• Tidak ada hasil yang ditemukan

UKHUWAH ISLAMIYAH DAN UKHUWAH INSANIYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UKHUWAH ISLAMIYAH DAN UKHUWAH INSANIYAH"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

UKHUWAH ISLAMIYAH DAN UKHUWAH INSANIYAH

(PERSAUDARAAN ANTAR SESAMA UMAT ISLAM DAN

PERSAUDARAAN ANTAR SESAMA MANUSIA)

Ustaz Drs. Istadiyantha, M.S.

1. Sesama orang beriman adalah bersaudara























Firman Allah: ”Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (Q.S. Al-Hujurat ayat 10).

2. Sesama orang beriman dilarang saling bermusuhan







































































“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan. Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu bersatu karena nikmat Allah, sebagai orang-orang yang bersaudara; dan sebelumnya kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk” (Q.S. Ali Imran ayat 103).

3. Hablum minallaah dan Hablum minannaas









































































“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia/hablum minannaas, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu, karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas”.(Q.S. Ali Imran 112).

4. Berlaku sopan terhadap sesama orang beriman































a. “Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), “Dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah (sopanlah) kamu terhadap orang-orang yang beriman” (Q.S. Al-Hijr ayat 88).

1















(2)































































5. Berlaku lemah lembut terhadap orang beriman dan suka bermusyawarah

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu *). kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” (Q.S. Ali Imran ayat 159).

*) Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.

6. Berkasih sayang terhadap orang beriman dan berlaku tegas terhadap orang kafr















































































































“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras/tegas terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka (orang mukmin). kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati para penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar” (Q.S. Al-Fath ayat 29).

7. Sillaturrahim dan rekonsiliasi (perdamaian)





























“Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan *), dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.(Q.S. Ar-Ra’du ayat 21).

*) Yaitu Mengadakan hubungan silaturahim dan tali persaudaraan.

2

8. Orang yang amat takut kepada Allah adalah ulama/ahli ilmu (ulama billaah)





































(3)

bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama[1258]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Q.S. Faathir 28).

































b. “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan *) jika kamu tidak mengetahui” (Q.S. An-Nahl ayat 43).

*) ahli ilmu pengetahuan; ahli zikir

































b. “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak ada ilmu bagimu Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (Q.S. Al-Isra’ ayat 36).

9. Larangan menggunjing (ngrasani) dan meremehkan orang lain merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan

janganlah suka mencela dirimu sendiri *) dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman **) dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim” (Q.S. Al-Hujurat ayat 11).

*) Jangan mencela dirimu sendiri Maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-orang mukmin seperti satu tubuh.

**) Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: Hai fasik, Hai kafir dan sebagainya.

(4)

Al-b. “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh *), dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (Q.S. An-Nisa’ ayat 36).

*) Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang Muslim dan yang bukan Muslim.















































c. “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. dan hanya kepada Allah kembali (mu)” (Q.S. Ali Imran ayat 28).

Hadis: “Laisa minna man lam yuwaqqir kabiiranaa wa lam yarham shaghiiranaa”

Arti “Bukan dari golongan umatku (Muhammad saw.) orang yang tidak hormat kepada orang yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda”.

UKHUWAH INSANIYAH

Kisah di zaman Nabi SAW

1) Kisah Rasulullah SAW dengan si pengemis Yahudi

Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, "Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya". Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat. Setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak

4

(5)

mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku", pengemis itu melanjutkan perkataannya. Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, "Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW". Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar RA, dan kemudian berkata, "Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia...Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar RA saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim. Nah, wahai saudaraku, bisakah kita meneladani kemuliaan akhlak Rasulullah SAW? Atau adakah setidaknya niat kita untuk meneladani beliau? Beliau adalah ahsanul akhlaq, semulia-mulia akhlak. Kalaupun tidak bisa kita meneladani beliau seratus persen, alangkah baiknya kita berusaha meneladani sedikit demi sedikit, kita mulai dari apa yang kita sanggup melakukannya.

2) Di peperangan Uhud Nabi SAW terluka pada muka dan tanggal beberapa giginya. Berkatalah salah seorang sahabatnya: “Cobalah tuan doakan agar mereka selaka”. Nabi SAW menjawab: “Aku sekali-kali tidak diutus nuntuk melaknat seseorang, tetapi aku diutus untuk mengajak kepada kebaikan dan rahmat”. Lalu beliau mengangkat tangannya kepada Aallah Yang Maha Mulia dan berdoa:

“Wahai Tuhanku ampunilah kaumku, sesungguhnya mereka orang yang tidak mengetahui”. (Hadis).

