• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN WAKTU PENYEMBUHAN PASIEN DEMAM TYPHOID DENGAN DIET BUBUR HALUS DAN DIET NASI TIM DI RUMAH SAKIT JEMBER KLINIK PERIODE JANUARI – APRIL 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN WAKTU PENYEMBUHAN PASIEN DEMAM TYPHOID DENGAN DIET BUBUR HALUS DAN DIET NASI TIM DI RUMAH SAKIT JEMBER KLINIK PERIODE JANUARI – APRIL 2012"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS AKHIR

PERBEDAAN WAKTU PENYEMBUHAN PASIEN DEMAM TYPHOID

DENGAN DIET BUBUR HALUS DAN DIET NASI TIM DI RUMAH SAKIT JEMBER KLINIK

PERIODE JANUARI – APRIL 2012

Oleh:

ARIE TEJAMUKTI LISTYAWAN 08020029

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

i

HASIL PENELITIAN

PERBEDAAN WAKTU PENYEMBUHAN PASIEN DEMAM TYPHOID

DENGAN DIET BUBUR HALUS DAN DIET NASI TIM DI RUMAH SAKIT JEMBER KLINIK

PERIODE JANUARI – APRIL 2012

KARYA TULIS AKHIR Diajukan Kepada

Universitas Muhammadiyah Malang

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana

Fakultas Kedokteran

Oleh:

ARIE TEJAMUKTI LISTYAWAN 08020029

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL PENELITIAN

Telah disetujui sebagai hasil penelitian

untuk memenuhi persyaratan

Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Malang

19 Juli 2012

Pembimbing I

dr. Meddy Setiawan, Sp.PD.

Pembimbing II

dr. Annisa’ Hasanah.

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

iii

Karya Tulis Akhir oleh Arie Tejamukti Listyawan ini

telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji

pada tanggal 19 Juli 2012.

Tim Penguji,

dr. Meddy Setiawan, Sp.PD. , Ketua

dr. Annisa’ Hasanah. , Anggota

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Akhir dengan judul “Perbedaan Waktu Penyembuhan Pasien Demam Typhoid

Dengan Diet Bubur Halus Dan Diet Nasi Tim Di Rumah Sakit Jember Klinik

Periode Januari – April 2012”.

Karya tulis ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan Program Sarjana Kedokteran S1 (Strata 1). Dalam kesempatan ini

penulis menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada pihak yang telah

mendukung penyelesaian Karya Tulis Akhir ini, terutama kepada:

1. dr. Irma Suswati, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Malang, dr. Meddy Setiawan, Sp.PD., selaku Pembantu

Dekan I, dr. Fathiyah Safitri, M.Kes., selaku Pembantu Dekan II, dan dr.

Iwan Sis Indrawanto, Sp.KJ., selaku Pembantu Dekan III yang telah

membantu proses akademik selama ini.

2. dr.Meddy Setiawan, SpPD selaku dosen pembimbing I dalam penulisan

Karya Tulis Akhir ini atas bimbingan, pelajaran, dukungan, kesabaran,

ketelitian dan saran yang telah diberikan dalam penyusunan karya tulis

akhir ini.

3. dr.Annisa’ Hasanah selaku dosen pembimbing II dalam penulisan Karya

Tulis Akhir ini atas bimbingan, pelajaran, dukungan, kesabaran, ketelitian

(6)

v

4. dr.Diah Hermayanti, SpPK selaku dosen penguji dalam penulisan Karya

Tulis Akhir ini atas saran, kritik dan bimbingannya.

5. Ayahanda Drs. Lisno Adi, M.psi, dan Ibunda Dra. Syamsiatur Raudah

yang telah memberikan dukungan material dan moral.

6. Bapak Suwoto yang telah membantu jalannya penelitian di RS Jember

Klinik Kota Jember sehingga berjalan dengan lancar.

7. Nasratul Ilmi yang selalu memberikan semangat, perhatian, cinta dan kasih

sayangnya kepada saya.

