• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KASUS DAMPAK KETERGANTUNGAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN BAHAN ADIKTIF LAINNYA (NARKOBA) TERHADAP MAKNA HIDUP Studi Kasus Pada Satu Orang Pecandu NARKOBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STUDI KASUS DAMPAK KETERGANTUNGAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN BAHAN ADIKTIF LAINNYA (NARKOBA) TERHADAP MAKNA HIDUP Studi Kasus Pada Satu Orang Pecandu NARKOBA"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Kasus Pada Satu Orang Pecandu NARKOBA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

ANGGRAENI AYU SUSENO 031114007

HALAMAN JU

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

 

 

don't worry, about a thing

cause' every little thing, gonna be alright

singin' don't worry, about a thing

cause' every little thing, gonna be alright..

Three Little Birds by Bob Marley 

Hati anda belum hidup kalau belum pernah mengalami rasa

sakit…rasa sakit karena cinta akan membuka hati, bahkan bila hati

itu sekeras batu.

Hazrat Inayat Khan 

 

 

 

 

Untuk seseorang

(5)

v

TENTANG HIDUP

 

Persahabatan sejati melipat gandakan

kebaikan dalam hidup dan memecah-mecah

keburukan dalam hidup. Berupayalah

memiliki teman, karena hidup tanpa teman

ibarat hidup di pulau gersang. Menemukan

seorang teman sejati dalam kehidupan ini

adalah nasib baik; mempertahankan teman

itu adalah berkah.

Baltasar Gracian 

 

 

Kegembiraan sejati tidak berasal dari

kemudahan yang menyertai kekayaan, atau

dari pujian-pujian, tetapi dari melakukan

sesuatu yang berguna.

W.T. Grenfell 

 

Karya besar dari hal-hal kecil membuat hidup sangat berharga.

(6)
(7)

vii

ABSTRAK

DAMPAK KETERGANTUNGAN NARKOBA TERHADAP MAKNA HIDUP

Studi Kasus Pada Satu Orang Pecandu NARKOBA Anggraeni Ayu Suseno, 2009

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang dampak ketergantungan NARKOBA terhadap makna hidup pecandu narkoba ditengah masyarakat yang belum dapat menerima keberadaan mereka. Responden penelitian ini adalah Abi (nama samaran). Abi menjadi seorang pecandu narkoba sejak tahun 1998 yang disebabkan oleh pergaulan yang salah.

Jenis penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang dipakai adalah observasi tingkah laku nonverbal dan wawancara. Informasi yang dikumpulkan berasal dari laporan responden, ibu responden, dan istri responden.

(8)

viii ABSTRACT

DRUG ADDICTION EFFECT ON LIFE MEANINGFULLNESS A Case Study on a Drug addicted Person

By; Anggraeni Ayu Suseno, 2009

The purpose of the research was to get a clear picture of the impact of drug addiction to the meaningfulness of life of those addicted to drugs whereas the community could not accept their existence. The respondent of this research was Abi (not a real name) who had been drug addicted since 1998 due to a bad and unfavorable social life.

The research was a qualitative one, with the methods applied were observation, in gathering data of non-verbal attitude, and interview. The information which was collected came from the respondent’s report, the respondent’s mother’s report, and his wife’s report.

(9)
(10)

ix

KATA PENGANTAR

Banyak pengalaman baru yang di temukan dala penelitian dan penulisan skripsi, suka duka telah terlewati dan semua ini merupakan anugrah yang indah dari kerahiman ilahi. Anugrah yang selalu penulis syukuri. Anugrah ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik berupa materi, dukungan, masukan, krtikan dan doa. Segala bantuan tersebut membuat penulisan skripsi ini menjadi semakin baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Drs. T. Sarkim, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, yang telah berkenan mengesahkan skripsi ini.

2. Ibu Dr. M. M. Sri Hastuti, M. Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. T.A. Prapancha Hary, M.Si., selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan dan dukungan sehingga penulisan ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Para Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan kepada penulis dan telah memberikan banyak bimbingannya selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

5. Kedua orang tuaku yang telah memberikan cinta, kasih sayang, doa, kesabaran dan perhatiannya, membimbing, dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untukku.

6. Kakakku Lorensius Bayu Aji Suseno dan adik kecilku yohan yang sudah memberikan dukungan selama mengerjakan skripsi.

7. Keluarga besar Bpk Sunjoyo, yang telahmemberikan cinta, dukungan, kasih, perhatian sehingga skripsi ini terselesaikan.

8. Abi (nama samaran) yang telah bersedia membantu dalam menmberikan informasi selama penelitian.

9. Keluarga besar ibu Puji yang telah banyak memberi informasi selama penelitian.

(11)
(12)

xi

 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

(13)

xii

 

6. Dampak Penyalahgunaan NARKOBA ... 30

7. Penyakit Akibat NARKOBA. ... 32

C. Logoterapi ... 33

1. Teori Kepribadian Logoterapi ... 33

2. Asas-asas Logoterapi ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A. Rencana Penelitian ... 39

B. Subjek Penelitian ... 39

C. Metode Yang Digunakan ... 40

D. Dasar Penelitian ... 40

E. Langkah-langkah/ Tahap-tahap Penelitian ... 40

1. Tahap Pra-Lapangan ... 40

2. Tahap Kegiatan Lapangan ... 41

3. Tahap Analisis Intensif ... 41

4. Tahap Penulisan Laporan ... 42

F. Sumber Data/ Responden dan Teknik Penelitiannya ... 42

G. Teknik Pengumpulan Data ... 42

H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 43

I. Teknik Analisis/Pengolahan Data ... 43

BAB IV INFORMASI TENTANG RESPONDEN DAN LAPORAN HASIL WAWANCARA ... 45

A. Pengantar ... 46

B. Identitas Responden ... 46

C. Latarbelakang Kehidupan Keluarga ... 47

D. Status Sosial Keluarga Dalam Masyarakat ... 48

E. Taraf Pendidikan ... 49

F. Lingkungan Fisik, Sosial, Ekonomi, Dab Sosial Kultural... 49

G. Pertumbuhan Jasmani Dan Kesehatan ... 50

H. Perkembangan Kognitif ... 50

(14)

xiii

 

J. Ciri-ciri Kehidupan ... 54

K. Penutup ... 54

BAB V RINGKASAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Ringkasan Hasil Penelitian ... 55

1. Wawancara Mendalam ... 55

2. Observasi ... 56

B. Hasil Penelitian Secara Umum ... 58

C. Pembahasan ... 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran-saran ... 68

1. Saran Untuk Subjek ... 68

2. Saran Untuk Orang Tua ... 68

3 Saran Bagi Masyarakat ... 69

4. Saran Bagi Konselor ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya (NARKOBA) telah menjadi masalah yang sangat serius dan membutuhkan perhatian yang sangat besar, karena kenyataannya NARKOBA telah lekat dengan kehidupan masyarakat. Penyalahgunaan NARKOBA bukan merupakan suatu kejadian sederhana atau terjadi begitu saja, melainkan merupakan akibat dari berbagai faktor yang secara kebetulan terjadi sebagai suatu gejala yang sangat merugikan berbagai pihak. Berbagai faktor yang dimaksud adalah faktor individu dan faktor lingkungan hidup. Kedua faktor tersebut saling berkaitan erat dan berperan dalam proses tumbuh kembang individu, sampai individu menemukan bentuk kehidupannya dan makna dari hidupnya.

(16)

terhadap kekuatan-kekuatan dari luar, tetapi kita bebas mengambil sikap kita sendiri dalam menangani kekuatan-kekuatan itu (Schultz,1991).

Setelah mengetahui penyebab terjadinya penyalahgunaan NARKOBA, maka tindakan nyata efektif yang dapat dilaksanakan adalah tindakan pencegahan agar penyalahgunaan NARKOBA tidak terjadi lagi. Hal ini perlu dilakukan agar tidak semakin banyak individu yang terjerumus kedalam penyalahgunaan NARKOBA. Selain tindakan pencegahan, tindakan lain yang dapat dilakukan kepada individu yang telah terjerumus ke dalam penyalahgunaan NARKOBA adalah melalui tindakan penyembuhan secara menyeluruh, baik secara medis maupun psikologis.

Bagi para penderita yang telah menjadi pemakai NARKOBA, hidup dengan menyandang status sebagai pemakai NARKOBA adalah suatu penderitaan yang sangat berat. Keadaan ini ditambah lagi dengan adanya diskriminasi dari kalangan masyarakat, contoh di tolak, di kucilkan, di anggap remeh dan bahkan di buang dari kehidupan masyarakat.

Menurut Frankl (Koeswara, 1992), kesakitan atau penderitaan dapat bertindak sebagai pemeliharaan keterjagaan. Pada taraf biologis, penderitaan berperan menjaga agar individu tetap sadar. Penderitaan berfungsi memelihara individu agar tidak terjatuh dalam sikap apatis atau menjalani kematian psikis (psychic rigor mortis). Individu haruslah menjaga dirinya agar tidak menyerah dan

berpangku tangan terlalu cepat, atau terlalu dini menerima suatu keadaan buruk sebagai takdir.

