• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V MEDIA SOSIAL SEBAGAI PANGGUNG PRESENTASI DIRI MORDELENTE - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Media Sosial sebagai Panggung Presentasi Diri Mordelente: Pendekatan Dramaturgi dalam Melihat Presentasi Diri Mordelente sebagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB V MEDIA SOSIAL SEBAGAI PANGGUNG PRESENTASI DIRI MORDELENTE - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Media Sosial sebagai Panggung Presentasi Diri Mordelente: Pendekatan Dramaturgi dalam Melihat Presentasi Diri Mordelente sebagai"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

24

BAB V

MEDIA SOSIAL SEBAGAI PANGGUNG PRESENTASI DIRI

MORDELENTE

Pada bab ini peneliti memaparkan analisis data berdasarkan konsep pada

bab sebelumnya. Dari analisis ini dimunculkan temuan penelitian yang dapat

disajikan dalam bentuk pola, tema, kecenderungan dan motif yang muncul dari

data, di samping dapat juga berupa penyajian kategori, sistem, klasifikasi maupun

tipologi yang tentunya mengacu pada fokus penelitian. Pada tahap ini data yang

diperoleh dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan, catatan lapangan,

dokumen dan data lain yang mendukung dikumpulkan, diklasifikasikan dan

dianalisis secara induktif.

5.1. Aktivitas Mordelente Melalui Media Sosial

Mordelente menggunakan media sosial Facebook, Twitter, YouTube

Instagram dan Path dalam kegiatan aktivitas penyebaran foto, video dan

teks. Aktivitas Mordelente di media sosial terlihat sangat vulgar dengan

menampilkan postingan yang mengeksplorasi seksualitas (bukan

pornografi). Peneliti mendeskripsikan aktivitas Mordelente di media

sosialnya menjadi tiga aspek yaitu kehidupan pribadinya, tanggapan

pengikut media (followers) dan pesan-pesan yang disampaikan melalui

kiriman-kirimannya.

1. Kehidupan Pribadi

Meski berasal dari pedalaman Provinsi Lampung, namun

Mordelente menampilkan kesan glamor dan mewah di media sosialnya.

Tidak banyak yang mengetahui jika Mordelente yang memilki nama asli

Angga Rega Nesta ini merupakan lulusan sekolah perhotelan. Dengan

bekal pendidikan semasa Sekolah Menengah Kejuruan, Rega

memberanikan diri merantau ke Pulau Jawa untuk bekerja. Setelah

(2)

25 Jakarta, Rega sempat menikmati hasil kerja kerasnya melalui penjualan

properti dari bantuan beberapa temannya.

Rega menunjukkan diri lewat media sosial sebagai seorang yang

memiliki identitas dan ekspresi gender yang berbeda dengan jenis

kelaminnya ketika ia lahir. Rega juga merupakan transeksual dan

memiliki ketertarikan dengan laki-laki. Dari latar belakang tersebut ia

membentuk citra dirinya dengan nama Mordelente untuk menghibur

pengguna internet di media sosial. Mordelente menunjukan kenyamanan

dalam ekspresi pertunjukannya melalui media sosial. Seorang

Mordelente merasa asli, dan nyaman dengan penampilan luarnya serta

menerima identitas asli sebagai kesesuaian transgender.

Gambar 5.1.1 Penampilan Mordelente (Sumber: Arsip pribadi, 7 Juli 2017)

Sejak kecil Rega memiliki perilaku yang berbeda dibandingkan

dengan saudara-saudaranya. Keluarga Rega juga tidak menyukai

pembawaan Rega yang terkesan kemayu, hal inilah yang membuat

seorang Rega menjadi trauma terhadap pengalaman masa lalunya dan

menjadikan dirinya seorang introvert. Rega Mordelente juga tidak

sungkan menunjukan sisi homoseksualitasnya di depan media.

(3)

26 jenis. Meski begitu sisi homoseksualitasnya tidak memberikan efek

psikologi negatif dan perilaku menyimpang serta melanggar hukum.

2. Video Blog via YouTube Mordelente

Angga Rega Nesta membangun sebuah channel YouTube

dengan nama Mordellente Itil. Vlog Mordelente termasuk dalam kategori

komedi dan memiliki lisensi Creative Common. Lisensi Creative

Commons adalah cara standar bagi pembuat konten untuk memberikan

izin penggunaan karyanya kepada orang lain. YouTube mengizinkan

pengguna untuk menandai video mereka dengan lisensi Creative

Commons. Video yang ditandai tersebut dapat diakses oleh pengguna

YouTube untuk digunakan, bahkan secara komersial, dalam video

mereka sendiri melalui EditorVideo YouTube.