8. Sahabat terdekat saya Ramadhani, Merzha, Adhe Pusparani, Indra

Nurrahman, Aqita Islamia, S.Ked., Lovi Krissadi S.Ked, Cesro Maulana

Sangka S.Ked., Daniel Adiputra, Alfisa Surya, Alfi Syahreza, Arief

Oktavian, Khairul Afif, Resa Adipurna, Dananjaya, Fajar Ristranda S.Ked,

Ariyandi, Putri Purnama, Aziz, dan Asadullah yang selalu menemani,

memberikan masukan, dan mendukung saya selama ini.

9. Semua teman FK UMM 2008, serta Dosen, Staff dan Laboran FK UMM.

10.Serta semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, saya

mengucapkan banyak terima kasih.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Akhir ini masih jauh

dari sempurna, sehingga penulis membuka diri untuk segala kritik dan saran yang

bersifat membangun. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Akhir ini

dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya dalam bidang kesehatan.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Malang, 31 Juli 2012

(7)

vi ABSTRAK

Tejamukti Listyawan, Arie. 2012. Perbedaan Waktu Penyembuhan Pasien Demam Typhoid Dengan Diet Bubur Halus Dan Diet Nasi Tim Di Rumah Sakit Jember Klinik Periode Januari – April 2012. Karya Tulis Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing : (1) Meddy Setiawan*, (2) Annisa’ Hasanah**.

Latar Belakang : Berdasarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia tahun 2006 bahwa di Indonesia diperkirakan insiden demam typhoid adalah 350 – 810 kasus per 100.000 penduduk pertahun, dengan angka kematian 0,6-5%. Widodo (2009) mengatakan bahwa pemberian makanan tingkat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman. Intake nutrisi yang adekuat kepada pasien akan meningkatkan status gizi pasien yang pada akhirnya mempengaruhi waktu kesembuhan.

Tujuan : Mengetahui perbedaan waktu penyembuhan pasien demam typhoid antara pemberian diet bubur halus dan diet nasi tim.

Metode : Observasional analitik dengan pendekatan studi cross sectional. Pengambilan sampel dengan metode total sampling. Jumlah sampel 57 orang. Dianalisis dengan uji t.

Hasil Penelitian : Dari total 57 sampel yang telah dianalisis yang terdiri dari 28 sampel diet bubur halus (DL 1) dan 29 sampel diet nasi tim (DL 2), didapatkan perbedaan yang nyata antara pemberian terapi diet bubur halus (DL 1) dan diet nasi tim (DL 2) terhadap lama waktu penyembuhan pasien. Untuk DL 1 sebanyak 16 pasien dengan lama penyembuhan 4-6 hari sedangkan untuk DL 2 sebanyak 24 pasien dengan lama penyembuhan 1-3 hari. Diperoleh nilai p=0,000 dengan α= 0,05 (p<α). Variabel yang mempengaruhi lama waktu penyembuhan demam typhoid adalah pemberian terapi diet demam typhoid.

Kesimpulan : Terdapat perbedaan waktu penyembuhan antara pemberian terapi diet bubur halus (DL 1) dan terapi diet nasi tim (DL 2) pada pasien demam typhoid.

Kata Kunci : Terapi diet demam typhoid, diet bubur halus (DL 1), diet nasi tim (DL 2), lama penyembuhan demam typhoid.

(8)

vii ABSTRACT

Tejamukti Listyawan, Arie. 2012. Recovery Time Gap between Typhoid Fever Patient Treated with Soft Porridge Diet and those Treated with Steamed Rice Diet in Jember Clinical Hospital over January-April 2012 Period. Final Assignment, Faculty of Medicine University of Muhammadiyah Malang. Advisors: (1) Meddy Setiawan*, (2) Annisa’ Hasanah**.