3). Dalam perang Uhud juga Nabi SAW memaafkan seorang budak hitam bernama Wahsyi, karena apabila berhasil membunuh paman Nabi bernama Hamzah bin Abdul Muthalib maka dia akan dibebaskan oleh tuannya. Peristiwa pembunuhan Hamzah oleh Wahsyi telah berhasil, Wahsyi telah dimerdekakan. Wahsyi telah ditangkap oleh Rasulullah SAW tetapi dia dimaafkan oleh Rasulullah SAW dan kemudian Wahsyi memeluk agama Islam berkat akhlak Rasulullah.

4) Peristiwa lainnya adalah “Du’tsur seorang Arab kafir Quraisy telah menguasai Rasulullah SAW ketika sedang tidur di bawah pohon rindang. Du;tsur menghunuskan pedang ke hadapan Nabi, sambil mengancam dan bertanya: “Siapa yang dapat membelamu sekarang ini?” Dengan tegas Nabi menjawab: “Allah”. Du’tsur gemetar sehingga pedangnya jatuh dan kontan pedang direbut oleh Nabi lalu menghunuskannya ke hadapan Du’tsur sambil Nabi bertanya: “Siapakah yang dapat membelamu sekarang ini”? Du’tsur menjawab (dengan gemetar) “tak seorangpun”. Du’tsur dimaafkan oleh Nabi dan dibebaskannya pulang, lalu Du’tsur menceritakan kisahnya itu kepada kawan-kawanya, dan akhirnya Du’tsur pun masuk agama Islam.

5

5) Dalam peperangan Khaibar (perkampungan Yahudi), Zainab binti Al-Harits isteri Salam bin Misykam (salah seorang pemimpin Yahudi). Zainab berhasil membunuh Bisyr bin Baraa’ bin Ma’rur dengan membubuhkan racun ke paha kambing yang disuguhkan olehnya. Sebenarnya yang akan diracun adalah Bisyr dan Rasulullah SAW. Tetapi Rasulullah mendapat pemberitahuan dari Allah sehingga racun di paha kambing itu tidak dimakannya. Namun Si wanita Yahudi ini ketika telah ditangkap oleh Rasulullah SAW terus dimaafkan.

(6)

bahwa akhlak Rasulullah SAW amat mulia dan dengan kemuliaan akhlaknya itu menjadikan orang-orang kafir menjadi terbujuk hatin ya untuk memeluk ajgama Islam.

Satu sisi ajaran Islam memerintahkan agar seseorang menjadi pemaaf tetapi pada sisi lain orang Islam dianjurkan harus bersikap tegas kepada orang kafir/ yang ingkar (Q.S. Al-Fath ayat 29).

KESIMPULAN

4. Menjalin hubungan sillaturrahmi dan melakukan rekonsiliasi (perdamaian)

5. Menghormati ulama shaleh/ahli ilmu

6. Dilarang mencela diri sendiri dan meremehkan sesama mukmin 7. Dilarang menggunjing kepada sesama manusia

8. Dilarang memanggil dengan panggilan yang tidak baik/ “paraban/ wadanan” yang dapat merendahkan martabat orang ybs.

9. Hormat kepada orang tua dan sayang pada orang yang lebih muda 10. Berbuat kebaikan kepada kaum kerabat yang dekat dan jauh 11. Berbuat kebaikan kepada tetangga dekat dan tetangga yang

jauh

12. Menolong orang fakir miskin, ibnu sabil, dan anak yatim

13. Menghormati/ mengasihi mualaf (orang yang baru masuk Islam) 14. Semangat berqurban untuk kepentingan ukhuwah

15. Mendoakan dan memohonkan ampunan kepada Allah untuk kaum mukminin

B. UKHUWAH INSANIYAH

1. Menyantuni orang Non Muslim yang lemah

2. Memaafkan orang Non Muslim yang berbuat kesalahan 3. Bergaul dengan sesama manusia dengan baik

4. Mengupayakan sikap perdamaian (rekonsiliasi) jika terjadi perselisihan

Hadis: “La yadkhulu ‘l-jannata qaathi’u rahimin”.

“Tidak akan masuk surga si pemutus siillaturrahim” (Hadis).