(17)

bersikap (untuk memperoleh makna hidup) bisa dan perlu dilakukan tidak hanya ketika individu menghadapi penderitaan, tetapi juga ketika individu menghadapi maut yang datang menjemput. Makna hidup memberi maksud bagi keberadaan seseorang dan memberikan peluang seseorang kepada suatu maksud bagi keberadaan seseorang dan memberi seseorang kepada suatu tujuan untuk semakin menjadi manusia sepenuhnya. Yang memberikan arti dalam keberadaan manusia adalah bagaimana caranya dalam menerima nasib dan keberaniannya dalam menahan penderitaan (Schultz, 1991).

Makna hidup berarti hal-hal yang memberikan arti khusus bagi seseorang yang apabila dipenuhi, akan menyebabkan kehidupan dirasakan menjadi berarti dan berharga, sehingga akan menimbulkan penghayatan bahagia dan dapat ditemukan dalam setiap kehidupan.

Menurut Frankl (Koeswara, 1992) manusia dapat menemukan makna melalui realisasi nilai-nilai manusiawi yang mencakup nilai kreatif, nilai logis, nilai estetis, nilai etis, dan nilai pengalaman. Hal ini berarti manusia dapat menemukan atau menciptakan kebermaknaan hidup melalui kerja, pemenuhan akan keindahan dan penemuan kebenaran, penemuan cinta dengan sesama maupun melalui pengalaman-pengalaman.

(18)

Penderita yang disebabkan oleh penyalahgunaan narkoba yang sampai saat ini belum dapat disembuhkan, mungkin tidak lagi melihat adanya makna dalam hidupnya. Penderitaan seperti ini masih ditambah lagi dengan kondisi-kondisi masyarakat yang belum dapat menerima keadaan mereka. Akan tetapi terkadang kehidupan baru dapat mengandung suatu arti ketika manusia dihadapkan pada situasi yang dipenuhi dengan penderitaan (Schultz, 1991).

Penderita yang disebabkan oleh penyalahgunaan NARKOBA adalah orang-orang yang keberadaannya belum sepenuhnya diterima masyarakat dengan status pemakai NARKOBA. Mereka mengalami krisis dengan keadaannya yang demikian. Mereka membutuhkan orang-orang untuk memberikan dukungan atau hanya sebagai teman yang mau mendengarkan mereka. Seperti halnya subjek, subjek merasakan diskriminasi dari masyarakat sehingga subjek selalu merasa kesepian dan membutuhkan orang lain. Permasalahan ini berkaitan dengan kebermaknaan hidup, yaitu bagaimana mereka memaknai kehidupan ini dengan kondisi mereka sebagai pemakai dan belum diterima oleh masyarakat.

(19)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, fokus permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

“Bagaimana pemakai NARKOBA memaknai hidupnya dalam masyarakat yang belum dapat menerima keberadaan mereka?”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk:

“Mengidentifikasi makna hidup pemakai NARKOBA dalam masyarakat yang belum dapat menerima mereka”.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan manfaat, antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan bagi pengembangan pengetahuan Bimbingan dan Konseling, khususnya menyangkut kebermaknaan hidup pemakai NARKOBA.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Masyarakat

(20)

sebagai masukan agar masyarakat tidak mengucilkan pemakai NARKOBA dan nantinya dapat mendampingi pemakai NARKOBA. b. Bagi konselor

1) Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk bahan masukan dalam memahami kondisi psikologis para pemakai NARKOBA

2) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai terobosan baru dalam bidang Bimbingan dan Konseling. Sebagai terobosan baru karena selama ini Bimbingan Dan Konseling hanya berfokus pada bimbingan di sekolah tetapi sebaiknya juga sebagai bimbingan di luar sekolah.

c. Bagi penulis

1) Penelitian ini bermanfaat bagi penulis untuk mengenal kepribadian dan memahami kondisi psikologis pemakai NARKOBA.

2) Penelitian ini sangat bermanfaat sebagai bekal penulis di masa mendatang dalam hidup bermasyarakat, bila hidup berdampingan dengan pemakai NARKOBA.

3) Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya keterampilan penulis dalam memberikan layanan konseling.

d. Bagi Penderita

(21)

2) Penelitian ini menunjukkan bahwa sikap menerima kenyataan yang ada dapat membuat kita lebih memaknai hidup.

3) Penelitian ini menunjukkan bahwa kegagalan yang terjadi saat ini adalah awal dari masa depan.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel-variabel yang terdapat dalam fokus permasalahan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Kebermaknaan hidup adalah suatu hal yang memberikan arti khusus bagi seseorang dalam setiap proses kehidupannya dan jika terpenuhi akan memberikan perasan berharga dan berarti.

3. Pemakai adalah orang yang memakai NARKOBA hingga mengalami ketergantungan.

4. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terkait oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991)

(22)

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Teori Makna Hidup

Dasar teori yang digunakan adalah teori makna hidup Victor Frankl. Frankl (Koeswara, 1992) berpendapat bahwa kehidupan ini mempunyai makna dan kehidupan itu adalah suatu tugas yang harus dijalani. Dan sesungguhnya menurut Frankl (Koeswara, 1987), yang paling dicari dan diinginkan oleh manusia dalam hidupnya adalah makna, yaitu makna dari segala hal yang dilaksanakan atau dijalaninya termasuk dan terutama makna hidupnya sendiri.

Konsep ini menunjukkan bahwa makna hidup dan nilai hidup dan menarik serta mewarnai manusia untuk memenuhi realita yang dihadapinya. Konsep ini justru menawarkan ketegangan antara kenyatan diri sekarang dengan makna-makna yang harus dipenuhi (Koeswara, 1992). Keinginan akan makna hidup ini juga membawa manusia pada konfrontasi akan makna. Ketika manusia berorientasi pada makna hidupnya, dia berusaha mengenali siapa dirinya dan hal itu membawanya pada konfrontasi akan makna hidupnya, manusia itu hendaknya harus bagaimana atau semestinya menjadi apa.

(23)

merupakan prasyarat menjadi pribadi yang sehat. Orang yang tidak mampu atau tidak berani berkonfrontasi dengan makna hidupnya adalah orang yang melarikan diri dari keterbatasannya.

Menurut Frank (Bastaman, 2007), keinginan untuk hidup bermakna memang benar-benar merupakan motivasi utama pada manusia. Hasrat inilah yang mendorong setiap orang untuk melakukan berbagai kegiatan-kegiatan, seperti kegiatan bekerja dan berkarya agar hidupnya dirasakan berarti dan berharga.

Pencarian makna hidup ini menjadi prinsip dari teori Frankl yang disebut logoterapi. Teori Logoterapi itu sendiri berbicara mengenai makna dari eksistensi manusia dan kebutuhan manusia akan makna, serta teknik-teknik untuk penyembuhan dan mengurangi atau meringankan penderitaan akibat kegagalan dalam menemukan makna hidupnya (Schultz, 1991).

Selain itu logoterapi mengungkapkan bahwa manusia mampu untuk menemukan dan mengembangkan makna hidupnya sehingga dambaan untuk hidup secara bermakna dan bahagia benar-benar dapat diraih (Bastaman, 2007)

(24)

Pencarian makna hidup ini menjadi prinsip dasar teori Frankl yang disebut logotherapy. Kata “logo” yang diambil dari bahasa Yunani diterjemahkan sebagai “makna” (meaning). Logoterapi ini sendiri berbicara mengenai makna dari eksistensi manusia dan kebutuhan manusia akan makna, serta teknik-teknik penyembuhan dan mengurangi atau meringankan penderitaan akibat kegagalan dalam menemukan makna hidupnya (Schultz, 1991).

Logoterapi memiliki tiga konsep yang menjadi landasan filosofinya yaitu, kebebasan berkeinginan, keinginan akan makna dan makna hidup (Koeswara,1992). Kebebasan berkeinginan menunjuk pada kebebasan manusia untuk menentukan sikap terhadap kondisi-kondisi biologis, psikologis, dan sosiologis. Namun begitu, Frankl mengakui bahwa kebebasan tetap dalam batas-batas, karena manusia tidak bebas dari kondisi-kodisi itu sehingga manusia bisa tampil diatas keterbatasan-keterbatasan yang dimilikinya.

(25)

suatu dimensi spiritual tempat kebebasan manusia terletak dan dialami (Koeswara, 1992).

1. Makna Hidup

Makna hidup adalah hal-hal yang di anggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan (Bastaman, 2007).

Konsep mengenai makna hidup adalah hal-hal yang memberikan perasaan berharga. Fankl (Koeswara, 1987) mengemukakan bahwa makna hidup tidak harus selalu merupakan persoalan agama, tetapi juga bisa dan sering merupakan persoalan sekunder.

