BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian basar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Maulana, 2007).
2. Tingkat pengetahuan
Menurut Heri D. J. Maulana tingkat pengetahuan dapat di bagi menjadi 6, yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu berarti mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang itu tahu adalah ia dapat
menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan menyatakan.
b. Memahami (comprehension)
Memahami berarti kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang paham harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, dan meramalkan.
c. Apliksi/penerapan (application)
Apliksi berarti kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi atau objek kedalam
bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat mengambarkan, membuat
bagan, membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan meletakan atau hubungan bagian-bagian didalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan menyusun formalisasi yang
sudah ada. Sebagai contoh, dapat menyusun, merencanakan, dapat meringkas, dan
dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Evaluasi melakukan dengan menggunakan
kriteria sendiri atau kriteria yang telah ada.
3. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), dari berbagai macam cara yang telah digunakan
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dan dapat
dikelompokkan menjadi dua, yakni dengan cara tradisional atau non ilmiah yakni
tanpa melalui penelitian ilmiah, dan cara modern atau ilmiah yaitu melalui proses
penelitian.
a. Cara memperoleh kebenaran non ilmiah
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini dilakukan sebelum
ditemukan metode ilmiah, yang meliputi :
1) Cara coba salah (trial and error) ini dilakukan dengan menggunakan
tidak berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain lagi sampai
didapatkan hasil mencapai kebenaran.
2) Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh
yang bersangkutan.
3) Cara kekuasaan atau otoritas
Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik
tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu
pengetahuan.
4) Berdasarkan pengalaman pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang
lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan
masalah yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut.
5) Cara akal sehat (Common Sens)
Akal sehat (common sens) kadang-kadang dapat menemukan teori atau
kebenarn.
6) Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwayuhkan dari
Tuhan kepada Nabi. Kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai
wahyu dan bukan sebagai usaha penalaan atau penyelidikan manusia.
7) Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui
dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional
dan sistematis.
8) Melalui jalan pikiran
Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh
kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikiran.
9) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari
pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.
10) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke
khusus.
b. Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih
populer disebut metodologi penelitian.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Wahit Iqbal Mubarak (2011) bahwa terdapat tujuh faktor yang
memperngaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :
c. Pendidikan
Pedidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar
dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi
pada akhirnya pengethuan menghambat perkembangan sikap orang terhadap
penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
d. Pekerjaan
Linkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dn
pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
e. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik
dan psikologis (mental). Secara garis besar pertumbuhan fisik terdiri atas empat
kategori perubahan yaitu perubahan ukuaran, perubahan proporsi, hilangnya
cirri-ciri lama, dan timbulnya cirri-ciri baru. Perubahan ini terjadi karena
pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berfikir
seseorang menjadi semakin matang dan dewasa.
f. Minat
Minat sebagai suastu kencendrungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal,
sehingga memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
g. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan linkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan
pengalaman yang kurang baik. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut
menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat
mendalam dan membakas dalam emosi kejiwaan sesorang. Pengalaman naik ini
h. Kebudayaan lingkungan sekitar
Lingkungan sangat berpangaruh dalam pembantukan sikap pribadi atau sikap
seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan terhadap
pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempuanyai sikap
menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya
mempunyai sikap selalu menjaga kebersihan lingkungan.
i. Informasi.
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang
memperoleh pengetahuan yang baru.
B. Sikap
1. Pengetian sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu stimulus
atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan. Sikap
merupakan kecendrungan yang berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan
dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu objek akibat pendirian dan perasaan terhadap
objek tersebut.
Sikap merupakan kecendrungan merespon (secara positif atau negatif) orang, situasi
atau objek tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian emosional atau efektif (senang,
benci, dan sedih), kognitif (pengetahuan suatu objek), dan konatif (kecendrungan
bertindak).
Sikap tidak dapat di lihat tapi di tafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup.
