• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanian sebagai pondasi ekonomi Indone

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pertanian sebagai pondasi ekonomi Indone"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

Pertanian sebagai pondasi ekonomi Indonesia

Kamis, 31 Juli 2008

Permasalahan Mekanisasi Pertanian di Indonesia

Terdapat sejumlah permasalahan dalam upaya pengembangan teknologi pertanian berupa alat

dan mesin pertanian (alsintan) di dalam negeri yakni:

a. sistem standarisasi, sertifikasi, dan pengujian alat dan mesin pertanian (alsintan) masih lemah,

b. pemanfaatan dan ketersediaan alat dan mesin (alsintan) masih kurang,

c. skala usaha penggunaan alat dan alsintan belum memadai,

d. dukungan perbengkelan masih lemah,

e. belum mantapnya kelembagaan alsintan,

f. belum optimalnya pengelolaan alsintan di sub sektor peternakan, dan

g. masih rendahnya partisipasi masyarakat/swasta dalam pemanfaatan dan pengembangan

alsintan serta terbatasnya daya beli maupun permodalan akibat daya tukar produk pertanian yang

makin menurun.

Faktor – faktor penghambat perkembangan mekanisasi pertanian di Indonesia diantaranya adalah

:

• Permodalan

Umumnya petani di Indonesia mempunyai lahan yang relatif sempit dan kurang dalam

permodalannya, sehingga tidak semua petani mampu untuk membeli alsin pertaian yang

harganya relatif mahal.

• Kondisi Lahan

Tofogarapi lahan pertanian di Indonesia kebanyakan bergelombang dan bergunung-gunung

sehinga menyulitkan untuk pengoperasian mesin-mesin pertanian,khususnya mesin prapanen

• Tenaga kerja

Tenaga kerja diIndonesia cukup melimpah/banyak. Oleh karena itu bila digantikan dengan

tenaga mesin , dikhawatirkan menimbulkan dampak penganguran

• Tenaga Ahli

Kurangnya tenaga ahli yang atau orang yang kompeten dalam menangani mesin-mesin pertanian.

Mengingat hal tersebut, terutama poin nomer 3 maka perngembangan mekanisasi pertanian di

Indonesia menganut azas mekanisasi pertanian selektif, yaitu mengintrodusir alat dan mesin

pertanian yang disesuaikan dengan kondisi daerah setempat.

Adapun tantangan yang dihadapi dalam pengembangan teknologi alat dan mesin pertanian

adalah:

(1) menyiapkan perangkat peraturan perundangundangan tentang alsintan,

(2) menumbuh kembangkan industri dan penerapan alsintan,

(3) mengembangkan kelembagaan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) yang mandiri untuk

meningkatkan efisiensi penggunaan alsintan,

(2)

(5) mengembangkan alsintan sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, dan

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan alsintan

Diposkan oleh qimoenk di

01.43

Tidak ada komentar:

Pengertian Mekanisasi Pertanian

Teknologi pertanian sering dipahami sebagai penggunaan mesin-mesin pertanian

lapang (mechanization) pada proses produksi pertanian, bahkan sering dipandang

sebagai traktorisasi. Pemahaman seperti itu dapat dimaklumi karena introduksi

teknologi di bidang pertanian ketika itu diawali dengan gerakan mekanisasi pertanian

untuk memacu produksi pangan terutama dengan penerapan traktor seperti percobaan

mekanisasi pertanian di Sekon Timor-Timur tahun 1946, pool-pool traktor pada tahun

1958, perusahaan bahan makanan dan pembukaan lahan tahun 1958, serta PN.

Mekatani (Mekanisasi Pertanian) tahun 1962.

Mekanisasi pertanian diartikan secara bervariasi oleh beberapa orang. Mekanisasi

pertanian

diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan dari setiap bantuan yang

bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian

. Bantuan yang bersifat

mekanis tersebut termasuk semua jenis alat atau perlengkapan yang digerakkan oleh

tenaga manusia, hewan, motor bakar, motor listrik, angin, air, dan sumber energi

lainnya. Secara umum mekanisasi pertanian dapat juga diartikan sebagi penerapan

ilmu teknik untuk mengembangkan, mengorganisasi, dan mengendalikan operasi di

dalam produksi pertanian. Ruang lingkup mekanisasi pertanian juga berkembang

sejalan dengan perkembangan teknologi dan modernisasi pertanian. Ada pula yang

mengartikan bahwa pada saat ini teknologi mekanisasi yang digunakan dalam proses

produksi sampai pasca panen (penanganan dan pengolahan hasil) bukan lagi hanya

teknologi yang didasarkan pada energi mekanis, namun sudah mulai menggunakan

teknologi elektronika atau sensor, nuklir, image processing, bahkan sampai teknologi

robotik. Jenis teknologi tersebut digunakan baik untuk proses produksi, pemanenan,

dan penanganan atau pengolahan hasil pertanian.

Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan produktifitas tenaga

kerja, meningkatkan produktifitas lahan, dan menurunkan ongkos produksi.

Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan untuk meningkatkan

efisiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas hasil, dan mengurangi beban kerja petani.

Pengalaman dari negara-negara tetangga Asia menunjukkan bahwa perkembangan

mekanisasi pertanian diawali dengan penataan lahan (konsolidasi lahan), keberhasilan

dalam pengendalian air, masukan teknologi biologis, dan teknologi kimia. Penerapan

teknologi mekanisasi pertanian yang gagal telah terjadi di Srilangka yang disebabkan

kecerobohan akibat penerapan mesin-mesin impor secara langsung tanpa disesuaikan

dengan kondisi dan karakteristik pertaniannya. Berbeda halnya dengan Jepang yang

melakukan modifikasi sesuai dengan kondisi lokal, kemudian baru memproduksi sendiri

untuk digunakan oleh petani mereka.

(3)

prasarana pertanian. Prasarana pertanian kita belum dikelola secara baik, sehingga

masih agak sulit atau lambat dalam melakukan introduksi mesin-mesin pertanian.

Pengelolaan lahan, pengaturan dan manejemen pengairan yang meliputi irigasi dan

drainase, serta pembuatan jalan-jalan transportasi daerah pertanian, dan masih banyak

lagi aspek lainnya yang belum disentuh secara sungguh-sungguh dan profesional.

Relevansinya dengan hal tersebut, beberapa hal penting yang harus dilaksanakan

antara lain adalah merencanakan atau memperbaiki kondisi lahan (konsolidasi lahan).