Lebih lanjut dijelaskan Frankl (Koeswara, 1987) bahwa manusia bisa menemukan makna tidak hanya dari agama atau melalui realisasi nilai-nilai agama, tetapi juga bisa melalui realisasi nilai manusiawi yang mencakup nilai kreatif, nilai estesis, nilai etis, dan nilai pengalaman (exsperiential value). Ini berarti bahwa manusia, disamping melalui

(26)

Makna hidup yang mereka (para pemakai NARKBA) ingin temukan adalah merupakan keinginan pribadi mereka yang mampu membantu mereka untuk bertahan hidup dengan kondisinya sebagai pemakai NARKOBA. Makna hidup adalah kebutuhan yang terus menerus dicari, untuk memberi maksud tentang keberadaan orang tersebut. Kehidupan ini menantang kita untuk menemukan makna hidup dan tanggapan kita terhadap perbuatan-perbuatan kita yang mengungkapkan dengan jelas arti yang kita peroleh dalam kehidupan kita. Para pemakai NARKOBA dapat menemukan makna hidup dengan melakukan berbagai macam aktivitas yang memberikan arti tersendiri bagi mereka, terutama dalam kenyataan bahwa masyarakat belum dapat menerima keberadaan mereka sebagai pemakai NARKOBA.

2. Sumber-Sumber Makna Hidup

Frankl (Bastaman, 2007), percaya bahwa kebermaknaan hidup manusia dapat ditemukan melalui transendensi diri. Menemukan makna hidup itu tidak mudah, manusia hanya bisa mengarahkan dirinya kepada makna apabila dia bisa merealisasikan nilai-nilai manusiawinya. Nilai-nilai yang dapat direalisasikan untuk menuju makna, antara lain sebagai berikut: a. Nilai-nilai daya cipta

(27)

makna dari kegiatannya bekerja, yang terlihat dari sikap kerja, cara kerja, dan hasil kerjanya. Seseorang yang mencintai pekerjannya, akan melaksanakannya dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh, sehingga akan menghasilkan karya dengan kualitas yang terbaik, yang sekaligus memberi makna.

b. Nilai-nilai pengalaman

Nilai yang diterima individu dari kehidupan, misalnya menemukan kebenaran, keindahan dan cinta akan menimbulkan rasa bahagia, kepuasan, ketentraman, dan perasaan diri bermakna (Bastman,2007). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Crumbaugh (2007) bahwa nilai pengalaman diperoleh dari penghayatan tentang dirinya, tentang dunianya, dan penemuan keduanya akan menghasilkan kebermaknaan hidup.

c. Nilai-nilai sikap

(28)

memberikan kesempatan yang sangat besar bagi individu untuk menemukan makna hidup.

Manusia bisa berpeluang menemukan makna hidup atau membuat hidupnya bermakna sampai nafasnya yang terakhir. Menurut Frankl (Koeswaa, 1992) realisasi nilai-nilai terutama nilai bersikap itu bisa dan perlu dilakukan tidak hanya pada saat individu menghadapi penderitaan, tetapi juga saat individu menghadapi maut yang datang menjemput. Setiap tindakan akan baik dilakukan besok bahkan lusa atau bahkan tahun-tahun yang akan datang. Akan tetapi, sebaiknya dihadapan kematian sebagai akhir mutlak bagi masa depan dan pembatas bagi kemungkinan-kemungkinan kita menanggung keharusan untuk menggunakan waktu sebaik mungkin dan tanpa melewatkan satu peluang pun tanpa kita gunakan.

Kebermaknaan hidup atau keberadaan manusia berlandaskan pada sifat yang tidak dapat diulang. Jadi kebermaknaan hidup adalah hal-hal yang memberikan arti khusus bagi seseorang yang apabila terpenuhkan memberikan perasaan berharga dan berarti, dan ini terrealisasi lewat nilai kreativitas, nilai eksperiensial dan nilai bersikap.

3. Kebebasan Berkeinginan

(29)

terhadap apa yang telah menjadi pilihannya dalam hidup atas realisasi dari nilai-nilai pemenuhan makna bagi keberadaan dirinya.

(30)

4. Keinginan Akan Makna

Frankl (Bastaman, 2007) berpendapat bahwa manusia dalam berperilaku mengarahkan dirinya sendiri kepada sesuatu yang ingin dicapai, yaitu makna. Keinginan akan makna inilah yang menjadi penggerak utama kepribadian manusia, jika ditinjau dari aspek spiritual. Orientasi akan makna ini membawa seseorang pada konfrontasi makna, tentang bagaimana kehendak manusia sesungguhnya, ketika orientasi akan makna berubah menjadi konfrontasi dengan makna, maka individu akan berkembang mencapai kematangan dan kebebasannya berubah menjadi tanggung jawab. Individu akan peka terhadap keberadaannya dan bertanggung jawab atas realisasi nilai pemenuh makna yang spesifik akan kehidupan pribadi, serta keberadaan dirinya (Frankl, 1967).

Konsep keinginan akan makna hidup menjadi utama dalam kepribadian manusia. Konsep ini menunjukkan bahwa makna hidup dan nilai-nilai hidup menarik dan mewarnai manusia untuk memenuhi realita yang dihadapinya. Konsep ini justru menawarkan ketegangan (atara ada dan makna atau keberadaan dan hakekat) antara kenyataan diri sekarang dengan makna-makna yang harus dipenuhi. Melalu penciptaan makna bagi hidup atau keberadaannya, berarti manusia memperkembangkan dan membahagiakan dirinya.

(31)

manusia itu hendak bagaimana atau semestinya menjadi apa. Menurut Frankl (Koeswara, 1992), konfrontasi kepada makna merupakan perwujudan dari kemauan atau kemampuan manusia dalam memikul beban ketidak berdayaannnya dan menerima keterbatasannya yang merupaka syarat menjadi pribadi yang sehat. Orang yang tidak mampu atau tidak berani berkonfrontasi dengan makna hidupnya adalah orang yang melarikan diri dari keterbatasannya.

Manusia dalam berperilaku mengarahkan dirinya kepada sesuatu yang ingin dicapai yaitu makna. Keinginan akan makna inilah yang menjadi penggerak utama kepribadian manusia. Makna sebagai orientasi suatu tujuan akan menimbulkan pertanyaan tentang keberadaan manusia itu jika ditinjau dari aspek spiritual. Orientasi akan makna ini membawa seseorang pada konfrontasi akan makna, tentang bagaimanakah kehendak manusia itu sesungguhnya? Ketika orientasi akan makna berubah menjadi konfrontasi dengan makna, maka individu akan berkembang mencapai kematangan dan kebebasannya berubah menjadi tanggung jawab. Individu akan peka terhadap keberadaannya dan tanggung jawab atas realitas nilai pemenuhan makna spesifik akan kehidupan pribadi, serta keberadaan dirinya,

(32)

mengalami hambatan, misal suatu penderitaan yang dialaminya. Semakin seseorang bisa menghayati kehidupannya lebih dalam maka akan lebih mudah bagi seseorang tersebut untuk memperoleh kebahagiaan serta menemukan dan merasakan makna.

5. Ketidakbermaknaan Hidup

Ketakbermaknaan adalah suatu perasaan yang disebabkan karena kegagalan menangkap makna dari satu pengalaman, dengan kata lain perasaan ketidakadaan makna (Koeswara, 1992). Pengalaman dalam penderitaan, satu pengalaman yang dipenuhi dengan perasaan ketidakbermakna. Penderitaan akibat konflik, baik internal maupun eksternal bisa mengakibatkan seseorang tidak lagi mampu melihat makna, meskipun makna hidup itu tetap ada. Mereka yang berhasil menghayati makna hidupnya akan menjalani kehidupannya dengan penuh semangat, bergairah, bergembira, dan menghayati kebahagiaan jauh dari perasaan hampa. Namun bagi yang gagal menghayatinya akan merasakan penderitaan batin yang panjang dan gelap.

(33)

manusia tentang apa yang diinginkannya, sedangkan tradisi dan agama menunjukkan apa yang pantas dilakukan manusia. Dengan memudarnya insting dan tradisi dalam kehidupan dewasa ini, maka manusia modern seakan-akan tidak mengetahui lagi apa yang benar-benar mereka inginkan dan apa yang seharusnya mereka lakukan.

B. NARKOBA

1. Penjelasan NARKOBA

(34)

cara berpikir, gangguan emosi, gangguan kehendak dan perilaku, faktor usia, faktor religi.

2. Pengertian NARKOBA

Istilah NARKOBA sesuai dengan Surat Edaran Badan Narkotika Nasional (BNN) No SE/03/IV/2002 merupakan akronim dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya. NARKOBA yaitu zat-zat alami maupun kimiawi yang jika dimasukkan kedalam tubuh dapat mengubah pikiran, suasana hati, perasaan, dan perilaku seseorang.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

3. Jenis-jenis NARKOBA a. Narkotika

(35)

1) Ganja

Dikenal dengan nama : Cannabis, Mariyuana, hasish, gelek, Budha stick, Cimeng.

Bentuk: berupa tanaman yang dikeringkan. Daun ganja bentuknya memanjang miringnya bergerigi, ujungnya lancip, urat daun memanjang ditengah pangkal hingga ujung bila diraba bagian muka halus dan bagian belakang agak kasar.

Warna: Ganja hijau tua segar dan berubah coklat bila sudah lama dan dibiarkan karena kena udara dan panas. Penggunaan: dihisap dari gulungan menyerupai rokok atau dapat juga dihisap dengan menggunakan pipa rokok.

Efek :

- Denyut jantung semakin cepat, temparatur badan menurun, mata merah.

- Napsu makan bertambah.

- Santai, tenang dan melayang-melayang. - Daya tahan menghadapi problema jadi lemah. - Malas, apatis

- Tidak peduli dan kehilangan semangat untuk belajar maupun bekerja.