Background : Based on what Ministry of Health Republic of Indonesia has stated, it is estimated that in 2006, typhoid fever rate in Indonesia was 350 – 810 cases per 100.000 people per year, with mortality rate 0,6-5%. Widodo (2009) mentioned that early state food administration that is rice with low cellulose side dish (absence of crude fiber vegetables) can be given safely. Adequate nutrition intake to the patient will later enhance nutritional status of the patient and eventually affect recovery time.

Objective : Investigated recovery time gap in typhoid fever patient between those treated with soft porridge diet and those treated with steamed rice diet.

Method : Analytic observational with cross sectional approach. Total sampling method was applied during sample collecting. Eligible sample was 57 patients. Data was further analyzed with t test.

Result : Analysis that had been carried out to those total 57 samples which consisted of 28 soft porridge diet treated samples (DL 1) and 29 steamed rice diet treated samples (DL 2) indicated that there was a significant difference between treatment outcome of soft porridge diet (DL 1) and steamed rice diet (DL 2) in recovery time of the patients. As many 16 patients with DL 1 had 4-6 days of recovery, in the other hand, 24 patients with DL 2 had 1-3 days of recovery. It is resulted in p value=0,000 with α=0,05 (p<α). Variable that affected recovery time durations was diet treatment for typhoid fever.

Conclusion : There is a gap in recovery time between soft porridge diet (DL 1) and steamed rice treatment (DL 2) in typhoid fever patient.

Keywords : typhoid fever diet treatment, soft porridge diet (DL 1), steamed rice diet (DL 2), typhoid fever recovery time duration.

* : Vice Dean I, Lecturing Staff of Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine University of Muhammadiyah Malang.

(9)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGUJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Manfaat Klinis ... 5

1.4.2 Manfaat Masyarakat ... 5

(10)

ix

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Salmonella sp ... 6

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi ... 6

2.2 Salmonella typhii ... 8

2.2.1 Morfologi Salmonella typhii ... 8

2.2.2 Sifat Biokimia ... 9

2.2.3 Struktur Antigen ... 10

2.2.4 Epidemiologi Salmonella typhii ... 10

2.2.5 Patogenitas Salmonella typhii ... 12

2.2.6 Sumber Infeksi Salmonella typhii ... 13

2.3 Anatomi dan Fisiologi Saluran Pencernaan ... 13

2.4 Demam Typhoid ... 17

2.4.1 Definisi ... 17

2.4.2 Epidemiologi ... 18

2.4.3 Etiologi ... 19

2.4.4 Manifestasi Klinik ... 19

2.4.5 Patofisiologi Demam Typhoid ... 21

2.4.6 Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang ... 21

2.4.7 Komplikasi Demam Typhoid ... 24

2.4.8 Penatalaksanaan Demam Typhoid ... 26

2.4.8.1 Istirahat dan Perawatan ... 26

2.4.8.2 Diet dan Terapi Penunjang ... 26

(11)

x

2.5 Standar Makanan Umum Rumah Sakit ... 30

2.5.1 Makanan Biasa ... 30

2.5.2 Makanan Lunak ... 31

2.5.3 Makanan Saring ... 33

2.5.4 Makanan Cair ... 34

2.5.4.1 Makanan Cair Jernih ... 34

2.5.4.2 Makanan Cair Penuh ... 36

2.5.4.3 Makanan Cair Kental ... 37

2.6 Diet Penyakit Lambung ... 38

2.6.1 Gambaran Umum ... 38

2.6.2 Tujuan Diet ... 39

2.6.3 Syarat Diet ... 39

2.6.4 Macam Diet dan Indikasi Pemberian ... 40

2.6.4.1 Diet Lambung I ... 40

2.6.4.2 Diet Lambung II ... 40

2.6.4.3 Diet Lambung III ... 41

2.7 Hasil Penelitian Terdahulu ... 42

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 43

3.1 Kerangka Konsep ... 43

3.2 Hipotesis ... 45

BAB 4 METODE PENELITIAN... 46

4.1 Desain Penelitian ... 46

(12)

