• Tidak ada hasil yang ditemukan

91734320 Pengaruh Karakteristik Individu Lingkungan Kerja Terhadap Enterpriniurshif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "91734320 Pengaruh Karakteristik Individu Lingkungan Kerja Terhadap Enterpriniurshif"

Copied!
231
0
0

Teks penuh

(1)

14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengembangan karir tidak hanya dipengaruhi oleh karakter organisasi saja,

tetapi dipengaruhi juga oleh karakter individu. Individu yang merencanakan, dan

organisasi yang mengarahkan. Pengembangan karir pegawai adalah suatu

pendekatan

atau kegiatan yang tersusun secara formal untuk meningkatkan pertumbuhan,

kepuasan kerja, pengetahuan, dan kemampuan pegawai agar organisasi dapat

memastikan bahwa orang-orang dengan kualifikasi dan pengalaman yang cocok

tersedia dalam organisasi. Karakteristik individu meliputi: keahlian, pendidikan,

dan

pengalaman kerja.

Setiap orang yang bekerja di dalam sebuah organisasi tidak pernah terlepas

dari keinginan untuk berhasil di dalam karir, tetapi tidak semua orang berhasil

meniti

karirnya sampai kepuncak dan banyak yang berhenti di tengah jalan. Begitu pula

yang terjadi pada PT FedEx Medan. Ketidakjelasan perencanaan karir

menyebabkan

para pegawai sering melakukan protes kepada perusahaan tentang masa depan

karirnya yang tidak jelas. Ketidaktahuan batasan tentang karir dengan segala

aturannya menambah permasalahan ketidakpuasan di antara pegawai. Jika hal ini

dibiarkan, maka akan timbul suasana kerja yang tidak nyaman yang dapat

mempengaruhi kinerja pegawai dan perusahaan.

1

Universitas Sumatera Utara15

Beberapa fenomena keorganisasian yang terjadi di PT FedEx Medan yang

dapat dikategorikan sebagai gejala pemicu munculnya masalah dalam perusahaan,

antara lain: tidak tercapainya standar pencapaian kerja, pegawai tidak mampu

melaksanakan tugasnya, proses seleksi dan promosi yang dilakukan tidak efektif

sehinggga pegawai baru tidak mengerti tentang peranan dan tanggung jawab

mereka.

Pegawai yang memiliki kemampuan, pengalaman, dan kualifikasi yang tepat tidak

mendapat kesempatan untuk menduduki posisi jabatan tertentu sehingga kesulitan

dalam mengembangkan karir. Sebaliknya pegawai yang memiliki kualifikasi dan

pengalaman yang minim tetapi memiliki kedekatan baik secara emosional dan

kekerabatan dengan pimpinan lebih mudah untuk mendapatkan dan

mengembangkan

karir mereka, sehingga hal ini menjadi pemicu munculnya ketidakpuasan diantara

pegawai dan pada akhirnya dapat mempengaruhi kinerja karyawan dan

perusahaan.

Permintaan pekerjaan dan kapasitas pegawai haruslah seimbang melalui program

orientasi dan pelatihan untuk mendapatkan keahlian, pendidikan dan pengalaman.

Meskipun para pegawai telah dilatih dan telah menguasai pekerjaannya, mereka

membutuhkan pengembangan lebih lanjut untuk menyiapkan tanggung jawab

mereka

(2)

Universitas Sumatera Utara16

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Sejauhmana pengaruh karakteristik individu yang terdiri dari: keahlian,

pendidikan, dan pengalaman kerja terhadap pengembangan karir pegawai

di PT. FedEx Medan ?

2. Sejauhmana pengaruh karakteristik organisasi yang terdiri dari: sumber daya

organisasi, iklim organisasi, dan struktur organisasi terhadap pengembangan karir

pegawai di PT FedEx Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

1. a. Untuk mengetahui dan menganalisis secara simultan pengaruh karakteristik

individu yang terdiri dari: keahlian, pendidikan, dan pengalaman kerja

terhadap pengembangan karir pegawai di PT FedEx Medan

b. Untuk mengetahui dan menganalisis secara parsial variabel yang

mempengaruhi pengembangan karir.

2. a. Untuk mengetahui dan menganalisis secara simultan pengaruh karakteristik

organisasi yang terdiri dari: sumber daya organisasi, iklim organisasi, dan

struktur organisasi terhadap pengembangan karir pegawai di PT FedEx

Medan.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis secara parsial variabel yang

mempengaruhi pengembangan karir.

Universitas Sumatera Utara17

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menjadi bahan masukan bagi pimpinan perusahaan PT FedEx Medan,

khususnya

yang berkaitan dengan pengembangan karir, sehingga dapat memudahkan dalam

pengambilan kebijakan di bidang sumber daya manusia.

2. Menambah khasanah penelitian bagi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam memahami

manajemen

sumber daya manusia yang berkaitan dengan karakteristik individu, karakteristik

organisasi, dan pengembangan karir.

4. Menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian

yang

sama pada masa yang akan datang.

1.5 Kerangka Berpikir

Karakteristik individu (X) merupakan hal yang perlu mendapat perhatian

seorang pemimpin, karena faktor tersebut ikut mempengaruhi personil organisasi

dalam meningkatkan kinerja organisasi. Dengan demikian hendaknya organisasi

yang

berkembang secara dinamis akan berdampak positif bagi kelangsungan dan

pertumbuhan organisasi. Karakteristik individu merupakan ciri-ciri atau sifat-sifat

yang membedakan antara individu yang satu dengan individu yang lain.

Karakteristik

individu yang berbeda-beda meliputi: keahlian, pendidikan, kemampuan,

(3)

Formatted: Bullets and Numbering

Universitas Sumatera Utara18

individu dalam memasuki sebuah lingkungan kerja dan akan mempengaruhi

masingmasing individu dalam melakukan pekerjaannya, sehingga tingkat

kinerjanya akan

berbeda-beda pula.

Keahlian harus mendapat perhatian utama kualifikasi seleksi. Hal ini yang

akan menentukan mampu tidaknya seseorang menyelesaikan pekerjaan yang

di bebankan kepadanya (Hasibuan, 2000).

Menurut Handoko (2000) Keahlian yang dimiliki seseorang sangat

dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman kerja. Pendidikan dan pengalaman

kerja merupakan langkah awal untuk melihat kemampuan seseorang. Berdasarkan

hal

tersebut, pimpinan perusahaan dituntut untuk mampu memahami perbedaan

karakteristik dari masing-masing individu dalam usahanya mengembangkan karir

karyawannya (Faudinar, 2007).

Pengetahuan yang diperoleh dari bangku pendidikan sangat membantu

di dalam fungsi-fungsi manajemen dalam suatu organisasi perusahaan, semakin

tinggi

pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin mudah seseorang mencapai

keberhasilan dalam karir (Andrew, 2009).

Hal-hal yang sifatnya subjektif-non formal tidak diajarkan disekolah, biasanya

diperoleh dari pengalaman setelah bekerja. Seseorang yang telah memiliki

pendidikan

dan pengalaman kerja disebut sebagai orang yang telah ahli atau profesional

dalam

bidangnya sehingga layak untuk mendapatkan promosi dalam karirnya (Mayo,

2009).

Universitas Sumatera Utara19

Seseorang yang telah mempunyai pengetahuan teoritis yang cukup, belum

tentu mampu mengerjakan suatu bidang pekerjaan yang diserahkan kepadanya.

Pada

waktu melakukan pekerjaannya orang akan mengambil pelajaran yang baik, dan

mengambil hikmah dari kesalahan yang diperbuat (Andrew, 2009).

Pegawai dengan pendidikan dan pengalaman kerja yang cukup, layak

mendapat kesempatan untuk promosi sepanjang dia tidak memiliki catatan kinerja

yang buruk (Andrew, 2009).

Karakteristik organisasi merupakan kondisi internal dalam suatu organisasi.

Dalam organisasi perlu ada kejelasan karir agar pegawai lebih mudah

merencanakan

dan melalui jalur-jalur karirnya. Sumber daya organisasi, iklim organisasi, dan

struktur organisasi mempengaruhi manajemen karir yang akhirnya berdampak

pada

pengembangan karir pegawai (Simamora, 1997).

Sumber daya organisasi, yang merupakan faktor penting untuk sebuah

(4)

yang dimaksud adalah sumber daya keuangan, sumber daya waktu, dan sumber

daya

manusia (Faudinar, 1997).

Sumber daya keuangan sangat dibutuhkan, misalnya untuk menyelenggarakan

kursus karir. Sumber daya waktu dibutuhkan guna melibatkan karyawan dan

manajer

dalam aktivitas perencanaan karir. Sumber daya manusia dibutuhkan untuk

konseling

dan pemberian nasihat (Simamora, 1997).

Universitas Sumatera Utara20

Sumber daya yang dimiliki organisasi harus dapat menciptakan iklim yang

mampu mendorong manajemen karir yang komprehensif. Iklim organisasi

merupakan

keadaan mengenai karakteristik yang terjadi di lingkungan kerja yang dianggap

mempengaruhi perilaku orang-orang yang berada dalam lingkungan organisasi

(Schider, 1991).

Seseorang memilih sebuah organisasi berdasarkan kecocokan antara iklim

organisasi dengan tujuan karirnya, sebagaimana mereka mempersiapkan dalam

karakteristik pribadi mereka (Simamora, 1997).

Struktur organisasi mempunyai unsur pembagian kerja, departemenalisasi,

hiearki, kordinasi. Struktur organisasi adalah kerangka dasar dari hubungan

formal

yang telah di susun yang memungkinkan tersedianya jalur-jalur karir sehingga

karyawan termotivasi untuk menyusun dan merencanakan tujuan karirnya

(Faudinar,

1997).

Menurut Peffer (2002) perubahan struktur organisasi akan membawa dampak

pada setiap individu yang ada dalam organisasi. Perubahan struktur organisasi

juga

memberikan dampak pada pengelolaan karir individu dalam organisasi.

Individu yang kreatif akan memanfaatkan perubahan yang terjadi untuk

mencapai perubahan karirnya, sehingga organisasi dituntut untuk mampu

menciptakan iklim dalam struktur yang sesuai dengan ukuran organisasi.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa suatu organisasi sangat perlu

memperhatikan karakteristik individu dan karakteristik organisasi yang dimiliki

agar

pengembangan karir pegawainya dapat terus ditingkatkan.

Universitas Sumatera Utara21

Selanjutnya berdasarkan uraian di atas, kerangka berpikir untuk hipotesis dapat

digambarkan sebagai berikut:

1. Karakteristik Individu (X)

2. Karakteristik Organisasi

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir

1.6 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir, maka hipotesis sebagai berikut:

(5)

2. Karakteristik organisasi yang terdiri dari: sumber daya organisasi, iklim

organisasi, dan struktur organisasi berpengaruh terhadap pengembangan karir

pegawai di PT FedEx Medan.

Keahlian (X1)

Sumber daya manusia adalah aset yang sangat berharga bagi setiap organisasi

dan memberikan kontribusi besar kepada organisasi karena pegawai bekerja dan

bertindak untuk pencapaian tujuan organisasi. Tujuan organisasi dapat dicapai

melalui tingginya komitmen organisasi yang dipengaruhi oleh karakteristik

individu

dan kepuasan kerja. Rumusan masalah dalam penelitian ini: (1) Faktor-faktor apa

yang menentukan karakteristik individu pada PT. Angkasa Pura II Bandar Udara

Polonia Medan?. (2) Faktor-faktor apa yang menentukan kepuasan kerja pada PT.

Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan?. (3) Sejauhmana pengaruh

karakteristik individu dan kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi pada PT.

Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan?.

Teori yang digunakan adalah manajemen sumber daya manusia yang

berkaitan dengan karakteristik individu, kepuasan kerja dan komitmen organisasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei, jenis penelitian ini

adalah

deskriptif kuantitatif dan sifat penelitian ini adalah eksplanatory (penjelasan).

Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 43 orang pegawai

administrasi dan komersial yang diambil secara proportionate random sampling

dari

masing-masing bagian. Model analisis data yang digunakan untuk menjawab

hipotesis pertama dan hipotesis kedua adalah analisis faktor konfirmatori,

sedangkan

untuk hipotesis Ketiga adalah regresi berganda.

Hasil penelitian pada hipotesis pertama menunjukkan variabel karakteristik

individu dibentuk oleh: usia, masa kerja, status perkawinan dan jumlah

tanggungan.

Untuk hipotesis kedua variabel kepuasan kerja dibentuk oleh: kondisi kerja,

supervisi

(6)

2

)

yang diperoleh adalah 19,3% dan dengan menggunakan confidential interval

sebesar

95%, secara serempak karakteristik individu dan kepuasan kerja berpengaruh

terhadap komitmen organisasi pada PT. Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia

Medan, sedangkan secara parsial hanya kepuasan kerja yang berpengaruh

terhadap

komitmen organisasi pada PT. Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah karakteristik individu yang terdiri dari

usia, masa kerja, status perkawinan dan jumlah tanggungan tidak berpengaruh

terhadap komitmen organisasi pada PT. Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia

Medan. Sedangkan kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen

organisasi pada PT. Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan.

Kata Kunci: Karakteristik Individu, Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi.

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai latar belakang,

perumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian,

serta manfaat penelitian yang dapat diperoleh.

1.1 Latar Belakang Masalah

PT. Semen Gresik (Persero) Tbk merupakan salah satu

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mana untuk

menjangkau wilayah pemasaran yang tersebar di seluruh wilayah

lokasi unit produksinya, Semen Gresik memiliki jaringan

distribusi yang tersebar dari ujung barat sampai ujung timur

Indonesia. Perusahaan ini masih mendominasi pangsa pasar

semen nasional sekitar 45%. Hingga tahun 2009, volume

penjualan domestik meningkat 7% dibandingkan tahun

sebelumnya (Semen Gresik, 2009). Pada tahun 2009, PT. Semen

Gresik mengikuti penilaian “Kriteria Kinerja Ekselen (Berbasis

Malcolm Balridge). Dengan mengikuti Indonesian Quality Award

tersebut PT. Semen Gresik ingin menyusun suatu strategi untuk

mengetahui seberapa tinggi komitmen organisasi dan tingkat

employee engagement pada karyawan Semen Gresik, karena pada

tahun-tahun sebelumnya Semen Gresik belum pernah melakukan

survei tentang komitmen organisasi dan employee engagement.

Selama ini Semen Gresik hanya melakukan survei kepuasan kerja

saja. Diperlukan pengukuran terhadap employee engagement

karena Semen Gresik beranggapan bahwa belum tentu karyawan

yang merasa puas terhadap pekerjaannya, memiliki keterikatan

yang tinggi pada perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini fokus

(7)

keduanya saling beririsan. Maka dari itu peneliti ingin

menganalsis komitmen organisasi dan employee engagement

sehingga dapat diketahui akibat dari keduanya terhadap proses

bisnis perusahaan. Pengambilan data hanya pada karyawan tetap2

PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pengolahan data pada penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan metode Structural Equation

Modelling untuk konfirmasi model komitmen organisasi dan

menggunakan pengukuran employee engaggement dengan

menggunakan Gallup Q12 untuk mengetahui seberapa besar

keterikatan karyawan terhadap perusahaan (employee

engagement) (Coffman dan Buckhingham, 2005), yang mana

nantinya akan digunkan untuk memecahkan masalah yang ada.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi

permasalahan dari penelitian ini adalah

1. Indikator–indikator apa saja yang mempengaruhi variabel

karakteristik individu, iklim organisasi, stres kerja,

kepuasan kerja, dan komitmen organisasional.

2. Bagaimana pengaruh karakteristik individu, iklim

organisasi, stres kerja, kepuasan kerja terhadap komitmen

organisasional.

3. Mengetahui tingkat employee engagement pada karyawan

PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.

4. Berdasarkan pengaruh dari masing-masing variabel

karakteristik individu, iklim organisasi, stres kerja,

kepuasan kerja, dan komitmen organisasional, bagaimana

menyusun suatu kebijakan strategi yang baru bagi

perusahaan karena adanya pengaruh komitmen dan

employee engagement.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian pada tugas akhir ini antara lain:

1. Mengetahui indikator variabel karakteristik individu, iklim

organisasi, stres kerja, kepuasan kerja, dan komitmen

organisasi.

2. Mengetahui pengaruh karakteristik individu, iklim

organisasi, stres kerja, kepuasan kerja terhadap komitmen

organisasional.3

3. Mengetahui tingkat employee engagement pada PT. Semen

Gresik (Persero) Tbk.

4. Memberikan rekomendasi perbaikan akibat adanya faktorfaktor yang

berpengaruh terhadap komitmen organisasi

serta adanya employee engagement.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diberikan dengan adanya penelitian

ini adalah sebagai berikut :

(8)

employee engagement karyawan PT. Semen Gresik

(Persero) Tbk.