Stimulus sosial. Menurut New Comb sikap merupakan kemampuan atau kesadaran
motif tertentu. Sikap merupakan kesiapan untuk beraksi terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
2. Komponen yang membentuk sikap.
a. Komponen kognitif (cognitive). Di sebut juga komponen perceptual, yang berisi
kepercayaan yang berhubungan dengan persepsi individu terhadap objek sikap
dengan apa yang di lihat dan di ketahui, pandangan, keyakinan, pikiran,
pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari orang lain. Sebagai
contoh seorang tahu kesehatan itu sangat berharga jika menyadari sakit dan terasa
hikmah nya sehat.
b. Komponen afektif (komponen emosional). Komponen ini menunjukkan dimensi
emosional subjektif indivudu terhadap objek sikap, baik bersifat positif (rasa
senang) maupun negatif (rasa tidak senang). Reaksi emosional banyak dipengaruhi
oleh apa yang kita percayai sebagai suatu yang benar terhadap objek sikap
tersebut.
c. Komponen konatif (komponen prilaku). Komponen ini merupakan predisposisi
atau kecendrungan bertindak terhadap objek sikap yang di hadapinya (misalnya
para lulusan SMU banyak memilih melanjutkan ke politeknik kesehatan karena
setelah lulus menjanjikan pekerjaan yang jelas).
3. Fungsi sikap
a. Fungsi instrumental, yaitu sikap yang dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat
dan menggabungkan keadaan keinginannya atau tujuan.
b. Fungsi pertahanan ego, yaitu sikap yang diambil untuk melindungi diri dari
kecemasan atau ancaman harga dirinya.
c. Fungsi nilai ekpresi, yaitu sikap yang menunjukkan nilai yang ada pada dirinya.
(misalnya, individu yang telah menghayati ajaran agama, sikapnya akan tercermin
dalam tutur kata, prilaku, dan perbuatan yang dikenakan ajaran agamanya).
d. Fungsi pengetahuan setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin
mengerti, ingin banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan yang diwujudkan
dalam kehidupan sehari-hari.
e. Fungsi penyesuaian sosial, yaitu sikap yang diambil sebagai bentuk adaptasi dengan
lingkungannya.
4. Tingkatan sikap
a. Menerima (receiving). Menerima berarti mau dan memperhati kan stimulus yang
diberikan/objek (misalnya, sikap terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan
perhatian terhadap ceramah-ceramah gizi).
b. Merespon (responding). Memberikan jawaban jika ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan indikasi sikap, terlepas dari benar
atau salah, hal ini berarti individu menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing). Pada tingkat ini, individu mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
d. Bertanggung jawab (responsible). Merupakan sikap yang paling tinggi, dengan
segala resiko bertanggung jawab terhadap suatu yang telah dipilih, meskipun
mendapat tantangan dari keluarga. Pengukuran sikap dapat di lakukan secara
langsung (langsung ditanya) dan tidak langsung.
5. Ciri-ciri Sikap
a. Sikap tidak dibawa dari lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman,
b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu sehingga
dapat dipelajari.
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi slalu berhubungan dengan objek sikap.
d. Sikap dapat dituju pada satu atau banyak objek.
e. Sikap dapat berlangsung lama dan sebentar.
f. Sifat mengandung faktor persaan dan motivasi, hal ini yang membedakan dengan
pengetahuan (Maulana, 2007).
C. Tumor Payudara
1. Pengertian tumor payudara
Tumor adalah proses yang berjalan secara tidak normal, sel yang usang atau rusak
tidak lansung mati, tetapi justru membangun sel tambahan yang tidak sesuai dengan
kebetuhan tubuh dan membentuk suatu benjolan. Tumor payudara adalah benjolan pada
payudara yang terbentuk akibat sel-sel payudara yang membelah dan menggandakan diri
terlalu cepat( mitrakeluarga, 2012)
2. Faktor Risiko
a. Faktor Reproduksinya
Faktor reproduksi berhubungan dengan risiko terjadinya kanker puyudara adalah
nuliparitas (wanita yang belum melahirkan) dan kehamilan pertama dia atas 30
tahun). Hal ini dikaitkan dengan fungsi yang berfungsi optimal, dermikian juga
hormon yang berperan pada proses menyusui. Beberapa penelitian menunjukan
hasil bahwa menyusui dapat mengurangi risiko terkena kenker payudara.
Diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi sebelum menopause sehingaa
diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan yang
b. Riwayat kesehatan personal
Apabila seseorang pernah mempunyai riwayat kanker payudara pada salah satu
payudara maka individu ini mempunyai risiko lebih tinggi untuk terkena pada
payudara satunya.
c. Penggunaan hormon
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadi kanker payudara. Laporan dari
Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker
payudara yang bermakna pada para pengguna terapi sulih horman estrogen atau
terapi sulih hormon pada wanita yang telah mengalami menopause.
d. Penyakit fibrokistik (tumor pada payudara)
Pada wanita yang pernah mengalami tumor pada payudara dengan diagnosis
adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis tidak ada peningkatan risiko terjadinya
kanker payudara.
e. Obesitas (kegemukan)
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan
kanker payudara pada wanita pasca menopouse. Hal ini dihubungkan dengan pola
hidup wanita , khususnya kebiasaan makan dan makanan yang dikonsumsi.