Gambar 5.1.2

Konten Channel YouTube Mordelente

(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=wTYWETD2nRc diakses 2 September 2017; 02:26)

Beberapa topik yang dibawakan Mordelente via channel

YouTube antara lain: tanya jawab (#tanyateteh), parodi lagu, video

Smule, parodi Barbie dan lain-lain. Mordelente memiliki Video Blog

(Vlog) dengan jumlah viewer terbanyak pada topik wawancara dengan

(4)

27 (selebgram) yang cukup terkenal dan memiliki 684,000 follower

(pengikut) aktif. Mimi Peri dan Mordelente memiliki kesamaan dalam

pembawaan topik vlog, sehingga topik tentang mordelente dan mimi peri

cukup mendapatkan antusiasme dari pengguna media sosial.

Tabel 5.1

4:07 Februari 2017 106,957

2. Berbie Season 9 6:31 Oktober 2016 90,293

3. Bila, Aku Jatuh Cinta 5:55 Oktober 2016 64,368

4. DialyML #2 SIAPA

MORDELENTE?! 5:08 Juni 2017 58,497

5. SANTET 6:47 Juli 2017 55,819

Sumber: Diolah dari data YouTube (2 September 2017, 01:29)

Dengan durasi rata-rata lima menit per video blog (vlog), seorang

Mordelente mampu memikat puluhan ribu pengguna channel YouTube.

Sejak memposting kiriman vlog pada September 2016, grafik

peningkatan viewer.nya sangat signifikan. Meskipun begitu popularitas

Mordelente jauh dibandingkan dengan Mimi Peri. Jumlah Subscribe

Mimi Peri 14,381 hampir tiga kali lipat dibandingkan Subscribe milik

Mordelente. Melihat fenomena pesaingnya, Mordelente memberikan

tanggapan lewat vlog pada Februari 2017:

(5)

28 Peneliti menganalisis ketertarikan pengguna media sosial

YouTube terhadap Vlog hasil karya Mordelente melalui grafik statistik

pada gambar berikut:

Gambar 5.9

Rating Channel YouTube Mordelente Berdasarkan Tema Vlog

Mayoritas netizen yang mengakses channel YouTube Mordelente

menyukai Serial Barbie. Kemudian diikuti oleh tema konfrontasi dengan

Mimi Peri dan topik QnA (Question and Answer). Tema tentang Drama

yang dimainkan Mordelente dengan tokoh lain serta video karaoke

mendapatkan antusias yang lebih rendah.

3. Pesan-Pesan yang Disampaikan

Berdasarkan aspek konteks gaya bahasa dari Teori Edward T.

Hall (1977), gaya komunikasi Mordelente termasuk kebudayaan konteks

rendah yang memiliki ciri: eksplanatif (menjelaskan tetang sebab

terjadinya sesuatu), detail, eksplisit (secara langsung dan linier), lugas

dan terus terang. Gaya bahasa yang disampaikan cenderung tidak sopan

(6)

29 Mordelente adalah opened system, bebas dan tidak beraturan namun tetap

memilki makna dan maksud tujuan yang positif.

Drama berjudul Barbie merupakan serial vlog unggulan dari

Mordelente yang mengangkat drama isu-isu sosial. Sisi yang menarik

dari beberapa vlog yang diunggah, Mordelente tampil sebagai bentuk

androgini yaitu dua karakter berbeda namun satu aktor pada cerita yang

sama.

Gambar 5.1.3

Serial Drama Barbie Channel Mordelente

(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=NUxw6KQMsBw Diakses 2 September 2017; 02:43)

Mordelente sering mengangkat isu masalah kehidupan Pekerja

Seks Komersial dalam drama yang dibawannya. Dengan bahasa yang

hampir mirip dan tidak di sensor, Mordelente memberikan pesan kepada

follower dan pengguna media agar lebih memahami dan tidak tabu

terhadap kehidupan Pekerja Seks Komersial. Selain itu, pesan yang

disampaikan agar oknum-oknum yang selama ini berperilaku

menyimpang dapat malu dan sadar.

4. Tanggapan Followers

Follower dapat dijadikan indikator gambaran bagaimana

komunikasi yang dibangun di media sosial berhasil atau tidak dalam

menyampaikan pesan. Karakteristik follower menjadi bagian yang

penting bagi Mordelente untuk mempertimbangkan bagaimana

(7)

30 follower yang memang membenci (hatter) ataupun follower pasif yang

hanya melihat tanpa memberikan respon apapun.

Gambar 5.1.4

Tanggapan Negatif Pengguna Media Sosial terhadap Mordelente (Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=nADH3AKrWPc Diakses 2 September

2017; 02:44)

Sebuah kewajaran jika seorang Vlogger mendapatkan persepsi

negatif dari masyarakat pengguna media sosial. Melalui channel

YouTube, pengguna media dapat bebas memberikan komentar

pendapatnya terhadap postingan Mordelente. Mordelente mendapatkan

opini negatif salah satunya dikarenakan komparasi perbandingan dengan

kompetitornya yang memiliki topik yang mirip dengannya yaitu Mimi

(8)

31

faishal ba’abdullah:

Mimi Peri labih baiklah soalnya bancinya gak binal, ga kasar, ga dandan make up waria, Cuma pakai baju-baju aneh sama ngomong-ngomong manja. Kalau yang ini kan jijik, dari dandanan sama bahasa, waria jalanan banget.