Hadis: “Laa yahillu limuslimin wa muslimatin an yahjura akhaahu fauqa tsalaatsin, yaltaqiyaani fayu’ridhu haadza wa yu’ridhu haadza, wa khairuhuma ‘l-ladzii yabda’u bis-salaam”

“Tidak halal bagi seorang muslim memboikot/jotha’an dengan saudaranya lebih dari tiga hari, jika keduanya berpapasan saling membuang muka. Maka sebaik-baik di antara mereka adalah yang mendahului dengan salam” (Hadis)

(7)

6

Selasa, 31 Agustus 2004

Merakit "Ulang" Ukhuwah Islamiyah yang Hampir "Hilang"

PKPU Online Oleh : Dr. H. Miftah Faridl (ITB Bandung)

Ukhuwah atau persaudaraan dalam Islam bukan saja mencirikan kualitas ketaatan seseorang terhadap ajaran Allah dan Rasul-Nya, tetapi juga sekaligus merupakan salah satu kekuatan perekat sosial untuk memperkokoh kebersamaan. Fenomena kebersamaan ini dalam banyak hal dapat memberikan inspirasi solidaritas sehingga tidak ada lagi jurang yang dapat memisahkan silaturahmi di antara sesamanya. Meskipun demikian, dalam perjalanan sejarahnya, bangunan kebersamaan ini seringkali terganggu oleh godaan-godaan kepentingan yang dapat merusak keutuhan komunikasi dan bahkan mengundang sikap dan prilaku yang saling berseberangan. Karena itu, semangat ukhuwah ini secara sederhana dapat terlihat dari ada atau tidak adanya sikap saling memahami untuk menumbuhkan interaksi dan komunikasi. Ukhuwah Islamiyah sendiri menunjukkan jalan yang dapat ditempuh untuk membangun komunikasi di satu sisi, dan di sisi lain, ia juga memberikan semangat baru untuk sekaligus melaksanakan ajaran sesuai dengan petunjuk al-Qur'an serta teladan dari para Nabi dan Rasul-Nya. Sekurang-sekurangnya ada dua pernyataan Nabi SAW, yang menggambarkan persaudaraan yang Islami. Pertama, persaudaraan Islam itu mengisyaratkan wujud tertentu yang dipersonifikasikan ke dalam sosok jasad yang utuh, yang apabila salah satu dari anggota badan itu sakit, maka anggota lainnya pun turut merasakan sakit. Kedua, persaudaraan Islam itu juga mengilustrasikan wujud bangunan yang kuat, yang antara masing-masing unsur dalam bangunan tersebut saling memberikan fungsi untuk memperkuat dan memperkokoh. Ilustrasi pertama menunjukkan pentingnya unsur solidaritas dan kepedulian dalam upaya merakit bangunan ukhuwah menurut pandangan Islam. Sebab Islam menempatkan setiap individu dalam posisi yang sama. Masing-masing memiliki kelebihan, lengkap dengan segala kekurangannya. Sehingga untuk menciptakan wujud yang utuh, diperlukan kebersamaan untuk dapat saling melengkapi. Sedangkan ilustrasi berikutnya menunjukkan adanya faktor usaha saling tolong menolong, saling menjaga, saling membela dan saling melindungi. Pernyataan al-Qur'an: Innama al-mu'minuuna ikhwatun (sesungguhnya orang-orang mu'min itu bersaudara) memberikan kesan bahwa orang mu'min itu memang mestinya bersaudara. Sehingga jika sewaktu-waktu ditemukan kenyataan yang tidak bersaudara, atau adanya usaha-usaha untuk merusak persaudaraan, atau bahkan mungkin adanya suasana yang membuat orang enggan bersaudara, maka ia berarti bukan lagi seorang mu'min. sebab penggunaan kata "innama"

(8)

7

hanya karena terdesak tuntutan pragmatis, khususnya menyangkut kepentingan sosial, politik ataupun ekonomi. Karena itu, bukan hal yang mustahil, jika seorang pemuka agama sekalipun, rela meruntuhkan tatanan ukhuwah hanya karena pertimbangan kepentingan-kepentingan primordial. Karena tarik menarik antara berbagai kepentingan itulah, sejarah umat Islam selain diwarnai sejumlah prestasi yang cukup membanggakan, juga diwarnai oleh sejumlah konflik yang tidak kurang memprihatinkan. Nilai-nilai ukhuwah tidak lagi menjadi dasar dalam melakukan interaksi sosial dalam bangunan masyarakat tempat hidupnya sehari-hari. Konflik yang bersumber pada masalah-masalah yang tidak prinsip menurut ajaran, dapat membongkar bangunan kebersamaan dalam seluruh tatanan kehidupannya. Perbedaan interprestasi tentang

