• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Geografi Ditinjau dari Perspekt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Geografi Ditinjau dari Perspekt"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Rutsri Marlinda Pian 00000004595

Analisis Geografi Ditinjau dari Perspektif Iman Kristen tentang Teori Terbentuknya Bumi

Sejak dahulu manusia berusaha memahami alam semesta ini. Tiga teori besar yang sangat berpengaruh dalam perkembangan ilmu pengetahuan hingga saat ini adalah teori astronomi dentuman besar “Big-bang” (yang diperkenalkan oleh Edwin Hubble tahun 1927), teori geologi uniformitarian (dicetuskan oleh James Hutton pada tahun 1785), dan teori biologi evolusioner (dipublikasikan oleh Charles Darwin tahun 1859). Teori evolusi, uniformitarianisme, dan dentuman besar adalah tiga bagian dari sebuah jigsaw. Ketiganya ingin menjelaskan asal-usul manusia, asal-usul kehidupan, asal-usul planet kita, dan asal-usul alam semesta.

Hutton menyatakan “The Present is The Key to The Past.” Bumi memiliki sejarah yang panjang dan sejarah ini dapat ditafsirkan dari segi proses saat diamati. Charles Lyell mengembangkan pandangan ini pada awal abad 19 dengan menerbitkan bukunya yang berjudul Principles of Geology. Lyell mengemukakan bahwa ciri-ciri fisik permukaan bumi tidak diciptakan seperti bentuknya sekarang ini, tetapi terbentuk oleh proses vulkanis yang berkelanjutan, pergolakan, erosi, glasiasi dan sebagainya dalam jangka waktu yang sangat lama (berjuta-juta tahun) dan masih berlangsung sampai sekarang.

Darwin menyatakan bahwa kehidupan berasal dari non-kehidupan, tatanan berasal dari kekacauan, dan kecerdasan berasal dari non-kecerdasan. Ia menyebut mekanisme ini “seleksi alam” atau “perjuangan untuk kehidupan”. Inilah dua frasa yang ditemukan di dalam judul lengkap dari Origin of Species.

Hubble mengajarkan bahwa seluruh alam semesta berekspansi dari sebuah massa yang padatnya dan panasnya tidak terhingga yang hanya seukuran sebutir debu dengan massa nol. Keadaan inilah yang mereka sebut sebagai singularitas (black hole). Keadaan ini adalah keadaan di mana hukum-hukum fisika tidak berlaku. Kemudian terjadilah dentuman besar yaitu sebuah ledakan dahsyat sekitar 13,3-13,9 miliar tahun yang lalu sehingga membentuk alam semesta (Hartono, 2007).

Inilah asal usul segala sesuatu yang dijelaskan tanpa Allah. Allah adalah “hipotesis yang tidak diperlukan.” Teori dentuman besar mengawali eksistensi alam semesta, geologi uniformitarian yang membentuk bumi sehingga bumi adalah seperti apa adanya sekarang, dan biologi evolusioner yang menghasilkan kehidupan di planet kita. Teori-teori ini merupakan hasil pemikiran manusia. Teori adalah dugaan tejadinya sesuatu atas keberadaan sesuatu yang didasarkan kepada teori-teori sebelumnya (jika ada yang mendukung), penemuan-penemuan,

(2)

Rutsri Marlinda Pian 00000004595

pengamatan, penelitian dan sebagainya. Alkitab mengajarkan kita untuk menguji segala sesuatu sebelum kita mempercayainya. Teori ledakan besar melawan hukum non kontradiksi sebab titik tolaknya bermula dari keadaan singularitas (keadaan dimana hukum-hukum fisika tidak berlaku). Sedangkan suatu ledakan besar dapat terjadi karena bereaksinya hukum-hukum fisika itu sendiri. Selain itu, teori ini menyatakan bahwa dunia menciptakan dirinya sendiri. Jika dunia ini mengadakan dirinya sendiri maka kita harus menerima dua pernyataan berikut. Pertama, sebelum mengadakan dirinya sendiri, dunia ini belum ada. Kedua, sebelum dunia mengadakan dirinya sendiri, maka dunia ini harus terlebih dahulu ada, karena harus ada dunia yang ada, yang mengadakan dunia yang belum ada. Jadi antara dunia belum ada dan dunia sudah ada, terjadi pada saat yang sama. Tentunya ini sangat berkontradiksi.

Teori uniformitarian dan evolusi bertentangan dengan hukum Termodinamika II yang berbunyi “Segala sesuatunya bergerak dari keadaan yang tinggi menuju keadaan yang rendah secara alami.” Fred Hoyle, seorang ahli matematika dan ahli astrofisika Inggris, dia adalah seorang ateisme selama hidupnya mengatakan “Ada 2000 enzim yang rumit yang dibutuhkan agar sebuah organisme hidup, tetapi tidak satupun dari 2000 ini yang dapat dibentuk di bumi ini secara sembarangan meskipun dalam 20 triliyun tahun” (Gish, 1990). Artinya makhluk hidup tidak dapat bertahan hidup jika 2000 enzim ini berkembang satu persatu dalam periode jutaan tahun. Kita tidak bisa hidup tanpa salah satu dari 2000 enzim tersebut.