xi

4.3 Populasi dan Sampel ... 46

4.3.1 Populasi ... 46

4.3.2 Sampel ... 46

4.4 Teknik Pengambilan Sampel ... 46

4.5 Kriteria Pengambilan Sampel ... 47

4.5.1 Kriteria Inklusi ... 47

4.5.2 Kriteria Eksklusi ... 47

4.6 Variabel Penelitian ... 47

4.6.1 Variabel Bebas ... 47

4.6.2 Variabel Tergantung ... 47

4.7 Definisi Operasional ... 47

4.8 Instrumen Penelitian ... 48

4.9 Teknik Pengumpulan Data ... 49

4.10 Analisis Data ... 49

4.11 Alur Penelitian ... 50

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 51

5.1 Deskripsi Karakteristik Sampel ... 51

5.1.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia ... 52

5.1.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54

5.1.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Gejala ... 56

5.1.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Lama Menderita ... 57

(13)

xii

BAB 6 PEMBAHASAN ... 61

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

7.1 Kesimpulan ... 65

7.2 Saran ... 65

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Biochemical identification ... 8

Tabel 2.2 Manifestasi Klinik ... 20

Tabel 2.3 Terapi Antimikroba ... 29

Tabel 2.4 Bahan Makanan Sehari MB ... 31

Tabel 2.5 Bahan Makanan Sehari ML ... 32

Tabel 2.6 Bahan Makanan Sehari MS ... 34

Tabel 2.7 Bahan Makanan Sehari MCK ... 38

Tabel 2.8 Bahan Makanan Sehari DL II ... 41

Tabel 2.9 Bahan Makanan Sehari DL III ... 41

Tabel 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia ... 52

Tabel 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54

Tabel 5.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Gejala ... 56

Tabel 5.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Lama Menderita Demam Typhoid ... 57

Tabel 5.5 Tabel Deskripsi Variabel Waktu Penyembuhan Terapi Diet ... 59

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Morfologi Sallmonella sp ... 6

Gambar 2.2 Salmonella typhii setelah kultur 24 jam dalam agar Mac.Conkey ... 9

Gambar 2.3 Pengambilan spesimen darah untuk pemeriksaan laboratorium ... 22

Gambar 2.4 Pemeriksaan serologis Widal. Pemeriksaan diulang dengan interval 5 – 7 hari ... 23

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ... 43

Gambar 5.1 Distribusi Sampel DL 1 Berdasarkan Usia ... 52

Gambar 5.2 Distribusi Sampel DL 2 Berdasarkan Usia ... 53

Gambar 5.3 Distribusi Total Berdasarkan Usia ... 53

Gambar 5.4 Distribusi Sampel DL 1 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54

Gambar 5.5 Distribusi Sampel DL 2 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

Gambar 5.6 Distribusi Sampel Total Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

Gambar 5.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Gejala ... 56

Gambar 5.8 Distribusi Sampel DL 1 Berdasarkan Waktu Penyembuhan ... 57

Gambar 5.9 Distribusi Sampel DL 2 Berdasarkan Waktu Penyembuhan ... 58

(16)

xv

DAFTAR SINGKATAN

AG : Acid Gas

AKG : Angka Kecukupan Gizi

BAP : Blood Agar Plate

DIC : Disseminated Intravaskulan Coagulation

DL II : Diet Lambung 2

DL III : Diet Lambung 3

DNA : Deoxyribose Nucleic Acid

EIA : Enzyme Immuno Assay

FKUI : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

HCl : Asam Klorida

HE : Hektoen Enteric

IgM : Imunoglobulin-M

KgBB : Kilogram Berat Badan

LPS : Lipopolisakarida

MB : Makanan Biasa

MC : Mac Conkay

MCJ : Makanan Cair Jernih

MCK : Makanan Cair Kental

MCPE : Makanan Cair Penuh Enteral

MCPO : Makanan Cair Penuh Oral

MCT : Medium Chain Triglycerida

MDR : Multi Drug Resistant

(17)

xvi

MS : Makanan Saring

NLF : Non Laktosa Fermenter

PPN : Persero Perkebunan Nusantara

PT : Perseroan Terbatas

RS : Rumah Sakit

RSCM : Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

SPSS : Statistical Product and Service Solutions

SS : Salmonella Shigella

UNEJ : Universitas Negeri Jember

UPT : Unit Pelaksana Teknis

V : Variabel

WHO : World Health Organization

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Data Penelitian Rekam Medik 72