Messya Elzhara:

Setuju banget cc: faishal ba’abdullah

Anjas Yanuar Pramata:

Betul cc: faishal ba’abdullah

Deltaable:

Setuju cc: faishal ba’abdullah

Rahman Bogor:

Iya cc: faishal ba’abdullah”

Dari pengamatan peneliti, mayoritas pengguna media dan

pengikut Mordelente di channel YouTube juga banyak memberikan

komentar positif dari kualitas pesan yang disampaikan:

Gambar 5.5

Tanggapan Positif Pengguna Media Sosial terhadap Mordelente

(9)

32 “merin puspita

lu ganteng kalau jadi cowo maco. Sumpah

Indra Fernandes Sedih banget

Achmad Baihaqqi

Video favorit, penjiwaanya dapat banget, setiap peran punya karakter tersendiri, mantab.

Sasuke Uchiha

Aktingnya si teteh emang gila, layak Oscar lah.”

Meski berbagai pro dan kontra didapatkan Mordelente lewat

media sosial namun dari observasi yang penulis dapatkan secara

langsung, Mordelente adalah sosok yang sangat baik dan sabar.

Mordelente selalu menilai bahwa semua pengguna media baik hatters

maupun lovers adalah personal-personal yang secara langsung maupun

tidak langsung menjadi bagian penting dari perjalanannya merintis Video

Blogger.

5.2. Strategi Presentasi Diri Mordelente Melalui Media Sosial

Pada sub bab ini peneliti mendeskripsikan strategi presentasi diri

Mordelente melalui media sosial YouTube. Penulis mengidentifikasi

strategi presentasi diri Mordelente sesuai dengan teori dari Jones dan

Pittman (1982) dalam bukunya yang berjudul: Toward a General Theory of

Strategic Self Presentation yang dipublikasikan oleh Lawrence Erlbaum

Associates di London, Inggris.

1. Pengembangan Personality Mordelente (Self Promotion)

Mordelente menunjukkan keterampilannya dalam membuat Video

Blogging (Vlog) dengan semangat menyalurkan kebutuhan pribadinya

akan entertainment serta menyesuaikan perubahan gaya hidup anak muda

serta menggunakan teknologi smartphone yang telah menyesuaikan

(10)

33 “Musiknya dulu biar ada scene-scene.nya. Kita tu

ngerekam ga langsung segitu, jadi bisa pindah-pindah tempat. Itu udah jadi misal bikin segini, ini bisa langsung dilihat disini ini Beb (smartphone). Bikin greenscreen juga dari sini (smartphone) yang backgroundnya bisa diganti-ganti.” – wawancara 7 Juli 2017, Serpong, Tangerang.

Tahap pertama dalam strategi presentasi diri Mordelente melalui

media sosial adalah dengan kemampuan adaptasinya memanfaatkan

teknologi smarthpone. Survei yang dilakukan oleh Asosiasi

Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2016,

sebanyak 67,2 juta orang atau 50,7 persen pengguna media sosial

mengakses internet melalui perangkat smartphone. Mordelente

menunjukan kepada peneliti secara langsung bagaimana dengan hanya

menggunakan modal smartphone dapat memproduksi Vlog dengan

kualitas yang cukup baik. Dengan kemampuan fleksibilitas yang dimiliki

teknologi smartphone kini yaitu dapat diakses dimanapun dan kapanpun

Mordelente dapat secara alami menampilikan personality dirinya dalam

kehidupan sehari-hari kepada para pengguna media sosial termasuk para

follower-nya.

2. Strategi Mordelente Mendapatkan Perhatian dari Pengguna Media

Sosial (Ingratiation)

Brand Personality Awareness merupakan strategi Mordelente

dalam mendapatkan peluang perhatian dari pengguna media sosial.

Mordelente menampilkan diri di media sosial dengan menghibur dan

berkomunikasi dengan para follower-nya. Banyak dari para penikmat

channel Mordelente adalah wanita, para wanita dapat merasa bahwa

dengan pesan-pesan yang disampaikan Mordelente sangat terbuka, secara

langsung dan dapat menghibur mereka. Selain itu dari sisi demografi para

pengguna media sosial didominasi oleh usia muda yang notabene selalu

(11)

34 Gambar 5.2.1

Consumer Insight (YouTube)

(Content and Product Marketing YouTube via think with Google - 2016)

3. Kualitas Vlog Mordelente (Competence)

Dari sisi kualitas Video Blogging Mordelente terjadi penurunan drastis

pada awal Bulan Juli 2017, namun kembali meningkat pada awal Bulan Agustus

2017.

Gambar 5.2.2

Grafik Perkembangan Viewers Mordelente Periode Juli – Agustus 2017 (Sumber: Data Analisis YouTube, Diolah 5 Agustus 2017)

0

04-Jul 06-Jul 08-Jul 10-Jul 12-Jul 14-Jul 16-Jul 18-Jul 20-Jul 22-Jul 24-Jul 26-Jul 28-Jul 30-Jul

(12)

35 Ketidakstabilan jumlah viewer menunjukan ketertarikan atau

tidak pada kualitas Vlog yang diposting oleh Mordelente. Fluktuasi dan

penurunan jumlah viewer menjadi bahan koreksi sekaligus sebagai acuan

pemilihan tema Video yang di upload melalui channel YouTube.

Kesimpulannya tidak semua video harus di upload, perlu pertimbangan

dan penyuntingan yang sesuai.

4. Gertakan Mordelente di Media Sosial (Intimidation)

Di era kebebasan berkespresi kini, Mordelente menggunakan

media sosial dengan konten yang tidak lazim. Kata-kata yang

diutarakannya juga tidak di sensor, sehingga pengguna media sosial yang

baru akan merasa kaget dengan tampilan konten Video Blogging

Mordelente. Berikut adalah cuplikan drama monolog Barbie Season 10

(59,063 viewers) yang diposting pada tanggal 4 Juli 2017:

“-Mami aku pergi dulu ya, kampuse banjir -

-Aduh Mas Riko ini ning endi ta, janji jam 4 kok jam segini belum dateng. Nesu aku, punya kemaluan ga punya perasaan, genjot sak penake dewe. Ngomong sak penake cangkeme.-

-Loh itu kan si Ferdi, suaminya Annisa, sama siapa ya?-“

Mordelente bereksperimen dengan kata-kata yang kurang pantas

untuk mengetahui bagaimana reaksi para pengguna media sosial.

Meskipun sering menggunakan kata-kata yang kotor dalam monolognya

namun setelah 2 tahun berada di channel YouTube, para follower-nya

mulai tidak terganggu lagi. Para pengguna media dan follower yang

mengakses channel Mordelente mulai dapat mengambil inti pesan

sesungguhnya dari drama yang dimainkan.

5. Penggambaran Presentasi Mordelente terhadap Isu Sosial

(Exemplification)

Banyak isu sosial yang dijadikan topik Video Blogging oleh

(13)

36 tentang kehidupan transgender dan transeksual serta penggambaran

aktivitas seksual yang dianggap tabu di masyarakat.

Gambar 5.2.3

Presentasi Monolog Mordelente terhadap Isu Sosial di Masyarakat (Sumber: Data Media Sharing Network Mordelente, Diakses 2 September 2017)

Mordelente seolah selalu menjelaskan bahwa kehidupan

transgender, transeksual dan penyuka sesama jenis selalu ada di sela-sela

kehidupan masyarakat. Seorang transgender tidak selalu mengganggu

namun dapat pula menghibur masyarakat. Mordelente memberikan

gambaran point of view (sudut pandang) penilaian kehidupan sosial

terkini di masyarakat bukan lagi dari sisi pria atau wanita tetapi dari

pembawaannya yang sosok laki-laki namun kewanitaan. Dari sisi ini

pengguna media sosial baik pria maupun wanita dapat melihat dan

menjadi tidak lagi tabu serta merasa aneh dengan kehidupan transgender.

6. Intropeksi Diri Mordelente di Media Sosial (Supplication)

Media sosial sudah menjadi sarana hampir setiap orang untuk

(14)

37 Vlogger. Tak jarang, netizen mencaci, bahkan memberikan makian

sehingga terkesan memberikan perundungan (bully) kepada Mordelente.

Melihat pengguna media sosial yang lebih masif, seorang Mordelente

berusaha untuk tetap bertahan dengan Channel Video Blogging nya.

Interopeksi yang dilakukan oleh Mordelente adalah dengan membuat

video #tanyateteh (teteh adalah panggilan orang Sunda untuk kakak

perempuan).

Sepertinya teteh harus membuat sesuatu yang bisa menjawab semua rasa penasaran mereka itu. Nah makanya sekarang di video kali ini teteh mau bikin video #tanyateteh. Nah kalian boleh tanya apapun tentang teteh.”

Mordelente menerima setiap masukan dan menjawab setiap

pertanyaan dari follower.nya. Hal ini dilakukan Mordelente sebagai

sarana interopeksi diri agar dalam memposting video dapat lebih

diterima oleh masyarakat.

“Raditya oke

#tanyateteh Nanyak dong, gimana cara ngadepin homo-homo yang sok normal yang suka nuduh orang lain homo-homo

Anzar kurniawan

#tanyateteh Teteh ada niatan buat nikah sama cewe gak kedepannya?

Ari Fauzi

#tanyateteh apa bener pas konflik sama miper itu settingan teh, hahaha, gpp tapi lucu.”