Selain itu juga mendatangkan dan mengupayakan agar prasarana dan sarana

pertanian sampai dan tersedia di lapangan tepat waktu sehingga dapat mengakselerasi

pencapaian visi dan misi pertanian modern. Pengembangan teknologi pertanian

diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat kita

umumnya dan petani khususnya. Dapat dipastikan bahwa jika teknologi pertanian yang

cocok tersebut telah berhasil dikembangkan dan diterapkan di negara kita, maka

ketahanan pangan atau swasembada pangan pasti akan tercapai sehingga

kemandirian dalam hal ekonomi dan politik dapat kita wujudkan. Apabila hal tersebut

benar-benar kita miliki, maka dalam menghadapi era global nanti kita sudah punya

bekal paling tidak ketahanan pangan dalam menghadapi beberapa goncangan. Dengan

ketahanan pangan berarti bahaya kekurangan pangan atau kelaparan akibat tajamnya

persaingan pada era global dapat dihindarkan. Pada akhirnya kita punya modal

kemandirian minimal dalam satu aspek pangan dan beberapa aspek lainnya misalnya

keutuhan bangsa dan semangat untuk berkompetesi demi kemajuan bangsa yang

berdaulat dan bermartabat

Diposkan oleh qimoenk di

01.30

4 komentar:

Posting Lebih Baru

Beranda

Langganan:

Entri (Atom)

Arsip Mektan

Agustus

(2)

Juli

(2)

embangunan pertanian Indonesia telah menempuh sejarah yang panjang sejalan dengan perjalanan bangsa ini, dan merupakan suatu kenyataan bahwa sektor pertanian memberi perm strategis dalam pembangunan nasional. Sebagian besar penduduk Indonesia masih bergelut dan menggantungkan hidupnya di sektor ini. Namun ditengah percaturan globalisasi dunia dewasa ini sektor pertanian belum menampakkan perubahan yang signifikan terhadap indikator investasi dan

(4)

metode-metode zaman dulu yang saat ini tidak sesuai lagi digunakan pada sektor pertanian. Pembuatan tugas ini bertujuan untuk menambah informasi dan pengetahuan serta memenuhi syarat mata kuliah Teknologi Infofmasi. pengumpulan informasi dan data-data berasal dari departemen pertanian, buku panduan, dan media internet.

1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian di Indonesia sedang berada di persimpangan jalan. Sebagai penunjang kehidupan berjuta-juta masyarakat Indonesia, sektor pertanian memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kukuh dan pesat. Sektor ini juga perlu menjadi salah satu komponen utama dalam program dan strategi pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. Di masa lampau, pertanian Indonesia telah

mencapai hasil yang baik dan memberikan kontribusi penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk menciptakan lapangan pekerjaan dan pengurangan kemiskinan secara drastis. Hal ini dicapai dengan memusatkan perhatian pada bahan-bahan pokok seperti beras, jagung, gula, dan kacang kedelai. Akan tetapi, dengan adanya penurunan tajam dalam hasil produktifitas panen dari hampir seluruh jenis bahan pokok, ditambah mayoritas petani yang bekerja di sawah kurang dari setengah hektar, aktifitas pertanian kehilangan potensi untuk menciptakan tambahan lapangan pekerjaan dan peningkatan penghasilan.

Walapun telah ada pergeseran menuju bentuk pertanian dengan nilai tambah yang tinggi, pengaruh diversifikasi tetap terbatas hanya pada daerah dan komoditas tertentu di dalam setiap sub-sektor. Pengalaman negara tetangga menekankan pentingnya dukungan dalam proses pergeseran tersebut. Sebagai contoh, di

pertengahan tahun 1980-an sewaktu Indonesia mencapai swasembada beras, 41% dari semua lahan pertanian ditanami padi, sementara saat ini hanya 38%; suatu perubahan yang tidak terlalu besar dalam periode 15 tahun. Sebaliknya,

penanaman padi dari total panen di Malaysia berkurang setengahnya dari 25% di tahun 1972 menjadi 13% di 1998. Selain itu seperti tercatat dalam hasil studi baru-baru ini, ranting pemilik usaha kecil/ pertanian industrial, hortikultura, perikanan, dan peternakan, yang sekarang ini berkisar 54% dari semua hasil produksi

(5)

dengan tingkat pertumbuhan hasil yang tinggi, panen beras tidak akan dapat mencapai lebih dari 10% nilai peningkatan pertumbuhan hasil.

1.2 Perumusan Masalah Dari paparan yang telah diuraikan diatas, maka

perkembangan sektor pertanian yang terjadi saat ini tidak menunjukan progress yang baik bagi beberapa pihak penting, seperti petani. Hal itu dapat dilihat dari perkembangan pertanian saat ini dan nilai indeks yang di terima petani (IT) yang semakin menurun pada periodenya. Dari hal tersebut maka akan diperoleh suatu dasar berepijak bagi penulis untuk dapat memfokuskan penjelasan makalah ini kearah rumusan yang lebih jelas. 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan dan Batasan Dari paparan dan rumusan masalah yang telah dijelaskan diatas maka ruanglingkup pembahasan dan batasan kami fokuskan terhadap “Masalah-Masalah yang Menghambat Perkembangan Sektor Pertanian”. 1.4 Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini bertujuan untuk membahas bersama-sama permasalahan pada sektor pertanian yang terjadi saat ini dan pemecahan masalah yang dapat dilakukan oleh seorang mahasiswa. Selain itu makalah ini juga bertujuan sebagai sarana

pertukaran informasi atau ilmu guna mencapai tujuan yang sama.

1.5 Manfaat Penulisan Hasil penulisan tugas ini memberikan manfaat bagi: Penulis Sebagai sarana pembelajaran analisis dalam menerapkan teori Pembaca Sebagai bahanpembelajaran yang sudah di ajarkan di kelas. pertimbangan dalam upaya meningkatkan pendidikan sekalipun dengan biaya terbatas. Dan sebagai wadah tukar pikiran antara sipembaca dan penulis dalam memecahkan masalah yang ada.

(6)

Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat yang tidak diimbangi oleh teknik pertanian menyebabkan kekurangan. Hal ini juga menyebabkan degradasi tanah dan penurunan produksi dan konsumsi makanan per kapita.

Selain membutuhkan sumber daya finansial, sektor pertanian juga memerlukan teknologi maju dan infrastruktur. Diskriminasi pemerintah terhadap sektor pertanian akan menghalangi keseluruhan pembangunan. Transformasi Pertanian

mengemukakan bahwa keberhasilan sektor pertanian bukan hanya alat bagi pembangunan, tetapi keberhasilan di sektor pertanian juga menjadi tujuan dari pembangunan. Pertanian dapat menjamin penyediaan kebutuhan milyaran penduduk di masa depan. Hal yang berhubungan dengan transformasi sektor pertanian: 1. Peningkatan produktivitas pertanian. 2. Penggunaan sumber daya yang dihasilkan untuk pembangunan di luar sektor pertanian. 3. Integrasi pertanian dengan ekonomi nasional melalui infrastruktur dan pasar.

Salah satu karakteristik dalam pembangunan ekonomi adalah pergeseran jangka panjang populasi dan produksi dari sektor pertanian menjadi sektor industri dan sektor jasa. Hanya sebagian kecil masyarakat dalam negara industri yang hidup dari sektor pertanian. Konsep strategi pembangunan berimbang (balanced growth), yaitu pembangunan di sektor pertanian dan sektor industri secara bersamaan merupakan tujuan pembangunan yang paling ideal. Pada kenyataannya konsep strategi pembangunan berimbang tidak dapat dilakukan oleh negara berkembang, hal ini dikarenakan sumber daya yang tidak mencukupi untuk melakukan

pembangunan di sektor pertanian maupun sektor industri sekaligus.

Kontribusi Pertanian pada Pembangunan Pertanian memiliki kontribusi yang sangat besar kepada pembangunan. Kontribusi pertanian tersebut adalah: 1. Meningkatkan persediaan makanan. 2. Pendapatan dari ekspor. 3. Pertukaran tenaga kerja ke sektor industri. 4. Pembentukan modal. 5. Kebutuhan akan barang-barang pabrikan.

(7)

berikut: 1. Ekspansi sektor-sektor ekonomi lain sangat tergantung pada produk-produk dari sector pertanian, bukan saja untuk suatu kelangsungan pertumbuhan suplai makanan mengikuti pertumbuhan penduduk. 2. Karena bias agraris yang sangat kuat dari ekonomi selama tahp awal proses pembangunan ekonomi. 3. Karena pentingnya pertanian secara relative menurun dengan pertumbuhan dan pembanguna ekonomi. 4. Sektor pertanian mampu berperan sebagai sumber penting bagi surplus neraca perdagangan atau neraca pembayaran.

1. Kontribusi Produk Kontribusi produk dari pertanian dapat dilihat dari relasi antara pertumbuhan pangsa PDBdari sector tersebut dengan pangsa awalnya dan laju pertumbuhan relatifdari produk-produk neto pertanian dan non pertanian. Didalam system ekonomi terbuka, besarnya kontribusi produk dari sector pertanian, baik lewat pasar maupun lewat keterkaitan produksi dengan sector-sektor nonpertanian, misalnya industri manufaktur, juga sangat dipengaruhi oleh kesiapan sector itu sendiri dalam menghadapi persaingan dari luar (tingkat daya saingnya). 2. Kontribusi Pasar Negara agraris dengan proporsi populasi pertanian (petani dan keluarganya) yang besar, seperti Indonesia, merupakan sumber yang sangat penting bagi pertumbuhan pasar domestik bagi sektor-sektor nonpertanian, khususnya industri manufaktur.

Namun, peranan sektor pertanian lewat kontribusi pasarnya terhadap diversifikasi dan pertumbuhan output dari sektor-sektor nonpertanian, sangat tergantung pada dua faktor penting yang dapat dianggap sebagai prasyarat, yaitu : 1. Dampak dari keterbukaan ekonomi dimana pasar domestik tidak hanya diisi oleh barang-barang buatan dalam negeri, tetapi juga barang-barang impor. 2. Jenis teknologi yang digunakan disektor pertanian yang menentukan tinggi rendahnya tingkat mekanisasi atau modernisasi dari sektor tersebut. 3. Kontribusi Faktor-faktor Produksi Ada dua factor produksi yang dapat dialihkan dari sector pertanian ke sector-sektor nonpertanian, tanpa harus mengurangi volume produksi

(8)

Seiring dengan transisi (transformasi) struktural ini sekarang kita menghadapi berbagai permasalahan. Di sektor pertanian Indonesia mengalami beberapa permasalahan dalam meningkatkan jumlah produksi pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian di Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena semakin terbatasnya lahan yang dapat dipakai untuk bertani. Perkembangan penduduk yang semakin besar membuat kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan berbagai sarana pendukung kehidupan masyarakat juga bertambah. Perkembangan industri juga membuat pertanian beririgasi teknis semakin berkurang.

Sesuai dengan permasalahan aktual yang kita hadapi masa kini, kita akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri. Di kemudian hari kita mungkin saja akan semakin bergantung dengan impor pangan dari luar negeri. Impor memang dapat menjadi alternatif solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan kita, terutama karena semakin murahnya produk pertanian, seperti beras yang diproduksi oleh Vietnam dan Thailand. Namun, kita juga perlu mencermati bagaimana arah ke depan struktur perekonomian Indonesia, dan bagaimana struktur tenaga kerja yang akan terbentuk berdasarkan arah masa depan struktur perekonomian Indonesia.

1. Perkembangan Sejak Awal Dekade 1970-an Selama periode 1995-1997 pangsa PDB dari sector pertanian (termasuk peternakan, kehutanan, dan perikanan) mengalami penurunan (pada harga konstan 1993). Pada saat krisis mencapai puncaknya tahun 1999, semua sector mengalami pertumbuhan negative, kecuali listrik, gas, dan air minum dengan tetap positif 2,6% sector pertanian mengalami pertumbuhan -0,7%, dan sector industri manufaktur - 11,4%. 2. Produksi Padi/Beras Peranan sector pertanian di Indonesia sangat krusial karena harus memenuhi

kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya lebih dari 200 juta prediksi kebutuhan beras nasional didasarkan pada asumsi : › · Setiap penduduk mengkonsumsi 144 kilogram per tahun › · Seluruh penduduk mengkonsumsi beras, › · Indonesia tetap dengan luasan wilayah dan penduduk yang relative sama (artinya, lepasnya propinsi kecil, seperti Timor Timur, tidak banyak berpengaruh dalam hitungan)

(9)

komoditas pertanian Indonesia. b. Perkembangan Ekspor Beras Data dari

Departemen Pertanian (Deptan) menunjukkan bahwa beras bukan merupakan salah satu produk pertanian yang diunggulkan untuk ekspor, melainkan

komoditas-komoditas lainnya, seperti karet, minyak kelapa sawit, teh, kopi, dan kakau. Namum ini bukan berarti Indonesia tidak pernah mengekspr beras.

C. NILAI TUKAR PETANI Nilai Tukar Petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Nilai tukar petani (sectoral terms of trade) untuk pertanian adalah rasio harga barang pertanian (Pa) dan harga barang industri (Pi). Kenaikan nilai tukar petani (NTP) berarti harga pangan naik lebih cepat daripada barang industri. Petani dapat membeli lebih banyak keperluan mereka pada hasil yang sama dan mendorong petani untuk meningkatkan hasil mereka (Lynn, 2003). Nilai tukar petani (NTP) juga dapat menjadi indikator tingkat kesejahteraan petani, semakin tinggi NTP semakin tinggi daya beli petani.

D. INVESTASI DI SEKTOR PERTANIAN Salah satu faktor penting yang sangat menentukan investasi disektor pertanian bukan hanya laju pertumbuhan output, melainkan juga tingkat daya saing global dari komoditas-komoditas pertanian merupakan modal investasi yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan yang sifatnya bisa langsung atau tidak langsung terkait dengan proses produksi.

Langsung, misalnya untuk membeli mesin baru atau peralatan-peralatan modern dan inpu-input lainnya untuk keperluan kegiatan produksi pertanian. Tidak

langsung, misalnya untuk kegiatan penelitian dan pengembangan proses produksi maupun output dan input, dan untuk menyelengarakan pelatihan- pelatihan bagi petani (peningkatan sumber daya manusia), misalnya manajemen, quality control, cara- cara yang baik dalam membajak tanah, bercocok tanam dan penanganan pasca panen, dan sebagainya.

E. KETERKAITAN PERTANIAN DENGAN INDUSTRI MANUFAKTUR Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu penyebab krisis ekonomi di Indonesia adalah karena kesalahan industrialisasi dari awal pemerintahan orde baru yang tidak berbasis pada

(10)

sedangkan sektor industri manufaktur mengalami laju pertumbuhan yang negative diatas satu digit. Banyak pengalaman dinegara-negara maju seperti Eropa dan Jepang yang menunjukan bahwa mereka memulai industrialisasi setelah atau bersamaan dengan pembangunan disektor pertanian.

3.1 Kesimpulan Perkembangan sektor pertanian di Indonesia saat ini berada pada fase yang menghawatirkan. Sehingga dibutuhkan banyak kontribusi dari berbagai paihak khususnya pemerintah. Selain pemerintah, dalam mengembangkan sektor pertanian ini juga dibutuhkan kontribusi dari pihak swasta agar tujuan dapat segera tercapai dan berjalan dengan lancar. Mengingat dana pemerintah yang terbatas sehingga bantuan dana dari pihak swasta. Hal tersebut merupakan salah satu penggalangngan investasi di sektor pertanian yang kian hari makin menurun sehingga membuat hidup para petani kian hari makin rendah pendapatannya.