(36)

Efek paling buruk dari pemakaian ganja secara kronis dapat menyebabka kanker paru-paru karena pengaruh kadar tar pada kadar tar tembakau.

2) Cocain

Berasal dari tanaman coca.

Bentuk: berupa bubuk, daun coca, buah coca, cocain kristal.

Warna :

- Cairan berwarna putih/tidak berwarna. - Kristal berwarna putih.

- Tablet berwarna putih. - Bubuk/serbuk seperti tepung.

Penggunaan: dengan cara menghirup melalui hidung dengan menggunakan alat penyedot (sedotan) atau dapat juga dibakar bersama-sama dengan tembakau (rokok), ditelan bersama minuman, atau disuntik pada pembuluh darah.

Efek :

- Tidak bergairah bekerja. - Tidak bisa tidur.

- Halusinasi.

- Tidak nafsu makan.

(37)

- Merasa gelisah. 3) Morfin dan Heroin :

Nama lain : putaw, smack, junk, horse, bedak putih.

Morfin dan heroin berasal dari getah opium yang membeku sendiri dari tanaman Papaver Somniferum. Dengan melalui proses pengolahan dapat menghasilkan morfin. Kemudian dengan proses tertentu dapat menghasilkan heroin yang mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin.

Bentuk: berupa serbuk.

Warna: putih, abu-abu, kecoklatan hingga coklat tua.

Penggunaan: dengan cara menghirup asapnya setelah bubuk heroin dibakar diatas kertas timah pembungkus rokok atau dengan menyuntikkannya langsung ke pembuluh darah setelah heroin dilarutkan dalam air.

Efek :

- Menimbulkan rasa mengantuk, lesu, penampilan “dungu” jalan mengambang.

- Rasa sakit seluruh badan.

- Badan gemetar, jantung berdebar-debar. - Susah tidur dan nafsu makan berkurang. - Matanya berair dan hidungnya selalu ingusan.

(38)

problem jantung, dada dan paru-paru, serta sulit buang air besar. Pada wanita mengganggu sirkulasi menstruasi.

b. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, yang memiliki pengaruh pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku. Psikotropika adalah obat yang digunakan untuk mengobati gangguan jiwa. Contohnya:

1) Golongan Psikostimulansi:

Yaitu jenis zat yang menimbulkan rangsangan. Jenis obat yang termasuk golongan ini:

a) Amfetamine (lebih populer dikalangan masyarakat sebagai shabu dan ekstasy)

b) Desamfetamine 2) Golongan Psikodepresan:

Yaitu golongan obat tidur, penenang dan obat anti cemas. Merupakan jenis obat yang mempunyai khasiat pengobatan yang jelas.

Jenis obat yang termasuk golongan ini: a) Amobarbital

(39)

3) Golongan Sedativa:

Yaitu jenis obat-obatan yang mempunyai khasiat pengobatan yang jelas dan digunakan sangat luas dalam terapi.

Jenis obat yang masuk golongan ini: Diazepam, klobazam, klordiazepoxide, nitrazezam.

c. Bahan adiktif lainnya

Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya:

1) Inhalen

Yakni zat yang terdapat pada lem dan thiner.

Penggunaan: dengan cara dihirup yang dapat mengakibatkan kematian mendadak, seperti tercekik. Efek:

- Hilang ingatan. - Tidak dapat berfikir.

- Mudah berdarah dan memar. - Kerusakan sistem syaraf utama. - Kerusakan hati dan ginjal. - Sakit maag.

(40)

2) Alkohol

Alkohol yaitu minuman yang mengandung ethanol yang di proses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi, baik melalu perlakuan sebelumnya, menambah bahan lain, mencampur konsentrat dengan ethanol, ataupun dengan proses pengenceran minuman yang mengandung ethanol.

Efek:

- Menyebabkan depresi pada sistem syaraf pusat - Jika penggunaan dicampur dengan obat lain

sipemakai akan pingsan atau kejang-kejang tidak sadar diri

- Menimbulkan habitulasi, toleransi dan ketagihan - Mengakibatkan mundurnya kepribadian

- Peradangan dilambung (gastritis)

- Melemahkan jantung dan hati menjadi keras 3) Tembakau / rokok

(41)

Efek:

- Menyumbat saluran-saluran darah baik dari maupun menuju jantung sehingga memperlambat aliran darah.

- Menimbulkan penyakit kanker. - Serangan jantung.

- Impotensi dan gangguan kehamilan dan janin. 4) Obat penenang

Macam –macam obat penenanga antara lain Obat tidur, Pil koplo, Nipam, Valium, Lexotan

Bentuk: Tablet, kapsul, serbuk

Cara penggunaan: Ditelan secara langsung Efek:

- Bicara menjadi pelo/tidak jelas, memperlambat respons fisik, mental, dan emosi. Dalam dosis tinggi akan membuat pengguna tidur.

- Penggunaan campuran dengan alkohol dapat berakibat kematian.

5) Zat yang mudah menguap

Macam-macam zat yang mudah menguap antara lain; lem aica aibon, thiner, bensin, spritus.

Efek:

(42)

- Menimbulkan perasaan senang, puyeng, penurunan kesadaran, gangguan penglihatan dan pelo

- Problem kesehatan terutama merusak otak, lever, ginjal, dan paru-paru

- Kematian timbul akibat berhentinya pernafasan dan gangguan pada jantung.

4. Gejala Dini Penyalahgunaan NARKOBA

1. Prestasi di sekolahnya secara tiba-tiba menurun.

2. Pola tidurnya berubag : pagi susah bangun, malam suka bergadang. 3. Selera makan berkurang.

4. Banyak mengurung di kamar.

5. Bersikap lebih kasar dengan anggota keluarga lainnya dinandingkan sebelumnya.

5. Bahaya Penyalahgunaan NARKOBA a. Terhadap Kondisi Fisik

1) Akibat Zat itu sendiri.

(43)

Berbagai zat yang akan menimbulkan konplikasi sendiri-sendiri:

a) Opioida: acapkali menimbulkan gangguan menstruasi, impotensi dan konstipasi kronik.

b) Ganja: pemakaian lama menurunkan daya tahan sehingga mudah terserang infeksi. Ganja juga memperburuk aliran darah koroner.

c) Kokain: bisa terjadi aritmia jantung, ulkus atau perforasi sekat hidung, jangka panjang terjadi anemia dan turunnya berat badan.

d) Alkohol: menimbulkan banyak komplikasi, misalnya: gangguan lambung, kanker usus, gangguan hati,gangguan pada otot jantung dan saraf, gangguan metabolisme, cacat janin dan gangguan seksual.

e) Halusinogen: dapat menimbulkan pendarahan otak.

f) Inhalansia: menyebabkan gangguan pada fungsi ginjal, hati, jantung dan otak.

2) Akibat bahan pelarut/campuran

Bahaya yang mungkin timbul: infeksi, emboli. 3) Akibat cara pakai atau alat tidak steril.

Akibat yang terjadi infeksi, terjangkitnya AIDS atau hepatitis. 4) Akibat pertolongan yang keliru.

(44)

b. Terhadap Kehidupan Mental Emosional

Intoksikasi alkohol menimbulkan perubahan pada kehidupan mental emosional yang bermanifestasi pada gangguan perilaku yang tidak wajar. Pemakaian ganja yang berat dan lama menimbulkan sindrom amotivasional. Jika dihentikan penggunaan pada golongan amfetamin dapat menimbulkan depresi sampai bunuh diri.

c. Terhadap Kondisi Sosial

Gangguan mental emosional pada penyalahgunaan obat akan menggangu fungsinya sebagai anggota masyarakat, bekerja atau sekolah. Pada umumnya prestasi akan menurun, yang berakibat makin kuatnya dorongan untuk menyalahgunakan obat.

Dalam posisi demikian hubungan anggota keluarga dan kawan dekat pada umumnya terganggu. Pemakaian yang lama akan menimbulkan toleransi, kebutuhan akan zat bertambah. Akibat selanjutnya akan memungkinkan terjadinya tindak kriminal. Semua pelanggaran, baik norma sosial maupun hukumnya terjadi karena kebutuhan akan zat yang mendesak dan pada keadaan intoksikasi yang bersangkutan bersifat agresif dan impulsif.

6. Dampak Penyalahgunaan NARKOBA a. Dampak terhadap fisik

(45)

b. Dampak terhadap mental dan moral

Pemakaian NARKOBA menyebabkan kerusakan pada sel-sel otak, syaraf, pembuluh darah, darah, tulang dan seluruh jaringan pada tubuh manusia. Kerusakan jaringan tersebut yang kemudian menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel-sel tubuh dan gangguan pada fungsi organ, seperti otak, jantung, paru-paru hati, ginjal, usus dan lain-lain. Semua penderitaan yang dialami akibat penggunaan NARKOBA dapat menyebabkan perubahan sikap dan perilaku. Akibat dari penggunaan NARKOBA pemakai NARKOBA menjadi orang yang egois, selalu curiga dengan orang lain, jahat dan tidak perduli dengan orang lain. Banyak pemakai NARKOBA yang mental dan moralnya rusak, banyak yang terjebak pelacuran dan pembunuh. Ditinjau dari segi fisik, kondisi para pemakai semakin lemah sehingga menjadi orang yang malas dan hanya memikirkan diri sendiri.

c. Dampak terhadap keluarga dan masyarakat

(46)

7. Penyakit Akibat NARKOBA

a. Penyakit langsung karena NARKOBA

Penyakit ini adalah penyakit sebagai akibat kerusakan organ tubuh karena sel-selnya dirusak oleh NARKOBA.

