RESUME TENTANG TAWAKAL DAN CINTA
Tawakal berasal dari bahasa Arab, wakila, yakilu, wakilan yang berarti mempercayakan , memberi, membuang urusan, bersandar, dan bergantung. Dalam bahasa indonesia tawakal adalah pasrah diri kepada kehendak Allah (dalam penderitaan dan sebagainya), atau sesudah berikhtiar baru berserah kepada Allah.
Para sufi telah memberikan penjelasan mengenai makna tawakal. Hamdan al-Qashar berkata, tawakal adalah berpegang teguh kepada Allah Swt. Sahl bin Abd Allah al-Thusi berkata, tawakal adalah melepaskan apa yang dikehendaki dengan menyandarkan diri kepada Allah Swt. Abu Yakub Ishaq al-Nahr al-Jauzi berkata, tawakal adalah menyerahkan diri kepada Allah Swt dengan sebenarnya. Abu ali al-Daqaq berkata, tawakal kepada Allah Swt terbagi menjadi tiga tingkat, yakni tawakal, taslim, dan tafwidh. Orang yang ttawakal adalah orang yang senang dengan janji Allah Swt. Orang yang taslim adalah orang yang merasa cukup dengan ilmu-Nya. Orang yangg tafwidh adalah orang yang rela dengan hukum-Nya, jadi tawakal adalah permulaan, taslim pertengahan, dan tafwidh adalah akahir.
Menurut Nashr al-Din al-Thusi tawakal adalah mempercayakan semua urusan kepada Allah, dan keyakinan Allah memiliki kearifan dan kekuasaan untuk menjalankan semua urusan sesuai dengan pengaturan-Nya. Bukan berarti tawakal bermakna bahwa seorang hamba tidak melakukan apapun dengan alasan menyerahkan semua urusan kepada Allah, tetapi bermakna bahwa setiap orang harus mempercayai bahwa segala sesuatu selain Allah pasti berasal dari Allah, dan segala sesuatu bekerja berdassarkan hubungan sebab-akibat.
kepasrahan mayit ditangan orang-orang yang memandikannya. Namuntawakal tidak menafikan usaha, sebab usaha menjadi sangat penting dalam islam.Sehingga tawakal adlah suatu keserahan diri kepada Allah Swt terhadap setiap hasil dari segala tindakan dan perbuatan yang telah dilakukan, dan meyakini dengan segenap jiwa bahwa setiap yang terjadi atas izin dan kehendak-Nya.
CINTA (al-mahabbah)
Menurut al-Ghazali, al-mahabbah adalah al-maqam sebelum rida. Kaum sufi mmendasari ajaran mereka tentang cinta dengan al-quran, hadis, dan atsar. Kata cinta disebut dalam Alquran secara berulang kali, meskipun tidak hanya makna cinta kepadda Allah Swt. Sebagaimana yang dimaksutkan oleh kaum sufi. Kata hub disebut dalam alquran 99 kali dalam berbagai bentuk kata, antara lain hubb dan yuhibbu, sedangkan dalam kata al-mahabbah tidak digunakan al-quran.
Sedangkan makna al-mahabbah dalam tasawuf dapat dilihat dari ucapan kaum sufi. Junaid al-Baghadi, misalnya berkata, cinta adalah masuknya sifat sifat kekasih paa sifat-sifat yang mencintai. Menurut Ibn Qudamah, tanda cinta kepada Alllah Swt. Adalah senantiasa berdzikir kepada Allah, gemar mengasingkan diri hanya untuk bermunajat kepada Nya seperti membaca al-quran dan tahajud, merasa rugi bila melewatkan waktu tanpa menyebut namanya, dan menyayangi semua hamba Allah, mengasihi mereka dan bersiakap tegas terhadap musuh-musuhnya. Menurut al-Ghazali, mengutip pedapay Yahya bin Mu’az, indikator seorang hamba mancintai Allah Swt, adalah mengutamakan bertemu dengan Allah dengan Allah daripada bertemu dengan mahkluk, dan mengutamakan ibadah kepada Allah Swt, daripada melayani manusia.
sehingga cinta tidak lagi bersemayam didalamnya, namun yang bersemayam hanyalah segala sesuatu dengan dan untuk Allah Swt.