Sangat masuk akal untuk percaya bahwa "Tuhan Allah yang mahakuasa dan tidak terbatas menciptakan dunia yang terbatas." Pertama, jika Dia mahakuasa, adalah logis untuk menciptakan dunia ini dengan cara create out of nothing (menciptakan dari yang tidak ada). Karena jika Dia "tidak sanggup" melakukan hal ini, maka Dia tentu tidak mahakuasa. Tidak ada kontradiksi dalam proposisi ini. Kedua, jika Allah tidak terbatas (kekal) maka Dia tidak diciptakan dan tidak mempunyai awal atau akhir. Allah yang kekal ini telah menciptakan dunia yang tidak kekal. Ini adalah proposisi yang logis, karena jika dunia ini diciptakan oleh Yang Kekal, maka istilah "diciptakan" menunjuk kepada sebuah awal.

Kebenaran kisah dalam Kejadian 1 dan 2 tidak mudah diterima bukan karena kurangnya bukti namun karena manusia sendiri yang ingin menyangkal eksistensi Sang Pencipta. William Paley mengemukakan bahwa alam semesta ini sama dengan sebuah jam. Seseorang yang memiliki jam tidak akan mungkin mengatakan bahwa jam tersebut terjadi dengan sendirinya hanya karena ia tidak melihat pembuatnya. Sekalipun seseorang melihat segala sesuatu yang diatur di dalam alam ini, namun ia tidak pernah melihat pencipta alam semesta ini, bukan berarti alam semesta ini terjadi secara kebetulan. Jika rancangan sebuah jam

(3)

Rutsri Marlinda Pian 00000004595

menuntut adanya seseorang yang merancangnya, demikian pula dengan rancangan alam semesta ini.

Roma 1 mengajarkan bahwa hal-hal yang kelihatan dari alam semesta ini tidak mengindikasikan evolusi melalui waktu dan peluang. Hal-hal yang kelihatan menyatakan kepada kita Sang Pencipta yang tidak kelihatan dan “kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya” (Roma 1: 20). Calvin menekankan bahwa di dalam diri setiap manusia terdapat perasaan akan keilahian (sensus divinitatus). Setiap orang mengetahui perasaan ini, perasaan yang tertanam di dalam diri setiap manusia dan tidak bisa dihapus. Bahkan orang yang tidak percaya yang belum mendengar Taurat atau Injil dari Kitab Suci mengetahui perbedaan antara benar dan salah. Semua orang tidak bisa berdalih di hadapan Allah atas penyembahan berhala mereka dan pemikiran, perkataan, serta perbuatan mereka yang berdosa. Semua orang tahu bahwa “murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia” (Roma 1:18). Inilah yang ingin dihilangkan oleh evolusionisme dari pikiran manusia.

Bunyi kalimat pertama dari Pengakuan Iman Rasuli menyatakan, “Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi.” Ingatlah, hanya dengan menerima kebenaran ini, barulah kita bisa memercayai bagian selanjutnya dari Pengakuan Iman Rasuli.

(4)

Rutsri Marlinda Pian 00000004595

Referensi

Awang. (2010). Geokontroversi: perdebatan-perdebatan dalam geologi. Diakses pada tanggal 23 Februari 2016 dari http://geologi.iagi.or.id/2010/04/06/geokontroversi-perdebatan-perdebatan-dalam-geologi/

Batten, D., dkk. (2010). Menjawab pertanyaan seputar penciptaan alam semesta. Australia: Creation Ministries International.

Blanchard, J. (2002). Evalution - fact or fiction. New York: Evangelical Press.

Fendy, R. (2011). Uniformitarianisme. Diakses pada tanggal 23 Februari 2016 dari http://www.filsafatilmu.com/artikel/pengertian/uniformitarianisme

Gish, D., T. (1990). The amazing story of creation from science and the bible. EL Cajon: Institude for Creation Research.

Hartono. (2007). Geografi: jelajah bumi dan alam semesta. Bandung: Citra Praya.

Peters, T., & Bennett, G. (2006). Menjembatani sains dan agama. Jakarta: Gunugn Mulia.

Referensi

Dokumen terkait

Langkah-lagkah yang dapat dilakukan dalam upaya penguatan kelompok tani, antara lain mendorong dan membibimbing petani agar mampu bekerjasama di bidang ekonomi

Pembelajaran Bahasa Jawa SD 2 PGSD A.1 R1 PGSD UTS : Penugasan oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Pengumpulan 6 Juni 2021, Pukul 23.59 69 Diah Ayu Mawarti, M.Pd./Dwi Ana Evitasari,

Ekstrak dietil eter terstandar herba belimbing tanah (Oxalis corniculata L.) dengan konsentrasi 0.01, 0.05, 0.1, 0.5, 1, 5, 10, 50, 100 µg/ml dan dietil eter sebagai

dan hidayahNya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul” Penggunaan Limbah Kulit Pisang sebagai Bahan Campuran dalam Pembuatan Sabun Mandi” dapat terselesaikan dengan

Pondok merupakan tempat tinggal bersama antara kyai dengan para santrinya.Di Pondok, seorang santri patuh dan taat terhadap peraturan – peraturan yang diadakan, ada

Metode Penelitian meliputi monitoring terapi warfarin terhadap 80 pasien di pelayanan jantung melalui PT-INR, pendataan klinis pasien meliputi, usia, jenis kelamin, berat

Skala regional menekankan pada fenomena yang terjadi pada wilayah yang kecill di bumi dengan jarak 10-100 km, seperti observasi badai tornado... Interval perekaman yg pendek

Proyek akhir ini memiliki tujuan untuk : (1) Dapat menciptakan desain busana pesta malam dengan sumber ide rumah adat suku Toraja (rumah tongkonan) dalam