1) Kerusakan pada otak

Kerusakan pada otak mengganggu fungsi otak. Bentuknya tergantung dari sel dan bagian otak yang rusak. Gangguan pada kerusakan otak tersebut dapat menyebabkan gangguan fungsi otak, dapat berupa stroke atau cacat mental maupun moral. 2) Kerusakan pada hati

Akibatnya dapat menurunnya daya tahan tubuh karena gangguan netralisasi racun dan gangguan fungsi kekebalan. 3) Kerusakan pada ginjal

NARKOBA dapat merusak fungsi ginjal sebagai penyaring zat-zat yang tidak berguna dalam darah untuk dibuang melalui air seni. Penderita tak jarang meninggal karena infeksi ginjal atau gagal ginjal.

4) Kerusakan pada jantung

(47)

5) Kerusakan pada limpa, sumsum tulang, paru-paru, dan lain-lain.

b. Penyakit infeksi karena cara pemakaian NARKOBA

1) HIV / AIDS menular dikalangan pemakai NARKOBA melalui pemakaian jarum suntik bersama-sama, hubungan seks, berciuman, dll.

2) Hepatitis atau radang hati.

3) Sifilis disebabkan oleh kuman bernama triponema podium. Sifilis sering menular karena hubungan pribadi satu pemakai jarum suntik dengan pemakai yang lain.

C. Logoterapi

1. Teori kepribadian logoterapi

Pada umumnya sebuah teori kepribadian mencakup pokok-pokok bahasan mengenai landasan teoretis dan orientasinya, yaitu apakah pendekatan dinamik dengan orientasi masalalu, teori behavioral yang mementingkan masa kini atau wawancara eksistensial yang menganggap cita masa depan sangat berperan dalam perkembangan kepribadian, yaitu bawaan (geneti), kondisi psikis, dan situasi sosial budaya yang selalu saling berkaitan dan mempengaruhi.

(48)

sebagai The self determining being. Selain itu manussia memiliki kualitas-kualitas insani (human qualitities), yakni berbagai potensi, kemampuan, bakat, dan sifat yang tidak terdapat pada makhluk-makhluk lain, seperti kesadaran diri, transendensi diri, memahami dan mengembangkan diri, kebebasan memilih, kemampuan menilai diri sendiri dan orang lain, spiritualitas dan religiusitas, humor dan tertawa, etika dan estetika, nilai dan makna dan sebagainya. Secara potensial terpatri dalam dirinya sejak awal kehidupan sebagai potensi dan kualitas-kualitas yang khas manusia.

Logoterapi, sesuai dengan makna logos yang berarti spirituality (kerohanian) dan meaning (makna), mengakui adanya dimensi kerohanian di samping dimensi ragawi dan kejiwaan serta meyakini bahwa kehendak untuk hidup bermakna (the will to meaning) merupakan motivasi utama setiap manusia. Dalam hal ini makna hidup (the meaning of life) adalah tema sentral logoterapi dan hidup yang bermakna (the meaningful of life) adalah motivai, tujuan dan dambaan yang harus diraih oleh setiap orang. Dengan demikian, terdapat satu faktor tunggal sebagai inti seluruh teori kepribadian model logoterapi yaitu makna hidup.

(49)

untuk menentukan yang terbaik bagi dirinya (the self determining being) yang ada pada diri manisia.

Unsur eksternal yang berpengaruh pada perkembangan kepribadian adalah kondisi lingkungan alam sekitar dan situasi masyarakat serta norma-norma dan nilai-nilai sosial budaya yang berlaku di tempat seseorang menjalani kehidupan sehari-hari. Unsur transendental adalah kemampuan manusia untuk mengatasi kondisi kehidupan saat ini dan menentukan apa yang diidam-idamkan dengan memanfaatkan daya-daya imajinasi, will power, kemampuan merencanakan dan menetapkan tujuan, serta mengambil sikap baru atas kondisi saat ini.

Kerangka pikir teori kepribadian model logoterapi dan dinamika kepribadiannya dapat digambarkan secara ringkas sebagai berikut: setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam pandangan logoterapi kebahagiaan itu ternyata tidak terjadi begitu saja, tetapi merupakan akibat sampingan dari keberhasilan seseorang memenuhi keinginanya untuk hidup bermakna (the will meaning). Mereka yang berhasil memenuhinya akan mengalami hidup yang bermakna (meaningfull life), dan ganjaran (reward) dari hidup yang bermakna adalah

(50)

dan mengembangkan karakter-karakter totaliter (totalitarianism). Konformis (conformism).

Dalam tulisan ini konseling dengan pendekatan lgoterapi digambarkan sebagai penerapan asas-asas logoterapi dalam memberikan bantuan psikologis kepada seseorang untuk menemukan serta memenuhi makna serta tujuan hidupnya dengan jalan lebih menyadari sumber-sumber makna hidup, mengaktualisasi potensi diri, meningkatkan keakraban hubungan antarbribadi, berfikir dan bertindak positif, menunjukkan prestasi dan kualitas kerja optimal, mendalami nilai-nilai kehidupan, mengambil sikap tepat atas musibah yang dialami, serta memantapkan ibadah pada Tuhan.

Gambaran diatas menunjukkan bahwa konseling logoterapi merupakan konseling individual untuk masalah ketidak jelasan makna dan kejelasan hidup, yang sering menimbulkan kehampaan dan hilangnya gairah hidup. Jadi bukan untuk problema eksistensial dan patologis berat yang memerlukan bantuan psikoterapi. Selain itu, karakteristik konseling logoterapi adalah jangka pendek (short termed), berorientasi masa depan (future oriented), dan berorientasi pada makna hidup (meaning oriented).

Dalam konseling ini, khsusnya dalam proses penemuan makna hidup konselor bertindak sebagai rekan yang berperan serta (the paricipating partner) yang sedikit demi sedikit menarik keterlibatannya bila konseli

(51)

hubungan antarpribadi yang ditandai oleh keakraban dan keterbukaan, serta sikap dan kesediaan untuk saling menghargai, memahami, dan menerima sepenuhnya satu sama lain.

2. Asas-asas Logoterapi

Logoterapi mengemukakan asas-asas yang telah teruji kebenarannya. Ada tiga asas utama logoterapi, yakni :

Pertama, hidup itu tetap meiliki makna (arti) dalam setiap situasi,

bahkan dalam penderitaan dan kepedihan sekalipun. Makna adalah sesuatu yang dirasakan penting, berharga dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup. Setiap manusia selalu mendambakan hidupnya bermakna dan selalu berusaha mencari dan menemukanya. Makna hidup apabila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini berarti.

Kedua, setiap manusia memiliki kebebasan yang hampir tak

terbatas untuk menemukan sendiri makna hidupnya. Makna hidup dan sumber-sumbernya dapat ditemukan dalam kehidan itu sendiri, khususnya pada pekerjaan dan karya bakti yang dilakukan serta dalam keyakinan terhadap harapan dan kebenaran seerta penghayatan atas keindahan, dan cintakasih.

Ketiga, setiap manusia memeliki kemapuan untuk mengambil sikap

(52)

Maksudnya, jika kita tidak mungkin mengubah suatu keadaan, sebaiknya kita mengubah sikap atas keadaan itu agar kita tidak terhanyut secar negatif oleh keadaan itu.

(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rencana Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai dampak ketergantungan NARKOBA terhadap makna hidup seseorang. Untuk itu dipilih penelitian deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus. Penelitiam studi kasus merupakan penelitian kualitatif. Penelitian studi kasus ini dianggap sangat efektif untuk meneliti suatu gejala atau prilaku manusia. Menurut Patton (Asmadi,2007), pendekatan kualitatif berusaha mencapai kedalaman dari suatu bentuk gejala atau perilaku yang timbul.

Penelitian kualitatif menekankan pada suatu yang alamiah. Dalam penelitian ini, data yang dihasilkan bersifat deskriptif, seperti wawancara, catatan lapangan, foto, rekaman video, dan lain sebagainya. Menurut Azwar (2007), data yang bersifat deskriptif berusaha menyajikan data secara sistematik sehingga lebih mudah untuk dipahami dan kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya. Menurut Jonathan (2006), desain penelitian kualitatif bersifat fleksibel dan berubah-ubah sesuai dengan kondisi lapangan.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam hal ini disebut responden adalah pemakai NARKOBA. Responden berjumlah satu orang. Pengambilan subjek ditentukan yaitu usia antara 20 tahun-25 tahun.

(54)

C. Metode Yang Digunakan

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan tujuan meningkatkan pemahaman dan pengertian tentang kebermaknaan hidup pecandu NARKOBA. Teknik yang digunakan adalah dengan menggunakan wawancara secara mendalam.