Kemungkinan terkena kanker payudara pada wanita yang gemuk pada saat
menopause lebih tinggi dibandingkan dengan wanita tanpa kegemukan.
f. Radiasi
Terpapar unsur radiasi, apalagi dalam waktu lama selama atau sesudah
pubertas, meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa
penilitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubugan
g. Riwayat keluarga dan faktor genetik
Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat
penderita. Untuk itu skrining untuk kanker payudara dilakukan. Terdapat kanker
peyudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa payudara berhubungan dengan gen
tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu sesuatu gen suseptibilitas (risiko untuk
menderita) kanker payudara, probabilitas (peluang) unatuk terjadi kanker payudara
adalah sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.
h. Periode mentruasi
Wanita yang mendapat menstruasi pertama lebih awal (sebelum berumur 11
tahun) atau terlambat memasuki menopause (diatas usia 60 tahun) memiliki
kemungkinan yang lebih besar tumbuhnya kanker. Wanita yang mengalami
kondisi itu terpapar hormon reproduksi estrogen lebih lama dalam hidupnya
sehingga potensi tumbuhnya kanker juga lebih besar (Nisman,2011).
3. Patofisiologi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
a. Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan
oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bias berupa bahan kimia, virus,
radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki ke
pekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau
suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi
lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
b. Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi
ganas. sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan berpengaruh oleh
promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan atau
gabungan dari sel yang peka dan karsinogen (Nugroho, 2011).
4. Jenis-jenisnya
a. Tumor jinak
1. Kelainan fibrokistik
Kelainan fibrokistik ini disebut juga mastitis kronik kistik, hyperplasia kistik,
mastopatia kistik, dysplasia payudara, dan banyak nama lainya. Istilah yang
bernama macam-macam ini menunjukkan proses epithelial jinak yang terjadi
amat beragam dengan gambaran histopatologik maupun klinis yang
bermacam-macam pula. Kelompok penyakit ini sering mengganggu ketentraman penderita
karena kecemasan akan keluhan nyerinya. Yang penting harus dipastikan bahwa
kelainan tersebut bukan tumor ganas. Bila keraguan, terutama bila pada massa
tersebut teraba bagian yang konsistensinya berbeda, perlu dilakukan biobsi. Nyeri
yang hebat dan berulang atau penderita yang khawatir dapat menjadi indikasi
eksisi untuk meyakinkan penderita. Beberapa bentuk kelainan fibrokistik
mengandung risiko untuk berkembang menjadi karsinoma payudara, tetapi
umumnya tidak demikian.
2. Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada
Fibroadenoma teraba sebagai benjolan bulat atau benjola-bejol, dengan simpai
licin dan konsistensi lambat kenyal padat. Tumor ini tidak melekat kejaringan
sekitarnya dan amat mudah digerakan ke sana kemari. Biasanya firoadenoma
tidak nyeri, tetapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan. Kadang-kadang
fibroadenoma tumbuh multiple. Pada sadolesens, firoadenoma bisa terdapat
ukuran besar. Pertumbuhan bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau
menjelang menopause, saat rangsangan estrogen meninggi. Fibroadenoma harus
diekstirpasi karena tumor jinak ini akan terus membesar.
3. Tumor filoides
Tumor filoides (sistosarkoma filoides) merupakan suatu neoplasma jinak yang
bersifat menyusup secara lokal dan mungkin ganas (10-15%). Pertumbuhannya
cepat dan dapat di temukan dalam ukuran yang besar. Tumor ini terdapat pada
semua usia, tetapi kebanyakan pada usia sekitar 45 tahun. Penggulangan terhadap
tumor tersebut adalah eksisi luas. Jika tumor sudah membesar, biasanya perlu
dilakukan mastektomi simpleks. Bila tumor ternyata ganas, harus dilakukan
mastektomi radikal walaupun mungkin bermetastasis secara hematogen seperti
sarkoma.
4. Papiloma intraduktus
Lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75% tumbuh di bawah areola
mamma ini memberikan gejala berupa sekresi carian berdarah dari putung susu.
