Nama : Ronaldi Gabriel Gultom
Tingkat/Prodi : I-D/Teologi
Nim : 17.01.1588
Mata Kuliah : Pengantar PAK dan Kateketika
Dosen : Mery Ulina Ginting
Model-Model Kateketika
Lingkungan Hidup
Kemiskinan I. Pendahuluan
Orang-orang menganggap bahwa berkatekese merupakan hal yang sulit. Kesulitan tersebut ditemukan ketika mereka sulit untuk mengolah atau
mengkemas katekese dengan baik. Meskipun telah dipersiapkan dengan matang, namun dalam prakteknya juga banyak mengalami kendala atau kesulitan yang merintangi dalam proses katekese. Dan pertemuan saat ini kami penyaji akan membahas tentang apa atau bagaimana model atau contoh katekese yang benar dan cocok dalam mempraktekkan katekese.
II. Penjelasan
II.1. Pengertian Kateketika
Kataketika atau katekisasi berasal dari bahasa Yunani yaitu Kathein yang di artikan pelajaran. Istilah ini sudah lama dipakai untuk pelajaran yang diberikan kepada siapa saja yang mau menerima dan mengakui iman kristen.1 Kateketika adalah pelajaran agama, dalam hal ini agama Kristen atau iman Kristen, kateketika atau katekisasi berarti mendalami firman Tuhan yang di tuliskan dalam Alkitab dan hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan gereja dan orang Kristen.2
II.2. Pengertian Model
Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem , atau konsep, yang seringkali berupa penyerdehanaan atau idealisasi. 3
1 R.J.Porter, Katekisasi Masa Kini, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2000), 1. 2 GKPI, Buku Katekisasi Sidi,(Pematang Siantar: KOLPORTASE GKPI,2016),9.
II.3. Model-model Kateketika
Banyak sekali model-model dari pada kateketika, dan disini khusus dijelaskan bagian dari lingkungan hidup dan kemiskinan sesuai dengan metode yang digunakan. Beberapa metode-metode dari katekisasi adalah sebagai berikut;
1. Metode yang berporoskan penyampaian informasi dan fakta, yang mencakup ; bercerita, berceramah , berkotbah, berkuliah, berkampanye , dan sejenisnya.
2. Metode yang berporoskan struktur, yang mencakup : grafik, statistik, , bagan atau skema organisasi , garis waktu, atau menentukan kitab mazmur sebagai buku yang terdapat di tengah-tengah alkitab agar mudah
menghafal nama-nama buku sebelum dan sesudah kitab mazmur tersebut, dan lain-lain yang sejenis.
3. Metode yang berporoskan pemupukan perasaan, yang mencakup ; menyanyi, irama, pantomim, musik, dan sejenisnya.
4. Metode yang berporoskan proyek yang mencakup: pembuatan taman bunga dihalaman gedung gereja, pembuatan peta tanah Palestina, pembuatan alat-alat peraga, pembuatan kebun pelajar katekisasi atau kebun jemaat, penulisan sejarah jemaat atau desa, dan sejenisnya.4 Adapun beberapa model-model kateketika dalam lingkungan hidup dan kemiskinan yaitu :
1. Katekese umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota
jemaah/kelompok . Melalui kesaksian, para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna.5
2. Analisa Sosial adalah suatu usaha untuk memepelajari struktur sosial yang ada, mendalami institusi ekonomi, politik, agama, budaya dan keluarga, sehingga kita tahu sejauh mana dan bagaimana institusi itu menyebabkan ketidakadilan sosial. Jadi analisa sosia adalah suatu usaha nyata yang merupakan bagian penting menegakkan keadilan sosial.6
Bahan ajaran dominan dalam seluruh proses belajar. Bahan ajaran merupakan isi ajaran yang diberikan konkret dalam setiap jam
pengajaran. Bahan ajaran harus disesuaikan dengan hasil penyelidikan itu dan harus melayani tujuan yang telah ditentukan.7
II.4. Lingkungan Hidup II.4.1. Pengertian Hidup
4Lewier.F.C.Kateketika(Jakarta:Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan Departemen Agama, dan Universitas Terbuka, 1994), 90.
5 Komisi Kateketik KWI, Katekese Umat dan Evangelisasi Baru (Yogyakarta: KANISIUS, 1995),1.
6https://www.scribd.com/doc/122982107/Analisa-sosial-katekese-umat-pdf, diakses pada Selasa 24 April 2018 pkl 11:44.