Selain itu, juga digunakan observasi terhadap perilaku non verbal yang menjadi salah satu alat untuk memperkaya data yang dibutuhkan. Dengan begitu, dapat dihasikan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari responden dan perilaku yang diamati secara menyeluruh.

D. Dasar Penelitian

Sasaran penelitian yang diteliti adalah pemakai NARKOBA.

E. Langkah-Langkah/Tahap-Tahap Penelitian

Langkah-langkah atau tahap-tahap penelitian kualitatif yang peneliti lakukan terdiri atas empat tahap, yaitu: tahap pra-lapangan, tahap kegiatan lapangan, tahap analisis intensif, dan tahap penulisan laporan.

1. Tahap Pra-Lapangan

Dalam tahap ini ada enam kegiatan yang harus dilakukan peneliti, yaitu: a. Menyusun rancangan penelitian, yang telah disusun pada saat peneliti

menyusun proposal penelitian.

(55)

c. Mengurus perijinan (dalam hal ini meminta kesediaan subjek untuk dijadikan subjek penelitian dan nantinya hasil ini akan dijadikan sebagai bahan penulisan skripsi). Hal ini dilakukan pada tanggal 14 November 2007.

d. Memilih dan memanfaatkan informan (dapat dilakukan dengan mewawancarai orang tua subjek atau orang-orang yang kenal dekat dengan subjek).

e. Menyiapkan perlengkapan penelitian (mempersiapkan alat seperti buku catatan untuk memcatat hal-hal yang sekiranya tidak dapat rekam oleh alat perekam, misalnya bahasa non verbal responden). Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah jalannya wawancara.

f. Dan yang tidak kalah pentingnya yaitu etika penelitian antara peneliti dengan responden (misalnya jika responden tidak ingin disebut namanya, maka digunakan nama samaran).

2. Tahap Kegiatan Lapangan

Tahap ini akan dilakukan peneliti pada saat penelitian dilakukan. Namun terlebih dahulu peneliti perlu memahami latar penelitian dan persiapan.

3. Tahap Analisis Intensif

(56)

4. Tahap Penulisan Laporan

Tahap ini dilakukan setelah semua data tersusun dan diolah dengan baik. Sehingga dapat ditarik kesimpulan yang tepat apakah data tadi dianalisis dapat menjawab permasalahan.

F. Sumber Data/Responden dan Teknik Penelitiannya

Karena penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kualitatif, maka sumber data yang dipakai peneliti adalah kata-kata dan tindakan. Pencatatan sumber data melalui wawancara dan pengamatan juga berperan serta. Yang diamati oleh peneliti adalah bahasa non verbal dari subjek yang tampak pada saat wawancara berlangsung.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah wawancara. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara dengan petunjuk umum wawancara, artinya pewawancara diharuskan membuat kerangka dan garis besar pokok yang ditanyakan dalam proses wawancara lampiran.

(57)

H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Agar penelitian ini menjadi penelitian alamiah, maka data yang diperoleh perlu diperiksa keabsahannya (Sumaryanto, 2003). Dalam penelitian ini digunakan kriteria derajat kepercayaan yang mana menuntut suatu penelitian kualitatif agar dapat dipercaya oleh orang-orang yang menyediakan informasi yang dikumpulkan selama penelitian berlangsung.

Teknik yang akan dilakukan oleh peneliti untuk memastikan derajat kepercayaan dari data kualitatif yang diperoleh yaitu triangulasi sumber. Triangulasi berarti verifikasi penemuan melalui informasi dari berbagai sumber, menggunakan multi-metode dalam pengumpulan data, dan sering juga oleh beberapa peneliti (Sumaryanto, 2003). Sedangkan triangulasi sumber berarti data yang terkumpul dicocokkan kepada sumber data atau responden.

I. Teknik Analisis/Pengolahan Data

Teknik analisis yang dipakai pada penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Menurut Yonathan ( Sarwono,2006). prinsip pokok analisis kualitatif adalah mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna.

Menurut Miles dan Huberman (Sumaryanto, 2003) analisis data kualitatif dibagi dalam tiga tahap, yaitu:

(58)

b. Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi kemungkinan adana penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

(59)

45

BAB IV

INFORMASI TENTANG RESPONDEN DAN

LAPORAN HASIL WAWANCARA

Dalam bab ini disajikan informasi mengenai responden yang diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi tingkah laku non verbal. Laporan ini akan disajikan dalam bentuk catatan lapangan berdasarkan wawancara seperti yang terdapat pada lampiran

Responden bernama Abi (nama samaran) Wawancara I

Tanggal : 18 November 2007

Lokasi : Rumah Responden

Status : Penyembuhan

Wawancara II

Tanggal : 25 November 2007

Lokasi : Rumah Responden

Status : Penyembuhan

Wawancara III

Tanggal : 09 Desember 2007

Lokasi : Rumah Responden

Status : Penyembuhan

(60)

A. Pengantar

Subjek adalah seorang pemakai NARKOBA yang sekarang sedang berjuang untuk sembuh. Saat ini subjek sedang menyelesaikan kuliahnya di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta.

Sebagai pembuka, peneliti menjelaskan kepada subjek tujuan wawancara ini, yaitu peneliti ingin mengetahui pengalaman hidup subjek sebagai pemakai NARKOBA di dalam masyarakat yang belum sepenuhnya menerima keberadaannya sebagai pemakai NARKOBA dan apakah subjek menemukan makna hidup dengan keadaan masyarakat yang demikian.

B. Identitas Responden

Nama : Abi

Tempat/tanggal lahir : Yogyakarta, 03 Mei 1982 Jenis kelamin : Laki-laki

Tinggi badan : 180cm Berat badan : 78 kg

Alamat : Yogyakarta

Pendidikan : Perguruan Tinggi (sedang mengerjakan skripsi) Agama : Kristen protestan

Suku bangsa : Jawa

Penampilan : Selalu mengenakan pakaian serba hitam, santai dan dingin

(61)

Pendidikan : Militer Nama ibu : Puji

Pendidikan : SMU

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

C. Latar Belakang Kehidupan Keluarga

Subjek adalah anak ke dua dari dua bersaudara. Saat ini subjek sudah memiliki seorang istri yang bekerja di satu perusahaan swasta di Jakarta sebagai sekertaris. subjek juga memiliki kakak perempuan bernama YI dengan usia 28 tahun yang bekerja sebagai karyawati di salah satu perusahaan swasta di Jakarta dengan pendidikan S1 dan hingga saat ini belum menikah.

Subjek dibesarkan dalam keluarga tentara dengan pengasuhan yang keras seperti militer. Dengan mimik muka yang sangat marah subjek menceritakan masa lalunya, bahwa kesalahan sekecil apapun yang dilakukan subjek akan mendapat hukuman fisik dari ayah dan ibu, bahkan tidak terkecuali kakak perempuannya, semua akan mendapat hukuman yang sama. Di lihat dari keadaan ekonomi keluarganya berkecukupan, apapun yang subjek butuhkan dapat dipenuhi, kecuali perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Hubungan subjek dengan orang tua dan saudara tidak dekat, karena dia lebih nyaman menghabiskan waktu dengan teman-teman.

(62)

Subjek tidak pernah berbincang-bincang dengan orang tua dan kakaknya, tetapi dia lebih senang keluar dengan teman-teman sampai pagi hari. Menurut subjek keadaan rumah subjek sebenarnya nyaman (sambil menujuk tempat-tempat di rumahnya) tetapi sikap orang-orang yang kasar dan tidak mau memperhatikannya yang membuatnya tidak betah di rumah. Dengan nada yang tinggi subjek mengatakan bahwa perasaan subjek terhadap keluarga adalah jengkel, kecewa, dan marah karena tidak memperhatikannya bahkan orangtuanya tidak pernah menanyakan keadaannya di sekolah atau di rumah.

Saat ini ayahnya sudah meninggal dunia (tak lama setelah subjek masuk perguruan tinggi) dan semua sangat mengubah keadaan keluarganya, sambil melihat foto keluarganya terlihat sekali penyesalan yang sangat mendalam. Subjek menjadi sadar sebagai anak laki-laki satu-satunya subjek memiliki tanggung jawab yang besar pada keluarga, subjek terlihat sangat sedih sekali pada saat ingat bahwa ayahnya berpesan bahwa subjek harus menjaga ibu dan kakanya dan harus benar-benar sembuh dari ketergantungannya terhadap NARKOBA.

D. Status Sosial Keluarga Dalam Masyarakat

(63)

sebaliknya. Keluarga subjek termasuk dalam tingkatan sosial ekonomi menengah keatas.

E. Taraf Pendidikan

Pandangan keluarga subjek terhadap pendidikan sangat baik dan sangat disiplin. Orang tua subjek memiliki sikap positif dan mendukung sepenuhnya terhadap pendidikan anak-anaknya. Semua Kakak subjek kuliah pada salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta, dan subjek pula melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi (hingga saat ini),subjek mengatakan bahwa dengan memiliki pendidikan tinggi taraf hidup akan lebih baik.