5. Adenosis sklerosis
Secara klinis, adenosis skleorsis teraba seperti kelainan fibrokistik, tetapi
secara histoptologik tampak proliferasi jinak sehingga ahli patologi sering
6. Mastitis sel plasma
Mastitis sel plasma juga disebut masititis komedo. Lesi ini merupakan randang
subakut yang didapat pada sistem duktus yang mulai dibawah areola. Gambaran
klinisnya sukar dibedakan dengan karsinoma, yaitu berkosistensi keras, bias
melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting susu akibat fibrosis periduktal,
dan bias terdapat pembesaran kelenjar getah bening aksila.
7. Nekrosisi lemak
Nekrosis lemak biasanya disebabkan oleh cedera berupa massa keras yang
sering agak nyeri, tetapi tidak membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan
batasnya biasanya tidak rata. Secara klinis, kelainan ini sukar dibedakan dengan
karsinoma. Secara hitopatologik terdapat nekrosis jaringan lemak yang kemudian
jadi fibrosis.
8. Kelainan lain
Lipoma, leimioama, histiositoma dan kista sebasea merupakan tumor yang
mungkin terdapat di payudara, tetapi tidak ada sangkut pautnya dengan jaringan
kelenjar payudara (Sjamsuhidajat, 2005).
b. Tumor ganas
Tumor ganas adalah kanker payudara yang menyerang jaringan payudara. Jaringan
payudara tersebut terdiri dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu), saluran
kelenjar(saluaran air susu),dan jaringan penunjang payudara. Kanker payudara tidak
menyerang kulit payudara yang berfungsi sebagai pembungkus. Kanker payudara
menyebabkan sel dan jaringan payudara berubah bentuk menjadi abnormal dan
bartambah banyak secara tidak terkendali (Mardiana, 2004)
Benjolan ganas yang kecil sukar dibedakan dengan benjolan tumor jinak, tetapi
tumor telah besar perlekatan lebih jelas. Kosistensi kelainan ganas biasanya keras.
Pengeluaran cairan dari puting biasanya mengarah ke papiloma atau karsinoma
intraduktal, sedangkan nyeri lebih mengarah ke kelainan fibrokistik (Sjamsuhidajat,
2005).
5. Penatalaksanaan
Alternatif pengobatan ini diberikan berdasarkan stadium atau derajat kanker yg
alami.
a. Masektomi
Masektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada tiga macam jenis
masektomi.
1. Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara, jaringan payudara, jaringan payudara ditulang dada, ltulang selangka
dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak. Tujuannya untuk
membersihkan seluruh sel kanker yang telah menyebar pada jaringan yang
disebutkan di atas untuk menghindari kekambuhan.
2. Total (Simpel) Mastectomy, yaitu opersi pengangkatan seluruh payudara
saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak. Tindakan ini dilakukan jika berdasarkan
hasil pemeriksaan sel kanker hanya berada di jaringan payudara saja.
3. Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagain dari payudara.
Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang
mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini slalu dengan
pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy di rekomendasikan pada pasien
b. Radiasi
Radiasi atau penyinaran adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena
kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gama. Tujuan adalah membunuh
sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi.
c. Kemoterapi
Kemotrapi adalah proses pemberian obat-obatan antikanker dalam bentuk pil
cair atau kapsul atau melalui infus. Tujuannya adalah membunuh atau menekan
pertumbuhan sel-sel kanker yang ada di dalam tubuh (Nisman, 2011).
6. Pencegahan
a. Kesadaran akan payudara sendiri
b. Berikan asi kepada bayi
c. Segera konsultasi kepada dokter jika anda menemukan benjolan di payudara.
d. Cari tau apakah ada riwayat kanker payudara atau kanker lain dalam keluarga
anda.
e. Perhatikan konsumsi alcohol
f. Perhatikan berat badan
g. Olahraga secara teratur
h. Kurangi makanan berlemak
i. Setelah usia 50 tahun, lakukan screening payudara secara teratur
j. Belajar relaks
k. Masukkan brokoli ke dalam menu harian anda
l. Jangan lupakan buah dan sayur menu harian anda
7. Komplikasi
Komplikasi dari kanker payudara meliputi:
a. Penghancuran payudara
b. Penghancuran dinding dada sekitarnya payudara
c. Mastitis
d. Nipple discharge
e. Nyeri dada
f. Efek samping Terapi Radiasi
g. Kemoterapi efek samping
8. Pemeriksaan payudara
1. Mamografi
Mamografi adalah pemeriksaan dengan menggunakan sinar-X yang memberikan
gambaran tentang jaringan lunak pada payudara. Pemeriksaan ini berguna untuk
mendeteksi masalah atau penyakit yang sangatkecil pada payudara. Tetapi
pemeriksaan mamografi kurang efektif jika digunakan pada pemeriksaan pada
wanita muda atau remaja karena perbedaan karekteristik payudara. Mamografi
adalah salah satu pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi kanker payudara.