Ada sisi yang menarik bahwa tidak sedikit laki-laki pengguna

media sosial yang penasaran serta respect kepada Mordelente. Hal ini

menunjukkan bahwa pembawaan Mordelente sebagai seorang

transgender tidak lagi dinilai buruk oleh para follower-nya. Pengguna

media sosial yang memiliki gender perempuan juga merasa bahwa Video

Blogging Mordelente lucu dan dapat menghibur disamping terdapat

(15)

38 5.3. Dramaturgi Mordelente Melalui Media Sosial

Dramaturgi Mordelente melalui media sosial dianalisis dengan

konteks dari perilaku Mordelente dalam mencapai tujuannya dan bukan

untuk mempelajari hasil dari perilakunya. Dramaturgi memahami bahwa

dalam interaksi antara Vlogger dan Netizen ada kesepakatan perilaku yang

disetujui yang dapat mengantarkan kepada tujuan akhir dari maksud

interaksi sosial tersebut. Bukti nyata bahwa terjadi permainan peran dalam

kehidupan Mordelente dapat dilihat pada panggung depan, tengah dan

panggung belakang. Mordelente secara tidak langsung menciptakan suatu

mekanisme tersendiri, dimana dengan permainan peran tersebut ia dapat

tampil sebagai sosok tertentu.

1. Panggung Depan Dramaturgi Mordelente (Front Stage)

Menurut Teori dari Erving Goffman (1959) dengan judul The

Presentation of Self in Everyday Life yang diterbitkan kembali oleh

Erlangga menyatakan bahwa panggung depan merujuk pada peristiwa

sosial yang menunjukan bahwa individu bergaya atau menampilkan

peran formalnya. Dalam penelitian dramaturgi ini, Mordelente

memainkan perannya melalui Video Blogging di hadapan para pengguna

media sosial. Secara umum panggung depan dramaturgi Mordelente

menggambarkan kepentingan untuk mewakili kehidupan kelompok

transgender dan gay (penyuka sesama jenis). Personal front mencakup

bahasa verbal dan bahasa tubuh aktor dalam panggung depan dramaturgi.

a. Cara Berbicara

Dari segi cara berbicara, Mordelente sangat percaya diri dalam

mengekspresikan pendapatnya. Mordelente memberikan penilaiannya

pada isu sosial menurut sudut pandang pribadinya bukan menurut

sudut pandang orang lain atau sudut pandang secara umum.

Mordelente tidak kesulitan mempertahankan cara berbicaranya

meskipun mendapatkan penilaian kontra dari pengguna media sosial.

Mordelente selalu berusaha mengeluarkan apapun yang dipikirkan

(16)

39

Dengan berbicara secara langsung, Mordelente terlihat selalu

terbuka sepenuhnya dan mengatakan hal yang terkadang tidak harus

dikatakan, dan di dalam video blog sering terdapat batasan dan sisi

negatif yang mengiringi.

b. Pengucapan Istilah

Salah satu strategi agar para viewer tidak merasa bosan dalam

menonton video blogging adalah dengan adanya variasi hal-hal yang

baru dan tidak umum (anti mainstream). Dalam mengungkapkan

ekspresi terkejut dan kesal pada keadaan tertentu, Mordelente

menggunakan istilah kata-kata yang kurang sopan, meskipun kata-kata

tersebut adalah kata-kata yang biasa digunakan dalam kehidupan

sehari-hari:

J*nc*k, k*n*l kowe, *su, bi*ch.

Kalian berdua jangan meladeni sampah seperti dia. Ayo masuk.

J*nc*k, tak p*tal kowe, Ayo thinkerbell *su, bi*ch, *su anj**g.”

(kata-kata yang sering diucapkan Mordelente dalam video unggahannya)

Video Blogging adalah salah satu media yang tidak terlalu

terkena imbas dari penerimaan sensor penyiaran. Mordelente

menggunakan istilah-istilah dengan kata-kata yang tidak lazim

semata-mata hanya untuk mendalami kararakter yang sedang

dimainkannya disamping menghibur para viewer.

c. Intonasi

Intonasi adalah tinggi rendahnya nada pada kalimat dengan

(17)

40 menggunakan intonasi dengan penekanan nada tinggi dalam

mengucapkan kalimat-kalimatnya. Dalam serial drama yang

dibawakan, Mordelente secara fasih dapat mengucapkan kalimat

dengan nada suara bervariasi (naik - turun) dalam tempo yang cepat

dan berubah-ubah.

d. Gerak Tubuh

Gerak tubuh adalah salah satu bagian terpenting dalam

kegiatan video blogging. Gerak tubuh dapat mencerminkan

kepribadian dan menunjukkan kecakapan terhadap hal-hal tertentu.

Beberapa karakteristik gerak tubuh Mordelente adalah menyilangkan

kaki dan tangan, jarang tersenyum dan tertawa, sering terburu-buru

dan dapat menunjukkan bahwa gerakan-gerakan tubuhnya tidak

terbebani dengan tema Vlog yang dibawakan.

Gambar 5.3.1

Gerak Tubuh Mordelente via Video Blogging

(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=eWvLx9d2dxw Diakses, 2 September 2017; 08:13)

Mordelente terlihat sangat energik dalam setiap drama Vlog

yang dibawakan. Sebagai sutradara sekaligus aktor dan menyediakan

(18)

41 dengan baik. Secara gerak tubuh, Mordelente tidak kaku dan dapat

mengatur posisi yang baik di depan kamera.

e. Ekspresi Wajah

Ekspresi wajah adalah hasil dari kombinasi gerakan otot-otot

pada wajah. Ekspresi wajah merupakan salah satu bentuk komunikasi

nonverbal, dan dapat menyampaikan keadaan emosi dari seseorang

kepada orang yang mengamatinya. Dalam video blogging, ekspresi

wajah merupakan salah satu cara penting dalam menyampaikan pesan

sosial dalam kehidupan Mordelente.

Gambar 5.3.2

Ekspresi Wajah via Vlog Mordelente

(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=4lZbjcYR6S8 Diakses 2 September 2017;

08:23)

Mordelente secara sengaja mengolah ekspresi wajah dengan

menyesuikan perasaan terhadap tema-tema vlog yang dipublikasikan.

Secara umum, sangat sulit untuk menyembunyikan perasaan atau

emosi tertentu melalui ekspresi wajah, namun Mordelente sangat baik

memerankan aktor satu dan aktor lainnya dalam video blogging yang

(19)

42 f. Kostum

Kostum merujuk pada suatu gaya pakaian tertentu yang

dikenakan untuk menampilkan Mordelente dari karakter satu ke

karakter yang lainnya. Secara umum kostum yang digunakan

Mordelente merujuk pada gaya pakaian sehari-hari.

Gambar 5.3.3

Personal Costume via Mordelente

(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=uJatM2qDo-4 Diakses 2 September 2017; 08:31)

Kostum yang digunakan oleh Mordelente menampilkan sisi

kreativitas dalam mengkombinasikan artistik panggung depant (front

stage). Kostum yang digunakan Mordelente dalam setiap tema Vlog

yang dibawakan telah dapat menghidupkan suasana cerita. Mordelente

juga tidak sungkan menggunakan kostum-kostum yang vulgar dan

tidak wajar.

g. Kesesuaian Tema

Secara umum Mordelente dapat menyesuaiakan antara

(20)

43 dibawakan. Dalam durasi rata-rata lima menit Mordelente dapat

dengan maksimal menyampaiakan pesannya kepada viewer.

Kekurangan yang ada dalam setiap artistik video blog Mordelente

beberapa dikarenakan tidak adanya crew yang turut serta, hampir

semua Vlog Mordelente dirancang dan diambil gambar secara sendiri

oleh Rega.

Analisis Front Pribadi (Personal Front) Mordelente dalam

dramaturginya dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut:

Tabel 5.2

Matriks Personal Front Mordelente

No. Aspek

Hasil

Positif Negatif

1. Cara berbicara Langsung merujuk ke tujuan

Menggunakan bahasa-bahasa yang tabu dan kurang lazim

2. Pengucapan istilah Bahasa Indonesia, daerah, Jawa, Sunda

Belum fasih

menggunakan istilah bahasa asing

3. Intonasi Jelas Terkesan angkuh dan

sombong

4. Gerak tubuh Fleksibel tergantung tema Mayoritas kewanita-wanitaan

5. Ekspresi wajah Dapat menyesuaikan tema Transgender

6. Kostum Sesuai dengan topik Vlog Jarang menggunakan kostum pria

7. Kesesuaian

dengan tema Baik

Sering mengangkat tema tentang sensualitas

Meskipun mayoritas front pribadi Mordelente sekilas

cenderung negatif, namun dari sisi efektivitas komunikasi,

pesan-pesan yang disampaikan mudah dipahami, langsung (direct) ke tujuan

(21)

44 Hasil dari panggung depan dapat dilihat langsung oleh pengguna

media sosial melalui kiriman video blogging mordelente dengan

tema-tema yang beragam.

2. Panggung Tengah Dramaturgi Mordelente (Middle Stage)

Panggung tengah merupakan area transisi panggung belakang dan

panggung depan, aktor dramaturgi dalam panggung ini, akan melakukan

sebuah persiapan yang dapat mendukung penampilannya ketika berada di

panggung depan, yaitu seperti mempersiapkan make-up, pakaian,

aksesoris yang akan dipergunakan ketika berada di panggung depan.

Gambar 5.3.4

Persiapan Kostum Mordelente (Sumber: Arsip Pribadi, 31 Agustus 2017)

Pakaian kostum yang digunakan Mordelente divariasikan sesuai

dengan kebutuhan tema video blogging. Setting front pribadi Mordelente

hanya menggunakan alat-alat sederhana dalam membuat Video Blogging.

Mordelente berdasarkan observasi, memperlihatkan secara langsung

(22)

45 alat-alat seadanya, seperti peralatan rumah tangga, smartphone dan

kombinasi pakaian yang tepat

Gambar 5.3.5

Persiapan Make Up Mordelente (Sumber: Arsip Pribadi, 31 Agustus 2017)

Tata rias wajah yang digunakan Mordelente dapat mengubah

penampilan aslinya dengan bantuan alat-alat kosmetik. Mordelente biasa

mengubah bentuk wajah dari laki-laki menjadi kesan perempuan.

Berdasarkan observasi middle stage oleh peneliti, Mordelente selalu

berusaha menyempurkan penampilan wajah dengan kesesuaian kostum

serta berupaya menggambarkan karakter tokoh dan menambah aspek

dramatik.

Dengan hanya menggunakan setting front pribadi yang apa

adanya Mordelente mampu menghasilkan Video Blogging dengan

kualitas yang dapat bersaing. Kekurangan yang ada dalam setting tempat

disiasati dengan pemberian konten yang menarik sehingga para pengguna

(23)

46 3. Panggung Belakang Dramaturgi Mordelente (Back Stage)

Mordelente adalah seorang yang introvert, Panggung belakang

seorang Mordelente adalah sosok yang penyendiri dari keramian dunia

nyata. Namun Mordelente bukanlah seorang yang pemalu, Mordelente

sangat antusias memperhatikan dan menganalisis keadaan-keadaan yang

terjadi di lingkungan sosialnya, juga mengangkat hal-hal tabu yang

selama ini ada di masyarakat dan anak muda.

Gambar 5.3.6

Mordelente Back Stage (Offline) (Sumber: Arsip Pribadi, 31 Agustus 2017)

Beruntung sih diperlakukan beda seperti itu, aku jadi merasa aku itu kuat gitu menghadapi ejekan-ejekan dari luar karena aku mikirnya jangankan ejekan dari luar dari keluarga gue sendiri aja udah sering gue menghadapinya gitu.” – wawancara 7 Juli di Apartemen Pribadi Serpong Tangerang

Panggung belakang sering disebut juga dengan the self, yaitu

semua kegiatan yang tersembunyi untuk melengkapi keberhasilan akting

atau penampilan diri yang ada pada panggung depan (front). Konsep The

Self pertama kali dipublikasikan oleh George Herbert Mead (1934) pada

(24)

47 berhubungan erat dengan teori The Presentation of Self in Everyday Life

dari Erving Goffman.

Gambar 5.3.7

Back Stage Mordelente dalam Memproduksi Video Blogging secara Monolog (Sumber: Arsip Pribadi, 31 Agustus 2017)

Panggung belakang merujuk kepada tempat dan peristiwa yang

yang memungkinkan Mordelente mempersiapkan perannya di panggung

depan. Panggung belakang ibarat panggung sandiwara bagian belakang

(back stage) atau kamar rias tempat Mordelente mempersiapkan diri, atau

berlatih untuk memainkan perannya di panggung depan. Mordelente

(25)

48 Gambar 5.3.8

Mordelente tanpa Artistik (Sumber: Arsip Pribadi, 31 Agustus 2017)

5.4. Refleksi Hasil Penelitian

Refleksi hasil penelitian merupakan sintesis dari analisis tujuan

penelitian yang telah dipaparkan peneliti pada bab ini. Peneliti terlebih

dahulu menganalisis aspek-aspek indikator strategi presentasi diri

Mordelente yaitu self promotion, ingratiation, competence, intimidation,

exemplification dan supplication, keseluruhan aspek dan indikator tersebut

didasarkan pada studi kasus melalui channel YouTube. Setelah didapatkan

hasil dari presentasi diri peneliti, melihat dan mengkorelasikan dengan teori

dramaturgi yaitu dari sisi panggung depan, panggung tengah dan panggung

belakang. Secara keseluruhan meskipun memiliki kesan negatif namun Vlog

Mordelente mendapat apresiasi positif dari para pengguna media sosial:

Gambar 5.3.9

Grafik Perbandingan Lovers Haters Mordelente Periode Juli 2017

Dari perkembangan teknologi dan kecerdasan analisis pengguna

media sosial kini yang memilih konten negatif dan positif bukan hanya dari

tampilan luar namun dari sisi kualitas pesan yang disampaikan. Mordelente

(26)

49 Indonesia yang berani menampilkan sisi nyata dari isu sosial yang dianggap

tabu di masyarakat.

Rega memberikan pesan bahwa isu sosial dimasyarakat seperti

homoseksual, Pekerja Seks Komersial (PSK), dan sensualitas pada media

sosial adalah nyata adanya dan wajar untuk diterima, meskipun masyarakat

Indonesia masih menganggapnya tabu dan negatif. Berdasarkan konsep

panggung depan (front stage) Erving Goffman, dan berdasarkan hasil

empiris yang telah dilakukan peneliti ternyata saling berlawanan. Rega

sebagai Mordelente menampilkan sosok dirinya yang sesungguhnya saat

ada dipanggung depan. Rega merasa nyaman saat menjadi Mordelente yang

apa adanya dan terbuka. Berbanding terbalik dengan saat menjadi Rega di

kehidupan aslinya yang tertutup terhadap orang lain. Rega menekankan

konsep presentasi diri dimana ia menciptakan kesan yang baik di

masyarakat sebagai pria normal dan tidak ingin diketahui sisi lainnya

sebagai Mordelente.

Dramaturgi Erving Goffman menganggap bahwa seseorang menjadi

dirinya sendiri saat berada di panggung belakang (back), namun konsep ini

dianggap kurang tepat apabila diterapkan pada studi kasus vlog Mordelente.

Rega justru merasa nyaman menjadi dirinya sendiri ketika ia menjadi sosok

Mordelente di media sosial.

Bentuk pengakuan pengguna media sosial terhadap sosok

Mordelente pada akun Youtube Mordelente Itil memberikan Rega ruang

seluas-luasnya untuk terus berkreativitas membuat konten video

Mordelente.

Bagi peneliti dramaturgi memiliki hubungan dengan konsep ilmu

komunikasi terutama jika dikaitkan pada jejaring media sosial, bagaimana

seorang komunikator berusaha mengemas pesan secara menarik, hal itu pula

yang dilakukan Rega sebagai Mordelente, ia mengemas pesan dalam

bentuk video di akun Youtube miliknya. Cara rega mengemas pesan dalam

format parodi dimana ia menjadi aktor Mordelente yang cantik dengan

(27)

50 sesungguhnya, yang adalah seorang laki-laki. Peranan Rega sebagai

Mordelente memperlihatkan ia menjadi sesosok yang lebih percaya diri

dengan tampil apa adanya sebagai pria feminim. Hal ini menggambarkan

bahwa ketika seseorang tampil di media sosial jauh lebih percaya diri dan

(28)

51 Tabel 5.3

Matriks Analisis Presentasi Diri Mordelente Melalui Pendekatan Dramaturgi pada Studi Kasus Channel YouTube

No. Presentasi Diri Hasil

Dramaturgi

Front Middle Behind

1. Self Promotion Adaptasi teknologi

menggambarkan 2. Ingratiation Direct

communication

3. Competence Pemilihan tema

4. Intimidation

5. Exemplification Menggambarkan isu sosial

6. Supplication

(29)

52 Ketika di sosial media seseorang belum tentu menjadi dirinya

sendiri, terutama jika hal itu digunakan untuk meraih kepopuleran. Di

panggung depan sosial media, orang menyamarkan identitasnya dan dapat

berubah 1800. Dalam teori dramaturgi Erving Goffman (1959), kehidupan

sosial adalah serangkaian pertunjukan drama dan pentas yang mungkin tidak

selalu sama dengan kenyataan asli. Fiksi Mordelente melalui Video

Blogging (Vlog) dengan memainkan tokoh dan karakter-karakter tertentu

merubah identitas aslinya.

Media sosial kini telah menjadi ajang eksistensi diri di berbagai latar

belakang kehidupan, termasuk transgender seperti Rega. Rega membuat

berbagai karya Vlog dari apartemen pribadinya, menyusun sedemikian rupa

dengan persiapan tertentu. Kalangan remaja merupakan pengguna terbesar

media sosial, sehingga kemampuan Mordelente dalam mensiasati berbagai

publikasi Vlog sangat berperan penting dalam mendidik viewer. Penemuan

dari hasil analisis konten pada penelitian ini berbeda dengan apa yang

dihasilkan oleh Anasari (2015) yang mengambil studi kasus media sosial

Twitter. Media sosial twitter digunakan sering digunakan sebagai media

sharing pendapat dengan topik yang up to date dan resmi. Sementara di sisi

lain media YouTube dirancang lebih khusus sebagai sarana Video Blogger

Gambar

Gambar 5.1.1
Gambar 5.1.2
Gambar 5.1.3
Gambar 5.1.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pernyataan tersebut adalah adanya strategi yang telah diimplementasikan oleh seorang guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Hasil uji korelasi dapat dilihat Pada Tabel 5 dijelaskan bahwa ketiga karakteristik individu dari hasil uji kuantitatif tersebut menunjukkan bahwa hipotesis

Kajian ini adalah berasaskan dua buah naskhah yang lahir dari tradisi istana Perak iaitu Susunan Yang Pertama Adat Lembaga Orang-Orang Melayu di Dalam Negeri Perak Darul

Penulis mengucapkan syukur alhamdulillah karena dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul, “Optimasi Hidrolisis Dengan NaOH pada Hasil Pretreatment

Adapun saran yang dapat diberikan adalah masyarakat khususnya penjual daging babi dapat menggunakan infusa daun kelor konsentrasi 15% sebagai preservatif (pengawet)

Nilai koefisien regresi store layout sebesar 0,304 artinya store layout mempunyai pengaruh yang positif terhadap loyalitas pelanggan pada Kopi Progo karena

Uji banding antar laboratorium adalah pengelolaan, unjuk kerja dan evaluasi pengujian atas bahan yang sama atau serupa oleh dua atau lebih laboratorium yang berbeda sesuai

Namun demikian, mineral- mineral lempung di alam tidak selalu dalam keadaan murni, sering didampingi dengan zat pengotor ( impurities ), sehingga hal ini menjadi suatu kerugian