F. Lingkungan Fisik, Sosial, Ekonomi Dan Sosial Kultural

Daerah tempat tinggal subjek termasuk dalam provensi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta dikenal dengan kota pelajar maka dari itu banyaknya pendatang yang menuntut ilmu di Yogyakarta. Beragamnya masyarakat yang tinggal di Yogyakarta memberikan wajah baru bagi kota ini, budaya asli sedikit demi sedikit luntur dengan budaya baru baik yang berasal dari daerah-daerah luar Yogyakarta maupun dari luar negeri.

(64)

G. Pertumbuhan Jasmani Dan Kesehatan

Menurut ibu subjek, subjek terlahir sehat, sejak bayi subjek jarang sakit tetapi mulai pada waktu Abi kelas 5 SD dia terkena flek paru-paru, dan proses penyembuhannya cukup lama hingga akhirnya subjek sembuh dari flek paru-paru. Subjek mengatakan bahwa pada masa SMP dan SMA dia menjadi anak yang sehat dan aktif. Bahkan banyak kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan olahraga dan fisik (bela diri) pernah dia ikuti. Tetapi semua berubah pada saat subjek mengenal NARKOBA dari teman-temannya.

H. Perkembangan Kognitif

Subjek menghabiskan pendidikan Taman Kanak-kanak di Yogyakarta pada tahun 1987-1988 Pada tahun 1988-1994 melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar di Yogyakarta. Tahun 1994-1997 subjek menjalani masa-masa SMP. Menurut cerita subjek sejak SD sering mengikuti lomba menggambar walaupun tidak pernah menang tetapi hingga sekarang menggambar menjadi salah satu kegemarannya. Pada saat SMP subjek sangat menggemari olah raga dan di sekolah dia selalu mengikuti ekstra olah raga yang diadakan di sekolahnya seperti mengikuti ekstra olah raga voli dan basket. Selain itu subjek dan teman-temannya juga sering mengikuti lomba antar sekolah untuk cabang olah raga voli dan basket.

(65)

arang dan tetap menggemari olahraga hingga dia SMK. Pada saat dia SMK “X” tahun 1997 subjek mengikuti kegiatan karate Shiroite aliran fighter, dia hanya satu tahun mengikuti kegiatan ini. Sehingga akhirnya subjek dan teman-teman SMK bergabung membentuk tim sepakbola.

Kegemarannya tak hanya dalam bidang olahraga saja tetapi subjek juga menggemari musik keras seperti underground dan musik-musik metal lainnya. Dengan penuh semangat subjek menceritakan kegiatannya di komunitasnya yang baru, yaitu subjek terjun dalam dunia musik, subjek memiliki band yang beraliran Thrashmetal yang bernama stiqma dan masih tetap eksist hingga saat ini. Subjek juga aktif dalam kegiatan kerohanian bersama teman-temannya di komunitas undergod socierty , subjek juga aktif dalam kegiatan muda-mudi gereja di gereja St. Alfonsus, Nandan.

I. Perkembangan Sosial

(66)

Dilingkungan tempat tinggal subjek bercerita bahwa dia tidak memiliki teman, bahkan dengan anak-anak di lingkungan rumah hanya sebatas mengetahui nama saja. Teman-teman subjek sebagian besar berasal dari luar lingkungan tempat tinggalnya. Menurut subjek dari teman-teman di luar lingkungan ini subjek menjadi anak yang bebas dan mengenal obat-obatan terlarang. Subjek pernah mencoba segala macam jenis dan bentuk NARKOBA. Subjek mengkomsumsi NARKOBA sampai subjek melanjutkan studinya di Perguruan Tinggi. Sambil tersenyum subjek menceritakan bahwa masa-masa subjek memakai NARKOBA adalah saat-saat yang paling menyenangkan, subjek pernah merasakan duel, tawuran, merokok bersama dengan-teman, membolos sekolah, naksir cewek, menggoda cewek, dan minum vodka di kelas (sambil menggeleng-gelengkan kepala dan mengepalkan tangannya). Kebiasaan buruk itu subjek lakukan selama bertahun-tahun. Subjek merasa hidupnya tidak menentu setelah mengkonsumsi NARKOBA dia sadar dia menjadi orang yang sangat tergantung dengan obat-obatan tersebut. Jika obat-obatan tersebut habis apapun akan subjek lakukan untuk mendapatkan barang-barang tersebut. Subjek menjadi jarang pulang ke rumah karena melihat orang tuanya yang sangat keras dengannya dan dia semakin terjebak dalam pergaulan yang salah.

(67)

tuanya. Kurang lebih satu setengah tahun subjek menstigmasi dirinya yang mulai tersiksa. Pada saat berada dalam keadaan belum dapat menerima diri, subjek membutuhkan orang lain untuk berbagi. Setelah timbul kesadaran dalam dirinya bahwa dia sangat membutuhkan orang lain maka subjek memutuskan untuk menceritakan hal tersebut pada orang tuanya. Tanpa subjek sadari keluarganya mau menerima keadaannya, bahkan penuh dengan perhatian dan kasih sayang orang tua serta saudaranya mendampingi dalam masa-masa sulit.

Subjek tidak di bawa ke panti rehabilitasi, karena orangtua subjek yakin dengan bersama-sama keluarga serta mendapatkan perhatian, kasih sayang (yang selama ini tidak pernah didapat) dan bimbingan agama dengan lebih mendekatkan diri pada Tuhan subjek akan sembuh akan sembuh.

Proses yang dilalui Subjek untuk benar-benar lepas dari obat-obatan tersebut memakan waktu yang sangat lama. Subjek merasa sangat kesakitan jika tubuhnya sangat membutuhkan obat-obatan tersebut (sakau). Subjek harus menahan rasa sakitnya dan tak jarang dia menyayat-nyayat tangannya untuk dapat menghisap darahnya yang masih mengandung NARKOBA.

Setelah Orangtua tahu keadaan subjek, mereka tidak lagi menerapkan didikan keras, tetapi tetap didikan yang disiplin berlaku hanya tidak memakai kekerasan seperti dulu. Menurut subjek sekarang yang menjadi fokus utama adalah kuliah dan keluarganya, itu karena sekarang subjek elah menikah.

(68)

NARKOBA.Subjek mengatakan bahwa dia sangat bersyukur memiliki teman yang selalu mendukungnya. Bahkan orangtuanya selalu menasihatinya supaya dia menjadi orang yang jujur, penuh kasih sayang kepada keluarga, baik, tidak macam-macam (tidak berbuat sesuatu yang merugikan orang lain), dan tetap beriman kepada Tuhan.

J. Ciri-Ciri Kepribadian

Subjek orangnya keras, frontal, berprinsip (tidak peduli dengan gagasan orang lain), suka tantangan, nekat, cuek, ringan tangan untuk mukul orang. Di sisi lain subjek suka menolong teman yang membutuhkan bantuannya, dia sayang sekali dengan keluarganya.

K. Penutup

(69)
(70)

BAB V

RINGKASAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan ringkasan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang diperoleh dengan teknik wawancara mendalam dan observasi seperti yang disajikan dalam bab IV.

A. Ringkasan Hasil Penelitian

Ringkasan hasil penelitian merupakan pemaparan secara singkat informasi yang relevan, yang telah diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi informasi tersebut yaitu :

1. Wawancara mendalam

Proses pelaksanaan wawancara mendalam dilaksanakan setelah peneliti melakukan perjanjian dan perkenalan sebelumnya dengan calon subjek. Pertama-tama peneliti membuat janji untuk bertemu dengan subjek, tujuannya agar tidak terjadi kecanggungan antara subjek dengan peneliti sehingga dapat memperlancar proses wawancara yang akan dilakukan. Pada umumnya peneliti tidak mengalami hambatan yang berarti dalam melakukan waawancara.

Pelaksanaan wawancara disesuaikan dengan kesempatan yang diberikan oleh subjek. Wawancara dilakukan di rumah subjek, karena subjek merasa lebih leluasa dalam memberikan informasi. Ibu dan istri subjek juga smpat bercerita, sehingga menambah informasi bagi peneliti.

(71)

Pelaksanaan wawancara dilakukan tiga kali dan dalam selang waktu yang tidak terlalu lama.

Lamanya proses wawancara dan sharing pengalaman berlangsung dalam rentan waktu seratus sampai seratus dua puluh menit. Hal ini terjadi sebab subjek sangat antusias dalam menjawab pertanyaan dan berceita tentang pengalaman hidupnya. Subjek dapat menjawab sema pertanyaan peneliti dengan cepat da tepat. Dalam hal ini peneliti berusaha menggali lebih dalam pertanyaan tentang subjek.

Subjek menjalani wawancara sebanyak tiga kali hal ini di sesuaikan dengan proses pelaksanaan wawancara, kelengkapan data dan kepuasan peneliti terhadap jawaban subjek. Seluruh kegiatan wawancara ini ditulis dalam catatan yang telah penulis siapkan sebelumnya.

2. Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan bersama ketika peneliti melakukan pendekatan pertama kalinya dengan subjek hingga akhir wawancara. Hal ini dilakukan agar peneliti memiliki gambaran tentang kehidupan subjek berkaitan dengan permasalahan peneliti yang akan di bahas. Pertama kalinya peneliti di ajak berkeliling rumah melihat tempat-tempat yang sering digunakan subjek menggunakan NARKOBA.