Wanita diatas 40 tahun sebaiknya mulai melakukan mamografi.
2. Ultrasound (USG)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan alat yang sensitive terhadap gelombang suara.
Gambara yang didapatkan dari pemeriksaan ini adalah apakah benjolan ini
merupakan benjolan padat atau mengandung cairan atau gabungan dari keduanya.
3. MRI
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan magnet yang
payudara. Gambaran ini dapat menunjukkan jaringan normal dan jaringan tidak
sehat.
4. Breast thermography
Menurut IACT (International Academy of Clinical Thermology), payudara
Thermography adalah prosedur diagnostik yang gambar payudara untuk
membantu dalam deteksi dini kanker payudara. Hal ini didasarkan pada prinsip
bahwa bahan kimia dan aktivitas pembuluh darah di kedua jaringan pra-kanker
dan daerah sekitarnya kanker payudara berkembang biasanya selalu lebih tinggi
daripada di jaringan payudara normal. Karena massa pra-kanker dan kanker adalah
jaringan yang sangat metabolik, mereka membutuhkan suplai nutrisi yang
melimpah untuk mempertahankan pertumbuhan mereka dan ini dapat
meningkatkan suhu permukaan payudara. Keadaan seni payudara termografi
menggunakan ultra-sensitif kamera inframerah dan komputer canggih untuk
mendeteksi, menganalisis dan menghasilkan gambar resolusi tinggi diagnostik
perubahan suhu dan pembuluh darah (Nisman, 2011).
D. Pemeriksaan Payudara sendiri
1. Pengertian
Menurut Nisman (2011) Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) adalah
pengembangan keperdulian seorang wanita terhadap kondisi payudaranya. Sedangkan
menurut Purwoastuti (2008) SADARI adalah pemeriksaan payudara yang mudah
dilakukan oleh setiap wanita untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya. Dan
menurut Emedicinehealth (2011) pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) melibatkan
memeriksa payudara Anda untuk membantu mendeteksi masalah payudara atau
Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan setiap 1 bulan sekali dan dapat menjadi
instrumen penapisan yang efektif untuk mengetahui lesi payudara (Varney, 2008).
2. Manfaat SADARI
a. Cepat mengetahui bila ada pertanda tumor atau benjolan pada payudara.
b. Mengurangi tingkat kematian karena kanker penyakit tersebut.
c. Murah Dan mudah dilakukan.
3. Tujuan SADARI
Sadari dilakukan dengan tujuan antara lain :
a. Sadari hanya mendeteksi secara dini kanker payudara , bukan untuk mencegah
kanker payudara. Dengan adanya deteksi maka kanker payudara dapat terdeteksi
pada stadium awal sehinga pengobatan dini akan memperpanjang harapan hidup
penderita kanker payudara.
b. Menurunakan angka kematian penderita karena kanker ditentukan pada stadium
awal akan memberikan harapan hidup lebih lama (Nisman, 2011).
4. Yang dianjurkan melakukan SADARI
America Cencer Society dalam proyek skrining kanker payudara mengajukan
hal berikut ini pada wanita walaupun tidak dijumpai keluhan apapun.
1. Wanita > 20 tahun melakukan SADARI tiap bulan.
2. Wanita > 30 – 40 tahun melakukan mamografi
3. Wanita > 40 tahun melakukan chek up pada dokter ahli.
4. Wanita > 50 tahun chek up rutin / mamografi setiap tahun.
5. Wanita yang mempunyai faktor resiko tinggi (misalnya keluarga ada yang
menderita kanker) pemeriksaan kedoker lebih dan lebih sering (Saryono,
SADARI dilakukan seminggu sesudah menstruasi, ketika kondisi payudara
lunak dan longgar, sehingga memudahkan perabaan. Untuk wanita yang sudah
mengalami menopause boleh dilakukan kapan saja, asal rutin setiap bulan
(Rahayu, 2012)
5. Waktu yang tepat untuk melakukan SADARI
a. Dilakukan setiap bulan .
b. 1 minggu setelah haid.
c. Dilakukan pada saat ingin mandi.