imamah pada akhir periode kepemimpinan shahabat, misalnya, telah berakibat pada runtuhnya kebesaran peradaban Islam yang telah lama dirintis bersama. Lalu sejarah itu pun berlanjut, seolah ada keharusan suatu generasi untuk mewarisi tradisi konflik yang mewarnai generasi sebelumnya. Akhirnya, nuansa kekuasaan pada masa-masa berikutnya hampir selalu diwarnai oleh politik "balas dendam" yang tidak pernah berujung. Al-Qur'an memang memberikan peluang kepada ummat manusia untuk bersilang pendapat dan berbeda pendirian. Tetapi al-Qur'an sendiri sangat mengutuk percekcokan dan pertengkaran. Interprestasi terhadap ayat-ayat yang mujmal (umum), pemaknaan terhadap keterikatan sesuatu ayat dengan asbab nuzul, atau sesuatu hadits dengan asbab wurud-nya, seringkali melahirkan adanya sejumlah perbedaan. Lebih-lebih jika perbedaan itu telah memasuki wilayah ijtihadiyah. Dalil-dalil dzanny yang biasa menjadi rujukan beramal memang memiliki potensi untuk melahirkan perbedaan. Tetapi perbedaan itu sendiri seharusnya dapat melahirkan hikmah, baik dalam bentuk kompetisi positif, mempertajam daya kritis, maupun dalam membangun semangat mencari tahu sesuai dengan anjuran memperbanyak ilmu. Sayangnya, dalam kenyataan, perbedaan itu justru seringkali melahirkan hancurnya nilai-nilai ukhuwah, hanya karena ketidaksiapan untuk memahami cara berpikir yang lain, atau karena keengganan menerima perbedaan sebagai buah egoisme yang tidak sehat. Dan, yang lebih celaka lagi, apabila potensi konflik itu telah dipengaruhi variabel-variabel politik dan ekonomi seperti apa yang saat ini tengah dialami oleh bangsa kita yang semakin lelah ini. Ikatan agama telah pudar oleh kepentingan kekuasaan. Kehangatan persaudaraan pun semakin menipis karena desakan-desakan materialisme ataupun kepentingan primordialisme. Perbedaan paham politik sangat potensial untuk melahirkan suasana ketidakakraban yang cenderung membawa kepada suasana batin yang tidak menunjang tegaknya ukhuwah. Demikian juga perbedaan tingkah kekayaan sering melahirkan kecemburuan yang juga sangat potensial untuk mengundang suasana bathin yang tidak menunjang tegaknya ukhuwah. Subhanallah, ukhuwah kini telah menjadi barang antik yang sulit dinikmati secara bebas dan terbuka. Karena ukhuwah memang hanya akan dapat terwujud apabila masyarakat sudah mampu memiliki dan menghayati prinsip-prinsip tasamuh (toleransi), sekaligus terbuka untuk melakukan tausiyah (saling mengingatkan).

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi SM Rimbang Baling sangat memprihatinkan saat ini, dan sangat disayangkan jika pada akhirnya, pemasalahan yang terjadi di kawasan konservasi menyebabkan

a) Jumlah responden hanya sebelas orang sehingga mempengaruhi penilaian validitas instrument penelitian, hal ini disebabkan banyak dari perusahaan perbankan yang diminta

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 7 Tahun 2001 tentang Retribusi dan Sewa Pemakaian Kekayaan Daerah (Lembaran Daerah

Untuk meningkatkan Kualitas Kekuatan Bahan (kekerasan dan ketahanan aus permukaan Plat Baja Lapisan Dinding Corong Tuang (Hopper) Pada Sistem Produksi Batu Bara,

Temuan dari penelitian ini adalah: a) tingkat kepuasan wisatawan terhadap produk freestanding restaurant di Kawasan Nusa Dua secara umum berada pada level

ya karena kalau tidak dibuat aturan tersebut bangsa ini mau dibawa kemana lagi kalau bangsa sekarang ini mulai luntur jati dirinya yang dikatakan sebagai Masyarakat

a. Responden, yaitu siswa dan guru kelas IV, V, VI yang mengajar IPA di MIN Model Tambak Sirang Laut.. Informan, yaitu orang – orang yang dapat memberikan informasi

"roses pengeluaran sputum dari paruparu, bronkus dan trakea yang dihasilkan oleh klien "roses pengeluaran sputum dari paruparu, bronkus dan trakea yang dihasilkan oleh