(72)

obat-obatan dan perjuangannya untuk bertahan melawan rasa sakit yang dirasakannya. Untuk mendapatkan obat-obatan tersebut subjek harus menjual barang-barangnya dan sering mengalami kesulitan dalam mendapatkan obat-obatan tersebut. Bahkan subjek sudah pernah mencoba mencoba-coba segala jenis NARKOBA. Subjek berusaha untuk terbuka dengan keluarga dengan segala resiko yang akan diterimanya. Sambil menunjukan kamar yang di gunakan oleh orangtua subjek untuk menyekap subjek saat mengalami ketagihan subjek bercerita bahwa perasaannya pada saat itu sangat parah, terkapar tak berdaya dan orangtuanya hanya bisa melihatnya dari luar kamar, bersama-sama berdoa setiap hari sampai subjek merasakan kenyamanan dalam keluarga.

Subjek sempat mengajak peneliti datang ke komunitas pelayanannya yang selama ini menjadi tempat berbagi bagi sesema pemakai NARKOBA, dalam komunitas ini sering dikalukan doa bersama, sharing pengalaman, pemberian informasi tentang NARKOBA, dampak-dampak buruknya dan cara-cara pengobatannya. Dalam komunitas ini banyak sekali pemuda-pemudayan masih dalam masa penyembuhan.

(73)

subjek dapat di disesuaikan datanya. Dari upaya inilah peneliti mendapatkan subjek.

B. Hasil penelitian secara umum Gambaran Singkat Tentang Subjek

Subjek adalah anak ke dua dari dua bersaudara. Kakak bernama YI; usia 28 tahun; jenis kelamin perempuan; bekerja sebagai karyawati di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Subjek di besarkan dalam keluarga tentara dengan pengasuhan yang keras. Hubungannya dengan orang tua dan saudaranya tidak dekat, karena dia lebih nyaman menghabiskan waktu dengan teman-teman.

Status ekonomi keluarga tergolong menengah ke atas dan sangat berkecukupan, apapun yang dia butuhkan dapat terpenuhi, kecuali perhatian dan kasih sayang dari orangtua. Perasaannya terhadap keluarga jengkel, kecewa, marah karena tidak memperhatikannya. Keluarga subjek memiliki sikap positif dan mendukung sepenuhnya terhadap pendidikan anak-anaknnya. Semua anak melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi dan adanya pandangan dengan memiliki pendidikan tinggi taraf hidup akan lebih baik.

(74)

tidak memiliki teman, dengan anak-anak di lingkungan subjek hanya sebatas mengetahui nama saja. Teman-temannya sebagian besar berasal dari luar lingkungan tempat tinggalnya. Dari teman-teman di luar lingkungannya ini subjek menjadi anak yang bebas dan mengenal obat-obatan terlarang. Kebiasaan buruk itu dia lakukan bertahun-tahun. Subjek sadar bahwa hidupnya tidak menentu setelah mengkonsumsi narkoba subjek sadar telah menjadi orang yang sangat tergantung dengan obatan tersebut. Jika obat-obatan tersebut habis apapun akan subjek lakukan untuk mendapatkan barang-barang tersebut.

(75)

meninggal, dan sekarang subjek selalu mendapat dukungan dari istri dan teman komunitasnya dalam gereja dan pelayanan.

C. Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini di pusatkan pada hal pokok seperti yang di uraikan dalam tujuan penelitian, yaitu: “Mengidentifikasi makna hidup pemakai NARKOBA dalam masyarakat yang belum dapat menerima mereka”.

Setiap orang senantiasa mengiginkan dirinya menjadi orang yang berharga dan berguna bagi keluarga, lingkungannya dan masyarakat, serta bagi dirinya sendiri (Bastaman, 1996: 25). Makna hidup dapat ditemukan dalam kehidupan itu sendiri, betapapun buruknya kehidupan tersebut. Makna hidup tidak saja dapat ditemukan dalam keadaan-keadaan yang menyenangkan, tetapi juga dapat ditemukan dalam penderitaan sekalipun, selama kita mampu melihat hikmahnya (Bastaman, 1996: 47).

Frankl (Bastaman, 1997) dalam kehidupan ini terdapat tiga bidang kegiatan yang secara potensial mengandung nilai-nilai yang memungkinkan seseorang menemukan makna hidup didalamnya apabila nilai-nilai itu diterapkan dan dipenuhi. Ketiga nilai (values) ini adalah creative values, experiental values, dan attitudinal values.

Creative values (nilai-nilai kreatif): kegiatan berkarya, bekerja,

(76)

keterlibatan pribadi terhadap tugas serta berusaha mengerjakannya dengan sebaik-baiknya merupakan salah satu contoh dari kegiatan berkarya. Melalui karya dan kerja kita dapat menemukan arti hidup dan menghayati kehidupan secara bermakna.

Dalam diri sujek tampak bahwa aktivitas yang di lakukannya dalam kegiatan bersama teman-temannya, dengan membentuk band yang beraliran keras. Walauwpun demikian yang di sampaikan melalui lagu-lagu yang mereka ciptakan merupakan ungkapan Syukur dan terimakasih dengan apa yang telah Tuhan berikan dalam proses penyembuhan. Subjek juga mengikuti kegiatan-kegiatan rohani di gereja, bahkan subjek dan teman-temannya rutin melakukan siaran tentang NARKOBA di salah satu radio lokal di Yogyakarta.

Experiental values (nilai-nilai penghayatan): yaitu keyakinan dan

(77)

Dalam diri subjek sangat tampak bahwa keberadaan dirinya sekarang ini bermakna dalam keluarga. Subjek merasa bahagia karena merasakan cinta kasih lewat perhatian yang diberikan oleh ibu, kakak, dan istrinya. Subjekpun merasakan kasih sayang dan dukungan yang diberikan oleh almarhum ayahnya sebelum meninggal yang terus mendorongnya untuk lepas dari NARKOBA. subjek tumbuh dalam keluarga yang keras dan kurang perhatian. Sekarang ini setalah keluarga mengetahui bahwa subjek adalah pecandu narkoba, keluarganya justru mau menerima dan sangat berperan dalam proses penyembuhannya sehingga subjek merasa bahwa hubungannya dalam keluarga menjadi erat dan perhatian yang besar dari keluarga. Adanya komunkasi timbal balik antra orangtua dengan subjek membuat subjek merasakan bahwa kasih sayang orangtuanya sangat besar, terutama ayahnya

Attitudinal values (nilai-nilai bersikap), yaitu menerima dengan

(78)

Peristiwa-peristiwa yang menimbulkan nilai-nilai sikap adalah situasu-situasi dimana kita tidak mampu mengubahnya atau menghindarinya. Apabila kita berhadapan dengan situasi tersebut, satu-satunya cara yang rasional untuk memebrikan repon adalah menerimanya. Dalam diri subjek sangat tampak bagaimana subjek mereliasasikan nilai sikap terhadap kecanduan yang dideritanya. Setelah melewati masa penolakan melalui menstigmasi diri, subjek berhasil menemukan sikap yang tepat terhadap keadaan dirinya sebagai pemakai NARKOBA. Subjek sadar dengan penderitaan yang dialami dalam dirinya sangat mempengaruhi masa depannya sehingga subjek memiliki keinginan yang sangat kuat untuk lepas dari belenggu NARKOBA. Dalam diri subjek yang tampak dalam realisasi nilai sikap yaitu melalui pemikiran bahwa dia harus melakukan sesuatu terhadap hidupnya sekarang ini dengan keaktifannya dalam kegiatan gereja.

(79)

diri dengan keadaan tersebut. Sikap menerima dan menyesuaikan diri tersebut yang membantu subjek dalam menemukan makna hidup di tengah penderitaan yang dialaminya. Dengan melihat keadaan subjek tersebut, peneliti tidak perlu lagi melakukan konseling. Penelitian ini hanya sebatas wawancara informasi untuk mendapatkan data kebermaknaan hidup pemakai NARKOBA di tengah masyarakat yang tidak dapat menerimanya.

Referensi

Dokumen terkait

Guna menjawab pertanyaan tersebut peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dengan 2 siklus. Setiap siklusnya merupakan rangkaian kegiatan

digambarkan bahwa, bangunan hotel yang dijadikan sebagai objek penelitian belum seluruhnya menerapkan unsur atau elemen- elemen iconic Jawa yang dilihat dari aspek

; Inflasi kota Yogyakarta yang terjadi pada bulan Mei 2009 disebabkan kerena naiknya indeks harga pada lima kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok

Dalam perencanaan yang sesuai dengan Islam Hotel Grand Kalimas. Syariah menetapkan seluruh rencananya dalam mendirikan Hotel

fraction tiles dapat menstimulasi siswa dalam menemukan dan menggambarkan nilai pecahan dengan model luasan, mengkaitkannya dengan konsep garis bilangan, menentukan hubungan antara

Perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan dipengaruhi berbagai faktor untuk dipertimbangkan oleh konsumen untuk membeli produk sepatu adalah kualitas, referensi, merk,

Penelitian etnografi komunikasi menggunakan metode etnograf dalam mengkaji cara hidup atau komunikasi suatu kelompok budaya, diamati pola komunikasi verbal

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN JENIS PEKERJAAN YANG DIMINATI TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA Studi Kasus : Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma..