang hidup di dalamnya,

(2)

Keamanan internasional dapat dipahami sebagai sebuah proses kerangka membangun keamanan dunia, konsep keamanan terus berkembang dan bertransformasi, keamanan dalam kontek kekinian atau pasca perang dingin dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu keamanan tradisional dan keamanan non-tradisional. Pasca perang dingin berakhir para ahli memperkirakan akan terjadinyathe absent of war sebagai bentuk dari keamanan yang bersifat tradisional, namun pada kenyataannya keamanan tradisional masih menjadi isu yang memberikan pengaruh besar dalam konstelasi dunia internasional. Dalam perkembangannya konsep keamanan dapat dipahami dengan berbagai teori, namun realis dan liberalisme menjadi dua pemikiran besar yang mendominasi pemikiran terkait dengan keamanan.

Konsep keamanan tidak lepas dari pemahaman pemikir realis yang memandang dunia internasional bersifat anarki sehingga dengan demikian setiap negara memiliki keinginan untuk meningkatkan kekuatan sebagai salah satu bentuk respon dari anarkisme tersebut. Pasca perang dingin dunia internasional mengalami pergeseran dimana kerjasama menjadi salah satu instrumen membangun dunia yang lebih aman dan globalisasi menjadi faktor penggerak interkonektifitas masyarakat internasional, namun fenomena memperkuat komponen pertahanan berkembang selaras dengan kerjasama yang dibentuk. Dua pemikiran yang ada yaitu liberalisme dan realisme memberikan gambaran-gambaran dan prediksi terkait dengan keamanan internasional, perdebatan yang ada antara realisme dan liberalisme memberikan jalan tengah dalam mengamati dinamika keamanan internasional.

Buku Perkembangan, Paradigma, dan Teori Keamanan Internasional & Relevasinya untuk Indonesia ini menjelaskan

perkembangan-perkembangan di dalam kajian keamanan hingga akhirnya, pada saat ini, kita mengenal beragam konsep keamanan yang disematkan pada aktor individu.

Pembahasan buku ini dibedakan menjadi empat bagian besar, yaitu: pendahuluan, periodisasi kajian Keamanan Internasional, paradigma-paradigma utama dalam kajian Keamanan Internasional, dan konsep-konsep utama yang digunakan dalam kajian Keamanan Internasional.

(3)

Internasional dan paradigma-paradigma utama yang berkembang di dalam kajian Keamanan Internasional serta dalam menjelaskan teori atau konsep utama yang digunakan dalam kajian Keamanan Internasional untuk diaplikasikan dalam studi kasus.

Buku ini diharapkan juga dapat menjadi panduan untuk memahami perkembangan teoritik di dalam kajian keamanan internasional serta dalam

menjelaskan teori atau konsep utama yang digunakan dalam kajian keamanan Internasional yang di

aplikasikan di dalam studi kasus.

Kajian keamanan Internasional yang meletakkan fokus pada sektor negara dan aspek militer pada dasarnya membahas apa yang dikenal sebagai keamanan nasional. Konsep keamanan nasional ini sejalan dengan pemahaman keamanan secara tradisional yang didominasi oleh para pemikir paradigma Realisme.

Konsep keamanan, secara sederhana, diahami dalam kaitannya dengan bagaimana negara mendapatkan rasa aman dan mencapai tujuan tujuan yang lain didalam sistem Internasional yang anarki. Paradigma realisme merupakan paradigma yang memehami konsep keamanan secara tradisional

Paradigma realisme merupakan paradigma yang paling dominan dalam kajian Hubungan Internasional, dan memiliki argumentasi standar.

Asumsi Dasar Teori Realisme dalam Hubungan Internasional

Teori realisme merupakan reaksi terhadap pemikiran utopianisme yang banyak didominasi oleh studi politik di Amerika Serikat dalam rentang tahun 1940-an hingga 1960-an. Teori Realisme berkembang pada 4 asumsi dasar, yakni:

1. States are the principal or most important actors.

Negara merupakan aktor utama dalam hubungan internasional, yang juga menjadi unit analisis dalam studi hubungan internasional. Studi hubungan

internasional merupakan studi terhadap unit-unit (negara-negara) tersebut.

(4)

Perusahaan multinasional, kelompok teroris, NGO, dan aktor non-negara lainnya terkadang diakui

perannya oleh kaum realis, tetapi tidak begitu ‘mengambil’ peran dalam hubungan internasional. Negara-lah yang menjadi aktor utama dan dominan.

2. The state is viewed as a unitary actor.

Negara dipandang sebagai unitary actor yang setidaknya bisa membuat suatu kebijakan terhadap suatu isu tertentu. Negara terintegrasi dengan dunia luar, yang menjadi ketunggalan dalam kedaulatannya terhadap percaturan politik internasional.

3. The state is essentially a rational actor.

Negara dianggap sebagai aktor rasional, meskipun kaum realis sebenarnya takut pada kesalahpahaman orang-orang dalam memandang negara sebagai aktor rasional.

4. National Security usually tops the list.

Bidang militer dan isu keamanan lain yang terkait mendominasi politik dunia. Kaum realis menganggap bahwa keamanan menjadi bagian paling penting dalam interaksi antar-negara.

Terlebih karena sistem internasional pada dasarnya anarki dan manusia pada dasarnya egois dan haus akan kekuasaan.

Kaum realis fokus pada potensi konflik yang terjadi antar-negara, sehingga pentingnya keamanan menjadi daftar paling atas dari setiap kepentingan aktor, yang dalam hal ini adalah negara berdaulat.

Realisme pada dasarnya merupakan bentuk kritik terhadap perspektif idealisme, yang mereka anggap terlalu menyepelekan konsep power dalam hubungan internasional.

Teori Realisme berkembang dan mendasar pada pemikiran bahwa man is evil. Aktor dalam perspektif realisme adalah negara, sebagai satu individual yang tidak akan bekerjasama dengan aktor lain tanpa ada maksud tertentu (self-interests) dan akan selalu berusaha untuk memperkuat dirinya sendiri.

(5)

Pandangan-pandangan yang menjadi fondasi aliran ini posisinya berseberangan dengan pemikiran para penganut idealisme. Adapun pandangan atau asumsi dasar dari perspektif realisme, antara lain:

(1) Memandang secara pesimistis terhadap sifat dasar manusia yang cenderung berbuat baik. Perspektif ini berkeyakinan bahwa manusia itu bersifat jahat,

berambisi untuk berkuasa, berperang, dan tidak mau bekerjasama;

(2) Bersikap skeptis terhadap kemajuan politik internasional dan politik domestik;

(3) Meyakini bahwa hubungan internasional bersifat konfliktual atau berpotensi menghasilkan konflik. Dan konflik-konflik internasional yang terjadi hanya bisa diselesaikan dengan jalan perang;

(4) Menjunjung tinggi nilai-nilai keamanan nasional dan eksistensi atau kelangsungan hidup negara.

Para pemikir realis juga menempatkan keamanan nasional sebagai prioritas atau fokus utama dalam perspektif realisme.

Dalam kacamata realis, keamanan militer dan isu-isu strategis tergolong kepentingan utama dan mengacu ke dalam kategori high politics.

Sedangkan ekonomi dan isu-isu sosial dilihat oleh kaum realis sebagai hal yang biasa, yang termasuk ke dalam kategori low politics.

Realisme juga memfokuskan analisisnya

pada power dan otonomi dalam interaksi internasional serta tentang tidak adanya keharmonisan di antara negara, sehingga konsep self-help disini

sangat penting.

Dalam asumsi realisme, negara bertindak seperti manusia. Negara mencoba untuk memenuhi

kepentingannya menggunakan power yang mereka miliki. Konsep power agaknya cukup luas namun dalam hal ini kita membatasi istilah tersebut sebagai sebuah kapabilitas negara untuk bertindak. Setiap negara adalah berdaulat (sovereignty) dan bisa menentukan arah kebijakannya sendiri-sendiri (self-determination). Sehingga teori realis menganggap bahwa negara adalah sebuah entitas tertinggi dalam sistem

internasional. Inilah yang disebut sifat anarchy dalam hubungan internasional.

2.LIBERALISME

Liberalisme adalah perspektif dalam hubungan internasional yang berfokus pada

(6)

Tokoh dari liberalisme ini antara lain Woodrow Wilson dan Norman Angell.

Terdapat tiga bentuk dari liberalisme, yaitu liberal institusionalisme, liberal internationalisme dan

idealisme (Dunne, 2001). Pertama liberal institusionalisme. Pemikiran-pemikiran liberal

institusionalisme adalah pentingnya pruralisme aktor dalam hubungan internasional seperti MNCs, IGOs, dan NGOs, yang menganggap peran serta aktor non-negara dalam hubungan antarnegara adalah suatu hal yang penting, serta menekankan pentingnya adanya suatu bentuk interaksi baru antarnegara seperti integrasi dan kerjasama. Integrasi dan kerjasama transnasional merupakan hal yang diperlukan karena setiap negara memiliki kekurangan dan keterbatasan, sehingga dalam menghindari keterbatasan tersebut suatu negara melakukan kerjasama dengan negara lain. Liberal institusionalisme mengharapkan dalam setiap kerjasama dalam satu bidang dapat menjadi

berkembang menjadi sebuah kerjasama dalam banyak bidang. Kedua liberal internasionalisme. Liberal

internasionalisme berfokus pada ketergantungan ekonomi antar negara. Liberal internasionalisme menganggap kapitalisme adalah sesuatu yang

menguntungkan bagi semua pihak. Inti dari liberal ini adalah menekankan kerjasama ekonomi bagi

kemashlahatan manusia. Ketiga, idealisme. Kaum idealis memiliki anggapan bahwa perdamaian di dunia bukan merupakan sesuatu yang terjadi secara natural, namun perdamaian adalah sesuatu yang harus

diperjuangkan melalui proses collective security.

Idealisme menekankan penggunaan sistem yang sama pada politik internasional dan politik domestic

(Wardhani, 2014). Selain itu, Idealisme juga

menyatakan pentingnya sebuah perdamaian di dunia dalam rangka penciptaan dunia yang lebih baik, serta pentingnya keterlibatan suatu negara dalam organisasi internasional (Jackson and Sorensen, 1999).

Dalam menghadapi perkembangan zama saat ini Keamanan Internasional sangat lah diperlukan dan dibutuhkan untuk membentengi negara dari hal negatif dari luar dalam buku ini kita dapat mengetahui

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Pangandaran, Pemerintah Daerah telah mengalokasikan anggaran sehingga masyarakat tidak

11 Sarlito Wirawan Sarwono.. peran terhadap siswa. Berdasarkan data ini dapat diketahui bahwa peran guru memberikan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengembangan

Media tangga pertanyaan adalah salah satu bantuan yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar berlangsung. Media ini memiliki tujuan membuat siswa tertarik,

[r]

Data yang diperoleh meliputi aspek-aspek kegiatan dalam pengelolaan sarana laboratorium IPS, yaitu perencanaan, pengadaan, pendistribusian, inventarisasi, penyimpanan,

Adapun ciri model pembelajaran Resource-Based Learning yaitu: 1) memanfaatkan segala sumber informasi sebagai sumber pelajaran, 2) memberi pengertian kepada siswa tentang

Kepercayaan masyarakat terhadap Bank Mandiri merupakan amanah bagi seluruh jajaran manajemen untuk tetap berkomitmen meningkatkan kualitas jasa layanan dan terus menerus

Peradaban Amerika yang terdiri dari peradaban suku Aztec, Inca dan Maya sangat menarik untuk kita pelajari, tidak terbayang kehebatan mereka dalam menciptakan suatu