2. Bagi peneliti lain dapat dipergunakan sebagai bahan

referensi dalam variasi penerapan metode statistik pada

suatu penelitian manajemen sumber daya manusia.

3. Bagi penulis, dapat digunakan untuk memahami

permasalahan sumber daya manusia pada suatu

perusahaan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian yang disebutkan dalam

penelitian ini meliputi batasan dan asumsi.

Batasan yang digunakan pada penelitian yaitu :

1. Mengamati manajemen sumber daya manusia yang

meliputi karakteristik individu, iklim organisasi, stres kerja,

kepuasan kerja, dan komitmen organisasional serta

employee engagement.

2. Responden hanya pada karyawan tetap PT. Semen Gresik

(Persero) Tbk.

Sedangkan asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah

mengidentifikasi rekomendasi yang disarankan berdasarkan hasil

brainstorming dengan pemilik bisnis proses serta data historis

perusahaan.4

1.6 Sistematikan penulisan

Sistematikan penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Memberikan gambaran-gambaran umum permasalahan yang akan

diteliti. Terdiri atas latar belakang, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian agar lebih

terfokus dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dibahas mengenai dasar-dasar teori yang digunakan

sebagai pedoman dalam menentukan tahapan penelitian dan

sebagai kerangka berpikir dalam penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan

dalam melakukan penelitian ini yang digambarkan dalam bentuk

flowchart sebagai kerangka yang menjadi pedoman dalam

penyelesaian masalah.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pada bab ini dijelaskan mengenai pengumpulan data yang telah

didapatkan dari pelaksanaan penelitian berupa deskripsi

perusahaan, penyebaran kuesioner, dan brainstorming dengan

pihak manajemen PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Sementara

pada pengolahan data dilakukan uji normalitas dan uji

multikolinearitas, confirmatory factor analysis (CFA),

(9)

BAB V ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI

Bab ini menjelaskan tentang analisis data, interpretasi, maupun

pembahasan dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan pada

bab sebelumnya.5

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

Berisikan kesimpulan dari pelaksanaan penelitian yang

merupakan hasil secara umum dari tujuan penelitian dan juga

berisikan rekomendasi tentang rencana implementasi.

Hubungan Karakteristik Individu dan

Organisasi Dengan Kinerja Asuhan

Keperawatan Perawat Menurut

Persepsi Perawat di Rumah Sakit Elim

Rantepao Kabupaten Tana Toraja

ABSTRAK

Rante Lande, Hubungan Karakteristik Individu dan Organisasi Dengan Kinerja Asuhan Keperawatan Perawat Menurut Persepsi Perawat di Rumah Sakit Elim Rantepao Kabupaten Tana Toraja, (di bimbing oleh Abd. Rahman Kadir dan Noer Bahry Noor). Perawat yang merupakan petugas lini terdepan di rumah sakit memerlukan pedoman untuk mengatur perilaku perawat yaitu kode etik keperawatan. Implementasi kode etik keperawatan ialah pelaksanaan standar asuhan keperawatan. Semakin baik kinerja asuhan keperawatan perawat, diharapkan semakin baik mutu pelayanan pasien.

Penelitian ini bertujuan mencari bagaimana hubungan antara faktor karakteristik dan faktor organisasi dengan kinerja asuhan keperawatan perawat.

Penelitian ini adalah penelitian survey dengan desain crossectional. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survey.

(10)

Kata Kunci : Karakteristik individu, Organisasi, Kinerja, Asuhan Keperawatan

ABSTRACT

Rante Lande, The Correlationbetween individual characteristic and organization with the nursing care based on the nurse’s perception at the Elim hospital Rantepao, Tana Toraja Regency. (Supervised by Abd Rahman Kadir and Noer Bahry Noor)

Nurses as the first health staff in the hospital need a guideline on the behavior of the nurse i.e., the nursing ethic. The implementation of the nursing ethic is the implementation of nursing care. The improvement of nursing care will eventually improve the quality of care to the patient.

The objective of the research was to identify the correlation between characteristic and organizational factor with the nursing care of the nurse.

The method of the research was survey with cross sectional design.

The result of the research shows that: 1) there is no correlation between individual characteristic of the nurse with the nurse performance; 2) there is a correlation between the reward and the nurse’s performance; 3) there is a correlation between supervision and the nurse’s performance; 4) there is a correlation between facility and nurse’s performance; 5) there is a correlation between the workload and nurse’s performance; 6) the result of the statistic test shows that there is a significant correlation between organizational factor and nursing care ( P < 0, 05); whereas individual characteristic has no significant correlation with the nursing care (P > 0,05).

Keywords: Individual characteristic, organization, performance, nursing care.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bagian sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1.

Tidak terdapat hubungan antara karakteristik individu perawat (umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan dan masa kerja) dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat inap RS Elim Rantepao Toraja dimana pada setiap karektristik individu memperlihatkan kinerja yang masih rendah dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat inap. 2.

Terdapat hubungan antara Imbalan dengan kinerja perawat dalam melaksanakan

(11)

3.

Terdapat hubungan antara supervisi dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat inap. Perawat di ruang rawat inap RS Elim Rantepao Toraja yang tidak puas terhadap supervise yang dilakukan jumlahnya masih besar sehingga berhubungan dengan rendahnya kinerja para perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

4.

Terdapat hubungan antara Fasilitas dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat inap dimana masih banyak perawat di ruang rawat inap RS Elim Rantepao Toraja yang tidak puas terhadap fasilitas yang ada di ruang rawat inap dalam mendukung pekerjaan mereka sehingga berhubungan dengan rendahnya kinerja mereka.

5.

Terdapat hubungan antara beban kerja dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat inap. Banyak perawat di ruang rawat inap RS Elim Rantepao Makassar yang tidak puas terhadap beban kerja yang mereka tanggung sehingga hal tersebut mengakibatkan rendahnya kinerja para perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan, dapat dikemukakan beberapa saran baik untuk kepentingan praktis maupun untuk pengembangan penelitian selanjutnya sebagai berikut 1.

Disarankan kepada pihak manajemen RS Elim Rantepao Toraja untuk lebih

memfokuskan pada peningkatan kepuasan perawat terhadap imbalan, supervisi, fasilitas dan beban kerja perawat agar kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat inap dapat meningkat.

2.

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian dengan memasukkan variabel lain yang menghubungani kinerja yang berbeda dengan penelitian ini, misalnya factor motivasi dan penilaian prestasi kerja. Kemudian penilaian kinerja perawat ditinjau dari perspektif pelanggan (pasien).

http://marsunhas.wordpress.com/2008/06/02/hubungan-karakteristik-individu-

dan-organisasi-dengan-kinerja-asuhan-keperawatan-perawat-menurut-persepsi-perawat-di-rumah-sakit-elim-rantepao-kabupaten-tana-toraja/

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7360/1/D0300129.pdf

Working Paper Series No.18

April 2007, First Draft

(12)

Katakunci:

Motivasi

Karakteristik Individual

Kinerja

-Tidak Untuk Disitasi-

Program Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan,Universitas

Gadjah Mada

Yogyakarta 2007Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM

http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

2

Sujono Riyadi, Hari Kusnanto; WPS No.18 April 2007 1

st

draft

The Relationship of Job Motivation and

Individual Characteristics With Nurse Performance

in Dr. H. Moh Anwar Hospital Sumenep Madura

Sujono Riyadi

1

, Hari Kusnanto

2

ABSTRACT

The aim of this study was to know the relationship between job motivation and

individual characteristics with nurses performance in Dr. H. Moh. Anwar hospital

Sumenep Madura.

This study used survey methods with cross sectional design. The sample of this

study consisted 110 nurses working in Dr. H. Moh. Anwar hospital Sumenep

Madura. Questionnaires were self administered by respondents. Check lists were

completed by the researcher. Data were analyzed using Multiple Linear

Regression.

The results were that motivation is not associated with nurses performance (p=

0.114). For nurses aged 25 years or more, the higher the age of the nurses, the

better their performance were (p= 0.006).

The finding of this study would be recommended for the policy making in

increasing of high performance climate.

Key Words: Motivation, individual characteristics, performance.

1

Akper Karya Husada Yogyakarta

2

Master of Health Policy and Management Program, University of Gadjah Mada

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM

http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

3

Sujono Riyadi, Hari Kusnanto; WPS No.18 April 2007 1

st

draft

PENDAHULUAN

(13)

dikesampingkan dari semua bentuk pelayanan rumah sakit. Peran ini

disebabkan karena tugas perawat mengharuskan kontak paling lama dengan

pasien. Sekarang ini perawat di Indonesia telah mengalami pergeseran persepsi

yang sebelumnya sebagai tenaga vokasional (vocational)

berubah persepsi sebagai tenaga yang profesional (professional).

Kinerja seorang perawat dapat dilihat dari mutu asuhan keperawatan yang

diberikan pada pasien. Pada dasarnya yang dijadikan acuan

dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan adalah dengan menggunakan

standar praktik keperawatan. Standar praktik ini menjadi pedoman bagi perawat

dalam melaksanakan asuhan keperawatan

1

. RSD Dr.

H. Moh. Anwar Sumenep Madura merupakan salah satu instansi yang

memberikan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan kontribusi yang

paling besar dari pelayanan lain. Tenaga perawat merupakan tenaga yang

paling banyak dan paling lama kontak dengan pasien, maka kinerja perawat harus

selalu ditingkatkan dalam pemberian asuhan keperawatan.

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau kegiatan praktik

keperawatan yang diberikan oleh perawat pada pasien di berbagai tatanan

pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan,

berpedoman pada standart keperawatan dalam lingkup wewenang serta

tanggung jawab keperawatan

2

. Agar nantinya didapatkan mutu pelayanan

keperawatan yang baik serta pasien merasa puas terhadap kinerja perawat, maka

hendaknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada

klien, seorang perawat perlu melakukan berbagai langkah yang terstruktur

dan sistematis berdasarkan proses keperawatan. Proses keperawatan

inilah yang nantinya dapat dijadikan tolak ukur evaluasi kinerja perawat.

Bertolak dari uraian tersebut diatas, maka dalam rangka ikut serta

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Setiap perawat harus mempunyai

motivasi yang tinggi agar nantinya didapatkan kinerja yang baik.

Motivasi kerja disini adalah merupakan suatu kondisi/keadaan yang

mempengaruhi seseorang untuk terus meningkatkan, mengarahkan serta

memelihara prilakunya yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak

Lokasi penelitian ini adalah di RSD Dr. H. Moh Anwar Sumenep

Madura yang dilaksanakan pada Bulan September sampai dengan November

2006. Jenis penelitian ini menggunakan metode survei dengan

menggunakan pendekatan cross sectional. Distant Learning Resouce Center

Magister KMPK UGM

http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

4

(14)

st

draft

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Variabel terikat adalah kinerja perawat, dengan sub variabelnya

mengenai disiplin kerja, sikap dan prilaku serta kemampuan

penerapan standart asuhan keperawatan.

2. Variabel bebas adalah motivasi kerja perawat dan karakteristik

individu yang meliputi jenis kelamin, umur, status kepegawaian,

pendidikan serta pengalaman kerja.

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

Data yang diperoleh merupakan data kuantitatif, kemudian dianalisis

menggunakan uji statistik “Multiple Linear Regression”

4

. Analisis ini

menghubungkan antara motivasi kerja perawat dan karakteristik perawat

dengan kinerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada

klien. Analisis yang dilakukan adalah analisis kuantitatif dengan uji statistik

sebagai berikut:

1. Analisis univariat digunakan untuk melihat gambaran dari masingmasing

variable, yakni variable jenis kelamin, umur, pendidikan,

status kepegawaian, pengalaman kerja, motivasi kerja dan kinerja

perawat di RSD Dr. Moh. Anwar Sumenep Madura.

2. Analisis bivariat digunakan untuk melihat kekuatan hubungan

antara dua variabel yang terdiri dari variabel prediktor dan

variabel kriterion. Adapun prediktor dalam penelitian ini adalah

jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, status

kepegawaian dan motivasi kerja. Sedangkan kriterionnya adalah

kinerja perawat yang bekerja di RSD Dr. H. Moh. Anwar Sumenep

Madura.

Analisis multivariate digunakan untuk menganalisis hubungan

antara sekelompok predictor secara bersama-sama dengan criterion.

Variabel Terikat

Kinerja Perawat

• Disiplin

• Sikap & Prilaku

• Penerapan asuhan keperawatan

Variabel Bebas

• Pengalaman KerjaDistant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM

http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

5

(15)

st

draft

HASIL DAN PEMBAHASAN

Distribusi Karakteristik Perawat

Karakteristik perawat yang bekerja di RSD Dr. H. Moh Anwar

Sumenep Madura jika dilihat dari jenis kelamin paling banyak adalah

perempuan 71% dan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 29%.

Kemungkinan ini terjadi karena dunia keperawatan identik dengan

ibu/wanita yang lebih dikenal dengan Mother Instinc. Sehingga untuk

mencari perawat yang berjenis kelamin laki-laki sangatlah terbatas,

ditambah lagi output perawat yang dihasilkan dari perguruan tinggi yang

rata-rata juga wanita lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Dari segi

usia, perawat yang bekerja di RSD Dr. H. Moh Anwar Sumenep Madura

relatif berusia muda yaitu kurang 30 tahun sebanyak 83% dan yang

berusia diatas 40 tahun sebanyak 3%. Ini kemungkinan disebabkan

karena pada tahun 2004 RSD Dr. H. Moh Anwar Sumenep Madura

membuka pendaftaran tenaga honorer/pegawai harian lepas (PHL) besarbesaran,

dan secara kebetulan juga mereka yang diterima banyak yang

masih fresh graduade dan juga berusia relatif muda. Hal ini dapat dilihat

dengan status kepegawaian perawat yang rata-rata berstatus pegawai

tidak tetap (PHL) sebanyak 86% sedang yang berstatus PNS (pegawai

negeri sipil) hanya 14%.

Pendidikan perawat paling besar adalah AKPER (sebanyak 91%),

sedangkan 9% lainnya masih berpendidikan SPK. Ini menandakan bahwa

RSD Dr. H. Moh Anwar Sumenep Madura benar-benar menyiapkan

pegawainya untuk professional dibidangnya. Mereka yang masih

berpendidikan SPK diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi dengan sifat ijin belajar dari pimpinan rumah

sakit, begitu juga yang berpendidikan AKPER diberi kesempatan pula

untuk meningkatkan ilmunya untuk studi lanjut ke peogram S1

keperawatan dengan ijin belajar juga. Sehingga lama kelamaan

pendidikan perawat yang bekerja di RSD Dr. H. Moh Anwar Sumenep

Madura minimal D-III keperawatan yang akhirnya akan berdampak pada

profesionalisme kerja.

Apabila kita lihat dari pengalaman kerja, rata-rata perawat

mempunyai pengalaman kerja relative seimbang antara perawat yang

mempunyai pengalaman kerja sedikit / kurang dari tiga tahun sebanyak

34%, pengalaman kerja 3-5 tahun sebanyak 33% dan yang

berpengalaman lebih dari 5 tahun sebanyak 33%. Adanya variasi

pengalaman kerja ini diharapkan para perawat dapat melakukan sharing

baik ilmu maupun keterampilan antar sesama perawat. Perawat yang

sudah banyak berpengalaman dapat memberikan masukan dalam hal skill

pada perawat yang masih baru, begitu juga dengan perawat yang masih

baru, bisa saja mereka memberikan masukan terhadap para perawat yang

sudah lama tentang perkembangan terkini ilmu keperawatan, sehingga Distant

Learning Resouce Center Magister KMPK UGM

(16)

Sujono Riyadi, Hari Kusnanto; WPS No.18 April 2007 1

st

draft

dengan adanya sharing pengalaman keterampilan maupun ilmu

pengetahuan terkini tersebut akan membuat perawat semakin mencintai

profesinya.

Hubungan antara motivasi dengan kinerja perawat

Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan antara motivasi

kerja perawat dengan kinerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan

pada klien (P= 0.114 > 0.05). Tidak adanya hubungan ini

disebabkan karena motivasi kerja perawat yang bekerja di RSD Dr. H.

Moh. Anwar Sumenep sudah tinggi dan didapat kinerja yang 99% baik.

Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi motivasi kerja seorang perawat

maka diharapkan semakin tinggi pula kinerja perawat tersebut dalam

memberikan pelayanan kesehatan pada klien.

Hubungan antara karakteristik individu dengan kinerja perawat

Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis

kelamin perawat dengan kinerja perawat dalam memberikan pelayanan

keperawatan (P= 0.867 > 0.05). Tidak ada hubungan antara status

kepegawaian perawat dengan kinerja perawat dalam memberikan

pelayanan kesehatan pada klien (P= 0.393 > 0.05). Tidak ada hubungan

antara tingkat pendidikan perawat dengan kinerja perawat dalam

memberikan pelayanan keperawatan pada klien (P= 0.308 > 0.05). Tidak

ada hubungan antara pengalaman kerja perawat dengan kinerja perawat

dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien (P= 0.470 > 0.05).

Hasil penelitian didapatkan adanya hubungan yang signifikan

antara umur perawat dengan kinerja perawat dalam memberikan

pelayanan kesehatan pada setiap klien (P= 0.006 < 0.05). Hubungan

tersebut terjadi setelah dilakukan pembatasan pada usia diatas 25 tahun

dengan pengalaman kerja diatas 15 tahun. Hal ini dapat diartikan bahwa

semakin dewasa/tua usia seseorang perawat maka semakin tinggi kinerja

keperawatannya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Tidak ada hubungan antara motivasi kerja perawat dengan kinerja

perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan. Hal ini

disebabkan karena motivasi kerja perawat rata-rata tinggi dan

kinerjanya pun juga tinggi.

2. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin perawat dengan kinerja

perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan. Distant Learning Resouce

Center Magister KMPK UGM

http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

7

Sujono Riyadi, Hari Kusnanto; WPS No.18 April 2007 1

st

draft

(17)

kinerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan.

4. Tidak ada hubungan antara pendidikan perawat dengan kinerja

perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan.

5. Tidak ada hubungan antara pengalaman kerja perawat dengan

kinerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan.

Ada hubungan yang signifikan antara umur perawat dengan kinerja

perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan. Semakin tua usia

perawat kinerjanya semakin tinggi. Hal ini terutama terjadi pada perawat

yang berusia diatas 25 tahun dengan pengalaman kerja diatas 15 tahun.

Dari 110 sampel yang memenuhi kriteria tersebut tinggal 12 responden

dan hanya satu responden yang berstatus honorer.

SARAN

Saran yang diberikan agar rumahsakit dapat meningkatkan

pelayanan keperawatan adalah sebagai berikut:

1. Pimpinan rumahsakit perlu mempertahankan motivasi kerja

perawat yang sudah tinggi dan pengukuran motivasi yang dapat

mengungkapkan dimensi yang masih lemah.

2. Motivasi kerja perawat dapat dipertahankan melalui penghargaan

kepada staff baik berupa insentif, status kerja, keamanan kerja, dan

kondisi kerja yang baik. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan

dapat dilakukan melalui kualitas pengawasan terhadap kinerja

perawat. Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM

http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

8

Sujono Riyadi, Hari Kusnanto; WPS No.18 April 2007 1

st

draft

DAFTAR PUSTAKA

1

Nursalam., 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan

Profesional. Salemba Medika. Jakarta.

2

Hamid, A.Y.S., 2001. Peran Profesi Keperawatan Dalam Meningkatkan

Tangung Jawab Perawat Untuk Memberikan Asuhan Keperawatan

Profesional Sehubungan Dengan Undang-Undang Konsumen.

005/BS/PPNI.

3

Soeroso, S., 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Di Rumah Sakit

Suatu Pendekatan Sistem. EGC. Jakarta.

4

Arikunto, S., 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Rineka Cipta. Jakarta.

http://skripsistikes.files.wordpress.com/2009/08/55.pdf

(18)

http://marsunhas.wordpress.com/2008/06/02/hubungan-karakteristik-individu-(Latin) berarti instrument of narking,

“charessein

” (Prancis) berarti to engrove (mengukir),

“watek”

Sedangkan secara Terminologi definisi Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau

budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Definisi

dari

“The stamp of individually or group impressed by nature, education or habit.

2.

http://embundinda.multiply.com/journal/item/36/Membangun_Karakter

Karakter

(kamus Poerwadarminta) diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat

kejiwaan,akhlak, ataupun budi pekerti. Imam Ghazali menuturkan bahwa akhlaq

adalah segala sesuatuyang muncul secara spontan tanpa pemikiran mendalam.

Sebagaimana Helen Keller (1904)mengungkapkan "

character cannot be develop ease and quite

"

3.

http://www.andriewongso.com/awartikel-124-Artikel_Tetap-Kekuatan_Karakter

"

Karakter adalah kekuatan untuk bertahan dimasa sulit". Tentu saja yang

dimaksudadalah karakter yang baik, solid, dan sudah teruji. Karakter yang baik

diketahui melalui"Respon" yang benar ketika kita mengalami tekanan, tantangan

& kesulitan.Karakter berbeda dengan kepribadian dan temperamen.

Kepribadian

adalah respon kitaatau biasa disebut etika yang kita tunjukkan ketika berada di

tengah-tengah orang banyak, seperticara berpakaian, berjabat tangan, dan

berjalan.

Temperamen

(19)

adalah respon kita ketika sedang 'di atas' atauditinggikan. Apakah kita putus asa,

sombong, atau lupa diri. Bentuk respon itulah kita sebutkarakter.

Pendidikan karakter

Sep 16, '06 3:44 AM

for everyone

Ada salah seorang teman saya mengatakan bahwa karakter seseorang tidak

bisa dirubah, tapi kepribadian seseoranglah yang bisa dirubah. Oleh karena itu,

ada sekolah kepribadian, tidak ada yang namanya sekolah karakter. Tapi bukankah

karakter bisa dibentuk atau dibangun maka dari itu ada istilah “character

building”. Apa sih sebenarnya arti dari karakter dan kepribadian itu? Kalau

diamati hampir sama tapi jelas beda. Namun keduanya saling berkaitan tidak bisa

dilepaskan satu sama lainnya. Jadi satu paket,

gitu….

Nah, saya hanya ingin

sharing

aja. Kemarin, tepatnya hari Jum’at tanggal

15 September 2006, saya mengikuti

up grading

tentang “character building”.

Walaupun pesertanya bisa dihitung dengan jari, tapi itu bukan masalah yang besar.

Materi tersebut dibawakan oleh “kakak seperjuangan” yang sudah banyak makan

asam garam kehidupan. Meskipun usia beliau sudah cukup lanjut tapi masih

mempunyai jiwa muda. Saya salut dengan kehidupan beliau yang sederhana.

Dalam materinya beliau menyampaikan tentang definisi karakter secara

Etimologi:

“character”

(Latin) berarti instrument of narking

“charessein

” (Prancis) berarti to engrove (mengukir)

“watek”

(Jawa) berarti ciri wanci

“watak”

(Indonesia) berarti sifat pembawaan yang mempengaruhi tingkah laku;

budi pekerti; tabiat; perangai.

Sedangkan secara Terminologi

Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas

seseorang atau sekelompok orang. Definisi dari

“The stamp of individually or

group impressed by nature, education or habit.

Beliau menjelaskan lagi tentang dasar diadakannya pendidikan karakter, proses

pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, kendala dan cara mengatasinya.

Nah, kalau kepribadian atau personality merupakan salah satu bentuk dari

sifat manusia yang bisa berubah-ubah. Orang tersebut bisa menggunakannya

dimana pun dia berada. Jadi, bisa menutupi jati diri yang sebenernya dari semua

orang. Contohnya saja si A berada di lingkungan preman maka si A akan

punya atau menggunakan kepribadian sebagai preman. Dan kalau berada di

lingkungan masjid maka akan merubah kepribadiannya sebagai orang alim. Tapi,

saya masih bingung juga. Soalnya dua hari sebelum up grading, saya mengikuti

seminar. Disitu menyinggung tentang kepribadian juga. Pada seminar tersebut

dijelaskan bahwa bagaimana membentuk kepribadian yang mempesona dan

menyenangkan. Nah, kalau kepribadian adalah sebuah topeng berarti jika kita

sekolah kepribadian, kita disiapkan untuk jadi seseorang yang mampu

(20)

dengan situasi. Berarti tidak konsisten dan capek donk kalo ganti-ganti terus…

(emang baju di ganti-ganti ).

Tapi, apapun definisi yang telah dipaparkan tadi, intinya adalah kita sebagai

manusia memang sudah diberi oleh Alloh dengan karakter masing-masing yang

memang satu dengan yang lainnya berbeda. Namun tujuan perbedaan itu bukan

dijadikan sebagai alasan untuk timbulnya konflik. Justru perbedaan tersebut untuk

melengkapi satu dengan yang lain agar seimbang. Sehingga apa yang menjadi

karakter manusia itu bisa memunculkan suatu budi daya yang berupa tata krama

atau sopan santun yang sekarang sudah mulai ditinggalkan oleh generasi muda.

Dan yang sesuai dengan apa yang dituntunkan oleh Nabi Muhammad SAW serta

kepribadian bangsa Indonesia yang katanya berbudi luhur. Tunjukkan pada dunia

bahwa bangsa Indonesia masih mempunyai kepribadian dan karakter yang patut

dibanggakan.

Demikian itu ringkasan saya ketika mendengarkan up grading yang kemudian

saya kembangkan menjadi seperti itu. Apabila ada kesalahan mungkin kealpaan

dari saya.

http://arum7p.multiply.com/journal/item/42/Pendidikan_karakter

Membangun Karakter

Apr 20, '07 11:25 AM

for everyone

Konon katanya... dulu orang singapore seringkali meludah sembarang tempat. Terbayangkan kalau kita lagi berjalan dibelakangnya, tiba-tiba kena percikannya "iihhhh...."

Dan konon katanya pula mereka punya kebiasaan makan dengan kaki terangkat ke atas kursi. Bukan...bukan karena ingin mengikuti sunah karena kalo kaki diangkat malah akan terlihat au**tnya donk karena disini sangat biasa melihat orang bercelana pendek. Dan ini dilakukan di tempat umum semacam kedai makan.

Pertama kali membuat peraturan PM Lee menyoroti hal tersebut. Banyak orang tersenyum ketika melihat peraturan tersebut. Hal sederhana yang telah menjadi karakter, menjadi perhatian untuk diubah.

Apa sebenarnya definisi Karakter?

Karakter (kamus Poerwadarminta) diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, ataupun budi pekerti. Imam Ghazali menuturkan bahwa akhlaq adalah segala sesuatu yang muncul secara spontan tanpa pemikiran mendalam. Sebagaimana Helen Keller (1904) mengungkapkan "character cannot be develop ease and quite"

Saat ini FINE memang masih berlaku, namun bukan lagi mengatur tentang dua karakter diatas karena kebiasaan itu telah hilang. Melainkan pengaturan No Smoking, No Eating & Drinking, No Flammable Goods, then No Durian. Jadi dijamin baju kita nggak akan bau asap rokok, nggak ada

(21)

*akupunmerindukankotakubisasedemikianrupaadanya*

http://embundinda.multiply.com/journal/item/36/Membangun_Karakter

%20Karakter

Kekuatan Karakter

Penulis : Jakoep Ezra, MBA, CBA - Character Specialist dan founder dari Power Character

Kamis, 11-Januari-2007, Dibaca : 21083 kali | Dicetak : 574 kali |

Cetak

artikel ini

"Karakter adalah kekuatan untuk bertahan dimasa sulit". Tentu saja yang dimaksud adalah karakter yang baik, solid, dan sudah teruji. Karakter yang baik diketahui melalui "Respon" yang benar ketika kita mengalami tekanan, tantangan & kesulitan.

Karakter yang berkualitas adalah sebuah respon yang sudah teruji berkali-kali dan telah berbuahkan kemenangan. Seseorang yang berkali-kali melewati kesulitan dengan kemenangan akan memiliki kualitas yang baik. Tidak ada kualitas yang tidak diuji. Jadi jika ingin berkualitas, tidak ada cara yang lebih ampuh kecuali 'ujian'. Ujian bisa berupa tantangan, tekanan, kesulitan, penderitaan, hal-hal yang tidak kita sukai. Dan jika kita berhasil melewatinya, bukan hanya sekali tapi berkali-kali maka kita akan memiliki kualitas tersebut.

(22)

diri. Bentuk respon itulah kita sebut karakter.

Karakter terbentuk dengan paling sedikit 5 hal, yaitu:

1. Temperamen dasar kita (dominan, intim, stabil, cermat). 2. Keyakinan kita (apa yang kita percayai, paradigma) 3. Pendidikan (apa yang kita ketahui, wawasan kita). 4. Motivasi hidup (apa yang kita rasakan, semangat hidup).

5. Perjalanan (apa yang telah kita alami, masa lalu kita, pola asuh, lingkungan kita.

Karakter yang dapat membawa keberhasilan yaitu empati (mengasihi sesama seperti diri sendiri), tahan uji (tetap tabah dan ambil hikmah kehidupan, dengan cara bersyukur dalam keadaan apapun), dan beriman (percaya bahwa Tuhan terlibat dalam kehidupan kita).

Ketiga karakter tersebut akan memampukan kita untuk berhasil. Empati akan

menghasilkan hubungan yang baik, tahan uji akan melahirkan ketekunan dan kualitas, beriman akan membuat segala sesuatu menjadi mungkin.

Karakter dibentuk tidak diciptakan, harus melalui proses. Benar ada karakter dasar yang memuat kekuatan dan kelebihan kita. Untuk mengembangkan karakter,

diperlukan 'character coach' atau 'character mentoring'. Kita tidak dapat bertumbuh sendiri dalam karakter yang baik. Perlu seorang pembina, coach, mentor yang

mengarahkan dan memberitahukan kekeliruan dan kelemahan-kelemahan karakter kita.

Menurut survey Bobby Clinton (Finishing Well), seseorang yang sanggup mengakhiri hidupnya dengan baik karena dia memiliki paling sedikit 8 mentor selama hidupnya. Oleh karena itu, carilah dan temukan mentor bagi karakter kita. Mulailah dengan seorang mentor kemudian temukan mentor-mentor yang lain. Maka karakter kita pasti akan bertumbuh dan berkembang baik.

Lantas, bagaimana menemukan karakter kita?

Tentukan temperamen dasar kita. Saat ini sudah ada teknologi yang dapat mengetahui dengan cepat bagaimana karakter kita melalui 'Foto Karakter'. Kami telah menguji dan terus menghubungkannya dengan keakuratan yang cukup terbukti.

(23)

Mari sediakan waktu beberapa menit dan mengambil makna dari cerita ini

Seorang anak lelaki berusia 12 tahun, menjual Koran di jalan. Dia menawarkan Koran-koran tersebut pada setiap mobil yang berhenti di lampu merah. Dengan wajahnya yang polos, ia mengetuk jendela mobil saya. Saya menatap dia sebentar dan hati saya tergerak, yang pada akhirnya saya membeli korannya walaupun saya tidak membutuhkannya.

“Dua ribu lima ratus rupiah, pak”. Kata anak tersebut. Saya mencari uang yang lebih kecil kembaliannya tetapi tidak dapat saya temukan. Saya memberikan padanya sepuluh ribu rupiah.

Saya tidak mempunya kembaliannya saat ini pak”. Respon dari si anak.

Lampu sudah berubah ke hijau, mobil saya harus jalan. “Kalau begitu saya akan ambil

kembaliannya besok”, kata saya kepada anak tersebut ketika mobil saya mulai berjalan. Pikiran-pikiran negatif menyeruak di dalam diri saya. Bagaimana jika saya tidak melihat anak kecil tersebut lagi di jalan yang sama keesokan harinya? karena uang tersebut bukan dalam jumlah yang besar, maka saya dengan cepat melupakannya.

Hari berikutnya, saya melewati jalan yang sama. Dari kejauhan, saya dapat melihat anak kecil tersebut. “Ini uang kembalian bapak” anak kecil tersebut memberikan uangnya.

Jujur saja, saya tertegun dengan karakter anak ini, walaupun ia mempunyai kesempatan untuk menghilang tetapi ia memilih untuk dapat dipercaya. Saya kagum padanya karena di tengah-tengah krisis kepercayaan di sekitar kita, masih ada anak-anak dengan karakter yang tulus dan keinginan yang kuat untuk bekerja keras demi masa depan mereka.

Kenapa karakter begitu penting?

Karena dengan karakter kita dapat menemukan: 1. Kualitas dari kehidupan

2. Nilai dari kehidupan 3. Benih dari kesuksesan

4. Sikap mental yang terlatih menghadapi tantangan 5. Kekuatan dalam diri untuk bertahan dan menang 6. Hikmah dari kegagalan dan sukses

7. Ketulusan dari dalam hati

(24)

9. Pengembangan mental yang kokoh

10. Hubungan erat yang terbentuk antara kita dengan Tuhan.

Karakter adalah kualitas dari kehidupan

Kualitas dari kehidupan bukan berarti seseorang harus sukses, kaya, pintar atau mempunyai status yang baik. Kualitas dari kehidupan didasarkan oleh karakter yang kuat. Karakter digunakan sebagai dasar atau prioritas dalam hidup.

Seseorang tidak akan mempunyai sesuatu yang dapat dibanggakan, tetapi jika ia

menempatkan karakter sebagai dasar, kita dapat mengatakan bahwa kehidupan

ia akanjauh lebih bersinar dibandingkan dengan individu lain yang melakukan

hal sebaliknya.

Karakter seseorang akan terlihat ketika dia berada dalam situasi:

1. Tekanan

2. Tantangan

3. Masalah-masalah

4. Pencobaan

5. Kesulitan

Kepribadian adalah sebuah jalan kehidupan atau etika kehidupan yang dapat terlihat atau dirasakan oleh orang lain yang berada di sekitar individu tersebut. Kepribadian tidak dapat menggambarkan karakter sebenarnya dari individu. Kualitas kepribadian dapat memimpin seseorang menjadi sukses tetapi hanya kualitas karakter yang dapat membuat seseorang tetap berada di atas kesuksesannya.

Bagaimana orang lain melihat kita?

Orang lain melihat dan menilai kita dari: 1. Cara kita berpakaian

2. Cara kita berjalan 3. Cara kita berbicara 4. Cara kita melihat 5. Cara kita duduk

6. Cara kita makan dan minum 7. Cara kita bekerja

8. Cara kita berjabat tangan 9. Cara kita menata rambut

10. Dari keseluruhan penampilan kita

(25)

Memanipulasi diri melalui penampilan luar.

Kita sering mengatakan penampilan seseorang adalah etika dari orang tersebut, yang dapat menempatkan diri dengan baik di setiap situasi. Dapat dikatakan orang ini adalah individu yang beretika.

Bagaimanapun ketika, orang yang beretika tidak lagi mementingkan kualitas karakter kehidupan yang baik, maka dia telah berhasil memanipulasi orang lain dengan etikanya yang baik itu karena apa yang terlihat oleh orang lain pada seseorang terjadi pada situasi normal. Karakter individu yang sebenarnya akan terlihat ketika indvidu berhadapan dengan tekanan, tantangan atau masalah-masalah.

Kita mempunyai potensi-potensi untuk memanipulasi orang lain dengan kepintaran,

pengalaman dan kekuatan penampilan luar kita tetapi ada satu hal yang penting jika kita ingin mengetahui kualitas hidup sebenarnya dari seseorang yaitu waktu.

Waktu adalah cara pengujian yang ampuh

Secara normal, kita hanya berinteraksi dengan orang lain dalam jangka waktu yang pendek, misalnya dalam waktu kerja atau hanya dalam beberapa jam. Maka orang-orang yang

mengetahui sifat baik dan kualitas kehidupan kita adalah orang-orang yang telah mengenal dan bersama kita dalam jangka waktu yang panjang. Ekspresi yang tersembunyi akan terlihat dalam situasi tertentu. Tidak ada orang yang dapat menyembunyikan dirinya yang sebenarnya di dalam untuk selamanya, karena dari cara dia berbicara, bertindak dan merespon, kita dapat mengidentifikasi karakter dia.

Kita tetap membutuhkan waktu untuk mengingat atau mengetahui karakter teman-teman kita.

Dengan mempelajari dan mengetahui ilmu karakter, kita akan menjadi sebuah pribadi yang seutuhnya. Bisa menikmati kehidupan yang nyaman, sehat dan bahagia. Kesuksesan akan dijagai oleh karakter yang baik karenakita bisa menggapai sukses dengan karisma tetapi hanya karakter yang bisa menjagai kesuksesan kita tetap pada puncaknya.

The Power Of Character (kekuatan Dari Karakter)

Penulis : Jakoep Ezra, MBA, CBA - Character Specialist dan founder dari Power

Character

Senin, 04-Desember-2006, Dibaca : 13112 kali | Dicetak : 650 kali | Cetak artikel ini

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I.7. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan acuan untuk dijadikan perbandingan

terhadap penelitian yang akan dilakukan nantinya. Dari berbagai penelitian terdahulu

disimpulkan bahwa kepuasan kerja pegawai dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti

stress kerja, lingkungan kerja, gaji, kompensasi/insentif, reward dan pembagian

kerja.

Dalam penelitian ini yang menjadi perbadingan adalah penelitian yang

dilakukan oleh Djaini (2005) di Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Makassar untuk

melihat pengaruh sumber-sumber stress kerja terhadap kepuasan kerja dengan

menggunakan metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kepuasan kerja pegawai dipengaruhi oleh dimensi struktur organisasi, beban kerja,

kelompok kerja dan karakteristik induvidu.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sihombing (2004) di Balai

Pengembangan Kegiatan Belajar yaitu BPKB Medan, BPKB Jayagiri, BPKB

Ungaran, BPKB Ujung Pandang untuk melihat pengaruh keterlibatan dalam

pengambilan keputusan, penilaian pada lingkungan kerja, dan motivasi berprestasi

terhadap kepuasan kerja pamong belajar. Metode analisis yang digunakan adalah

analisis regresi berganda, parsial dan serempak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

(1) keterlibatan pamong belajar dalam pengambilan keputusan mempunyai pengaruh

Universitas Sumatera Utarapositif dan signifikan terhadap kepuasan kerja pamong belajar, (2) lingkungan kerja

mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja pamong belajar,

(27)

kepuasan kerja, (4) secara bersama-sama keterlibatan pamong belajar dalam

pengambilan keputusan, lingkungan kerja, dan motivasi berprestasi mempunyai

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja pamong belajar.

Selanjutnya Maretta (2005) melakukan penelitian di Kantor Pusat PD Pasar

Medan untuk melihat Pengaruh gaji, pendidikan dan pelatihan serta lingkungan kerja

terhadap kinerja pegawai. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis

data regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaji, pendidikan

dan pelatihan serta lingkungan kerja mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap kinerja pegawai.

Kemudian Sukarman (2008) melakukan penelitian di Instalasi Gawat

Darurat Rumah Sakit Raden Mattaher Propinsi Jambi untuk melihat pengaruh

pembagian kerja dan kompesasi terhadap kepuasan kerja pegawai. Metodologi

penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kepuasan kerja pegawai sangat dipengaruhi oleh insentif yang

mereka terima.

Sementara itu Johan (2002) melakukan penelitian di di UNIKA Atmajaya

untuk mengkaji mengkaji hubungan antara tipe prilaku, serta pemenuhan harapan

penggajian dengan kepuasan kerja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode survei dengan pendekatan korelasional. Hasil penelitian ini

Universitas Sumatera Utaramenunjukkan adanya hubungan positif antara tipe prilaku, pemenuhan harapan

penggajian dengan kepuasan kerja secara sendiri-sendiri maupun secrara bersamasama.

Terakhir Giantari (2008) melakukan penelitian di Program Diploma III

Fakultas Ekonomi Universitas Udayana untuk melihat variabel-variabel mana yang

(28)

memecahkan masalah adalah teknik Analisis kepentingan-kinerja

(ImportancePerformance Analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepuasan

mahasiswa secara keseluruhan termasuk klasifikasi cukup puas. Hal ini tercermin dari

hasil analisis kesesuaian antara kinerja dengan tingkat kepentingan mahasiswa.

II.2. Kepuasan Kerja

Pegawai merupakan ujung tombak bagi keberhasilan suatu organisasi dan

kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam

pertumbuhan dan perkembangan suatu organisasi. Pegawai yang menyukai

pekerjaannya adalah salah satu wujud nyata kepuasan kerja. Melihat kondisi ini,

maka tingkat kepuasan pegawai mutlak perlu diperhatikan agar lebih tanggap

terhadap pekerjaannya. Seperti yang dikemukakan Johan (2002), Kepuasan kerja

pada dasarnya merujuk pada seberapa besar seorang pegawai menyukai

pekerjaannya.

Universitas Sumatera Utara Faktor-faktor yang biasanya digunakan untuk mengukur kepuasan kerja

seorang pegawai adalah: (a) isi pekerjaan, penampilan tugas pekerjaan yang aktual

dan sebagai kontrol terhadap pekerjaan; (b) supervisi; (c) organisasi dan manajemen;

(d) kesempatan untuk maju; (e) gaji dan keuntungan dalam bidang finansial lainnya

seperti adanya insentif; (f) rekan kerja; dan (g) kondisi pekerjaan.

Demikian halnya Hasibuan (2001) menyatakan bahwa kepuasan kerja

merupakan sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya.

Kepuasan kerja dapat dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi

dalam dan luar pekerjaan. Kepuasan dalam pekerjaan adalah kepusasan kerja yang

dinikmati dalam pekerjaan dengan memperoleh pujian hasil kerja, penempatan,

(29)

suka menikmati kepuasan kerja dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan

pekerjaannya daripada balas jasa walaupun balas jasa itu penting. Kepuasan kerja di

luar pekerjaan adalah kepuasan kerja pegawai yang dinikmati di luar pekerjaan

dengan besarnya balas jasa yang akan diterima dari hasil kerjanya. Kepuasan kerja

kombinasi dalam dan luar pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dicerminkan oleh

sikap emosional yang seimbang antara balas jasa dengan pelaksanaan pekerjaannya.

Pegawai yang menikmati kepuasan kerja kombinasi dalam dan luar pekerjaan akan

merasa puas jika hasil kerja dan balas jasanya dirasa adil dan layak.

Selanjutnya Sunarto (2005) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah

keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi para pegawai

memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang

Universitas Sumatera Utaraterhadap pekerjaannya. Ini nampak dalam sikap positif pegawai terhadap pekerjaan

dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.

Sedangkan menurut Sondang (2000), kepuasan kerja dapat dikaitkan

terhadap berbagai faktor, yaitu sebagai berikut:

a. Kepuasan Kerja dan Kemangkiran

Pegawai yang tinggi tingkat kepuasan kerjanya akan rendah tingkat

kemangkirannya. Sebaliknya pegawai yang rendah tingkat kepuasan kerjanya akan

cenderung tinggi tingkat kemangkirannya. Dalam praktik korelasi itu berarti bahwa

seorang pegawai yang puas akan hadir di tempat tugas kecuali ada alasan yang

benar-benar kuat sehingga ia mangkir. Sebaliknya pegawai yang merasa tidak atau

kurang puas, akan menggunakan berbagai alasan untuk tidak masuk kerja. Dengan

demikian, salah satu cara yang paling efektif untuk mengurangi tingkat kemangkiran

(30)

b. Kepuasan Kerja dan Keinginan Pindah

Tidak dapat disangkal bahwa salah satu faktor penyebab timbulnya keinginan

pindah kerja adalah ketidakpuasan di tempat bekerja sekarang. Sebab-sebab

ketidakpuasan itu dapat beranekaragam seperti penghasilan rendah atau dirasakan

kurang memadai, kondisi kerja yang kurang memuaskan, hubungan yang tidak serasi,

baik dengan atasan maupun dengan para rekan sekerja, pekerjaan yang tidak sesuai

dan berbagai faktor lainnya. Berarti terdapat korelasi antara tingkat kepuasan dengan

Universitas Sumatera Utarakuat atau lemahnya keinginan pindah pekerjaan. Keadaan seperti ini perlu diwaspadai

karena jika tejadi dalam skala besar, organisasi pula yang dirugikan.

c. Kepuasan Kerja dan Usia

Dalam pemeliharaan hubungan yang serasi antara organisasi dan para

anggotanya, terdapat korelasi antara kepuasan kerja dengan usia seorang pegawai.

Artinya, kecendrungan yang sering terlihat ialah bahwa semakin lanjut usia pegawai,

tingkat kepuasan kerjanyapun biasanya semakin tinggi. Berbagai alasan yang sering

dikemukakan menjelaskan fenomena ini antara lain ialah:

a. Bagi pegawai yang sudah agak lanjut usia makin sulit memulai karir baru di

tempat lain.

b. Sikap yang dewasa dan matang mengenai tujuan hidup, harapan, keinginan dan

cita-cita.

c. Gaya hidup yang sudah mapan.

d. Sumber penghasilan yang relatif terjamin.

e. Adanya ikatan batin dan tali persahabatan antara yang bersangkutan dengan

rekan-rekannya dalam organisasi.

(31)

keinginan pindah itu lebih besar.

Universitas Sumatera Utarad. Kepuasan Kerja dan Tingkat Jabatan

Kepuasan kerja mempunyai hubungan dengan tingkat jabatan, hal ini

bermakna bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang dalam suatu organisasi maka

tingkat kepuasannya pun cenderung lebih tinggi pula. Berbagai alasannya antara lain

ialah:

a. Penghasilan yang dapat menjamin taraf hidup yang layak.

b. Pekerjaan yang memungkinkan mereka menunjukkan kemampuan kerjanya.

c. Status sosial yang relatif tinggi di dalam dan diluar organisasi.

Dengan demikian alasan-alasan tersebut bertalian erat dengan prospek seseorang

untuk dipromosikan, perencanaan karir dan pengembangan sumber daya manusia

dalam organisasi.

II.2.1 Teori-Teori Kepuasan Kerja

Menurut Sihombing (2004) ada tiga macam teori tentang kepuasan kerja

yaitu:

a. Teori Discrepancy

b. Teori Equity

c. Teori Dua Faktor

a. Teori Discrepancy

Kepuasan atau ketidakpuasan dengan sejumlah aspek pekerjaan tergantung

pada selisih (discrepancy), antara apa yang seharusnya ada (harapan, kebutuhan atau

Universitas Sumatera Utaranilai-nilai) dengan apa yang menurut perasaan atau persepsinya telah diperoleh atau

dicapai melalui pekerjaannya (Manullang, 2001). Seorang akan terpuaskan jika tidak

(32)

Semakin besar kekurangan dan semakin banyak hal-hal penting yang diinginkan,

semakin besar ketidakpuasannya. Jika terdapat lebih banyak jumlah faktor

pekerjaannya yang dapat diterima secara minimal dan kelebihannya menguntungkan

(misalnya: upah ekstra, jam kerja yang lebih lama), orang yang bersangkutan akan

sama puasnya bila terdapat selisih dari jumlah yang diinginkan.

Berdasarkan pandangan tersebut, maka dapat dikatakan seseorang akan

merasa puas apabila tidak ada perbedaaan antara yang diinginkan dengan persepsinya

terhadap kenyataan yang ada, karena batas minimum yang diinginkan telah dipenuhi.

Apabila yang didapat ternyata lebih besar dari pada yang diinginkan, maka orang

akan menjadi lebih puas lagi walaupun terdapat (discrepancy). Perbedaan yang terjadi

disini adalah perbedaan yang positif. Sebaliknya, makin jauh kenyataan yang

dirasakannya itu di bawah standar minimum (negative discrepancy), maka makin

besar pula ketidakpuasan seseorang terhadap pekerjaannya.

b. Teori Equity

Puas tidaknya seseorang terhadap pekerjaannya tergantung pada apakah ia

merasakan adanya keadilan (equity) atau tidak terhadap suatu situasi, hal ini diperoleh

dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor

maupun di tempat lain (Karlins, 2000).

Universitas Sumatera Utara Menurut Revida (1999) keadilan (equity) adalah suatu keadaan yang muncul

dalam pikiran seseorang, jika ia merasa bahwa rasio antara usaha dan imbalan adalah

seimbang dengan rasio individu yang dibandingkan. Pegawai membandingkan usaha

mereka terhadap imbalan dengan imbalan pegawai lainnya dalam situasi kerja yang

sama. Teori keadilan ini didasarkan asumsi bahwa orang-orang dimotivasi oleh

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, alasan orang tua laki-laki (ayah) tidak memberikan biaya nafkah anak berkaitan dengan aspek psikologis si anak yang tidak dapat menerima perceraian kedua

• Sistem Pakar merupakan kumpulan pengetahuan (basis pengetahuan) dari beberapa pakan yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah • Pada sistem pakar digunakan

Seni tradisi yang menjadi vokabuler gerak dalam karya tari ini adalah beberapa bentuk gerak silek rejang dari daerah Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu yang akan

4) Mengirimkan Laporan Bulanan Pengeluaran Pemindahbukuan dengan format sebagaimana tercantum pada lampiran VI... 5) Konfirmasi atas FKU sebagaimana dimaksud pada angka 1 dikirimkan

Penelitian sejenis terkait pengelolaan dan pengembangan hutan, salah satunya diteliti dan dipublikasikan oleh Raman, Malik, dan Hamrun (2015) yang meneliti

Pengembangan kawasan agropolitan merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kesenjangan antara perdesaan dan perkotaan dengan pembangunan fasilitas pelayanan standar perkotaan

Kinerja produksi Ikan Lele Sangkuriang ( Clarias gariepinus var sangkuriang ) yang dipeliharan oleh pembudidaya di daerah penelitian pada daerah rawa menunjukkan hasil yang