TERIMAKASIH

Pendahuluan

Mekanisasi pertanian adalah suatu cara untuk meningkatkan efisiensi usaha pertanian. Peningkatan efisiensi tersebut meliputi produktivitas, mutu, dan

kontinuitas pasokan produk-produk pertanian untuk selalu terus ditingkatkan dan dipelihara. Selain efisiensi di atas tadi juga ada sisi lain yang harus juga

ditingkatkan efisiensinya yang meliputi: efisiensi lahan, tenaga kerja, energi, sumber daya (benih, pupuk, air), kualitas komoditas, kesejahteraan petani, kelestarian lingkungan dan produksi yang berkelanjutan.

Mekanisasi pertanian dalam kerangka pembangunan pertanian di Indonesia memiliki peran yang strategis yang meliputi peningkatan produktivitas, efisiensi kerja, produksi, diversifikasi, kualitas dan nilai tambah, pengembangan pertanian maju dan peningkatan lapangan kerja karena mekanisasi merupakan aplikasi ilmu teknik untuk mengembangkan dan mengorganisasikan operasi pertanian atau suatu introduksi dan penggunaan alat mekanis untuk operasi pertanian.

(11)

dan pemanfaatan bahan dan tenaga alam untuk mengembangkan daya kerja manusia dalam bidang pertanian, demi kesejahteraan umat manusia. Pengertian pertanian dalam hal ini adalah pertanian dalam arti yang seluas-luasnya. Menurut Prof. A. Moens (Agricultural University Wageningen): “Mechanization of agriculture is the introduction and the utilization of any mechanical aid to perform agricultural operations”. Menurut Prof. Sunyoto (Universitas Gadjah Mada): “Agricultural Mechanization is defined as the application of mechanical energy in agriculture, while agriculture itself in broad sense is a science and method of plant and animal production, which is useful for man kind, including all the processing activities of the products to be used by man”.

Peralatan mekanis adalah semua jenis benda dan perlengkapan yang

digerakkan oleh manusia, hewan, motor bakar, motor listrik, angin, air, atau sumber energi lainnya. Mekanisasi juga dapat didefinisikan sebagai semua penerapan ilmu keteknikan untuk mengembangkan, mengatur, dan mengontrol kegiatan produksi pertanian. Tujuan pokok mekanisasi di bidang pertanian adalah: 1) meningkatkan produktivitas pekerja; 2) merubah karakter pekerjaan pertanian, yaitu membuatnya menjadi tidak berat dan menarik; dan 3) meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil pertanian.

Smith dan Wilkes (1996) berpeendapat bahwa alat mekanis adalah alat yang dapat bergerak dan mempunyai tenaga (manusia, hewan, motor bakar/listrik, angin, air, dan sumber energi lain). Sedangkan operasi pertanian merupakan usaha

manusia mengubah karakteristik/posisi suatu objek. Misalnya, tanah: diolah lalu ditanami; benih: dari gudang lalu disemai. Karakteristik objek pertanian ditentukan oleh tipe aktivitas, besar aktivitas (luasan/berat/jumlah), waktu (mulai-selesai), lamanya (jangka) waktu, hasil (kuantitas-kualitas), biaya, beban kerja, pengaruh terhadap lingkungan, dan sebagainya.

Namun demikian, ada sejumlah permasalahan yang berhubungan dengan alat dan mesin pertanian (alsintan), antara lain: adanya mesin tipe baru, bagaimana mengubah desain, bagaimana menguji komparatif/evaluasi, efisiensi dan

efektivitas, studi tentang tanah, desain model alsintan, faktor waktu dan gerak, gaya bagian gerak (percepatan/ perlambatan), berat mesin dan keseimbangan, getaran dan kelelahan, dan sebagainya.

Selain itu, tahapan produksi dan pemasaran alsin masih dikoordinasi oleh

(12)

yang berkedudukan di Amerika Serikat, yang telah melakukan kebijakan pilot mechines atau multilokasi, yang meliputi pengujian fungsional, mekanis (struktural dan ketahanan/ durability), kebutuhan daya dan gaya-gaya eksternal yang bekerja (bajak, dan sebagainya).

Kendala lain dalam penerapan mekanisasi di bidang pertanian, di antaranya adalah: 1) lahan sempit; 2) rasio pekerja dengan lahan yang tersedia kecil; 3) modal tidak tersedia; dan 4) laju pertumbuhan penduduk semakin meningkat.

Sejarah Mekanisasi Pertanian

Asal mula adanya mekanisasi di bidang pertanian dimulai dari semakin bertambahnya jumlah penduduk bertambah dan kebutuhan pangan bertambah sehingga bidang pertanian dan industri didorong untuk semakin semakin

berkembang. Namun pada sisi yang lain, tenaga manusia dan ternak yang dapat digunakan semakin terbatas sehingga perlu introduksi alat dan mesin pertanian (pra dan pasca panen).

Menurut Daywin et al. (1991), manusia sebagai sumber daya adalah kurang efisien dan kurang efektif. Kemampuannya terbatas, sekitar 0.1 HP (horse power

atau tenaga kuda) untuk kerja terus menerus. Meski demikian, seperti di negara-negara berkembang lainnya, di Indonesia daya manusia dan ternak masih

memegang peranan penting. Penggunaan traktor sebenarnya telah dimulai pada tahun 1914, hanya saja masih terbatas pada usaha-usaha perkebunan. Sejak 1950, pemerintah mulai menaruh perhatian dalam pengembangan daya mekanis. Mulai saat itu, perkembangan penggunaan daya mekanis terutama pada bidang

pengolahan hasil pertanian berkembang pesat.

Alat dan mesin pertanian sejak tahun 1970-an telah banyak diproduksi di dalam negeri, khususnya yang tergolong dalam alat mekanis pengolahan tanah, alat pemeliharaan tanaman, pompa air irigasi dan mesin engolahan hasil pertanian. Produksi traktor tangan pada tahun 1987/1988 sebanyak 3.334 unit.

(13)

Tiga periode penggunaan tenaga di bidang pertanian (menurut N.B. Walker dalam buku “Survey and Problems in Agricultural Engineering”):

1. Periode Tenaga Manusia (1850): a) membosankan; b) perbudakan; c) pendapatan per kapita rendah; d) paling tidak 78 % penduduk bertani untuk memenuhi

kebutuhan pangan negara; dan e) surplus hasil pertanian jarang terjadi. 2. Periode Tenaga Hewan (1850-1900): a) penggunaan tenaga hewan memberi

pengaruh pada penciptaan dan pengembangan mesin pertanian; b) jumlah penduduk di pertanian berkurang; c) petani mempunyai pandangan untuk

pengembangan industri pertanian; d) perhatian pada penelitian di bidang pertanian meningkat; e) paling tidak 34 % penduduk bertani untuk memenuhi kebutuhan pangan negara; dan f) efisiensi meningkat dan surplus dapat tercapai.

3. Periode Tenaga Mekanis (1900-sekarang): a) modal investasi mesin peralatan meningkat; b) timbul permasalahan manajemen tenaga kerja; c) meningkatkan gaya hidup petani; d) perkembangan di bidang keteknikan semakin meningkat; dan e) jumlah penduduk yang bekerja di bidang pertanian semakin berkurang.

Berdasarkan latar belakang sejarah di atas, maka ruang lingkup mekanisasi pertanian meliputi 6 (enam) bidang, yaitu: 1) bidang mesin budidaya pertanian; 2) bidang teknik tanah dan air; 3) bidang lingkungan dan bangunan pertanian; 4) bidang elektrifikasi pertanian; 5) bidang mesin-mesin pengolahan pangan dan hasil pertanian; dan 6) bidang sistem dan manajemen informasi pertanian.

Perbedaan Prinsip Usahatani Padi Lahan Kering dan Lahan Basah

Menurut Daywin, Sitompul, dan Hidayat (1999), terdapat sejumlah faktor yang membedakan usahatani di lahan kering dan basah, khususnya untuk padi.

1. Lapisan Kedap

Pengetahuan yang umum dalam pertanian lahan kering menunjukkan bahwa pembentukan lapisan kedap di bawah lapisan topsoil atau lapisan olah harus dihindarkan. Para petani lahan kering suka dan selalu mempertahankan “lahan bebas lapisan kedap”.

(14)

Tabel 2.Beda prinsip bertani di lahan kering dan sawah. Pertanian lahan kering di

Eropa dan Amerika (gandum, jagung, sayur-sayuran, dsb)

Pertanian padi sawah di Asia (padi, gandum, sayur-sayuran, dsb)

Hujan tahunan

300-600 mm/tahun. 1500-3000 mm/tahun, maks. 4500 mm/tahun

10-15 cm. Makin dangkal makin mudah dikerjakan. Kedalaman setelah

pelumpuran 15-20 cm. Datar dan

kerataan

Tidak perlu. Benar-benar datar dan rata. Rekomendasi Kementerian di Jepang untuk kedataran

petak:  2,5 cm   5 cm luas petak. Galengan Tidak perlu. Sangat diperlukan.

Luas petakan

Makin luas makin baik. Makin kecil makin mudah dibuat datar secara tradisional: 0,1-0,3 ga &  1 ha. Rekomendasi Kementerian: 50 m x 20 m

 100 m x 20-30 m  supaya tidak bocor air irigasi. Petani tidak suka petakan bocor dan dalam.

Sumber: Daywin, Sitompul, dan Hidayat (1999)

Di daerah penanam padi, petani menikmati sumur dangkal dengan muka air tanah yang tinggi untuk keperluan sehari-hari sepanjang tahun sehingga lapisan kedap mempunyai fungsi yang sangat penting:

a. Lapisan kedap dengan kekerasan > 7 kgf/cm2, biasanya sebesar 10-20 kgf/cm2

dalam ‘cone index’ dengan ketebalan lapisan sekitar 10-15 cm, mampu mendukung manusia, ternak, dan mesin.

b. Untuk menghindarkan perkolasi yang berlebihan dari air irigasi, lapisan kedap dibuat > 40 mm/hari ke dalam air tanah, ke dalam atau di bawah subsoil, karena perkolasi yang berlebihan berarti hilangnya pupuk kandang dan pupuk buatan, yang dapat menyebabkan penurunan hasil.

c. Dengan mempertahankan struktur yang optimum dari lapisan kedap, hasil yang lebih besar dan stabil dapat dicapai dan meminimumkan hilangnya air irigasi dan pupuk.

(15)

Pertanian lahan kering modern biasa mengolah topsoil sedalam 20 cm atau hingga 30 cm, dengan harapan pertumbuhan akar tanaman lebih baik yang mana membutuhkan air di lapisan subsoil untuk hidup. Namun untuk padi sawah,

kedalaman pembajakan konvensional sejak adanya manusia dan tenaga ternak hanya 10-15 cm. Karena itu selalu ada air irigasi yang cukup tanaman di atas dan di dalam lapisan olah atau topsoil.

3. Kerataan dan Ukuran Petakan Sawah

Petakan sawah harus benar-benar datar dan rata karena sifat-sifat dan

permukaan air, sementara lahan kering tidak perlu datar dan rata. Nenek moyang petani di Asia, telah membuat banyak sawah dengan petakan kecil sejauh mereka mampu karena petakan lebih kecil akan memudahkan membuat lapisan olah datar dan rata.

Pada tahun 1970-an, kementerian di Jepang merekomendasikan luas petakan sawah kurang dari 100 m x 20-30 m, dengan semua saluran irigasi da drainasi berfungsi selama periode kematangan padi. Fasilitas drainasi tidak selalu dibutuhkan pada usahatani lahan kering.

Mekanisasi dan Produksi Pertanian

Produktivitas pertanian di Indonesia sudah saatnya berubah dari pola

tradisional menjadi pola modern yang ramah lingkungan. Produktif tidak hanya di tataran on farm tetapi juga harus di tataran off farm. Pada level on farm yang harus mulai berbenah adalah pada level peningkatan nilai produksi dan efisiensi. Efisiensi di level on farm meliputi penggunaan benih, pupuk, air dalam upaya yang sangat sinergis, artinya harus ada korelasi dan hubungan yang seimbang antara ketiganya, sehingga diharapkan adanya keterpaduan yang menguntungkan bagi petani.

Banyak kasus muncul akibat tidak sinerginya ketika faktor tersebut seperti benih yang tidak layak untuk dikembangkan, penggunaan pupuk dan pemakaian air yang berlebihan sehingga berpengaruh pada konversi dan degradasi lahan.

Pada level off farm, yang harus ditekankan adalah kemampuan pasokan komoditas, pengolahan lanjutan serta industrialisasi pedesaan berbasis pertanian. Titik tekan mekanisasi juga berpengaruh di sektor off farm, dengan adanya

(16)

Untuk mendukung keberlanjutan ini perlu adanya pendampingan secara

berkala, penyiapan infrastruktur yang memadai, dan sosialisasi kepada masyarakat. Pendampingan secara berkala diwujudkan dengan melakukan pelatihan-pelatihan kepada kelompok tani akan pentingnya mekanisasi sesuai dengan pendekatan yang dijalankan. Pendekatan ini perlu dilakukan agar program bisa mengalami

keberlanjutan yang baik, tidak hanya sekadarnya saja.

Mengutip dari makalah komisi mekanisasi pertanian dijelaskan bahwa pendekatan pengembangan mekanisasi pertanian ada 2 (dua) hal yaitu:

1. Holistik: pengembangan dalam sistem holistik terpadu dan sinergi antara teknologi, prasarana dan kelembagaan.

2. Progresif: pengembangan secara proaktif ke arah kemajuan melibatkan partisipasi

stakeholder.

Penyiapan infrastruktur juga menjadi entri point dalam menjaga keberadaan mekanisasi. Infrastruktur penting karena memiliki peran yang strategis dan

merupakan penunjang utama bagi penerapan mekanisasi pertanian. Lemahnya infrastruktur dapat menimbulkan ancaman serius terhadap keberadaan mekanisasi terutama dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Seperti contoh pada program swasembada dapat berjalan jika saja penerapan mekanisasi dan

optimalisasi infrastruktur pertanian dapat bersinergi menjadi kesatuan yang utuh di lapangan.

Sosialisasi pengembangan program mekanisasi pertanian dapat dilakukan dengan strategi benar tepat sasaran. Jadi pendekatan sosialisasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pendekatan selektif dan pendekatan partisipatif. Pendekatan selektif yaitu dengan pemilihan teknologi disesuaikan dengan agroekosistem dan komoditas pertanian, sedangkan pendekatan partisipatif yaitu dengan

(17)

Tanpa adanya kesatuan dukungan dan sinergisitas semua pihak yang saling bekerja bersama untuk kemajuan ini, niscaya prospek pengembangan mekanisasi pertanian akan menjadi buah sejarah kegagalan yang akan selalu diingat oleh generasi penerus kita mendatang. Sudah saatnya kita semua mulai menerapkan kebijakan yang bersifat proaktif dan berpihak kepada masyarakat dengan

melibatkan partisipasi aktif stakeholder sehingga diharapkan mekanisasi pertanian lebih cepat berkembang.

Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian atau Balitbangtan Deptan (2005) menyatakan bahwa dukungan mekanisasi pertanian akan menjadi agenda pembangunan pertanian yang perlu diperhatikan jika

dikaitkan dengan program revitalisasi pertanian, yang mengisyaratkan kepada tiga pilar utama, yaitu ketahanan pangan, pengembangan agribisnis, dan kesejahteraan rakyat. Sektor pertanian selalu dikaitkan dengan ketiga hal tersebut, karena

merupakan sumber mata pencaharian yang sangat dominan bagi lebih dari 50 % penduduknya.

Dari sumber penelitian yang didapat dapat dilihat bahwa pada tahun 1999 lebih dari 65 % penduduk pedesaan yang hidup dari sektor pertanian, menguasai lahan kurang dari 0,5 ha/keluarga dan berpenghasilan antara Rp1.630.000,- sampai Rp1.679.000,-/ tahun. Petani yang menguasai lahan antara 0,5 ha sampai 1,0 ha, memiliki penghasilan Rp2.650.000-Rp3.423.000/tahun. Sedangkan penduduk desa yang tidak bekerja di sektor pertanian justru mempunyai penghasilan lebih besar yaitu antara Rp3.138,000-Rp7.301.2000/tahun. Selain dari pada itu, penduduk perkotaan yang memiliki pendapatan terendah, telah melampaui pendapatan penduduk yang bekerja di sektor pertanian yang memiliki lahan > 1 ha, yaitu Rp.4.650.000/tahun. Secara nasional penduduk perkotaan mempunyai pendapatan lebih besar dari Rp. 4.600.000,-/tahun sampai dengan Rp. 9,264,500/tahun.

Dengan demikian, semakin jelas bahwa sektor pertanian belum mampu memberikan pendapatan yang lebih baik meskipun pembangunan pertanian telah dijadikan fokus utama pembangunan ekonomi pada masa lalu. Karena itu

(18)

Meskipun tarikan dari sektor industri semakin besar sehingga tenaga kerja di sektor pertanian dirasakan berkurang di beberapa pusat-pusat produksi yang berdekatan dengan kota besar, namun tampaknya kecepatan arus tenaga kerja ke industri dan jasa, belum sepenuhnya mampu menurunkan persentase keterlibatan tenaga kerja secara cepat, sementara ini sumbangan tenaga kerja pertanian pada sektor ekonomi masih di atas 45 %. Faktor-faktor eksogenus tersebut masih

diperkuat lagi dengan makin berkurangnya daya dukung sumber daya lahan. Sampai dengan tahun 1998 kurang lebih 10 juta ha lahan telah dieksplorasi untuk peningkatan produksi beras setiap tahun.

Namun data yang ada masih harus dikoreksi dengan makin meluasnya konversi lahan sawah produktif menjadi lahan industri khususnya di Jawa, yang tidak bisa lagi untuk memproduksi beras dan pangan karbohidrat lainnya.

Sementara itu selama waktu 10 tahun (1983-1993), lahan pertanian di Indonesia telah menurun sejumlah 1,3 juta ha dan 1 juta di antaranya adalah di Jawa dan Bali. Tambahan lagi bencana El-Nino yang membawa dampak kekeringan, harus dipahami sebagai faktor eksternal yang tidak bisa dicegah, namun perlu diwaspadai dan dipakai sebagai indikator untuk melakukan suatu tindakan Early Warning

System.

Mekanisasi Pertanian sebagai supporting systems mempunyai peran vital untuk ikut mendukung revitalisasi pertanian dalam arti yang luas, antara lain memberikan citra pertanian Indonesia yang kuat dan tidak berkesan kumuh, mampu menjadi harapan sebagian besar masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini sekaligus menyediakan pangan yang cukup bagi seluruh masyarakat dan menghasilkan devisa bagi tumbuhnya perekonomian negara dengan teknologi yang dibutuhkan. Karena itu revitalisasi pertanian tidak dapat terpisah dari pembangunan infrastruktur, kelembagaan, sumber daya manusia, pengembangan investasi dan permodalan dan teknologi termasuk mekanisasi pertanian.

(19)

6 tahun tersebut berkurang 1,3 juta tenaga kerja per tahun. Semakin menurunnya jumlah SDM yang terlibat justru semakin menunjukkan peningkatan produktivitas tenaga kerja, namun belum tentu diimbangi dengan peningkatan pendapatan petani.

Sebelum era krisis moneter tahun 1989-1995, telah terjadi pergeseran tenaga kerja akibat pertumbuhan ekonomi yang memberi kesempatan kerja lebih luas di sektor industri dan jasa. Hal ini memberi dampak nyata berkurangnya pekerja sektor pertanian, baik secara proporsional tetapi juga secara absolut seperti terlihat pada Tabel 3. Namun, proyeksi pada tahun 1998 diperkirakan terjadi perubahan peralihan tenaga kerja kembali ke sektor pertanian karena lumpuhnya sektor industri pada masa terjadinya krisis moneter.

T abel 3. Distribusi persentase tenaga kerja di sektor pertanian dan jasa.1)

SEKTOR 1980 1985 1990 1995 19982)

Pertania n:

Orang 28.843.041 34.141.089 35.747.477 35.233.270 39.417.533

% 55,93 54,65 49,95 43,95 44,96

Industri:

Orang 5.133.391 6.281.049 9.030.101 10.985.507 9.933.288

% 9,96 10,06 12,63 13,71 11,73

Jasa:

Orang 17.251.387 21.613.239 26.112.890 33.809.283 22.725.436

% 34,11 35,29 37,42 42,34 43,71

Keterangan:

1)BPS 1995 dan 1998: Survei Angkatan Kerja Nasional 15 tahun ke atas.

2)Angka Proyeksi berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional.

Kebijakan Penggunaan Alsintan

Alat dan mesin pertanian telah digunakan dalam usaha tani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Penggunaan alat dan mesin pertanian telah dirasakan manfaatnya oleh petani khususnya tanaman pangan dalam mempercepat pengolahan tanah, pengendalian hama, panen dan perontokan

(20)

mekanisasi telah digunakan terutama untuk pengolahannya. Namun demikian lebih dari 65 % komoditas perkebunan belum dapat diolah sehingga peluang

pengembangan mekanisasi untuk komoditas ini masih terbuka luas. Meskipun mekanisasi pertanian juga telah digunakan di bidang peternakan terutama untuk pengolahan pakan, penyediaan bibit dan pengolahan produk, namun jumlahnya masih jauh dari kebutuhannya. Untuk komoditas hortikultura, mekanisasi mulai dari irigasi sampai dengan pengolahan produk jadi masih belum mendapatkan perhatian yang layak. Meskipun demikian beberapa prototipe alat dan mesin pasca panen hortikultura telah tersedia dan siap untuk dikembangkan seperti mesin grader buah, penggoreng vakum, perajang dan pengering.

Industri alsintan sudah berkembang semenjak dua dekade terakhir khususnya untuk mencukupi kebutuhan alat dan mesin pertanian padi. Kapasitas terpasang dari industri traktor lokal sebenarnya lebih tinggi dari kebutuhan dalam negeri, namun karena kebijakan makro dalam tarif, harga alsin, bunga bank dan subsidi atau kredit yang belum sepenuhnya mendukung bagi industri maupun pemakai alsintan, maka perkembangan industri dan penggunaan tumbuh lambat.

Untuk meningkatkan produksi melalui peningkatan IP dari komoditas unggulan terpilih, diperlukan tambahan jumlah alsin baik untuk tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Guna memenuhi tambahan kebutuhan tersebut

diperlukan dana dalam bentuk investasi dan pengelolaan yang baik terutama melalui UPJA. Untuk mendukung tanaman pangan dan hortikultura diperlukan tambahan investasi alat dan mesin pertanian sebesar Rp60 T (triliun).

Target pengembangan alsin untuk tanaman padi adalah hand traktor,

transplanter, weeder, pompa air, hand sprayer, reaper (pemanen), thresher dryer, dan mesin penggilingan padi. Untuk komoditas hortikultura, pengembangan

mekanisasi diarahkan pada mesin grader dan pemeras jeruk, perajang multiguna dan penggoreng vakum untuk pisang serta traktor dan pompa air untuk bawang merah. Sedangkan untuk tanaman perkebunan diarahkan pada pengembangan mesin untuk pengolahan. Pengolahan pakan baik untuk unggas dan ruminansia merupakan prioritas yang harus dilakukan sehingga mesin pengolahan pakan menjadi prioritas pengembangan mekanisasi.

(21)

dan nilai tambah, mendorong tumbuhnya industri alat dan mesin dalam negeri dan mendorong kemitraan antara industri besar dan UKM. Strategi yang perlu ditempuh dalam pengembangan mekanisasi pertanian adalah membangun industri pertanian di pedesaan berbasis mekanisasi pertanian pada sentra produksi. Untuk itu

diperlukan dukungan kebijakan untuk pengembangan mekanisasi guna mendukung revitalisasi pertanian antara lain adalah: (1) pengembangan infrastruktur; (2)

mendorong berkembangnya industri alsin dalam negeri dan (3) mengembangkan model skim kredit dan bantuan keuangan yang mendorong tumbuhnya mekanisasi pertanian.

Ciri utama pertanian modern adalah produktivitas, efisiensi, mutu dan kontinuitas pasokan yang terus menerus harus selalu meningkat dan terpelihara. Produk-produk pertanian kita baik komoditas tanaman pangan (hortikultura), perikanan, perkebunan dan peternakan menghadapi pasar dunia yang telah dikemas dengan kualitas tinggi dan memiliki standar tertentu. Tentu saja produk dengan mutu tinggi tersebut dihasilkan melalui suatu proses yang menggunakan muatan teknologi standar. Indonesia menghadapi persaingan yang keras dan tajam tidak hanya di dunia tetapi bahkan di kawasan ASEAN. Mampukan kita memacu pertanian kita menjadi sektor yang sejajar dengan tetangga dan dunia?

Keadaan di atas menunjukkan bahwa sektor pertanian akan tetap penting dalam perekonomian dan berperan dalam pembangunan nasional, terlebih jika wacana pembangunan yang terintegrasi antara pertanian, industri dan

perdagangan dipandang sebagai suatu sistem entity yang utuh. Kaitan yang erat antara pertanian dan industri serta perdagangan senantiasa menuntut

berkembangnya kebijakan pembangunan pertanian yang dinamis sejalan dengan transformasi perekonomian yang sedang terjadi. Dalam suasana lingkungan strategis yang berubah cepat, penajaman arah kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan pada masa reformasi menjadi demikian penting.

Dengan mekanisasi pertanian diharapkan efisiensi dan produktivitas

penggunaan sumberdaya dapat ditingkatkan, selain agar ketepatan waktu dalam aktivitas pertanian dapat lebih ditingkatkan. Pertanian merupakan kegiatan yang tergantung pada musim. Pada saat musim tanam dan musim panen tenaga kerja yang dibutuhkan sangat besar. Tetapi pada waktu lain tenaga kerja kurang

(22)

tepat waktu sehingga memberikan hasil yang lebih baik, di samping itu penggunaan alat dan mesin pertanian dapat juga mengurangi kejenuhan dalam pekerjaan petani dan tenaga kerja dapat dialokasikan untuk melakukan usaha tani lain atau kegiatan di sektor lain yang sifatnya lebih kontinu.

Namun tidak semua teknologi dapat diadopsi danditerapkan begitu saja karena pertanian di negara sumber teknologi mempunyai karakteristik yang berbeda

dengan negara kita, bahkan kondisi lahan pertanian di tiap daerah juga berbeda-beda. Teknologi tersebut harus dipelajari, dimodifikasi, dikembangkan, dan selanjutnya baru diterapkan ke dalam sistem pertanian kita. Dalam hal ini peran kelembagaan sangatlah penting, baik dalam inovasi alat dan mesin pertanian yang memenuhi kebutuhan petani maupun dalam pemberdayaan masyarakat. Lembaga-lembaga ini juga dibutuhkan untuk menilai respon sosial, ekonomi masyarakat terhadap inovasi teknologi, dan melakukan penyesuaian dalam pengambilan kebijakan mekanisasi pertanian.

Alih Teknologi Mekanisasi Pertanian di Indonesia

Mekanisasi pertanian pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi lahan dan tenaga kerja, meningkatkan luas lahan yang dapat ditanami, menghemat energi dan sumberdaya (benih, pupuk, dan air), meningkatkan efektivitas,

produktivitas dan kualitas hasil pertanian, mengurangi beban kerja petani, menjaga kelestarian lingkungan dan produksi pertanian yang berkelanjutan, serta

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani (Salokhe dan Ramalingam 1998).

Awal perkembangan mekanisasi pertanian di Indonesia ditandai dengan pemanfaatan alat dan mesin pertanian peninggalan Belanda di Sekon. Alat dan mesin pertanian peninggalan Belanda ini kemudian dipindahkan ke Jawa dan digunakan untuk pengenalan serta pengembangan mekanisasi pertanian di

(23)

produktivitas dan kesejahteraan juga tidak tercapai. Proses alih teknologi seperti ini sering disebut sebagai material transfer.

Tabel 4. Jumlah dan kapasitas perusahaan alsintan skala menengah tahun 2000. No Provinsi Jumlah perusahaan Kapsitas produksi (unit)

1 DI. Aceh 2 4.000

Tabel 5. Perkembangan produksi industri alsintan.

No Nama Alsintan 88/89 90/91 92/93 94/95 96/97 1 Traktor tangan 2.490 6.330 9.350 9.818 11.860

2 Traktor mini 14 20 36 38 50

3 Traktor besar 188 200 360 540 632

4 Mesin penumbuk padi

830 1.337 1.511 1.587 1.980

5 Mesin perontok padi 500 909 1.432 1.503 1.845

6 Polisher 150 665 1.050 1.213 1.560

7 RMU 400 468 11.300 1.638 2.010

8 Pompa irigasi 10.800 7.973 55.714 70.200 95.875 9 Alat penyemprot

Korelasi antara Mekanisasi Pertanian dengan Kinerja Pertanian

1. Korelasi antara Mekanisasi Pertanian dengan Kinerja Sektor Pertanian

Seperti disebutkan sebelumnya, perkembangan mekanisasi pertanian di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1950-an. Tetapi pada awal perkembangannya, mekanisasi pertanian di Indonesia mengalami banyak hambatan baik dalam hal teknis, ekonomis, maupun sosial. Penggunaan alsintan baru mengalami

(24)

Walaupun pemakaian alsintan di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, tetapi tingkat mekanisasi di Indonesia masih ketinggalan dari negara-negara lain. Menurut Alfan (1999), Indonesia masih sangat ketinggalan pada pengembangan traktor. Pemakaian traktor di Indonesia hanya 0,005 kw/ha. AS 1,7 kw/ha, Belanda 3,6 kw/ha dan Jepang 5,6 kw/ha. Rendahnya pemakaian traktor ini mencerminkan mekanisasi pertanian yang masih rendah sehingga produktivitas pertanian kita jauh ketinggalan dari negara-negara maju di atas.