Lampiran 2 Hasil Uji t 75

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 76

(19)

xviii

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, Atul Gogia, Gupta R, 2004, Typhoid Fever, Journal Lecture Notes, Indian Academy of Clinical Medicine, 5(1):60-4

Almatsier S, 2010, Penuntun Diet Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia, Gramedia, Jakarta.

Azwar A, 2004, Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Binarupa Aksara, Jakarta.

Brooks, Butel JS, Morse SA, 2005, Mikrobiologi Kedokteran, Ed-1, Salemba Medika, Jakarta, pp : 364-7.

Dahlan S, 2009, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Salemba Medika, Jakarta.

Daldiyono, Syam Fahrial A, 2002, Peran Nutrisi dalam Proses Penyembuhan Pasien Rawat Inap, Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta, pp : 135-4.

Darmowandowo W, Udjiani P.E, Monique N, 2005, Demam Typhoid, Patologi Anak Diagnosis & Penatalaksanaan, EGC.Jakarta, Pp: 1-43.

Darmowandowo W, 2004, Demam Typhoid, viewed 15 Januari 2012 <http://www.cdc.gov/traveldisease/typhoid.htm>

Davey, Patrick, 2005, At a Glance Medicine, Penerbit Erlangga, Jakarta, p : 298.

Departemen Kesehatan Jawa Timur, 2008, Laporan Kesehatan Tahun 2008. Surabaya.

(20)

xix

Fraser, Goldberg E, Acosta C,Paul M, Leibovici L, 2009, Vaccines for Preventing Typhoid Fever, viewed 28 Januari 2012

http://www.thecochranelibrary.com/userfiles/ccoch/file/Watersafety/CD00 1261.pdf

Greenwood D, Slack R, Peutherer J, Barer M, 2007, Medical Microbiology, Churchill Livingstone Elsevier, Amerika, pp : 260-10.

Hammad M.O., Hifnawy T, Omran D, Magda, Girgis, 2011, Ceftriaxone versus Chloramphenicol for Treatment of Acute Typhoid Fever, Life Science Journal, 8(2)

Hartono, 2005, Penyakit Bawaan Makanan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp : 25-5.

Hasan R, H Alatas, 2007, edisi 11 Demam Typhoid Anak, Bab Infeksi, Ilmu Kesehatan Anak 2, Penerbit Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-UI, Jakarta.

Halim M, 2007, Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi, Bab 6 Penyakit Saluran Cerna, EGC, Jakarta, pp : 237-5.

Ismael S; Sastroasmoro S, 2005, Dasar-Dasar Metodology Penelitian Klinis, Binarupa Aksara, Jakarta.

Jawetz E, Melnwick, Adelberg J, 2008, Medical Microbiology, Mc Graw Hill, Jakarta, pp : 248-14.

Julius E.S., 1990, Mikrobiologi Dasar, Binarupa Aksara, Jakarta.

Juwono, 2003, Demam Tifoid, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, pp : 435-6.

Khan M.A., Yousaf N.M., Mahmood T, 2004, Current Trends in the Management of Typhoid Fever, Gomal Journal of Medical Sciences, Vol 2, No 2

(21)

xx

Levinson W, 2004, Medical Microbiology and Immunology, Eight Edition, Mc Graw Hill, Amerika.

Mandal, 2003, Salmonella Typhi dan Salmonella Lain, dalam buku Problem Gastroenterologi Daerah Tropis, EGC, Jakarta, pp : 60-10.

Mansjoer A, 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 2 Jilid 3, Media Aesculapius, FKUI, Jakarta.