Lingkungan hidup adalah alam semesta yang di diami oleh seluruh ciptaan Tuhan. Ada pohon-pohonan (hutan), tanah, kebun (ladang), sawah, gunung, sungai, danau, laut, air dan udara. Semuanya itu merupakan lingkungan kehidupan manusia. Melalui ilmu pengetahuan, kita mengetahui bahwa di dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem yang menggambarkan hubungan dan ketergantungan antar makhluk. Lingkungan hidp merupakan tempat atau lingkungan kehidupan, dimana manusia dapat menjalani kehidupannya bersama seluruh ciptaan dengan baik.8
II.4.2. Pandangan Tokoh Tentang Lingkungan Hidup II.4.2.1. S.J. Mc Naughton dan Lary L. Wolf
Lingkungan hidup merupakan semua factor eksternal yang bersifat biologis dan fisik, yang langsung mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi organisme.
II.4.2.2. Prof. Dr. Ir. Otto Soemarwoto
Otto Soemarwoto merupakan ahli ilmu lingkungan (ekologi) terkemuka. Ia mendefinisikan lingkungan hidup yaitu semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita.
II.4.2.3. Prof. Dr. St. Munadjat Danusaputro
Ia merupakan seorang ahli hukum lingkungan terkemuka dan Guru Besar Hukum lingkungan Universitas Padjajaran. Ia mengartikan lingkungan kehidupan sebagai semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah lakunya, yang mempengaruhi hidup serta kesejahteraan manusia.9
II.4.2.4. Pasal 1 UUD No. 23 Tahun 1997
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan 8 Tumpal M.S.P. Marbun, et al., Buku Katekisasi Sidi di GKPI (Pematang Siantar: Kolportase GKPI,
2016), 159-160.
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.10
II.4.3. Unsur-unsur Lingkungan Hidup a. Ekosistem
Lingkungan hidup tidak dapat di pisahkan dengan ekosistem. Ekosistem adalah kesatuan lingkungan hidup yang tercipta karena adanya interaksi antara unsur biotik dan unsur abiotik.
b. Unsur Budaya
Unsur budaya dalam lingkungan hidup adalah system nilai, gagasan dan keyakinan yang di miliki manusia untuk menentukan perilakunya sebagai makhluk sosial. Unsur budaya ini
dikembangkan manusia untuk memenuhi kebutuhan pokok dan mempermudah kehidupan. Unsur budaya dalam lingkungan hidup, merupakan faktor yang dapat menentukan keseimbangan tatanan lingkungan, dimana manusia merupakan pemegang kendali. Contoh: Manusia menciptakan pakaian untuk melapisi tubuh.
c. Unsur Hayati
Unsur biotik dalam lingkungan hidup terdiri atas semua makhluk hidup yang terdapat di bumi, mulai dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi. Yang termasuk unsur biotik dalam lingkungan hidup adalah manusia, hewan dan tumbuhan.
d. Unsur Fisik
Unsur fisik yang terdapat dalam lingkungan hidup terdiri atas tanah, air, udara, kelembapan dan sinar matahari. Fungsi unsur abiotik dalam lingkungan hidup adalah sebagai media untuk berlangsungnya kehidupan. Air diperlukan dalam proses
fotosintesis pada tumbuhan, matahari merupakan sumber energy utama yang diperlukan tumbuhan dalam mengelola makanannya.
II.4.4. Model Kateketika Mengenai Lingkungan Hidup II.5. Kemiskinan
II.5.1. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan merupakan rendahnya pendapatan, atau secara rinci menggambarkan suatu kondisi tidak dapat terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, papan dan sandang. Kemiskinan juga dapat dikatakan sebagai ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar.11 Kemiskinan juga dapat diartikan sebagai keadaan serba kekurangan yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang diluar keinginan yang bersangkutan sebagai kejadian yang sulit untuk dihindari.12
II.5.2. Faktor Terjadinya Kemiskinan II.5.2.1. Faktor Eksternal
a. Globalisasi
Globalisasi melahirkan Negara pemenang dan Negara kalah. Pemenang umumnhya adalah Negara-negara maju, sedangkan Negara-Negara-negara berkembang sering kali terpinggirkan oleh persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat globalisasi. Karena Negara berkembang terpinggirkan, maka jumlah kemisinan jauh lebih besar di banding Negara-negara maju.
b. Bencana Alam
Bencana alam juga dapat menyebabkan terjadinya kemiskinan, karena bencana alam dapat
11 Ardito Bhinadi, Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat (Yogyakarta:
Deepublish, 2017), 9.
12 Hermanto Suaib, Nilai-nilai Kearifan Lokal dan Modal Sosial Dalam Pemberdayaan Masyarakat
merusak lingkungan. Contoh: petani gagal panen, pada saat musim hujan.
c. Tingginya Jumlah Penduduk
Tingkat pertumbuhan penduduk pun mempengaruhi kemiskinan. Perlu kita ketahui, setiap tahun pertumbuhan jumlah penduduk mengalami peningkatan. Sehingga lapangan pekerjaan pun susah untuk di dapatkan, sehingga banyak terjadi kasus kriminal yang disebabkan karena kebutuhan yang mendesak.13
d. Kesempatan Kerja
Seseorang itu miskin karena kurangnya lapangan pekerjaan (kesempatan kerja), sehingga banyak terdapat penggangguran. Dan jumlah pengangguran semakin hari, semakin meningkat.
e. Upah gaji di bawah standar minimum
Seseorang yang memiliki upah (gaji) di bawah standar, sementara itu pengeluarannya cukup tinggi, maka orang tersebut juga tergolong miskin.
f. Tekanan harga
Pendapatan yang rendah bukan hanya disebabkan karena rendahnya produktivitas, melainkan karena tekanan harga. Tekanan harga disebabkan oleh penimbunan, aturan tata niaga dan berbagai bentuk manipulasi.14
II.5.2.2. Faaktor Internal
13Ardito Bhinadi, Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat, 12-13.
a. Keturunan
Keturunan merupakan salah satu faktor kemiskinan, karena diwariskan secara turun temurun. Faktor ini dapat berubah, jika ada anggota keturunan yang memperbaiki citra keluarganya menjadi yang lebih baik. Contoh: Anak petani yang disekolahkan menjadi seorang Pegawai Negeri.
b. Produktifitas Kerja Rendah
Lebih dari 60% insiden kemiskinan terdapat di sektor pertanian, yang pada umumnya disebabkan karena produktivitas yang masih rendah.
c. Penjualan Tanah
Penjualan tanah (baik tanah pertanian, pertambakan atau perumahan), bisa menimbulkan kejatuhan dan akhirnya menjadi miskin.15
d. Ketidakmampuan Dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar
Ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar (seperti sandang, pangan dan papan) juga penyebab terjadinya kemiskinan.
e. Kemampuan minimum (low of capabilities)
Seseorang yang tidak memiliki kemampuan (abilty) dan keterampilan (skill) akan dapat mengalami kemiskinan, karena minimnya kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.16
II.6. Jenis-jenis Kemiskinan
15 Antik Tri Susanti, et al., Peranan Gereja Dalam Mengentaskan Kemiskinan (Jakarta: Proyek
Peningkatan Pendidikan Agama Protestan, 1995), 6-7.
16 Hermanto Suaib, Nilai-nilai Kearifan Lokal dan Modal Sosial Dalam Pemberdayaan Masyarakat
II.6.1. Kemiskinan Kultural
Kemiskinan pebduduk terjadi karena kultur atau budaya yang sudah turun temurun yang membuat mereka menjadi miskin.17
II.6.2. Kemiskinan Situasi atau Natural
Jenis kemiskinan ini terjadi di daerah-daerah yang kurang menguntungkan sehingga menjadi miskin.
II.6.3. Kemiskinan Struktural
Jenis kemiskinan ini lebih condong kepada orang atau sekelompok orang yang tetap dalam kondisi kemiskinan.
II.6.4. Kemiskinan Relatif
Jenis kemiskinan ini membandingkan antara pendapatan seseorang atau rumah tangga dengan rata-rata pendapatan populasi. Pendekatan ini lebih melihat pada ketidakseimbangan pendapatan. Selama ketidakseimbangan pendapatan ada, maka kemiskinan akan tetap ada.18
II.6.5. Kemiskinan Absolut
Jenis kemiskinan ini melihat pada batas minimumyang harus di miliki untuk mencapai kebutuhan minimum suatu keluarga. Suatu keluarga dikatakan miskin, bila tidak mempunyai penghasilan atau tidak mencapai batas minimum yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya.
II.7. Model Kateketika Mengenai Kemiskinan
Dalam Injil Matius 14:16 dikatakan bahwa kita sebagai manusia diajak untuk melihat situasi yang ada di sekitar kita, terutama situasi kemiskinan yang membawa penderitaan manusia. Kemiskinan masih melanda sebagian besar umat manusia. Salah satu upaya untuk menyadarkan umat
17Bungaran Antonius Simanjuntak, et al., Sejarah Pariwisata Menuju Perkembangan Pariwisata
Indonesia (Yayasan Pustaka Obor Indonesia: Jakarta, 2017), 209-211.
adalah melalui katekese. Dalam katekese pengalaman iman, kita berdialog dengan pengalaman Alkitabiah tentang kehendak Allah.19
Menanggapi persoalan kemiskinan, gereja mempunyai tugas untuk turut serta dalam pengentasan kemiskinan. Hal ini tentu mendapat perhatian gereja yang mempunyai misi perhatian kepada kaum miskin. Pengentasan kemiskinan merupakan keharusan imperatif bagi bangsa kita, termasuk juga tuga gereja.Gereja harus menjadi alat Tuhan Yesus yang setia dalam memberi makan kepada yang lapar, memberi minun kepada yang haus dan memberi pelita dalam kegelapan.20
Yesus Kristus mewartakan Injil tentang Kerajaan Allah (bdn. Markus 1:14-15), pembebasan dari dosa dan dari apa pun yang mencegah manusia untuk menikmati kepenuhan hidup seturut martabatnya (bdn. Lukas 4:18-19). Pada awal pengutusannya di tengah masyarakat, Ia mengenakan nubuat Yesaya pada diri-Nya sendiri (bdn. Lukas 4:16-21). Yesus juga sering mengajak mereka yang mempunyai harta kekayaan, supaya menggunakannya bagi kaum miskin (bdn. Lukas 16:19-31; 19:8-10). Ia meminta kepada murid-murid-Nya untuk menemukan cara-cara yang memungkinkan kaum miskin ikut serta sepenuhnya dalam kehidupan jemaah (bdn. Lukas 14:12-14)
Oleh karena itu, jemaah yang beriman akan warta gembira tantang Kerajaan Allah dan mengemban tugas untuk mewartkannya (bdn. Markus 16:15), tidak boleh bersikap acuh tak acuh terhadap situasi ekonomi di masyarakat. Melainkan wajib melibatkan diri secara aktif dalam persoalan kemasyarakatan itu, karena menyangkut Injil itu sendiri.21
II.8. Hubungan Model Kateketika Lingkungan Hidup dan Kemiskinan
Hubungan kemiskinan dan lingkungan hidup banyak terdapat pada negara-negara berkembang khususnya. Kemiskinan menjadikan hubungan tersebut sulit untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup. Sanitasi yang buruk merupakan contoh nyata di kota-kota, maupun di pedesaan. Mengurangi kemiskinan yang absolute di Negara-negara berkembang, sering kali dapat sejajar dengan memperbaiki lingkungan kehidupan.22 Selain itu, hubungan
19Komkat KWI, Model-model Katekese Umat dengan Metode Analisis Sosial (Yogyakarta: Kanisius,
1997), 13.
20 Antik Tri Susanti, et al., Peranan Gereja Dalam Mengentaskan Kemiskinan, 3.
antara lingkungan hidup dan kemiskinan sangat erat. Contohnya: pertumbuhan penduduk yang tinggi, tanpa tersedianya sumber daya alam yang cukup akan menyebabkan kemiskinan.23
Untuk itu, kateketika (khususnya) hadir sebagai jawaban atas setiap persoalan mengenai lingkungan hidup dan kemiskinan. Allah memberi kuasa kepada manusia untuk mengusahai, mengelola dan memelihara seluruh alam ciptaan Tuhan (bdn. Kejadian 1:28, 2:15), bukan untuk merusaknya atau memperlakukan alam lingkungan hidup dengan sewenang-wenang untuk kepentingan diri sendiri atau kelompok tertentu.
Dalam Injil Matius 14:16 dikatakan bahwa kita sebagai manusia diajak untuk melihat situasi yang ada di sekitar kita, terutama situasi kemiskinan yang membawa penderitaan manusia. Kemiskinan masih melanda sebagian besar umat manusia. Salah satu upaya untuk menyadarkan umat adalah melalui katekese. Dalam katekese pengalaman iman, kita berdialog dengan pengalaman Alkitabiah tentang kehendak Allah.24 Menanggapi persoalan kemiskinan, gereja mempunyai tugas untuk turut serta dalam pengentasan kemiskinan (dengan cara berdiakonia).
III. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas saya dapat menyimpulkan bahwa kateketika atau katekisasi berasal dari bahasa Yunani yaitu Kathein yang di artikan pelajaran. Istilah ini sudah lama dipakai untuk pelajaran yang diberikan kepada siapa saja yang mau menerima dan mengakui iman kristen. Model adalah rencana,
representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem , atau konsep, yang seringkali berupa penyerdehanaan atau idealisasi. Banyak sekali model-model dari pada kateketika, dan disini khusus dijelaskan bagian dari lingkungan hidup dan kemiskinan sesuai dengan metode yang digunakan. Lingkungan hidup adalah alam semesta yang di diami oleh seluruh ciptaan Tuhan. Ada pohon-pohonan (hutan), tanah, kebun (ladang), sawah, gunung, sungai, danau, laut, air dan udara. Kemiskinan merupakan rendahnya pendapatan, atau secara rinci menggambarkan suatu kondisi tidak dapat terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, papan dan sandang. Dalam Injil Matius 14:16 dikatakan bahwa kita sebagai manusia diajak untuk melihat situasi yang ada di sekitar kita, terutama
23 Atmakusumah, et al., Mengangkat Masalah Lingkungan Ke Media Masa (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1996), 106.
situasi kemiskinan yang membawa penderitaan manusia. Dalam Injil Matius 14:16 dikatakan bahwa kita sebagai manusia diajak untuk melihat situasi yang ada di sekitar kita, terutama situasi kemiskinan yang membawa penderitaan manusia.
IV. Daftar Pustaka
R.J.Porter, Katekisasi Masa Kini, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2000), 1. GKPI, Buku Katekisasi Sidi,(Pematang Siantar: KOLPORTASE GKPI,2016),9.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Model, diakses pada Rabu, 5 April 2018 pukul 10:16. Lewier.F.C.Kateketika(Jakarta:Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan Departemen Agama, dan Universitas Terbuka, 1994), 90.
Komisi Kateketik KWI, Katekese Umat dan Evangelisasi Baru (Yogyakarta: KANISIUS, 1995),1.
https://www.scribd.com/doc/122982107/Analisa-sosial-katekese-umat-pdf, diakses pada Selasa 24 April 2018 pkl 11:44.
G.Remier, Ajarlah Mereka, ( Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1998), 147.
Tumpal M.S.P. Marbun, et al., Buku Katekisasi Sidi di GKPI (Pematang Siantar: Kolportase GKPI, 2016), 159-160.
N.H.T Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan (Jakarta: Erlangga, 2004), 4. Samadi, Geografi (Jakarta: Yudhistira, 2006), 112.
Ardito Bhinadi, Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat (Yogyakarta: Deepublish, 2017), 9.
Hermanto Suaib, Nilai-nilai Kearifan Lokal dan Modal Sosial Dalam Pemberdayaan Masyarakat Suku Moi
(Malang: Animage, 2017), 19.
Ardito Bhinadi, Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat, 12-13. Antik Tri Susanti, et al., Peranan Gereja Dalam Mengentaskan Kemiskinan, 6-7.
Antik Tri Susanti, et al., Peranan Gereja Dalam Mengentaskan Kemiskinan (Jakarta: Proyek Peningkatan Pendidikan Agama Protestan, 1995), 6-7.
Hermanto Suaib, Nilai-nilai Kearifan Lokal dan Modal Sosial Dalam Pemberdayaan Masyarakat Suku Moi, 19. Bungaran Antonius Simanjuntak, et al., Sejarah Pariwisata Menuju Perkembangan Pariwisata Indonesia
(Yayasan Pustaka Obor Indonesia: Jakarta, 2017), 209-211.
Ibid, 14.
Komkat KWI, Model-model Katekese Umat dengan Metode Analisis Sosial (Yogyakarta: Kanisius, 1997), 13. Antik Tri Susanti, et al., Peranan Gereja Dalam Mengentaskan Kemiskinan, 3.
Komisi Kateketik KWI, Katekese Umat Evanglisasi Baru (Yogyakarta: Kansius, 1995), 24-25. Jan P. Pronk, Pertikaian Merebak Dunia (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994), 69.
Atmakusumah, et al., Mengangkat Masalah Lingkungan Ke Media Masa (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1996), 106.