6. Cara Pemeriksaan Payudara Sendiri
A.
1. Perhatikan dengan teliti payudara Anda di muka cermin (tanpa berpakaian), dengan
kedua lengan lurus ke bawah.
2. Amati dengan teliti dan perhatikan bila ada benjolan atau perubahan bentuk pada
payudara sebab Anda sendirilah yang lebih mengenal tubuh Anda.
B.
Dengan kedua siku mengarah ke samping, tekanlah telapak tangan Anda yang satu pada yang
lain secara kuat. Cara ini akan menegangkan otot-otot dada Anda sehingga
perubahan-perubahan seperti cekungan (dekok) dan benjolan akan lebih terlihat.
C.
Pencetlah pelan-pelan daerah di sekitar puting kedua payudara Anda, dan amati apakah keluar
cairan yang tidak normal (tidak biasa).
D.
1. Berbaringlah dengan tangan kanan di bawah kepala dan letakkan bantal kecil di bawah
2. Rabalah seluruh permukaan payudara kanan dengan tangan kiri sampai ke daerah
ketiak. Perhatikanlah bila ada benjolan yang mencurigakan. Lakukan perabaan yang
sama untuk payudara kiri.
E.
1. Raba payudara dengan tiga ujung jari tengah yang dirapatkan.
2. Lakukan gerakan memutar dengan tekanan lembut tetapi mantap, dimulai dari pinggir
F.
Berilah perhatian khusus pada bagian-bagian yang diberi warna merah seperti
ditunjukkan pada gambar di atas, sebab disitu sering ditemukan tumor payudara.
Jika pada saat melakukan “SADARI” ditemukan benjolan atau perubahan pada
payudara (dibandingkan dengan keadaan pada bulan sebelumnya), maka segera periksakan
diri ke dokter karena benjolan itu mungkin suatu tumor ganas (Yayasan Kanker Indonesia,
2012).
Pada umur diatas 20 tahun atau mereka yang beresiko tinggi dianjurkan agar mereka
mengambil peran aktif dalam mendeteksi secara dini ada atau tidak kanker payudara, yaitu
kepada mereka dianjurkan secara rutin untuk melukakan pemerikaan payudara sendiri
(SADARI). Karena dalam penelitian tenyata 75% hingga 85% kanker payudara ditemukan
saat dilakukannya pemeriksaan payudara sendiri (Hawari, 2009).
7. Keuntungan SADARI
Keuntungan dari SADARI untuk meningkatkan kemungkinan harapan hidup pada
wanita penderita kanker payudara hampir 85% ganngguan atau benjolan ditemukan oleh
penderita sendiri melalui pemeriksaan dengan benar. Selain itu SADARI adalah metode
termudah, tercepat, termurah, dan paling sederhana yang dapat mendeteksi secara dini
8. Apa yang di lakukan apa bila menemukan benjolan?
a) Sadarilah bahwa upaya SADARI yang kita lakukan adalah untuk melakukan dekteksi
dini sangat awal sehingga kita punya harapan besar bahwa masalah yang kita temui
adalah masalah yang sangat ringan, bias diobati, dan penyembuhannya dapat
dilakukan dengan baik.
b) Berusahalah untuk tenang jika menemukan benjolan. Jangan berusaha memijat-mijat
benjolan tersebut karena pemijatan tidak akan membuat benjolan mengecil, sebaliknya
justru dapat membuat masalah menjaddi lebih berat jika benjolan ini merupakan
masalah atau penyakit.
c) Segera konsultasikan dengan dokter yang tepat untuk mendapatkan pemeriksaan lebih
lanjut.
Pilihlah dokter ahli bedah untuk konsultasi. Dokter akan makukan pemeriksaan diagnosis
yang teliti terhadap masalah yang anda hadapi dan mintalah penjelasan detail atas penyakit
anda. Sikap tenang pada saat menemukan benjolan juga akan membuat petugas kesehatan
melakukan pemeriksaan dan pengobatan dengan lebih teliti. Jika anda diliputi kecemasan, hal
itu justru dapat meningkatkan risiko dilakukan tindakan yang sebenarnya tidak perlu
KERANGKA TEORITIS
Skema 1. Kerangka Teoritis Ultrasonografi
(USG)
Mamografi MRI
Pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI)