• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI LOKASI 2. 1. Gambaran Umum dan Sejarah Kabupaten Samosir - Evaluasi Pelaksanaan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten Samosir Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II DESKRIPSI LOKASI 2. 1. Gambaran Umum dan Sejarah Kabupaten Samosir - Evaluasi Pelaksanaan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten Samosir Tahun 2014"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI

2. 1. Gambaran Umum dan Sejarah Kabupaten Samosir

Kabupaten Samosir adalah hasil pemekaran dari kabupaten induknya

yakni Kabupaten Toba Samosir yang dibentuk berdasarkan Undang-undang

Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir di Provinsi

Sumatera Utara, diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004 oleh Menteri Dalam

Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia.

Penerapan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah

Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 1999 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pusat dan Daerah, telah mendorong munculnya aspirasi

masyarakat di daerah untuk membentuk kabupaten/kota baru yang bersifat

otonom. Sebab dengan status daerah otonom baru, mereka berharap akan

memperoleh peluang untuk mengurus daerahnya sendiri dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Pembentukan Kabupaten Samosir di Propinsi Sumatera Utara yang

wilayahnya meliputi seluruh Pulau Samosir dan sebahagian wilayah di pulau

sumatera sudah merupakan agenda Pemerintah Kabupaten Toba Samosir. Hal itu

guna dalam kajian percepatan pemekaran Kabupaten Toba Samosir dengan

melahirkan calon Kabupaten Samosir perlu segera dilakukan mengingat

(2)

Usul pemekaran Kabupaten Toba Samosir menjadi dua kabupaten yang

didasarkan pada desakan masyarakat wilayah samosir dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Toba Samosir adalah :

1. Kabupaten Toba Samosir (Induk), terdiri dari 10 (sepuluh) kecamatan

yaitu Kecamatan Balige, Laguboti, Silaen, Habinsaran, Porsea,

Lumbanjulu, Uluan, Pintu Pohan Meranti, Ajibata, dan Borbor.

2. Kabupaten Samosir (kabupaten baru), terdiri dari 9 (sembilan) kecamatan

yaitu kecamatan Pangururan, Ronggur Nihuta, Sianjur Mula-mula,

Simanindo, Nainggolan, Onan Runggu, Palipi, Harian, dan Sitio-tio.

Aspirasi dan argumentasi masyarakat yang disampaikan kepada DPRD

(Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Kabupaten Toba Samosir, Pemerintah

Kabupaten Toba Samosir, dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

ditindaklanjuti dengan:

1. Keputusan DPRD Kabupaten Toba Samosir Nomor 4 Tahun 2002 tanggal

20 Juni 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir.

2. Surat Bupati Toba Samosir Nomor 1101/Pem/2002 tanggal 24 Juni 2002

yang ditujukan kepada Gubernur Sumatera Utara.

3. Surat Bupati Toba Samosir Nomor 135/1187/Pem/2002 tanggal 3 Juli

2002 yang ditujukan kepada Gubernur Sumatera Utara perihal laporan

tentang aspirasi masyarakat Samosir untuk membentuk Kabupaten

(3)

4. Terakhir, dari seluruh argumentasi, usulan DPRD dan Bupati Toba

Samsoir ini diakomodir dengan keluarnya Undang-undang No. 36 Tahun

2003 tanggal 18 Desember 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir

dan Kabupaten Serdang Bedagai.

Terbentuknya Kabupaten Samosir sebagai kabupaten baru merupakan

langkah awal untuk memulai percepatan pembangunan di wilayah Samosir

menuju masyarakat yang lebih sejahtera, dengan tujuan untuk menegakkan

kedaulatan rakyat dalam rangka perwujudan sosial, mendekatkan pelayanan

kepada masyarakat, merespon serta merestrukturisasi jajaran pemerintahan daerah

dalam rangka mempercepat proses pembangunan sehingga dalam waktu yang

cukup singkat dapat sejajar dengan kabupaten lainnya dan akan mengangkat

harkat hidup masyarakat yang ada di kabupaten Samosir pada khususnya, dan di

provinsi sumatera utara pada umumnya.20

Sejalan dengan tuntutan perkembangan era reformasi, Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dipandang perlu mendapat

perubahan dengan terbitnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, yang salah satunya antara lain menetapkan bahwa Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu paket melalui pemilihan

langsung. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, pada tanggal 27 Juni 2005

20

(4)

diselenggarakan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten

Samosir secara langsung oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Samosir yakni

terpilihnya Ir. Mangindar Simbolon dan Ober Sihol Parulian Sagala, SE sebagai

Bupati dan Wakil Bupati Samosir Periode 2005-2010 yang selanjutnya ditetapkan

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131.22-740 tanggal

12 Agustus 2005. Kemudian pada tanggal 13 September 2005, Bupati dan Wakil

Bupati Samosir terpilih dilantik oleh Gubernur Sumatera Utara atas nama

Presiden Republik Indonesia dalam Rapat Paripurna Istimewa DPRD Kabupaten

Samosir.

Dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan, pembangunan dan

pembinaan kemasyarakatan di Kabupaten Samosir sesuai amanat Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor

36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir di Provinsi Sumatera

Utara serta berbagai ketentuan yang berlaku sekaitan dengan tugas dan kewajiban

pemerintahan, Pemerintah Kabupaten bersama DPRD Kabupaten Samosir telah

berhasil menetapkan berbagai peraturan daerah antara lain Peraturan Daerah

(Perda) tentang Pajak dan Retribusi Daerah sebagai salah satu unsur pendukung

dalam penyusunan APBD, Peraturan daerah (Perda) Kelembagaan Organisasi

Perangkat Daerah sebagai landasan penataan organisasi, Perda tentang Lambang

Daerah dan Perda Kabupaten Samosir Nomor 28 Tahun 2005 yang menetapkan

bahwa tanggal 7 Januari sebagai Hari Jadi Kabupaten Samosir, kemudian Perda

(5)

72 Tahun 2005 tentang Desa, Perda tentang Perijinan, Pengelolaan

Keuangan/Barang, Pengawasan Ternak, Pengelolaan Irigasi, Pengendalian

Lingkungan Hidup, Pemberdayaan dan Pelestarian Adat Istiadat, APBD dan

Perubahan APBD termasuk didalamnya Perda tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2006-2010 sebagai landasan

penyelenggaraan pembangunan 5 (lima) tahun ke depan.21

2.1.1. Kondisi Geografis

Secara geografis Kabupaten Samosir terletak di antara 2021’38’’-

2049’48’’ Lintang Utara dan 98024’00’’ - 99001’48’’ Bujur Timur dengan

ketinggian antara 904 - 2.157 meter di atas pemukaan laut. Luas wilayahnya ±

2.069,05 km2, terdiri dari luas daratan ± 1.444,25 km2 (69,80 persen), yaitu

seluruh Pulau Samosir yang dikelilingi oleh Danau Toba dan sebahagian wilayah

daratan Pulau Sumatera, dan luas wilayah danau ± 624,80 km2 (30,20 persen).

Menurut daerah tingkat kecamatan, wilayah daratan yang paling luas

adalah Kecamatan Harian dengan luas ± 560,45 km2 (38,81 persen), diikuti oleh

Kecamatan Simanindo ± 198,20 km2 (13,72 persen), Kecamatan Sianjur

Mulamula ± 140,24 km2 (9,71 persen), Kecamatan Palipi ± 129,55 km2 (8,97

persen), Kecamatan Pangururan ± 121,43 km2 (8,41 persen), Kecamatan

Ronggurnihuta ± 94,87 km2 (6,57 persen), Kecamatan Nainggolan ± 87,86 km2

(6,08 persen), Kecamatan Onanrunggu ± 60,89 km2 (4,22 persen), dan Kecamatan

Sitiotio ± 50,76 km2 (3,51 persen).

(6)

Tabel 2.1

Luas Wilayah Kabupaten Samosir Berdasarkan Kecamatan Tahun 2012

Sumber : Samosir Dalam Angka 2013

Selanjutnya, yang menjadi batas-batas wilayah Kabupaten Samosir, yaitu:

• Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten

Simalungun;

• Di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan

Kabupaten Humbang Hasundutan;

• Di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten

(7)

• Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir.

Gambar 2.1.1. PETA KABUPATEN SAMOSIR

MAP OF SAMOSIR REGENCY

Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Samosir Dalam

Angka Tahun 2013. Kabupaten samosir.

Keadaan topografi dan kontur tanahnya beraneka ragam, yaitu datar,

landai, miring dan terjal. Struktur tanahnya labil dan berada pada jalur gempa

tektonik dan vulkanik.22

2.1.2. Iklim

Posisi geografis yang berada di garis khatulistiwa, kabupaten Samosir

tergolong ke dalam beriklim tropis basah dengan suhu berkisar antara 17° C-29°

C, dengankelembapan udara rata-rata 85.04%.

22

(8)

Rata-rata curah hujan per bulan yang tertinggi terdapat di Kecamatan

Sianjur Mulamula, yaitu 185,67 mm, disusul oleh Kecamatan Sitiotio 167,75 mm,

Kecamatan Pangururan 140,00 mm, Kecamatan Simanindo 137,67 mm,

Kecamatan Palipi 115,83 mm, Kecamatan Onanrunggu 110,25 mm, Kecamatan

Harian 86,67 mm, Kecamatan Ronggur Nihuta 80,08 mm, dan yang terendah

terdapat di Kecamatan Nainggolan, yaitu 35,50 mm.

Sementara itu, rata-rata banyaknya hari hujan tiap bulan yang tertinggi

terdapat di Kecamatan Sianjur Mulamula, yaitu 15,17 hari, disusul oleh

Kecamatan Pangururan 12,50 hari, Kecamatan Sitiotio 10,67 hari, Kecamatan

Simanindo 9,92 hari, Kecamatan Onanrunggu 9,67 hari, Kecamatan Palipi 9,08

hari, Kecamatan Ronggur Nihuta 7,83 hari, dan yang terendah terdapat di

Kecamatan Nainggolan dan Kecamatan Harian, yaitu masing-masing 7,50 hari.23

2.1.3. Pemerintahan

2.1.3.1. Wilayah Administrasi

Wilayah administrasi pemerintahan kecamatan di Kabupaten Samosir

belum ada mengalami pemekaran, yaitu terdiri dari 9 kecamatan, sementara

wilayah administrasi pemerintahan desa/kelurahan mengalami pemekaran pada

tahun 2011, yaitu dari 111 desa dan 6 kelurahan menjadi 128 desa dan 6

kelurahan.24

23

Ibid. Hal 4.

24

(9)

2.1.3.2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Berdarkan data dari Sekretariat DPRD Kabupaten Samosir, Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Samosir hasil pemilu

legislatif tahun 2009 adalah sebanyak 25 orang, terdiri dari 22 orang laki-laki

(88,00 persen) dan 3 orang perempuan (12,00 persen), berasal dari 15 Partai

Politik peserta Pemilu, yaitu Partai Hanura, Partai Nasional Indonesia

Marhaenisme, Partai Perjuangan Indonesia Baru masing-masing 3 orang, Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Demokrat, Partai Golongan Karya,

Partai Damai Sejahtera masing-masing 2 orang, dan Partai Republika Nusantara,

Partai Gerakan Indonesia Raya, Partai Patriot, Partai Kasih Demokrasi Indonesia,

Partai Pelopor, Partai Karya Peduli Bangsa, Partai Buruh, Partai Keadilan dan

Persatuan Indonesia masing-masing 1 orang.25

2.1.3.3. Pegawai Negeri Sipil

Berdasarkan data dari Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Samosir,

Pegawai Negeri Sipil (PNS) Daerah Otonom Kabupaten Samosir pada tahun 2012

adalah sebanyak 3.727 orang, terdiri dari 1.443 orang laki-laki (38,72 persen) dan

2.284 orang perempuan (61,28 persen). Jumlah PNS ini mengalami penurunan

sebanyak 146 orang (3,77 persen) bila dibandingkan dengan tahun 2011.

Menurut usia, PNS Daerah Otonom Kabupaten Samosir yang paling

banyak adalah berusia 25 - 44 tahun, yaitu sebanyak 2.168 orang (58,17 persen),

25

(10)

disusul oleh yang berusia 45 - 60 tahun sebanyak 1.548 orang (41,53 persen), dan

yang berusia 20 - 24 tahun sebanyak 11 orang (0,30 persen).

Selanjutnya menurut tingkat pendidikan, PNS Daerah Otonom Kabupaten

Samosir yang paling banyak adalah yang berpendidikan Strata-1, yaitu sebanyak

1.357 orang (36,41 persen), diikuti oleh SLTA sebanyak 1.236 orang (33,16

persen), Diploma I/II/III sebanyak 1.063 orang (28,52 persen), Strata-2 sebanyak

32 orang (0,86 persen), SLTP sebanyak 26 orang (0,70 persen), dan yang

berpendidikan SD sebanyak 13 orang (0,35 persen).26

2.1.3.4. Administrasi Pemerintahan

Berdasarkan data dari Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Samosir

kepemilikan sertifikat hak atas tanah di Kabupaten Samosir pada tahun 2011/2012

mengalami peningkatan sebesar 28,14 persen bila dibandingkan dengan tahun

2010/2011, yaitu dari 2.971 menjadi 3.807.

Banyaknya narapidana dan tahanan pada cabang rumah tahanan negara di

pangururan pada tahun 2011 adalah sebanyak 824 orang, namun pada tahun 2012

mengalami penurunan menjadi 345 orang.27

2.1.4. Kependudukan dan Sosial Budaya

Kondisi kependudukan maupun keadaan sosial budaya mayarakat di

Kabupaten Samosir mempunyai karakter yang khas yang memegang teguh

kebudayaan dan agama serta adat-istiadat yang ada di daerah tersebut.

Berdasarkan angka proyeksi penduduk pertengahan tahun 2012, jumlah

penduduk Kabupaten Samosir adalah 121.594 jiwa, terdiri dari 60.384 penduduk

26

Ibid., Hal 21.

27

(11)

laki-laki (49,66 persen) dan 61.210 penduduk perempuan (50,34 persen), dengan

rasio jenis kelamin sebesar 98,65 dan angka kepadatan penduduk mencapai 84,19

jiwa/km2. Sementara itu jumlah rumah tangga adalah 29.775 rumah tangga

dengan rata-rata penduduk tiap rumah tangga sebesar 4,08 jiwa/rumah tangga.

Menurut persebaran penduduk tiap kecamatan, penduduk yang lebih

banyak adalah di Kecamatan Pangururan, yaitu 29.889 jiwa (24,58 persen),

dengan angka kepadatan penduduk 246,14 jiwa/km2, sedangkan penduduk yang

paling sedikit adalah di Kecamatan Sitiotio yaitu 7.239 jiwa (5,95 persen), dengan

angka kepadatan penduduk rata-rata 142,61 jiwa/km2.

Kecamatan yang mempunyai angka kepadatan penduduk paling rendah

adalah Kecamatan Harian, walaupun wilayahnya paling luas, yaitu mencapai

560,45 km2, namun hanya didiami oleh 7.988 jiwa (6,57 persen) penduduk

dengan angka kepadatan penduduk rata-rata 14,25 jiwa/km2. Hal ini disebabkan

karena sebagian besar wilayahnya merupakan areal hutan produksi maupun hutan

lindung dan juga areal pertanian.28

28

(12)

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga di Kabupaten Samosir Menurut Kecamatan Tahun 2012

NO. KECAMATAN

(13)

Gambar 2.2

Distribusi Penduduk Kabupaten Samosir Menurut Kecamatan Tahun 2012

2.1.4.1. Pendidikan

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS),

persentase penduduk Kabupaten Samosir berusia 10 tahun ke atas yang masih

sekolah diperkirakan sebesar 28,42 persen, sedangkan yang tidak/belum pernah

sekolah adalah 1,21 persen, dan yang tidak bersekolah lagi adalah 70,36 persen.

Persentase penduduk yang masih sekolah dan yang tidak bersekolah lagi

mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun sebelumnya, sementara yang

tidak/belum pernah sekolah mengalami penurunan.

Berdasarkan tingkat pendidikan, Angka Partisipasi Kasar (APK) penduduk

Kabupaten Samosir pada tingkat Sekolah Dasar adalah 107,20 persen, tingkat

Sekolah Menengah Tingkat Pertama adalah 92,82 persen, dan Sekolah Menengah

(14)

(APM) pada tingkat Sekolah Dasar adalah 94,71 persen, tingkat Sekolah

Menengah Tingkat Pertama adalah 78,56 persen, dan Sekolah Menengah Tingkat

Atas adalah 79,86 persen.

Persentase penduduk Kabupaten Samosir berusia 10 tahun ke atas yang

buta huruf pada tahun 2012 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun

2011, yaitu dari 2,16 persen menjadi 1,70 persen. Menurut jenis kelamin,

persentase penduduk perempuan yang buta huruf, yaitu 3,01 persen, lebih tinggi

dari penduduk laki-laki yang hanya sebesar 0,36 persen.29

2.1.4.2. Kesehatan dan Keluarga Berencana

Angka Harapan Hidup (e0) penduduk Kabupaten Samosir setiap tahun

mengalami peningkatan hingga mencapai 69,95, lebih tinggi bila dibandingkan

dengan rata-rata Angka Harapan Hidup penduduk Sumatera Utara, yaitu sebesar

69,81 tahun.

Berdasarkan data dari kantor keluarga berencana Kabupaten Samosir,

banyaknya Pasangan Usia Subur (PUS) tahun 2012 di Kabupaten Samosir adalah

13.293 pasangan, 11.036 pasangan (79,26 persen) diantaranya adalah akseptor

aktif. Sementara itu jumlah akseptor baru adalah sebanyak 3.634 pasangan.30

29

Ibid., hal 101.

30

(15)

2.1.4.3. Perumahan

Berdasarkan hasil SUSENAS, persentase rumah tangga di Kabupaten

Samosir yang sudah menggunakan listrik PLN sebagai sumber penerangan utama

adalah 94,07 persen, listrik Non PLN 3,99 persen, aladin/petromak 1,15 persen,

dan pelita/obor 0,79 persen.

Menurut sumber air minum utama, persentase rumah tangga yang

menggunakan air kemasan bermerk/air isi ulang/leding dengan meteran/leding eceran

adalah 10,32 persen, sedangkan yang menggunakan sumur bor /pompa/sumur

terlindung/sumur tidak terlindung/ mata air terlindung/mata air tidak terlindung/air

sungai/danau/air hujan adalah 61,01 persen, dan yang lainnya adalah 28,68 persen.

Sementara itu persentase rumah tangga yang memiliki lantai rumah terbuat dari

bukan tanah adalah 99,25 persen dan terbuat dari tanah adalah 0,75 persen.31

2.1.4.4. Sosial Lainnya

Berdasarkan data dari kantor kementerian agama Kabupaten Samosir, pada

tahun 2012 penduduk Kabupaten Samosir yang beragama Kristen adalah

sebanyak 85.459 jiwa (56,90 persen), Katolik 62.613 jiwa (41,69 persen), Islam

1.524 jiwa (1,01 persen), dan lainnya 591 jiwa (0,39 persen).32

31

Ibid., hal 102.

32

(16)

2.1.5. Visi dan Misi Kabupaten Samosir

Visi merupakan gambaran sikap mental dan cara pandang jauh ke depan

mengenai organisasi sehingga organisasi tersebut tetap eksis, antisipatif dan

inovatif. Oleh karena itu, yang menjadi visi Kabupaten Samosir tahun 2010-2015

adalah: “SAMOSIR MENJADI DAERAH TUJUAN WISATA LINGKUNGAN

YANG INOVATIF 2015.” Beberapa kata kunci dari kalimat visi tersebut, dapat

dijelaskan seperti berikut:

1. Wisata Lingkungan mengandung makna bahwa pariwisata yang

mempertimbangkan dampak sosial ekonomi dan lingkungan dimasa kini

dan masa mendatang dengan memperhatikan kebutuhan pengunjung

(wisatawan), industri pariwisata, lingkungan sekitar dan masyarakat tuan

rumah. Arah pengembangan destinasi pariwisata lingkungan adalah

pariwisata berkelanjutan yaitu upaya terpadu dan terorganisasi untuk

mengembangkan kualitas hidup melalui pengaturan, penyediaan

pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya alam dan

budaya secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi juga adil secara

etika dan sosial terhadap masyarakat.

2. Inovatif mengandung makna bahwa Kabupaten Samosir akan berkreasi,

mau dan dapat mengadakan pembaharuan sesuai tantangan, untuk

menggali dan memperkenalkan hal-hal yang baru akan seni, budaya dan

situs/artefak sejarah etnis batak maupun kawasan wisata rekreasi yang

(17)

Dalam rangka mewujudkan visi dimaksud, maka disusun Misi Kabupaten

Samosir 2011-2015 adalah sebagai berikut:

1.

Memantapkan Good Governance dengan dukungan SDM yang berkualitas

serta prasarana dan sarana yang memadai dan berstandart.

2. Mengembangkan ekonomi kerakyatan untuk peningkatan kesejahteraan

rakyat dengan pengelolaan Sumber Daya alam (SDA) yang berkelanjutan

dan terkendali.

3. Meningkatkan infrastruktur dan konservasi alam yang handal berdasarkan

tata ruang yang mantap untuk mendukung industri pariwisata berbasis

lingkungan dan budaya.

4. Meningkatkan kondusifitas daerah dengan mendorong pelaksanaan

demokrasi dan penegakan hukum.

5. Mengembangkan jejaring yang sinergis kepada semua pihak.33

2.2. Gambaran umum MUSRENBANG Kabupaten

Musyawarah perencanan pembangunan (MUSRENBANG) kabupaten

adalah musyawarah pemangku kepentingan (stakeholder) ditingkat

kabupaten/kota untuk mematangkan Rancangan Rencana Kerja Pembangunan

Daerah (RKPD) kabupaten/kota yang disusun berdasarkan kompilasi seluruh

Rancangan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) hasil

forum SKPD dengan cara meninjau keserasian antara seluruh rancangan Renja

33

(18)

SKPD yang hasilnya digunakan untuk pemutakhiran Rancangan RKPD dengan

merujuk kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

Undang-Undang No 25 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa

perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang

tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang

tersedia. Pengertian sumber daya yang dimaksudkan adalah potensi, kemampuan

dan kondisi lokal, termasuk anggaran, untuk dikelolah dan dimanfaatkan bagi

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sementara itu di dalam Undang-Undang

No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menyatakan bahwa

kabupaten/kota merupakan daerah otonom, dalam artian bahwa daerah memiliki

kewenangan membuat daerah kebijakan untuk memberikan pelayanan,

peningkatan partisipasi, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang ditujukan

untuk pemberdayaan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Guna mewujudkan kemajuan daerah, kesejahteraan, dan kemadirian

masyarakat maka perlu didukung oleh pengelolaan pembangunan yang

partisipatif. Pada tataran pemerintahan diperlukan perilaku pemerintahan yang

jujur, terbuka, bertanggung jawab, dan demokratis. Sedangkan pada tataran

masyarakat perlu dikembangkan mekanisme yang memberikan peluang peran

serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan bagi kepentingan bersama.

Salah satu arena proses pengambilan keputusan secara parisipatif dalam

kebijakan daerah adalah Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)

(19)

dalam merumuskan perencanaan pembangunan secara kolaboratif dengan

melibatkan 3 pilar pemerintahan, yaitu pemerintah daerah (eksekutif dan

legislative), kalangan masyarakat, dan kalangan swasta. Dengan demikian

musrenbang menjadi arena strategis untuk para pihak dalam merumuskan

perencanaan pebangunan daerah.

2.2.1. Kerangka Hukum Musrenbang Kabupaten/Kota

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

merupakan kerangka dasar otonomi daerah yang salah satunya mengamanatkan

dilaksanakannya perencanaan pembangunan dari bawah secara partisipatif.

Payung hukum untuk pelaksanan Musrenbang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2004 tentang system Perencanan Pembangunan Nasional, dan

secara teknis pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun

2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi

Pelaksanaan Pembangunan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Pasal 18 ayat (2)

menyebutkan bahwa “Musrenbang RKPD dilaksanakan oleh Bappeda setiap

tahun dalam rangka membahas RancanganRKPDtahun berikutnya”. Selanjutnya

pada Pasal 18 ayat (4) disebutkan bahwa, “Musrenbang RKPD kabupaten/kota

dilaksanakan untuk keterpaduan Rancangan Renja SKPD dan

(20)

dasar hokum bagi pelaksanaan Musrenbang RKPD kabupaten/kota sebagai ruang

untuk membahas rancangan RKPD untuk tahun yang akan datang.

Untuk mendukung pelaksanaan peraturan perundang-undangan tersebut,

maka pembangunan yang dilaksanakan dengan meggunakan paradigm

pembedayaan masyarakat sangat diperlukan untuk mewujudkan partisipasi

masyarakat baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun pengendalian

pembangunan pada tataran pemerintrah di desa/kelurahan, kecamatan, dan

pemerintah kabupaten.

2.2.2 Partisipasi Masyarakat di Musrenbang Kabupaten/Kota

Salah satu kunci dalam proses Musrenbang adalah adanya musyawarah

dalam merumuskan kebijakan dan program daerah. Konsep musyawarah

menunjukkan bahwa forum Musrenbang bersifat partisipatif dan dialogis, bukan

seminar dan sosialisasi informasi. Proses musrenbang jangan sampai disusun

sebagai suatu acara seremonial yang separuh atau sebagian besar dari waktunya

diisi dengan samburan dan pidato-pidato. Inti dari musrenbang adalah partisipasi

aktif warga. Dalam setiap level musrenbang, pelibatan masyarakat merupakan

cerminan dari praktik partisipasi warga dan sekaligus arena akuntabilitas

pemerintahan.

Forum Musrenbang kabupaten/kota merupakan langkah penghujung dalam

proses perencanaan, yaitu pemeriksaan bersama dokumen Rancangan Awal

(21)

yang merupakan kombinasi hasil dari proses partisipatif spasial dan sektoral

(musrenbang desa/kelurahan, kecamatan, sampai forum SKPD) dan proses

teknokrati

2.2.3. Tujuan dan Luaran Musrenbang Kabupaten/Kota Tujuan Musrenbang kabupaten/kota yaitu:

1. Meyempurnaka Rancangan Awal RKPD yang memuat:

• Prioritas pembangunan daerah;

• Alokasi anggaran indikatif berdasarkan program dan fungsi

SKPD;

• Rancangan Alokasi Dana Desa;

• Usulan kegiatan yang pendanaannya berasal dari APBD

provinsi, APBN, dan sumber pendanaan lainnya;

2. Menyusun rincian rancangan awal kerangka anggaran yang merupakan

rencana kegiatan pengadaan barang dan jasa yang perlu dibiayai oleh

APBD untuk mencapai tujuan pembangunan.

3. Menyusun rincian rancangan awal kerangka regulasi yang merupakan

rencana kegiatan melalui pengaturan yang mendorong partisipasi

masyarakat ataupun lembaga terkait lainnya untuk mencapai tujuan

(22)

Luaran Musrenbang kabupaten/kota adalah

1. Kesepakatan tentang rumusan yang menjadi masukan utama untuk

pemutakhiran Rancangan RKPD menjai RKPD dan Rancangan

Renja SKPD, yang meliputi:

• Daftar prioritas program dan kegiatan pembangunan dan

alokasi anggaran indikatif yang berdasarkan program dan

SKPD;

• Daftar prioritas program dan keggiatan pembangunan yang

sudah dipilah berdasarkan sumber pembiayaan dari APBD

kabupaten, APBD provinsi, APBN, dan sumber pendanaan

lainnya;

• Daftar usulan kebijakan atau regulasi yang diperlukan pada

tingkat pemerintahan kabupaten, provinsi, dan pusat.

2. Tim delegasi yang akan mengikuti pengawalan hasil Musrenbang

di DPRD pada proses penganggaran;

3. Berita acara Musrenbang kabupaten.

2.2.4. Proses Umum Musrenbang Kabupaten/Kota Tahapan Pra-Musrenbang Kabupaten/Kota

1. Pengorganisasian Musrenbang kabupaten/kota, terdiri atas

(23)

• Penyusunan struktur organisasi Tim penyelenggara Musrenbang

(TPM) kabupaten/kota dan pembagian tugasnya: ketua, bendahara,

dan seksi-seksi (acara, materi, logistik);

• Pembentukan Tim Pemandu kabuaten/kota oleh TPM;

• Persiapan teknis pelaksanaan Musrenbang Kabupaten/kota yaitu:

 Penyusunan jadwal dan agenda Musrenbang

kabupaten/kota;

 Pengumuman kegiatan Musrenbang kabupaten/kota

danpenyebaran undangan kepada peserta dan narasumber

(minimal 7 hari sebelum Hari-H)

 Mengkoordinir persiapan logistic (tempat,konsumsi,alat

dan bahan).

2. Penyiapan dokumen Rancangan Awal Rencana Kerja Pembangunan

Daerah (RKPD)

Tahapan Pelaksanaan Musrenbang Kabupaten/Kota

1. Pembukaan. Acara ini dipandu oleh pembawa acara dengan kegiatan

sebagai berikut:

• Kata pembuka dan penyampaian agenda musrenbang

kabupaten/kota oleh pembawa acara;

• Laporan penyelenggaraan oleh ketua panitia Musrenbang (ketua

(24)

• Sambutan dari bupati sekaligus secara resmi membuka acara

Musrenbang kabupaten/kota;

• Doa bersama.

2. Pemaparan dan diskusi narasumber (diskusi narasumber) sebagai

hmasukan untuk musyawarah:

• Pemaparan dari ketua DPRD tentang pokok-pokok pikiran DPRD

terkait dengan arah pembangunan daerah ditahun mendatang;

• Pemaparn narasumber dari pemerintah pusat (Bappenas) tentang

arah dan kebijakan pembangunan di tingkat nasional serta

program-program pemerintah nasional yang akan berlokasi di

daerah bersangkutan;

• Pemaparan narasumber dari pemerintah provinsi (Bappeda

provinsi) tentang arah dan kebijakan pembangunan provinsi;

• Pemaparan dari Bappeda kabupaten/kota tentang proses

perencanaan dan gambaran hasil rencana pembangunan sejauh ini.

3. Pemaparan dan pembahasan Rancangan Awal Rencana Kerja

Pembangunan Daerah (RKPD):

• Pemaparan secara umum tentang Rancangan RKPD;

• Diskusi kelompok/komisi pembahasan RKPD;

• Pleno penyepakatan hasil-hasil diskusi kelompok/komisi

pembahasan Rancangan Awal Rencana Kerja Pembangunan

(25)

4. Musyarah penentuan Tim Delegasi dengan proses sebagai berikut:

• Penyampaian/penyepakatan kriteria tim delegasi;

• Penentuan clondari peserta Musrenbang;

• Pemilihan/pengambilan suara;

• Penyampaian/penyepakatan mandat yang diberikan kepada Tim

Delegasi.

5. Penutupan acara ini biasanya dilakukan dengan sebagai berikut;

• Penandatanganan Berita Acara Musrenbang;

• Kata penutup Ketua TPM.

Tahapan Paska-Musrenbang Kabupaten/Kota

1. Rapat kerja tim perumus hasil Musrenbang kabupaten/kota yang

diselenggarakan oleh Bappeda dengan agenda utama melakukan

penyusunan finalisasi dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah

sampai menjadi Peraturan Kepala Daerah;

2. Pembekalan Tim Delegasi kabupaten/kota. Materi utama pembekalan

adalah;

• Substansi penting dokumen RKPD, system perencanaan daerah

(perspektif secara konseptual dan dasar regulasinya);

• Analisis anggaran;

• Tata tertib DPRD;

• Materi-materi lainnya yang dapat memperkuat kemampuan Tim

(26)

2.3.Defenisi Pembangunan, Perencanaan, dan Perencanaan Pembangunan. 2.3.1. Pembangunan

Pembangunan adalah pergeseran dari suatu kondisi nasional yang satu

menuju kondisi nasional yang lain, yang dipandang lebih baik dan lebih berharga

(Katz dalam Tjokrowinoto 1995). Disamping itu pembangunan juga merupakan

proses multi dimensional yang menyangkut perubahan-perubahan yang penting

dalam suatu struktur, sistem sosial ekonomi, sikap masyarakat dan lembaga

lembaga nasional dan akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengangguran

kesenjangan dan pemberantasan kemiskinan absolut.34

Meskipun pengertian pembangunan amat bervariasi namun menurut

Esman secara umum pembangunan dapat diartikan sebagai proses perubahan dari

kondisi nasional yang satu ke kondisi nasional yang di pandang lebih baik atau

kemajuan yang terus menerus menuju perbaikan kehidupan manusia yang

mapan.

Pengertian tersebut

mengisyaratkan bahwa pembangunan berarti proses menuju perubahan yang

dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat itu sendiri.

35

Pembangunan masyarakat desa dapat dilakukan berdasarkan 3 azas,

diantaranya: (1) azas pembangunan integral, (2) azas kekuatan sendiri, (3) azas

pemufakatan bersama.36

34 Michael, Todaro, 1977,

Pembangunan ekonomi di dunia Ketiga, Erlangga, Jakarta.

35

Moelyarto, Tjokrowinoto, 1999, Restrukturisasi Ekonomi dan Birokrasi, Kreasi Wacana, Yogyakarta. Hlm 91.

36

Tjokroamidjojo, Bintoro, 1995, manajemen Pembangunan, Gunung Agung, Jakarta. Hlm 35.

Azas pembangunan integral ialah pembangunan yang

seimbang dari semua segi masyarakat desa. Azas kekuatan sendiri adalah tiap-tiap

(27)

bersama ialah pembangunan harus dilaksanakan secara benar untuk menjadi

kebutuhan masyarakat desa dan putusan untuk melaksanakan proyek bukan atas

prioritas atasan tetapi merupakan keputusan bersama anggota masyarakat desa.

Disamping itu strategi desa yang telah dikembangkan antara lain

pendekatan dari atas (top down), pendekatan dari bawah (bottom up) dan

pendekatan pengelolaan mandiri oleh masyarakat desa (community base

management). Pendekatan ‘top down’ dilaksanakan berdasarkan jalan pikiran

bahwa masyarakat desa adalah pihak yang bodoh dan belum dapat memikirkan

serta mengerjakan apa yang baik untuk mereka. Jadi semua segi kehidupan

dirancang dan diturunkan dari pemerintahan. Pendekatan ‘bottom up’

dilaksanakan dengan asumsi bahwa masyarakat desa telah memiliki kemampuan

untuk memikirkan dan mengerjakan kebutuhannya sendiri dan pemerintah hanya

turut serta dalam sistem administrasinya. Pendekatan ‘community base

management’ sebenarnya bukan gagasan baru namun muncul dan digali dari

masyarakat setempat yang diangkat dari praktek masyarakat tradisional dalam

mengelola sumber daya alam untuk kesejahteraan ekonomi bersama dalam desa

tanpa campur tangan pemerintah.

Pembangunan memerlukan perencanaan karena kebutuhan pembangunan

lebih besar daripada sumber daya yang tersedia. Melalui perencanaan ingin

dirumuskan kegiatan pembangunan yang secara efisien dan efektif dapat memberi

hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan

(28)

2.3.2. Perencanaan

Secara umum perencanaan berasal dari kata rencana, yang berarti

rancangan atau rangka sesuatu yang akan dikerjakan. Menurut Waterson pada

hakekatnya perencanaan adalah usaha yang secara sadar terorganisasi dan terus

menerus dilakukan guna memilih alternatif terbaik dari sejumlah alternatif untuk

mencapai tujuan tertentu.37 Sedangkan J Nehru menyatakan bahwa perencanaan

adalah suatu bentuk latihan intelejensia guna mengolah fakta serta situasi

sebagaimana adanya dan mencari jalan keluar guna memecahkan masalah.38

Kemudian Beenhakker menyatakan bahwa perencanaan adalah seni untuk

melakukan sesuatu yang akan datang agar dapat terlaksanakan.39 Definisi lain

diungkapkan Kunarjo yang menyebutkan bahwa secara umum perencanaan

merupakan proses penyiapan seperngkat keputusan untuk dilaksanakan pada

waktu yang akan datang yang diarahkan pada pencapaian sasaran tertentu.40

Definisi perencanaan yang lain dikemukakan oleh Sitanggang,

mengemukakan bahwa perencanaan diartikan sebagai alat atau unsur dalam upaya

menggerakan dan mengarahkan organisasi dan bagian-bagiannya mencapai tujuan

yang ditentukan. Sedangkan Bintoro Tjokroamidjojo (1998:12) berpendapat

bahwa perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya

37Conyers, Diana, 1994,

Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga: Suatu Pengantar, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hlm 4.

38Conyers, Diana, 1994, Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga: Suatu Pengantar,

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hlm 4. 39

Conyers, Diana, 1994, Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga: Suatu Pengantar, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hlm 4.

40

(29)

(maximum Output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan

efektif. Beliau juga mengungkapkan bahwa perencanaan adalah penentuan tujuan

yang akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilama dan oleh siapa.

Menurut Koontz dan O’Donnel, perencanaan adalah fungsi seorang

manajer yang berhubungan dengan memilih tujuan-tujuan, kebijakan-kebijakan,

prosedur-prosedur, proigram-program dari alternatif yang ada. Sedangkan Louis

A Allen mengemukakan bahwa perencanaan adalah menentukan serangkaian

tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Adapun langkah atau proses perencanaan, yaitu:

1. Perumusan tujuan

Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang keinginan atau

kebutuhan organisasi atau kelompok kerja. Tanpa rumusan tujuan yang jelas,

organisasi akan menggunakan sumberdaya-sumber dayanya secara tidak efektif.

2. Perumusanmasalah

Kegiatan ini sangat penting, hanya setelah keadaan organisasi saat ini dianalisa

dapat dirumuskan untuk menggambarkan rencana kegiatan lebih lanjut.

3. Melakukan analisa

Segala kekuatan dan kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu

(30)

2.3.3. Perencanaan Pembangunan

Pengertian perencanaan pembangunan dapat dilihat berdasarkan

unsur-unsur yang membentuknya yaitu: perencanaan dan pembangunan. Perencanaan

menurut Terry adalah memilih dan menghubungkan fakta dan membuat serta

menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dengan jalan

menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil

yang diinginkan.41

Setiap bentuk perencanaan pasti mempunyai implikasi atau aspek sosial,

karenanya dapatlah dianggap bahwa perencanaan sosial harus merupakan bentuk

arahan bagi seluruh rangkaian kegiatan perencanaan itu sendiri. Perencanaan jenis

ini biasanya dipakai pemerintah atau badan lainnya guna mengatasi masalah

perubahan ekonomi dan masalah sosial pada umumnya. Perencanaan ini dikenal

dengan perencanaan pembangunan.42

Perencanaan pembangunan tidak mungkin hanya dilakukan di atas kertas

tanpa melihat realitas di lapangan. Data valid di lapangan sebagai data primer

merupakan ornamen-ornamen penting yang harus ada dan digunakan menjadi

bahan dalam kegiatan perencanaan pembangunan. Dengan demikian perencanaan

pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses perumusan alternatif-alternatif

atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang

akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian

41

Hasibuan, Malayu, S.P.Drs, 1993, Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah, CV. Haju Masagung, Jakarta.hlm 95.

42

(31)

kegiatan/aktivitas kemasyarakatan baik yang bersifat fisik (mental spiritual) dalam

rangka pencapaian tujuan yang lebih baik.

Mekanisme perencanaan pembangunan di Indonesia telah diterapkan

secara luas mulai pertengahan tahun 1980-an. Mekanisme perencanaan tersebut

menggunakan kombinasi antara pendekatan dari bawah (bottom up approach) dan

dari atas (top down approach). Terdapat enam tahap yang dilalui, mulai dari

musyawarah pembangunan desa (musbangdes), Diskusi unit daerah kerja

pembangunan (UDKP) di tingkat Kecamatan, rapat koordinasi pembangunan

(rakorbang) di tingkat Kabupaten/Kota, rakorbang tingkat Propinsi, konsultasi

regional pembangunan (konregbang), dan konsultasi nasional pembangunan

(konasbang).

Perluasan otonomi daerah yang semakin dititikberatkan kepada

kabupaten/kota akan membawa konsekuensi dan tantangan yang cukup berat bagi

pengelola administrasi negara di daerah, baik dalam tahap perumusan kebijakan

maupun implementasinya program-program pembangunan. Oleh karena itu model

pembangunan daerah di masa kini dan masa depan perlu difokuskan kepada

pengembangan masyarakat lokal. Model pembangunan itu dilakukan melalui

perubahan paradigma pembangunan top down ke pembangunan partisipatif.

Untuk mendapatkan hasil perencanaan pembangunan daerah yang baik,

tepat waktu, tepat sasaran, berdaya guna dan berhasil guna, dibutuhkan

keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan, karena masyarakat

(32)

sekaligus memahami apa yang ada di wilayahnya, disamping itu dengan

melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan, pemerintah telah

memberikan kepercayaan kepada masyarakatnya, sehingga mereka dapat merasa

ikut bertanggung jawab dan merasa memiliki program-program pembangunan

yang jelas akan sangat menguntungkan bagi pelaksanaannya.

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Kabupaten Samosir

Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan Kabupaten Samosir

adalah :43

a. Pemerintahan :

1. Penyelenggaraan pemerintahan yang belum optimal dalam

mewujudkan good governance;

2. Regulasi hukum yang masih terbatas;

3. Masih kurangnya ketersediaan sumber daya aparatur dalam

melaksanakan pelayanan terhadap masyarakat.

b. Ekonomi :

1. Distribusi PDRB kabupaten masih didominasi sektor primer

(pertanian);

2. Pertumbuhan ekonomi yang masih minim menunjukkan bahwa

tingkat kesejahteraan masyarakat masih rendah;

43

(33)

3. Belum berkembangnya industri kerajinan dalam pemanfaatan potensi

lokal berdampak pada lambatnya peningkatan kesejahteraan

masyarakat;

4. Masih terbatasnya akses pemasaran hasil produksi;

5. Tingkat kesuburan tanah rendah akibat tingginya run-off dan

pemakaian pupuk kimia;

6. Kelompok Usaha Bersama (KUB) belum berkembang sehingga

Industri Kecil dan Rumah Tangga (IKRT) belum maju/mapan;

7. Minimnya investor yang masuk ke daerah mengakibatkan lambatnya

percepatan perekonomian daerah, sebagai dampak dari belum

selesainya penataan dan pemanfaatan lahan yang jelas untuk

dikerjasamakan dengan para investor.

c. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama :

1. Tingkat pengangguran terbuka yang besar berpengaruh pada

kenaikan angka kriminalitas;

2. Kualitas pendidikan akan berpengaruh terhadap daya saing SDM

daerah dalam membangun daerah;

3. Kesetaraan gender, perlindungan anak dan penegakan HAM yang

masih rendah menandakan bahwa pemerintah daerah masih kurang

adil dalam perlindungan warganya;

4. Pemberdayaan masyarakat yang rendah mengakibatkan lambatnya

(34)

d. Sarana dan Prasarana :

1. Peralatan kesehatan pada RSUD, puskesmas, pustu, poskesdes belum

memadai;

2. Pembangunan infrastruktur (jalan, jembatan, irigasi, sarana air

bersih, listrik dll) masih terbatas;

3. Kemauan dan motivasi masyarakat untuk maju masih rendah,

sehingga pelaksana paradigma pembangunan yakni masyarakat

sebagai subjek dan objek pembangunan masih sulit dilaksanakan

(karakter);

4. Fasilitas sarana dan prasarana pada destinasi wisata masih terbatas

(jalan, restoran, warung, kios buah, kios souvenir, paket

budaya/kesenian) belum terbenahi dengan baik;

5. Belum adanya pasar dan terminal yang memadai di ibukota –

Pangururan;

6. Belum tertatanya Kota Pangururan dalam upaya meraih piala adipura

(baru tingkat sertifikat) seperti untuk hutan kota, pelabuhan, terminal,

kebersihan dan pengolahan limbah, drainase dan penataan

bangunan/pemukiman;

7. Penataan lingkungan dan sanitasi dan pelayanan sarana air bersih

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1.1. PETA KABUPATEN SAMOSIR
Tabel 2.2
Gambar 2.2 Distribusi Penduduk Kabupaten Samosir Menurut Kecamatan Tahun 2012

Referensi

Dokumen terkait

"Analisis Potensi ~elctor-sektor Perekonomian dan Perencanaan Pembangunan Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat I1 Sidoarjo dalam Rangka Otonomi Daerah" guna mendapatkan

ANALISIS KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG TAHAPAN TATACARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA.. MUSYAWARAH

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah | Kabupaten Merangin VI-3 2008 – 2028 juga menjadi rujukan guna mewujudkan pembangunan yang merata dan berkeadilan dengan mengurangi

(RP) REALISASI ANGGARAN KET Mewujudkan Perencanaan Pembangunan Daerah yang berkualitas Partisipatifdan Akuntable Tercapainya Rencana Pembangunan yang tepat, sinkron, terukur

mendapatkan perencanaan strategis yang tepat untuk pelayanan publik di Rumah Sakit Umum Daerah Arosuka.. Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang dilanjutkan

Dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di Kabupaten Samosir sesuai amanat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

RPJMD sebagai dokumen perencanaan strategis dirumuskan berdasarkan tujuan dan sasaran pembangunan daerah yang konsisten dengan visi, misi dan program Kepala Daerah

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Jember Tahun 2016 merupakan dokumen perencanaan teknis operasional untuk kurun waktu satu tahun, yang disusun