• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian - Distorsi Komunikasi Komunitas Film Sumatera Utara (Kofi Sumut) (Studi Deskriptif Kualitatif Gangguan Komunikasi Organisasi Pada Komunitas Film Sumatera Utara Selama Produksi Sampai Dengan Pemutaran Perdana Film

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian - Distorsi Komunikasi Komunitas Film Sumatera Utara (Kofi Sumut) (Studi Deskriptif Kualitatif Gangguan Komunikasi Organisasi Pada Komunitas Film Sumatera Utara Selama Produksi Sampai Dengan Pemutaran Perdana Film"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

23

Universitas Sumatera Utara BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Kajian

Riset adalah sebuah kegiatan menggambarkan sebuah objek. Menggambarkan sebuah objek terkadang menyulitkan. Becker mendefinisikan perspektif sebagai seperangkat gagasan yang melukiskan karakter situasi yang memungkinkan pengambilan tindakan, suatu spesifikasi jenis-jenis tindakan yang secara layak dan masuk akal dilakukan orang, standar nilai yang memungkinkan orang dapat dinilai (Mulyana, 2001: 5). Sedangkan Wimmer & Domininck dalam (Kriyantono, 2006: 48) menyebut pendekatan dengan paradigma, yaitu seperangkat teori, prosedur, dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti melihat dunia. Perspektif tercipta berdasarkan komunikasi antar anggota suatu kelompok selama seseorang menjadi bagian kelompok tersebut.

Menurut Mulyana, jenis perspektif atau pendekatan yang disampaikan oleh teoretisi bergantung pada bagaimana teoretisi itu memandang manusia yang menjadi objek kajian mereka. Adapun metodologi yang digunakan peneliti dalam pembahasannya adalah metode deskriptif kualitatif dengan paradigma konstruktivisme. Asumsi ontologis pada paradigma konstruktivisme menganggap realitas merupakan konstruksi sosial, kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Selain itu realita juga dianggap sebagai hasil konstruksi mental dari individu pelaku sosial, sehingga realitas dipahami secara beragam dan dipengaruhi oleh pengalaman, konteks dan waktu (Kriyantono, 2006: 51).

(2)

24

Universitas Sumatera Utara merekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan pelakusosial

yang diteliti.

2.1.1 Konstruktivisme

Menurut Matthews (1994) kontruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan menusia merupakan hasil kontruksi dari manusia itu sendiri (Suparno, 1997: 18). Realitas bagi konstruktivis tidak pernah terpisah dari pengamat. Kebenaran dalam pemikiran ini dipandang dalam kerangka kemampuan beroprasinya suatu konsep atau pengetahuan. Artinya sebuah pengetahuan dipandang benar apabila pengetahuan ini dapat digunakan untuk menghadapi berbagai fenomena atau persoalan yang terkait dengan pengetahuan tersebut.

Sebagai sebuah pemikiran, konstruktivis sudah dimulai sejak Giambatista Vico, seorang epistemology Itali pada tahun 1710. Vico mengungkapkan bahwa “mengetahui” berarti mengetahui bagaimana mengkontruksi sesuatu. Bagi Vico, pengetahuan akan memacu pada struktur konsep yang dibentuk. Pengetahuan juga tak dapat dipisahkan dari subjek yang memiliki pengetahuan itu (Suparno, 1997: 24). Suatu ilmu pengetahuan setelah mengalami proses yang cukup lama menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang lazim bagi manusia untuk dijadikan landasan dalam menjalani dalam kehidupan keseharian. Sebelum dilazimkan oleh manusia, sebuah pengetahuan mengalami penyempurnaan akibat bertambahnya pengalaman baru manusia yang disebut proses reorganisasi ilmu pengetahuan yang berupa pendefinisian kembali, pemantapan konsen dan ilmu pengetahuan yang relatif baku.

(3)

25

Universitas Sumatera Utara mengadakan kontak dengan pengalaman. Apabila terjadi konflik antara ilmu

dengan pengalaman maka hal itu menyangkut sistem sebagai keseluruhan. Namun demikian ini tidak berarti bahwa seluruh sistem harus dihapus, biasanya cukup mempengaruhi terjemah dengan mengganti lambang-lambang tertentu. Quine melawan pendapat yang dogmatis dalam empirisme.

Kelompok kedua diberi nama “filsafat ilmu baru”. Para tokoh dalam kelompok ini diantaranya P.K Feyeabend, N.R Hansen, Thomas Kuhn, M. Polanyi, S. Toulmin. Kelompok ini melangkah lebih jauh lagi di mana sistem dan kenyataan empiris saling serap-menyerapi. Perkembangan ilmu terjadi melalui aturan di luar ilmu lebih berperan, seperti misalnya anggapan susila dan sosial. Kelompok ini menaruh perhatian besar terhadap upaya menyusun suatu teori ilmiah, sehingga heuristic juga diperhatikan. Setiap analisis ilmiah bertolak dari organisasi bahan yang mendahuluinya, bertitik tolak pada gambaran menyeluruh menentukan terbentuknya sistem ilmu. Kuhn berpendapat bahwa pembenaran suatu teori bergantung pada struktur menyeluruh yang baru (paradigma). Verifikasi dan falsifikasi bukanlah hal yang menentukan. Heuristik mulai memegang peranan penting bagi metode suatu ilmu, khususnya bagi pembaharuannya.

Kelompok ketiga yang menganut paham konstruktivisme disebut aliran “genetis”. Kelompok ini berpendapat bahwa terjadinya sistem, genesis sistem, merupakan bagian dari sifat khas sistem semacam itu. Proses terjadinya (genesis) dan hasilnya tidak dapat dipisahkan. Aliran ini dipengaruhi oleh pragmatisme dan instrumentalisme dari Charles S. Pierce dan J. Dewey. Titik pangkalnya dari anggapan Pierce dengan ajarannya tentang abduksi. Selain deduksi dan induksi, Pierce menyampaikan metode abduksi (http://ilmubagi.blogspot.com).

Terdapat dua cabang konstruktivisme psikologis, yaitu konstruktivisme psikologi personal yang dikembangkan Piaget dan konstruktivisme sosiokultural dari Vigotsky. Sementara konstruktivisme sosiologi berdiri sendiri. Berdasarkan pembedaan tersebut dapat dikelompokkan konstruktivisme psikologis personal, konstruktivisme sosiokultural, dan konstruktivisme sosiologis.

(4)

26

Universitas Sumatera Utara hubungan dialektik individu dengan masyarakat dalam membentuk pengetahuan.

Sementara itu, konstruktivisme sosiologis merupakan konstruktivisme yang tergolong personal sekaligus sosial. Dalam pandangan ini, realitas dikonstruksi dan ditentukan secara sosial (Suparno, 1997: 43).

Paradigma konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap paradigma positivis. Menurut paradigma konstruktivisme realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang yang biasa dilakukan oleh kaum positivis. Paradigma konstruktivisme yang ditelusuri dari pemikiran Weber, menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam karena manusia bertindak sebagai agen yang mengontruksi dalam realitas sosial mereka, baik melalui pemberian makna maupun pemahaman perilaku di kalangan mereka sendiri.

Paradigma konstruktivisme menolak pandangan positivisme yang memisahkan subjek dengan objek komunikasi. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan. Konstruktivisme justru menganggap subjek (komunikan/decoder) sebagai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosial (http://terinspirasikomunikasi.blogspot.com).

Paradigma konstruktivisme adalah dapat ditelusuri dari pemikiran Weber yang menjadi ciri khas bahwa prilaku manusia secara fundamental berbeda dengan prilaku alam. Manusia bertindak sebagai agen dalam bertindak mengkonstruksi realitas sosial. Cara konstruksi yang dilakukan kepada cara memahami atau memberikan makna terhadap prilaku mereka sendiri. Weber melihat bahwa individu yang memberikan pengaruh pada masyarakat dengan beberapa catatan, bahwa tindakan sosial individu berhubungan dengan rasionalitas. Tindakan sosial yang dimaksudkan oleh Weber berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain. Juga dapat berupa tindakan yang bersifat membatin, atau bersifat subjektif yang mengklaim terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu (http://www.scribd.com).

(5)

27

Universitas Sumatera Utara mengontruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman subjek yang akan diteliti.

Dalam suatu kelompok setiap individu pasti berinteraksi dan menjalin komunikasi dalam kelompok. Ada yang menjadi komunikator dan komunikan dalam pertukaran informasi, namun masing-masing individu menerima informasi tersebut dan mengkonstruksinya. Setiap individu mendapatkan pengetahuan dengan konstruksi pikirannya dan konstruksi dari individu lain serta lingkungan yang ada disekitarnya sehingga menciptakan suatu realitas sosial yang dibentuk oleh manusia itu sendiri.

2.2Kajian Pustaka

Sebelum melakukan penelitian, peneliti memerlukan kejelasan berpikir mengenai teori sebagai landasan atau dasar dari penelitian. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok - pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian yang akan diteliti. Berdasarkan alasan itu, maka peneliti melaksanakan penelitian menggunakan teori–teori yang relevan dengan topik permasalahan yaitu:

2.2.1 Komunikasi

Istilah komunikasi secara etimologis dalam bahasa latin yaitu communis yang artinya sama, sama yang dimaksud yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Selain itu komunikasi secara terminologis merujuk kepada adanya proses penyampaian suatu pernyataan antar manusia yang bersifat umum melalui simbol-simbol yang berarti, simbol-simbol yang dimaksud adalah verbal dan nonverbal.

(6)

28

Universitas Sumatera Utara berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirim dan

menafsirkan pesan. Setiap saat mereka bertukar pesan verbal dan nonverbal (Mulyana, 2005: 61-69). Tujuan dari komunikasi itu sendiri adalah mengubah sikap (to change the attitude), mengubah opini pendapat/ pandangan (to change the opinion), mengubah perilaku (to change the behaviour) dan mengubah

masyarakat (to change the society) (Fajar, 2009: 39).

Hal yang paling penting dalam tujuan komunikasi ini adalah bagaimana seorang komunikator dapat merubah sikap dari komunikan pada saat proses komunikasi berlangsung. Berlangsungnya proses komunikasi ini ditentukan oleh komunikator (who), komunikator memiliki fungsi utama sebagai pengirim pesan. Informasi apa (says what) yang ingin disampaikan, kemudian pesan tersebut akan dikonstruksikan sesuai yang diinginkan komunikator yang kemudian akan diteruskan melalui suatu saluran (medium) kepada penerima pesan (to whom). Setelah pesan diterima dan dipahami, penerima pesan akan memberikan efek terhadap pesan yang diterimanya kepada pengirim pesan. Komunikasi dapat dikatakan sukses apabila penerima informasi memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikan. Komunikasi yang baik dan benar perlu dihayati dan digunakan agar ide, gagasan, keinginan, harapan serta perintah yang dapat terealisasikan oleh satu individu dengan individu lain dapat dimengerti, dipahami, dihayati serta dilaksanakan demi kepentingan baik itu individu, kelompok atau organisasi.

2.2.2 Pengertian Organisasi

(7)

29

Universitas Sumatera Utara tersebut. Sifat tergantung antara satu bagian dengan bagian yang lain menandakan

bahwa organisasi yang dimaksud oleh Schein ini adalah suatu sistem.

Selanjutnya Kochler (dalam Muhammad, 2009: 23-24) mengatakan bahwa organisasi adalah sistem hubungan yang tersetruktur yang mengkoordinasi suaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Lain lagi dengan pendapat Wright (dalam Muhammad, 2009: 24) dia menyatakan bahwa organisasi adalah suatu sistem terbuka dari aktivitas yang dikoordinasi oleh dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Walaupun ketiga pendapat mengenai organisasi tersebut kelihatan berbeda-beda perumusannya tapi ada tiga hal yang sama-sama dikemukakan, yaitu: organisasi merupakan suatu sistem, mengkoordinasi aktivitas dan mencapai tujuan bersama atau tujuan umum. Dikatakan merupakan suatu sistem karena organisasi itu terdiri dari berbagai bagian yang saling bergantung satu sama lainnya. bila satu bagian terganggu maka akan ikut berpengaruh pada bagian yang lainnya. setiap organisasi memerlukan koordinasi supaya masing-masing bagian dari organisasi bekerja menurut semestinya dan tidak mengganggu bagian lainnya. tanpa koordinasi sulitlah organisasi itu berfungsi dengan baik. Selain itu organisasi juga memiliki aktivitasnya masing-masing sesuai dengan jenis organisasi (Muhammad, 2009: 24).

(8)

30

Universitas Sumatera Utara 2.2.3 Komunikasi Organisasi

Kata komunikasi berasal dari perkataan communication, dan perkataan ini berasal dari bahasa Latin Communis yang artinya sama, dalam arti kata sama makna mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung antar orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan secara jelas (Effendy, 1993: 30).

Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005: 54). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Berupa cara kerja organisasi, produktivitas dan berbagai kegiatan yang harus dilakukan dalam organisasi.

Komunikasi organisasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan, ide-ide atau sikap dalam suatu organisasi, seperti institusi pemerintahan, swasta maupun pendidikan. Proses penyebaran atau penyampaian pesan, ide-ide atau sikap ini terjadi antara pimpinan, pegawai dan teman sejawat yang juga dapat menggunakan media informasi. Adapun pembagian atau pertukaran pesan-pesan tersebut melalui proses dua arah agar makna pesan yang disampaikan dapat dan diterima dengan baik, sebagaimana yang dimaksudkan oleh pengirim pesan.

Menurut Redding dan Sanborn komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk di dalamnya antara lain: komunikasi downward, komunikasi upward, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama tingkatannya dalam organisasi. Keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan mengevaluasi program (Muhammad, 2009: 65).

(9)

31

Universitas Sumatera Utara Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada

peninjauannya yang terfokus kepada orang-orang yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi tersebut. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan.

Arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal. Masing-masing dari arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat tegas. Ronald Adler dan George Rodman dalam buku Understanding Human Communication mencoba menguraikan masing-masing fungsi dari kedua arus komunikasi dalam organisasi tersebut. Pertama adalah downward communication. Komunikasi ini berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah (dalam Sendjaja, 1994: 133-134):

1. Pemberian atau penyampaian instruksi kerja (job instruction).

2. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job rationale).

3. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices).

4. Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.

Sedangkan upward communication terjadi ketika bawahan mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:

1. Penyampaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan.

(10)

32

Universitas Sumatera Utara 3. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan.

4. Penyampaian keluhan dari bawahan mengenai dirinya sendiri maupun pekerjaannya.

Arus komunikasi berikutnya adalah horizontal communication. Tindakan komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horizontal ini adalah:

1. Memperbaiki koordinasi tugas. 2. Upaya pemecahan masalah. 3. Saling berbagi informasi. 4. Upaya memecahkan konflik.

5. Membina hubungan melalui kegiatan bersama.

Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri, begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi, organisasi dapat macet atau berantakan. Pengkajian mengenai peranan komunikasi dalam organisasi oleh para ahli semakin berkembang, karena pengaruh dari komunikasi dalam organisasi dipandang dapat meningkatkan sumber daya manusia dan produktivitas dalam organisasi dengan terciptanya hubungan antar individu dalam organisasi tersebut (Kholil, 2011: 86). Komunikasi yang efektif dalam organisasi dapat ditingkatkan dengan suatu pengetahuan mengenai dasar-dasar yang paling mendasar mengenai hubungan manusia.

2.2.4 Elemen Organisasi

(11)

33

Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1

Lingkungan (Environment)

Sumber: Model Elemen Organisasi Scott (dalam Muhammad, 2009: 25)

2.2.5 Peranan Komunikasi dalam Organisasi

Kalau orang-orang yang belum memiliki bahasa yang umum, mereka akan kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi dengan seseorang dan yang lainnya. Mereka tidak dapat melakukan kerja secara bersama. Organisasi disusun untuk melakukan tugas untuk mencapai tujuan. Dalam susunan ini para manajer, para bawahan, rekan-rekan setaraf, serta lingkungan eksternal perlu dihubungkan oleh proses-proses komunikasi yang teratur. Lebih lanjut untuk pencapai tujuan, organisasi meminta agar kepemimpinan agar digunakan, orang-orang mendorongnya, berbagai keputusan dibuat, usaha-usaha terkoordinasi serta pelaksanaan terkendali. Masing-masing dari fungsi ini melibatkan interaksi di antara setiap orang jadi dengan demikian mereka membutuhkan komunikasi. Walaupun keunggulannya demikian besar, komunikasi mempunyai beberapa pembatasan. Hal tersebut merupakan cara para manajer berfungsi dank arena itu seharusnya tidak dipandang sebagai dasar manajemen yang baik. Jika seorang manajer telah membuat rencana yang kurang baik, komunikasi yang baik tidak akan mengimbangi kekeliruan perencanaan. Semua manajer, memerlukan penempatan komunikasi dalam perspektif yang tepat sebagai proses yang penting, yang tidak mengganti tujuan manajemen yang baik melainkan memungkinkannya membawa tujuan-tujuan apa yang baik yang dapat mereka hasilkan (Hicks, 1975: 523-524).

Struktur Sosial

Partisipan

(12)

34

Universitas Sumatera Utara 2.2.5.1 Keektifan Komunikasi Organisasi

Sejumlah waktu yang besar yang disediakan dalam organisasi hanya untuk melakukan komunikasi, maka para anggota organisasi sebenarnya telah menjadi komunikator yang cakap. Sayangnya hal ini bukan keadaan yang perlu. Suatu organisasi mungkin menekankan latihan dan mengembangkan pengetahuan-pengetahuan pengelolaan yang lainnya, tetapi biasanya komunikasi akan selalu dianggap benar. Bahwa kelihatannya jika seorang individu dapat berbicara, membaca dan menulis organisasi menganggap bahwa ia dapat berkomunikasi. Akan tetapi komunikasi bukanlah hanya sekedar membaca, menulis dan berbicara melainkan pemindahan informasi dan pengertian dari seorang kepada yang lainnya.

Pengaruh komunikasi terhadap produktivitas organisasi telah ditegaskan oleh sejumlah penelitian. Misalnya, suatu penelitian terhadap 27 cabang dari suatu organisasi pengepakan dan pengiriman diadakan untuk menentukan mengapa cabang-cabang telah mengalami suatu variasi yang luas di bidang produktivitas. Untuk maksud ini, data komunikasi dikumpulkan oleh suatu survey terhadap 975 karyawan pada berbagai cabang perusahaan tersebut. Tatkala data produktivitas dan komunikasi dibandingkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi yang tinggi pada berbagai cabang korelasinya cenderung positif dengan keterbukaan jalur-jalur komunikasi diantara atasan dan bawahan (Hicks, 1975: 525-526).

2.2.5.2 Jaringan-Jaringan Komunikasi Dalam Organisasi

(13)

35

Universitas Sumatera Utara 2.2.6 Tujuan dan Fungsi Komunikasi Organisasi

Menurut Liliweri ada 3 tujuan utama dari komunikasi organisasi yang terdiri atas tindakan koordinasi, membagi informasi (information sharing) dan komunikasi bertujuan untuk menampilkan perasaan dan emosi. Secara garis besar ketiga tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, sebagai tindakan koordinasi komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mengkoordinasi sebagian atau keseluruhan tugas yang telah ditetapkan perunit dalam organisasi itu dan fungsi masing-masing yang melaksanakan aktivitas mereka tanpa keterkaitan satu sama lainnya (tanpa sinkronisasi dan harmonisasi). Organisasi tanpa koordinasi, organisasi tanpa komunikasi artinya organisasi itu menampilkan suatu aspek individual dan bukan menggambarkan aspek administrasi yang didalamnya terdapat kerjasama.

Kedua, membagi informasi (information sharing) salah satu tujuan komunikasi yang penting adalah menghubungkan seluruh aparatur organisasi dengan tujuan organisasi. Komunikasi mengarahkan manusia dan aktivitas mereka dalam organisasi. Sebuah informasi yang dipertukarkan mempunyai fungsi untuk membagi kemudian mengartikan informasi itu sendiri tentang tujuan organisasi, arah dari suatu tugas yang diberikan, bagaimana usaha untuk mencapai hasil dan pengambilan keputusan.

(14)

36

Universitas Sumatera Utara Menurut Sendjaja (1994: 136-137) dalam suatu organisasi yang

berorientasi komersial maupun sosial terdapat beberapa fungsi komunikasi dalam organisasi diantaranya adalah fungsi informatif, fungsi regulatif, fungsi persuasif dan fungsi integratif. Berikut akan dipaparkan masing-masing fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi informatif

Organisasi dipandang sebagai fungsi untuk menceritakan informasi yang terjadi terhadap orang yang terlibat didalam Organisasi. Dan dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi, yang artinya seluruh anggota dalam organisasi itu mampu mempertukarkan informasi mengenai pekerjaan, diantaranya informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial, asuransi kesehatan, izin cuti dan sebagainya.

2. Fungsi regulatif

Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Orang-orang didalamnya mempunyai gagasan, ide, pendapat, fakta serta menjual sikap organisasi yang mana sikap tentang sesuatu itu merupakan subjek layanan. Misalnya sikap bawahan untuk menjalankan ketetapan dari organisasi itu sendiri.

3. Fungsi persuasif

Fungsi persuasif ini berkaitan dengan kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai yang diharapkan. Pimpinan biasanya lebih suka mempersuasikan bawahannya dari pada memberi perintah, gunanya agar lebih meningkatkan kemampuan karyawan untuk mencapai tujuan bersama lebih besar dibandingkan jika pimpinan sering memperlihatkan kekuasan dan kewenangan. 4. Fungsi integratif

Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik (Sendjaja, 1994: 136-137).

Condrad (1985) menyatakan bahwa terdapat fungsi khusus dalam komunikasi organisasi yaitu :

1. Membuat para karyawan melibatkan dirinya ke dalam isu-isu organisasi lalu menerjemahkannya ke dalam tindakan tertentu di bawah sebuah “komando”. Ada dua tipe fungsi komando yang dimaksud yaitu pengarahan dan feedback.

(15)

37

Universitas Sumatera Utara Komunikasi organisasi memilih keputusan yang komplikatif dalam

organisasi (Liliweri, 2004: 68).

2.3Kegagalan Penggunaan Komunikasi

Dalam hal ini ada beberapa yang cenderung menyebabkan kegagalan dalam penggunaan komunikasi (Hicks, 1975: 541-542), yaitu:

1. Dogmatis

Kita telah memperhatikan bahwa pengertian seseorang untuk melekatkan persepsinya adalah ditentukan oleh apa yang diketahuinya. Meskipun seseorang itu selalu berusaha menambah pengetahuannya, memiliki berbagai pendapat, sikap dan kepercayaannya. Dengan kata lain seseorang menarik kesimpulan dan menentukan posisinya mengenai pokok masalah tertentu dalam lingkungannya. Ironisnya pada saat pendapat, sikap dan kepercayaan ini diwujudkan, hal-hal tersebut dapat menghambat seseorang dari penerimaan komunikasi yang akurat. Hal ini dikarenakan kita cenderung untuk tidak memperdulikan atau menolak dalam hal penerimaan informasi tambahan yang bertentangan dengan posisi kita yang pertama. Sebagai contoh, seorang manager yang telah membentuk dan mempromosikan dengan kuat secara seksama kedudukan pabriknya yang baru mungkin menolak untuk mempertimbangkan sekalipun saran-saran untuk mengadakan perubahan.

2. Stereotip

(16)

38

Universitas Sumatera Utara kebudayaan tersebut dengan cara apapun. Dalam salah satu peristiwa, peniruan ini

benar-benar mencampuri atau mengganggu komunikasi yang baik. 3. Pengaruh Lingkaran

Pengaruh lingkaran adalah akibat dari dua pemikiran yang bernilai. Dalam situasi ini, kita melihat sesuatu hanya sebagai bagian dari dua belahan yang baik dan yang buruk, salah atau benar, putih atau hitam dan selanjutknya. Jadi kalau kita mendengarkan seseorang yang kita kagumi dan kita percaya kita akan dipengaruhi atau cenderung menyetujui apa saja yang dikatakannya. Sebaliknya, kita secara langsung akan cenderung menolak atau tidak menyetujui dengan apa yang kita tidak sukai dari orang-orang tersebut. Bahayanya di sini yaitu pada umumnya situasi tidak sama terbagi dua dan karenannya, pemikiran yang demikian pada umumnya dapat menyederhanakan secara berlebih-lebihan situasi-situasi yang riil.

2.4 Distorsi Komunikasi Organisasi

Sering kali kita jumpai dalam suatu organisasi terjadi salah pengertian antara satu anggota dengan anggota yang lainnya atau antara atasan dengan bawahannya mengenai pesan yang mereka sampaikan dalam berkomunikasi. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal diantaranya berasal dari cara orang memproses pesan yang mereka kirimkan atau terima, dan dari fungsi sistem organisasi itu sendiri (Muhammad, 2009: 206).

(17)

39

Universitas Sumatera Utara dari lingkungannya dan mengubah energi ini menjadi produk atau jasa dari sistem

dan dan mengeluarkan produk atau jasa ini kepada lingkungan. (Muhammad, 2009: 65).

Komunikasi dalam organisasi tidak selamanya berjalan dengan mulus seperti yang diharapkan. Seringkali dijumpai dalam suatu organisasi terjadi salah pengertian antara satu anggota dengan anggota lainnya atau antara atasan dengan bawahannya mengenai pesan yang mereka sampaikan dalam berkomunikasi. Robbins (dalam Masmuh, 2010: 80-82) meringkaskan beberapa hambatan komunikasi sebagai berikut:

1) Penyaringan (filtering).

Hambatan ini merupakan komunikasi yang dimanipulasikan oleh si pengirim sehingga nampak lebih bersifat menyenangkan si penerima. Komunikasi semacam ini dapat berakibat buruk bagi organisasi, karena jika informasinya dijadikan dasar pengambilan keputusan, maka keputusan yang kelak akan dihasilkan berkualitas rendah.

2) Perspektif selektif.

Hambatan ini merupakan keadaan di mana penerima pesan di dalam proses komunikasi melihat dan mendengar atas dasar keperluan, motivasi, latar belakang pengalaman, dan ciri-ciri pribadi lainnya. Jadi, boleh jadi tidak sama dengan apa yang dilihat dan didengar oleh orang lain. Hal ini disebut juga adanya perbedaan persepsi sehingga dapat menjadi penghambat bagi komunikasi yang efektif.

3) Perasaan

Hambatan ini merupakan bagaimana perasaan penerima pada saat dia menerima pesan komunikasi akan mempengaruhi cara dia menginterpretasikan pesan. Pesan yang sama yang diterima oleh seseorang di saat sedang marah akan berbeda penafsirannya jika ia menerima pesan itu dalam keadaan normal.

4) Bahasa

(18)

40

Universitas Sumatera Utara secara nyata dapat mempengaruhi bahasa yang dipakai oleh seseorang, atau

definisi yang dilekatkan pada suatu kata.

2.4.1 Faktor Personal Yang Mempengaruhi Distorsi

Faktor persepsi memegang peranan penting dalam proses komunikasi maka perlulah diketahui apa yang dimaksud persepsi. Menurut Lewis bahwa persepsi adalah proses pengamatan, pemilihan, pengorganisasian stimulus yang sedang diamati dan membuat interpretasi mengenai pengamatan itu. Persepsi berkenaan dengan penerimaan dan penginterpretasian informasi.

Hal-hal yang berkenaan dengan persepsi yang ikut mempengaruhi proses komunikasi menurut Lewis (dalam Muhammad, 2009: 207-214) adalah sebagai berikut:

1. Orang Mengamati Sesuatu Secara Seleksi

Pancaindera secara fisik sangat terbatas sehingga hanya dapat merespon terhadap pendriaan yang demikian dapat melalui halangan-halangan yang biasa, atau melalui keterbatasan yang kelihatan sangat berhubungan dengan situasi kita dan konsistensi dengan pilihan dan perspektif personal. Ketepatan dan ketelitian dari informasi dibatasi oleh persepsi pilihan yang dibuat. Karena adanya kecendrungan manusia untuk menyeleksi pesan, menjadikan pesan yang seharusnya sampai kepada seseorang tidak diterimanya. Hal ini tentu juga terjadi dalam organisasi.

2. Orang Melihat Sesuatu Konsisten Dengan Apa Yang Mereka Percayai

(19)

41

Universitas Sumatera Utara 3. Bahasa Itu Sendiri Kadang-Kadang Kurang Tepat

Dalam komunikasi bahasa digunakan untuk menyampaikan persepsi. Melalui bahasa kita membuat persepsi secara umum sehingga orang lain mungkin mendapatkan beberapa ide tentang apa yang dimaksudkan. Di samping itu yang bukan bahasa juga penting seperti tanda-tanda nonverbal yang dapat dijadikan petunjuk dari apa yang dimaksud dalam berkomunikasi. Namun demikian kita tidak perlu mengurangi perhatian kita terhadap prinsip-prinsip dasar bahasa simbol kenapa tidak memberikan secara tepat kepada seseorang yang dimaksudkan.

4. Arti Suatu Pesan Terjadi Pada Level Isi Dan Hubungan

Suatu pesan berisi bahasa verbal dan nonverbal. Apa yang orang katakan dengan bagaimana orang bertingkah laku berkombinasi untuk mempertunjukan pesan yang dimaksudkan. Tiap pesan dapat dianalisis menurut tanda atau pesan dan menurut level relasi dan interpretasi.

Relasi atau interpretasi adalah level arti yang berkenaan bagaimana pesan itu di ambil apakah dalam keadaan serius, santai, tersenyum, menangis dan sebagainya. Kekurang tepatan, gangguan dan salah mengartikan pesan sering merupakan kegelapan mengenal informasi dan relasi serta membedakan dari isi dan interpretasi.

5. Distorsi Diperkuat Oleh Tidak Adanya konsistensi Bahasa Verbal Dan Nonverbal

(20)

42

Universitas Sumatera Utara 6. Pesan Yang Meragukan Sering Mengarahkan Pada Gangguan

Keraguan dapat dibatasi sebagai beberapa tingkat ketidakpastian berhubungan dengan informasi atau tindakan. Jika suatu pernyataan seseorang meragukan itu berarti bahwa kita tidak pasti apa yang dikatakan pada orang tersebut. Makin besar keraguan makin sulit pula pesan tersebut dipahami. Seseorang mungkin gagal memahami suatu pesan atau pendapat gangguan dalam mengartikannya karena tidak sanggup menentukan apa arti yang dimaksud oleh pengirim, mengapa pesan itu dikirimkan pada apa konsekuensi dari pemahaman pesan tersebut.

7. Kecenderungan Memori Ke arah Penajaman Dan Penyamarataan Detail

Halzman dan Gardner menemukan bahwa individu yang mempunyai pola memori penyamarataan, mempunyai lebih sedikit memori kejadian atau cerita yang cenderung memperlihatkan kehilangan dan memodifikasi keseluruhan struktur dari cerita, daripada orang yang mempunyai pola memori penajaman. Orang yang suka menyamaratakan kehilangan tema, kehilangan cerita secara menyeluruh dan memperhatikan penambahan pesan yang bersifat bagian-bagian daripada orang yang tajam memorinya.

8. Motivasi Mungkin Membangkitkan Distorsi Pesan

Haney mengemukakan ada tiga motif yang menimbulkan distorsi pada pesan yaitu:

a) Keinginan menyampaikan pesan dengan sederhana. Komunikasi informasi yang kompleks adalah sulit dan secara psikologis agak mengganggu individu.

b) Keinginan menyampaikan suatu pesan yang pantas. Bila seseorang menerima pesan yang kelihatannya kurang dapat dimengerti, orang tersebut ingin memperbaikinya pesan tersebut sebelum dia lanjutkan untuk mengirimnya.

(21)

43

Universitas Sumatera Utara d) Sikap dari penerima yang dimaksudkan. Ada bukti yang mendukung ide,

bahwa pencipta satu pesan akan cenderung mengganggu pesan, dalam pengarahan sikap yang diberikan mengenai siapa yang menerima pesan.

2.4.2 Faktor Organisasi Yang Mempengaruhi Distorsi

Ada beberapa hal dari lingkungan organisasi yang ikut memberikan kontribusi terhadap distorsi pesan dalam komunikasi (Muhammad, 2009: 214-220), di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Kedudukan atau Posisi dalam Organisasi

Kedudukan atau posisi dalam organisasi mempengaruhi cara berkomunikasi. Anggota-anggota fungsional organisasi yang menduduki posisi dengan tugas dan otoritas yang ditetapkan untuk itu akan mempunyai pandangan dan sistem nilai yang berbeda dengan orang lain yang mempunyai kedudukan yang berbeda. Dalam kenyataan dapat dilihat, bahwa orang yang bekerja dalam organisasi melihat pekerjaan mereka dengan cara berbeda dengan orang yang di luar organisasi. Tiap-tiap posisi dalam organisasi menuntut bahwa orang yang menduduki posisi itu harus mempersepsi dan berkomunikasi dari pandangan posisi.

2. Hierarki dalam Organisasi

Susunan posisi dalam bentuk hierarki menggambarkan bahwa ada orang yang menduduki posisi yang superior dan yang lainnya bawahan. Hierarki hubungan atasan bawahan ini mempengaruhi cara seseorang berkomunikasi. Di antara mereka terdapat perbedaan dalam persepsi status. Orang menduduki tempat yang lebih tinggi dalam hierarki, mempunyai kontrol yang lebih banyak dari pada orang yang ditempatkan pada bagian bawah. Informasi mungkin terganggu ke atas karena bawahan harus hati-hati untuk membicarakan sesuatu yang menarik bagi atasannya untuk didengarkan dan mendiskusikan hal-hal yang cenderung tidak mengurangi posisi mereka dalam organisasi dengan refleksi negatif dari kemampuan mereka dalam pembentukan keputusan dan kompetensi mereka. Bahkan di antara teman hubungan yang bersifat hierarki ini mempengaruhi cara-cara mereka mendiskusikan sesuatu.

3. Keterbatasan Berkomunikasi

Keterbatasan yang ditentukan oleh organisasi di mana seseorang boleh berkomunikasi dengan yang lain dan ketentuan siapa yang boleh membuat keputusan, mempengaruhi cara anggota organisasi berkomunikasi. Koordinasi aktivitas dan arus informasi dalam organisasi menghendaki beberapa perbuatan keputusan secara sentralisasi. Untuk menghindari anggota organisasi tidak begitu banyak berbeda-beda arah dan membuat keputusan yang mungkin bertentangan dengan tidak seimbangnya beban kerja, maka organisasi distruktur sehingga keputusan-keputusan dibuat oleh anggota yang teratas dari organisasi.

4. Hubungan yang Tidak Personal

(22)

44

Universitas Sumatera Utara personal ini mengarahkan kepada tekanan-tekanan yang bersifat emosional. Untuk

menyembunyikan atau memungkiri ekspresi emosional kepada orang lain orang mengembangkan cara-cara menyimpan ekspresi emosional tersebut. Organisasi bahkan mungkin menolak mempertimbangkan ide-ide yang menuju pada pembuktian pernyataan perasaan. Akibatnya lambat laun berkurang kehati-hatian pada perasaan pribadi yang lain dan tidak mampu memperkirakan secara tepat reaksi emosional yang lain. Akhirnya organisasi terdiri dari individu yang tidak dapat mengkomunikasikan perasaan mereka dan siapakah yang mengatur pemecahan masalah mereka ini?

5. Sistem Aturan dan Kebijaksanaan

Sistem aturan, kebijaksanaan, dan aturan-aturan yang berkenaan dengan pemikiran, perbuatan dan cara-cara orang berkomunikasi. Pemakaian aturan dan kebijaksanaan yang kaku mengarahkan ketidakmampuan membuat persetujuan dan mengarahkan pada hubungan yang tidak personal dan kurangnya komunikasi yang bersifat emosional. Aturan mengarahkan kepada pola komunikasi tradisional yang kaku dan rutin. Akibatnya komunikasi dalam organisasi berkurang terutama sekali komunikasi interpersonal. Informasi dan pesan mengalami distorsi karena terikat dengan aturan yang terlalu formal.

6. Spesialisasi Tugas

Spesialisasi tugas mempersempit persepsi seseorang dan mempengaruhi cara orang berkomunikasi. Meskipun spesialisasi telah memberikan sumbangan terhadap produktivitas nasional dan peningkatan efisiensi, tetapi dibalik itu juga merupakan sumber masalah komunikasi. Individu mengenali bidang keahlian mereka masing-masing dan gagal mengintegrasikan tugasnya dengan bagian yang lain. Akibatnya sering kali terjadi penundaan arus komunikasi atau mengelakkan penyampaian informasi dari orang ke orang lain. Akibat lain spesialisasi tugas adalah timbulnya sikap untuk pemilikan informasi. Spesialisasi juga mendorong terjadinya kompetisi dan konflik di antara sumber-sumber untuk melengkapi tujuan yang baru. Spesialisasi mungkin merupakan sumber distorsi pesan yang terjadi dalam organisasi.

7. Ketidakpedulian Pemimpin

(23)

45

Universitas Sumatera Utara 8. Prestise

Salah satu halangan yang mendasar dalam organisasi adalah berkenaan dengan prestise. Prestise tersebut merupakan penghalang bagi komunikasi yang efektif antara orang yang berbeda levelnya dalam sebuah organisasi. Prestise menjadikan hubungan komunikasi antara orang yang mempunyai prestise yang lebih tinggi dengan orang yang lebih rendah menjadi kurang lancar atau tidak bebas. Jika prestise dan ego terlibat dalam pesan yang dikirimkan masalah komunikasi menjadi bertambah berat dapat menimbulkan pertentangan dan percekokan. Percekokan ini akan menimbulkan gangguan dan kemacetan dalam organisasi. Meskipun hubungan prestise pada kenyataannya diberikan dalam organisasi namun iklim organisasi dapat dikembangkan sehingga pesan antara atasan dan bawahan tidak tetap bersaing. Masalah organisasi yang lain berkenaan dengan kurangnya pengetahuan tentang apa yang dilakukan dalam bagian-bagian organisasi.

9. Jaringan Komunikasi

Hambatan yang lain juga dapat disebabkan oleh karena banyaknya tingkatan atau mata rantai yang harus dilalui oleh suatu pesan dalam komunikasi. Pesan yang dikirim secara seri atau berantai banyak cenderung diubah oleh penerima sebelum dilanjutkan pengirimannya. Makin banyak mata rantai yang dilalu oleh pesan makin memungkinkan pesan tersebut akan salah diartikan. Pesan itu akan berubah detail-detailnya yang asli dibuang dan ditambahkan detail yang baru. Kecenderungannya penyampai pesan itu akan membuat interpretasi sendiri terhadap pesan tersebut.

2.4.3 Usaha-Usaha Mengurangi Hambatan Komunikasi Organisasi

Menurut Down (dalam Muhammad, 2009: 220-222), ada empat cara umum yang dapat dilakukan oleh anggota organisasi untuk menambah ketepatan mengkomunikasikan informasi dalam organisasi. Cara tersebut adalah sebagai berikut:

1) Menetapkan lebih dari satu saluran komunikasi. Bila seorang karyawan atau pimpinan merasa bahwa informasi yang dia terima mungkin mendapat gangguan maka salah satu cara menemukan gangguan maka salah satu cara untuk menemukan gangguan tersebut adalah mengkonfirmasikan pesan itu dengan berbagai sumber pesan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara berikut:

(24)

46

Universitas Sumatera Utara b) Menciptakan bidang tanggung jawab yang tumpang tindih di antara

karyawan sehingga adanya kompetisi dalam proses komunikasi. Tiap orang dalam bagian itu akan mengetahui apabila laporannya kurang tepat maka akan dibantah oleh karyawan lainnya.

2) Menciptakan prosedur untuk mengimbangi distorsi atau hambatan Seorang pemimpin hendaklah mengindentifikasi gangguan dengan teliti sehingga dia dapat mengenal mana informasi yang lebih dekat pada yang asli. Bila prosedur pengimbangan digunakan dalam organisasi, sebagaimana kecenderungan biasanya banyak efek faktor personal dan organisasi ini dapat dikurangi.

3) Menghilangkan pengantara antara pembuat keputusan dengan pemberi informasi. Cara ini dapat dilakukan dengan memelihara struktur organisasi yang mendatar atau dengan menggunakan bermacam-macam strategi langsung. Dengan mengurangi jumlah mata rantai jaringan komunikasi maka jumlah penyaringan dan distorsi komunikasi akan berkurang. Struktur organisasi yang datar menghendaki pengontrolan yang luas. Bawahan mempunyai tingkat kebijaksanaan yang lebih besar karena supervisor mempunyai waktu yang sedikit dengan tiap-tiap bawahan. Kecenderungan dalam struktur organisasi yang datar adalah kurangnya distorsi dalam komunikasi vertikal karena kurangnya jumlah tingkat yang dilalui oleh suatu pesan.

4) Mengembangkan pembuktian gangguan pesan. Satu cara untuk mengurangi hambatan adalah menciptakan sistem pesan yang tidak boleh mengubah arti pesan selama dalam pengiriman. Untuk membuktikan tidak ada distorsi, suatu pesan, suatu pesan harus dapat dikirimkan tanpa penyingkatan atau perluasan di antara sumber dan tujuan si penerima.

2.5 Iklim Komunikasi Organisasi

(25)

47

Universitas Sumatera Utara kondisi psiko-sosial yang melingkupi suatu organisasi atau perusahaan, yang

dapat dipersepsikan oleh anggota organisasi atau karyawan suatu perusahaan. Iklim dalam suatu organisasi atau perusahaan tidak dapat dilihat tetapi dapat dirasakan oleh seluruh anggota yang terlibat di dalamnya dan hal ini mempengaruhi perilaku anggota organisasi.

Wayne Pace mendefinisikan iklim komunikasi “the communication climate is a composite of human behaviors, perceptions of events, responses of

employees to one another, expectations, interpersonal conflicts, and opportunities

for growth in organization” (Pace, 1983: 124). Yang berarti iklim komunikasi

adalah gabungan dari perilaku manusia, persepsi terhadap peristiwa, tanggapan dari satu individu terhadap individu lainnya, harapan, konflik interpersonal dan peluang untuk berkembang dalam organisasi. Iklim komunikasi merupakan hal yang perlu menjadi perhatian seorang pimpinan (tataran manajemen) organisasi karena faktor tersebut banyak sedikitnya ikut mempengaruhi kepada tingkah laku yang pada pengertian kali ini berupa anggota Kofi Sumut. Untuk dapat menciptakan iklim komunikasi yang baik perlu memahami hal tersebut serta keadaan anggotanya.

Iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan (kerja) yang terdapat dalam organisasi untuk menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai mereka dan memberi mereka kebebasan dalam mengambil resiko, mendorong mereka dan memberi mereka tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas mereka, menyediakan informasi yang terbuka dan cukup tentang organisasi, mendengarkan dengan penuh perhatian serta memperoleh informasi yang dapat dipercayai dan terus terang dari anggota organisasi, secara aktif memberi penyuluhan kepada para anggota organisasi sehingga mereka dapat melihat bahwa keterlibatan mereka penting bagi keputusan-keputusan dalam organisasi dan menaruh perhatian pada pekerjaan yang bermutu tinggi dan memberi tantangan (Pace dan Favles, 2005:154).

(26)

48

Universitas Sumatera Utara sebagaimana pengaruh daripada pengalaman kepada orang-orang dalam situasi

tertentu berinteraksi dengan orang lain. Berlangsungnya komunikasi interpersonal yang baik dalam suatu organisasi akan menciptakan hubungan atau iklim yang baik pula dalam pencapaian tujuan organisasi.

2.5.1 Iklim Organisasi

Konsep mengenai iklim organisasi telah terdapat perhatian kira-kira 40 tahun yang lalu tetapi hingga sekarang belum ada kesepakatan para ahli tentang itu. Telah banyak usaha yang telah dilakukan untuk memisahkan, menerangkan, dan menentukan tempat konsepsi ini dalam tori organisasi. Payne dan Pugh mendefinisikan iklim organisasi sebagai konsep yang merefleksikan ini dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan anggota terhadap suatu sistem sosial. Selanjutnya Litwin dan Stringers memberikan dimensi iklim organisasi sebagai berikut:

1. Rasa tanggung jawab.

2. Standar atau harapan tentang kualitas pekerjaan. 3. Ganjaran atau penghargaan.

4. Rasa persaudaraan. 5. Semangat tim.

Mereka mengatakan bahwa iklim organisasi dapat dipelajari dengan mengobservasi jumlah otonomi secara individual, kebebasan yang dialami oleh individu, tingkat dan kejelasan struktur dan posisi yang dibebankan kepeda anggota, orientasi ganjaran dari organisasi dan banyaknya sokongan serta kehangatan yang diberikan kepada anggota (Muhammad, 2009: 83).

2.5.2 Iklim Komunikasi

(27)

49

Universitas Sumatera Utara 1. Supportiveness, atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi mereka

dengan atasan membantu mereka membangun dan menjaga perasaan diri berharga dan penting.

2. Partisipasi membuat keputusan.

3. Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia. 4. Keterbukaan dan keterusterangan

5. Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi.

Iklim komunikasi mencakup bagaimana kepuasan organisasi terhadap informasi yang tersedia. Kepuasan dalam pengertian ini menunjukan bagaimana baiknya informasi yang tersedia memenuhi persyaratan permintaan anggota organisasi dari siapa datangnya, bagaimana penyebarluasannya, penerimaan, diproses dan apa respon orang yang menerima. Iklim komunikasi jelas dipengaruhi oleh persepsi individu dalam organisasi yang dapat memuaskan tuntutan pribadinya.

Redding mengungkapkan bahwa, iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi untuk menunjukan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai mereka, menyediakan informasi yang terbuka dan cukup mengenai organisasi, mendengarkan dengan penuh perhatian serta memperoleh informasi yang dapat dipercaya dan terus terang dari anggota organisasi dan memberi penyuluhan kepada para anggota organisasi sehingga mereka dapat melihat bahwa keterlibatan mereka penting bagi keputusan-keputusan dalam organisasi (Mulyana, 2005: 154 ).

Dapat disederhanakan bahwa iklim komunikasi organisasi adalah persepsi mengenai seberapa jauh anggota organisasi merasa bahwa organisasi dapat dipercaya, mendukung, terbuka terhadap, menaruh perhatian kepada, dan secara aktif meminta pendapat mereka, serta memberi penghargaan atas standar kinerja yang baik.

(28)

50

Universitas Sumatera Utara 1. Dukungan. Karyawan memandang hubungan komunikasi dengan atasan dapat

membangun dan meningkatkan kesadaran diri tentang “makna dan kepentingan perannya”.

2. Kesertaan dalam proses keputusan. Kesadaran bahwa komunikasi dengan atasan mempunyai manfaat dan pengaruh didengarkan dan digunakan.

3. Kejujuran, percaya diri dan keandalan. Sumber pesan/peristiwa-peristiwa komunikasi dianggap dapat dipercaya.

4. Terbuka dan tulus. Dalam komunikasi formal maupun informal terdapat keterbukaan dan ketulusan dalam berkata dan mendengar.

5. Tujuan kinerja yang tinggi. Tingkat kejelasan uraian dan penjelasan tentang tujuan-tujuan kinerja sebagaimana dirasakan oleh para karyawan.

2.5.3 Persepsi dan Konsep Dasar Komunikasi organisasi

Beberapa persepsi mengenai komunikasi organisasi sebagai dasar untuk memahami apa yang dimaksud dengan komunikasi organisasi, kemudian definisi dan konsep kunci dan komunikasi organisasi serta beberapa pendekatan dalam komunikasi organisasi (Muhammad, 2009: 65), yaitu:

1. Persepsi mengenai sumber komunikasi dari hubungannya dalam organisasi yang meliputi rasa puas, pentingnya sumber-sumber itu percaya dan terbuka. 2. Persepsi mengenai tersedianya informasi bagi anggota organisasi yang meliputi jumlah informasi yang diterima cocok atau tidak. Informasi itu berguna atau tidak dan apakah balikan informasi itu dikirimkan kepada sumber yang tepat.

3. Persepsi mengenai organisasi itu sendiri yang meliputi keterlibatan anggota organisasi dalam pembuatan keputusan, tujuan yang dipahami, penghargaan serta sistem yang terbuka.

2.5.4 Perbaikan Komunikasi Organisasi

(29)

51

Universitas Sumatera Utara komunikasi yang merupakan suatu tingkatan yang besar. Dengan adanya

kesadaran pada proses komunikasi dan cara-cara dalam hal itu dapat diubah, kita dapat menggunakan alasan untuk mengurangi penyimpangan tersebut.

Dasar komunikasi yang fundamental seharusnya dikenali sehingga dengan demikian kita dapat merealisasi komunikasi tersebut dengan tidak secara sepenuhnya dan karena itu kita dibatasi oleh kecakapan yang kita miliki untuk merasakan dan menghubungkan tentang kenyataan. Mengenali hal ini akan menjadikan kita sensitif pada pembatasan kita sendiri dan pada batasan orang lain. Mengenali penyebab atau alasan dari kagagalan komunikasi akan memungkinkan kita untuk mengusahakan dan mengatasi kelemahan-kelemahan ini dalam diri kita sendiri. Selanjutnya, kita dapat mengetahui secara lebih dahulu tindak yang demikian pada sebahagian yang lain, dan dengan demikian mengusahakan untuk mengatasi berbagai hambatan pada saat melakukan hubungan (Hicks, 1975: 543).

2.6 Model Teoritis

Suatu organisasi pasti melakukan interaksi dan komunikasi didalamnya agar hubungan dalam organisasi itu berjalan dengan baik. Komunikasi merupakan bagian dari proses perkembangan tidak mampu berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Menurut Schein, organisasi merupakan suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab (Muhammad, 2009: 23).

Pengaruh sosial ini berusaha untuk meningkatkan kapasitas ketika menjadi bagian dalam organisasi. Interaksi dan komunikasi dalam organisasi tidak selalu berjalan mulus melainkan melalui hambatan-hambatan. Hambatan ini merupakan distorsi yang mengganggu tujuan dari sebuah organisasi yang sedang dicapai.

(30)

52

Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2

Model Teoritis

Sumber: Peneliti

1) Paradigma Konstruktivisme

Paradigma yang digunakan pada penelitian ini untuk melihat bagaimana konstruksi organisasi Kofi Sumut.

2) Komunikasi Organisasi

Subjek Penelitian atau sumber yang akan diwawancarai oleh peneliti untuk mengetahui komunikasi dalam organisasi Kofi Sumut.

3) Distorsi Komunikasi Organisasi

Distorsi komunikasi yang dialami oleh Kofi Sumut dalam kegiatan komunikasi organisasi.

4) Iklim Komunikasi Organisasi

Pada Komunikasi organisasi akan dilihat bagaimana membangun iklim komunikasi organisasi dalam organisasi Kofi Sumut.

Paradigma Konstruktivisme

Iklim Komunikasi Organisasi

Organisasi Kofi Sumut

Distorsi Komuniasi Organisasi

Gambar

Gambar 2.1 Lingkungan (Environment)
Gambar 2.2 Model Teoritis

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Pengaruh Kompetensi, Obyektivitas dan Pengalaman Kerja terhadap Efektivitas Audit Internal dengan Etika Auditor

4.2 The Mood structure contribution to the fulfillment of its social purpose of Recount text

Pabrik Gondorukem dan Terpentin (PGT) Garahan Jember adalah salah satu Pabrik milik Perum Perhutani yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak

Dalam hal terjadinya pembatalan perjanjian sanksi yang diberlakukan akibat terjadinya pembatalan sepihak atas pengikatan jual beli perumahan dapat berakses hukum

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan didapatkan hasil perhitungan bakteri Coliform pada dua depo air minum isi ulang yang dapat dilihat pada tabel 5.1

Rangkaian untuk monitoring daerah rawan pencurian tenaga listrik menggunakan Mikrokontroler Arduino Uno sebagai pusat Kontrol, sensor arus ACS712-20A untuk mendeteksi besarnya

Hal ini menunjukkan bahwa usahatani padi ladang merupakan usaha untuk memaksimalkan alokasi tenaga kerja yang tersedia dalam keluarga karena memang lahan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah “Mengetahui seberapa besar kebutuhan beban listrik di wilayah jakarta utara untuk 5 tahun yang akan datang