Musnelina L, Afdhal F, Gani A, Andayani P, 2004a, Analisis Efektifitas Biaya Pengobatan Demam Typhoid Anak Menggunakan Kloramfenikol dan Seftriakson di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001 – 2002, Makara, vol.8, no.2, Pp : 59-64.

Musnelina L, Afdhal F, Gani A, Andayani P, 2004b, Pola Pemberian Antibiotik Pengobatan Demam Typhoid Anak di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001 – 2002, Makara, vol.8, no.1, Pp : 27-31.

Nazir, M, 1999, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, Edisi 2, EGC, Jakarta, Pp : 4-9.

Nursalam, Rekawati, Utami S, 2005, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Salemba Medika, Jakarta.

Rampengan, 2008, Tropical Infectious Disease in Children, Second Edition, EGC, Jakarta, Pp : 46 – 64.

Rohman, 2010, Distribusi Penderita Demam Typhoid Menurut Umur Dan Gejala Di RSI Roemani, Skripsi FK-UMS.

Sabir, Yadi, Firdaus, Hatta M, 2003, Perbandingan Tes Serologi Dipstik dengan Widal untuk Diagnosis Demam Typhoid, Jurnal Kedokteran, FK Trisakti, vol. 22, no. 3.

(22)

xxi

Schoenstadt A, 2006, Mortality Rate of Typhoid Fever, viewed 20 Januari 2012 <http://diseases.emedtv.com/typhoid-fever/mortality-rate-of-typhoid-fever.html>

Siska I.H, 2009, Karakteristik Penderita Demam Typhoid Rawat Inap di Rumah Sakit Sri Pamela PTPN III Tebing Tinggi Tahun 2004-2008, Skripsi FKM-USU Medan.

Sitohang S.R., 2005, Karakteristik Penderita Demam Typhoid Rawat Inap di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2001-2003, Skripsi FKM-USU Medan.

Sjoekoer, Roekistiningsih, Santoso S, Winarsih S, Sumarno, Islam S, Noorhamdani, Murwani S, Santosaningsih D, 2003, Bakteriologi Medik, Bayumedia Publishing, Malang, Pp : 187-274.

Supari F.S.,2006, Keputusan Menteri Kesehatan, Pedoman Pengendalian Demam Typhoid, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Soegijanto, 2002, Ilmu Penyakit Anak Diagnosa & Penatalaksanaan, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, p : 1.

Soewandojo E, Suharto, Usman Hadi, Nasronudin, 2007, Typhoid Fever Early Detection and Management, Textbook of Medicine, Airlangga University Press, Singapore, Pp : 293-300.

Sudoyo A, Setiati S, Setiyohadi B, Simadibrata M, Alwi I, 2006, Buku Ajar Penyakit Dalam, Ed-4, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta, pp : 1774-5.

Sudoyo A, Setiati S, Setiyohadi B, Simadibrata M, Alwi I, 2009, Buku Ajar Penyakit Dalam, Ed-4, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta, pp : 2797-13.

(23)

xxii

Sylvia M, Julius E.S., 1999, Tinjauan Ulang Peranan Uji Widal sebagai Alat Diagnostik Penyakit Demam Typhoid di Rumah Sakit, Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Cermin Dunia Kedokteran, Jakarta, No 124.

Timmreck C Thomas, 2005, Epidemiologi : Suatu Pengantar, EGC, Jakarta, p : 419.

Todar, 2008, Samonella and Salmonellosis, University of Wisconsin – Madison, Madison.

Widodo D, 2007, Typhoid Fever, IMU Disease, Fourth Edition, Fakultas Medicine, University of Indonesia, Jakarta, Pp : 1752-175.

Widodo D, 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ke-5, Jilids III, Bab Demam Typhoid, Internal Publishing, Jakarta, Pp: 2797-2806

(24)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam typhoid adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri

Salmonella typhii atau Salmonella paratyphi yang masuk ke dalam tubuh

manusia. Penyakit tersebut merupakan kelompok penyakit yang mudah

menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah

(Widodo, 2007).

Demam typhoid merupakan permasalahan kesehatan penting dibanyak

negara berkembang. Secara global, sampai awal abad XXI diperkirakan 17

juta orang mengidap penyakit ini tiap tahunnya. Berdasarkan keputusan

menteri kesehatan Republik Indonesia tahun 2006 tentang pengendalian

demam typhoid bahwa di Indonesia diperkirakan insiden demam typhoid

adalah 350 – 810 kasus per 100.000 penduduk pertahun, dengan angka

kematian 0,6%-5% (Supari, 2006).

Di Jawa Timur pada tahun 2007, kejadian demam typhoid di

Puskesmas dan beberapa Rumah Sakit masing-masing 4000 dan 1000 kasus

per bulan, dengan angka kematian 0,8% (Dinkes Jatim, 2008). Hasil penelitian

terdahulu di Surabaya menunjukkan bahwa penyakit demam typhoid

diperkirakan dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Di RSUD Dr.

Soetomo Surabaya selama periode 1991–1995 telah dirawat 586 penderita

demam typhoid dengan angka kematian 1,4%, dan selama periode 1996–2000

(25)

2

(Soewandojo, 2007), Dinas Kesehatan Kabupaten Jember mencatat demam

typhoid menduduki peringkat 11 dari keseluruhan penyakit yang ada. Insiden

demam typhoid tahun 2006 tercatat 23.347 orang dan insiden terbanyak terjadi

pada usia 20-44 tahun. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Universitas Negeri

Jember (Unej) Medical Center melaporkan jumlah penderita demam typhoid

mulai bulan Januari sampai bulan Oktober tahun 2007 adalah sebanyak 135

orang dan 100 diantaranya adalah mahasiswa.(UPT Medical Center Unej,

2007)

Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasa mengenai

saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan

pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005). Adanya

kemajuan di bidang kedokteran dan farmasi diharapkan menurunkan angka

kejadian dan kematian akibat demam typhoid, tetapi pada kenyataannya tidak

demikian, angka kejadian dan kematian demam typhoid masih tinggi. Hal

tersebut akibat beberapa faktor antara lain : kerentanan individu, luasnya

variasi manifestasi klinik, lambatnya menegakkan diagnosa, terapi yang

kurang adekuat, malnutrisi, serta akibat munculnya multidrug resistant (MDR)

strain Salmonella typhii yang mempengaruhi derajat beratnya penyakit

timbulnya komplikasi, bahkan mendorong ke arah kematian (Soewandojo,

2007; Musnelina, 2004). Pada faktor penyebab terapi yang kurang adekuat,

selain terapi farmakologis, terapi non farmakologis seperti diet yang diberikan

juga menunjang kesembuhan pasien.

Diet yang pertama kali diberikan adalah bubur saring, kemudian bubur

(26)

3

beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan tingkat dini

yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat

kasar) dapat diberikan dengan aman (Widodo, 2009; Mansjoer, 2001).

Salah satu rumah sakit yang menangani pasien demam typhoid di

daerah Jember adalah Rumah Sakit Jember Klinik. Masyarakat Jember dahulu

mengenal dengan nama Jember Klinik asal dari bahasa Belanda Djembersche

Clinik. Setelah masa nasionalisasi RS Jember Klinik menjadi bagian dari PPN

baru proe Unit tembakau dan setelah PPN mengalami beberapa kali

reorganisasi dari tahun 1957 hingga sekarang menjadi salah satu unit

Kesehatan PT Perkebunan Nusantara X (Persero) dengan nama Rumah Sakit

Perkebunan (Jember Klinik).(Profil Jember Klinik, 2012)

Di RS Jember Klinik tersebut terdapat perbedaan dalam penanganan

pemberian diet awal pada pasien demam typhoid. Pemberian diet demam

typhoid meliputi diet bubur halus dan diet nasi tim (Data Statistik RS Jember

Klinik, 2010).

Berdasarkan uraian diatas, pentingnya intake nutrisi yang adekuat

kepada pasien akan meningkatkan status gizi pasien yang pada akhirnya

mempengaruhi kesembuhan (Daldiyono, 2002). Karena masih terdapat

perbedaan pendapat pemberian dini diet bubur halus dan nasi tim dengan

asumsi bahwa usus harus diistirahatkan (Widodo, 2009). Serta pemberian

bubur halus pada pasien demam typhoid kurang disukai karena membosankan,

membuat pasien cenderung selera makannya menurun sehingga

mengakibatkan kekurangan nutrisi (Almatsier, 2010). Oleh sebab itu, peneliti

(27)

4

dengan Pemberian Diet Bubur Halus dan Diet Nasi Tim di Rumah Sakit

Jember Klinik”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana perbedaan waktu kesembuhan pasien demam typhoid di

Rumah Sakit Jember Klinik antara pemberian diet bubur halus dan diet

nasi tim?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui perbedaan waktu penyembuhan pasien demam typhoid

antara pemberian diet bubur halus dan diet nasi tim.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi gejala - gejala demam typhoid pada pasien di Rumah

Sakit Jember Klinik dan proses penyembuhan dengan melihat

perbaikan gejala pada pasien demam typhoid ringan dan demam

typhoid berat.

2. Mengetahui berbagai komposisi dan waktu pemberian terapi diet

bubur halus dan nasi tim pada pasien demam typhoid di Rumah Sakit

Jember Klinik.

3. Mengidentifikasi waktu penyembuhan pasien demam typhoid di

(28)

5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Klinis

Sebagai masukan bagi pihak rumah sakit untuk meningkatkan

kesehatan gizi pasien dalam rangka meningkatkan waktu kesembuhan

pasien demam typhoid.

1.4.2 Manfaat Masyarakat

Menambah pengetahuan tentang penyakit akibat infeksi terutama

demam typhoid. Serta hasil penelitian diharapkan menambah wacana bagi

tenaga medis serta masyarakat terutama keluarga pasien demam typhoid

dalam hal penanganan terapi diet penderita demam typhoid.

1.4.3 Manfaat Akademis

Hasil penelitian diharapkan memberikan informasi yang cukup

sebagai bahan pertimbangan bagi para peneliti lainnya yang berkeinginan

Referensi

Dokumen terkait

Sebab, sekali MK telah mendeklarasikan suatu undang-undang atau suatu pasal, ayat, dan/ atau bagian dari suatu undang-undang bertentangan dengan UUD 1945 sehingga tidak

rasa yang dijadikan resep pembuatan dengan substitusi tepung suweg dengan kombinasi factor, dan level yaitu perbandingan komposisi tepung terigu, dan tepung suweg adalah sebesar

Usia lanjut yang mengalami kesulitan melakukan pergerakan fisik atau gangguan gerak, akan terjadi perbedaan dalam jumlah skor fungsi kognitifnya, sehingga

Setelah analisis struktur pada ketiga jenis graf diatas, selanjutnya analisis dilakukan pada graf jembatan yang terbentuk dari (1) graf lingkaran dan lingkaran, (2) graf bintang dan

Pembebanan Pelat Lantai Jenis beban yang bekerja pada pelat lantai adalah beban mati dan hidup dengan perhitungan sebagai berikut.. Beban plafon

Selama dalam pelayaran dari Den Helder ke Surabaya, semua instrumen yang telah terpasang di kapal, yang akan digunakan dalam ekspedisi, diuji-cobakan.. Tanggal 27 Juli 1929

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Survei digunakan untuk melukiskan kondisi yang ada, dan membandingkan kondisi- kondisi tersebut dengan kriteria

Kecanggihan media sosial memiliki dampak negatif yakni bisa terjadi tindak kejahatan seperti penggugahan foto atau video melalui media sosial Facebook dan dalam hal ini