Kehilangan hasil dalam pertanian masih besar dan penanganan pascapanen juga kurang sehingga produk yang dihasilkan mutunya kurang baik. Data BPS menunjukkan bahwa pada tahun 1986/87 susut pascapanen ada pada angka 18-19 % dan terbesar pada panen dan perontokan masing-masing adalah 3 dan 5 %. Pada tahun 2004, Tjahyo Hutomo dkk. menunjukkan bahwa rendemen penggilingan padi hanya mencapai rata- rata 59 %, sedangkan angka rendemen pada proyeksi

pengadaan pangan adalah 63 %. Suatu hal yang memiliki risiko tinggi pada

ketahananan pangan, dan hal ini bisa merupakan indikasi kelemahan pada sistem kelembagaan perberasan nasional.

Tabel 6. Pemakaian alsintan di Indonesia pada periode 1973-2001. Tahu

1973 1.914 1.600 * 74.190 * 1.347 21.627

1981 4.843 3.850 * 418.237 * 15.149 *

1988 16.804 4.316 * 918.699 103.019 * 26.936

1990 23.431 4.524 * 1.061.3

(25)

74 17 Keterangan: *) Data tidak tersedia

Sumber: Data tahun 1973-1995 bersumber dari Lisyanto, 2002.

Mekanisasi pertanian dapat meningkatkan produktivitas pertanian melalui pengolahan lahan yang lebih baik, mengurangi kehilangan hasil serta meningkatkan ketepatan waktu dalam aktivitas pertanian. Selama musim tanam dan musim panen, permintaan tenaga kerja sangat besar. Dengan menggunakan alat dan mesin pertanian pekerjaan ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Dan tenaga kerja manusia dapat dialokasikan untuk pekerjaan lain.

Tabel 7.Struktur ongkos per hektar usahatani di Indonesia.

Keterangan 1994 1995 1996 1998/199

9

Jumlah Produksi (kg) 4,352 4,357 4,424 4,204

Nilai Produksi (Rp) 1,483,920 1,818,749 1,941,620 5,110,629 Pengeluaran (Rp):

Jumlah Pengeluaran (Rp) 467,376 533,280 571,045 1,316,977 Pendapatan Bersih (Rp) 1,016,544 1,285,469 1,370,575 3,793,652

Urban CPI (1996=1) 0.85 0.93 1.00 2.02

Rural CPI (1996=1) 0.82 0.93 1.00 2.57

Pendapatan Bersih Riel di

Sumber: Buku Statistik Indonesia 200, BPS (2001) dan Anon (2001)

2. Korelasi antara Mekanisasi Pertanian dengan Kinerja Usaha Tani

Melalui struktur ongkos usaha tani dapat dilihat proporsi tiap input pertanian terhadap biaya usaha tani. Pada Tabel 7. dapat dilihat struktur ongkos per hektar usaha tani di Indonesia pada tahun 1994-1998/1999. Proporsi terbesar pada biaya usahatani adalah upah buruh. Pada saat krisis, tahun 1998/1999 pendapatan bersih petani mengalami peningkatan yang cukup besar. Kenaikan ini terjadi karena harga barang-barang naik, termasuk harga beras. Akan tetapi kenaikan pendapatan bersih riil petani sebenarnya tidak sebesar kenaikan pendapatan nominalnya. Pendapatan bersih riil di rural hanya meningkat 7.7 persen dari tahun sebelumnya. Harapan dan Tantangan Pengembangan Mekanisme Pertanian ke Depan

(26)

pengetahuan diterapkan seperti yang berlaku di negara asal, namun fase ini tidak memberikan hasil pengetahuan kecuali pengalaman berhadapan dengan teknologi modern pada zaman itu. Fase tersebut kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian penyesuaian yang diadop melalui design transfer dimana konsep, metodologi dan sistem sebagian besar masih tetap menggunakan asli negara asal,

hanyadilakukanpenyesuaiandalamskalaekonominya. Yang terakhir, dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta informasi yang makin maju, secara bertahap, proses alih teknologi mekanisasi di Indonesia mencapai tahap capacity transfer. Pada fase ini, perencanaan, pengembangan dan perluasan mekanisasi pertanian dicoba dilakukan sesuai dengan kemampuan adaptasi dan adopsi yang melibatkan lingkungan sosial ekonomi.

Agar mekanisasi pertanian dapat berkembang dengan baik, maka adopsi teknologi yang dilakukan harus tepat. Artinya, teknologi yang diadopsi dari pihak luar harus dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat Indonesia agar teknologi tersebut dapat diterima dan dimanfaatkan dengan baik.

Untuk mengembangkan kelembagaan mekanisasi pertanian, strategi yang dapat dilakukan antara lain: Pertama, membangun asosiasi petani yang kuat agar melalui asosiasi ini dapat tercipta komunikasi antara pemerintah dengan petani sehingga petani dapat menyalurkan aspirasi dan kepentingannya dengan lebih baik.

Kedua, pemerintah perlu menetapkan kebijakan perdagangan yang kondusif untuk mendukung perkembangan industri alsintan dalam negeri, dan memeratakan distribusi alsintan di tiap wilayah Indonesia.

Ketiga, riset dan pengembangan harus ditingkatkan, dan kerjasama antara lembaga riset pemerintah, swasta, universitas, serta lembaga riset asing perlu dibina untuk meningkatkan inovasi teknologi Indonesia.

Keempat, mendirikan lembaga keuangan pertanian yang memberi kemudahan bagi petani dalam memperoleh kredit, baik itu sebagai modal usaha maupun untuk pembiayaan aktivitas pertanian melalui skim kredit pertanian.

Kelima, memberikan pelatihan dan pendidikan bagi petani agar petani mampu mengoperasikan alsintan dengan baik dan aman. Di samping itu, pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani serta memajukan cara berpikir petani.

(27)

setempat, mengurangi biaya transportasi ke petani, dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja di desa.

Ketujuh, meningkatkan jasa penyewaan alat dan mesin pertanian agar petani kecil yang tidak sanggup membeli alsintan dapat menggunakan alsintan dan mendapatkan manfaat darinya. Dalam usaha sewa jasa alsintan,

kemampuanmanajemen dan profesionalisme kelompok tani dan KUD perlu ditingkatkan agar mampu mendapatkan keuntungan dari usaha sewa jasa yang dilakukan.

Peran pemerintah sangat penting dalam menciptakan kondisi dimana setiap pihak yang terlibat dalam mekanisasi pertanian dapat memperoleh manfaat dan dapat berkembang. Dan tentu saja tujuan akhir dari mekanisasi pertanian adalah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, serta meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat.

Soal Latihan dan Jawaban

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ilmu mekanisasi pertanian! Jawaban:

Menurut hasil Simposium Mekanisasi Pertanian tahun 1967 di Ciawi, Bogor, Jawa Barat, ilmu mekanisasi pertanian adalah ilmu yang mempelajari penguasaan dan pemanfaatan bahan dan tenaga alam untuk mengembangkan daya kerja manusia dalam bidang pertanian, demi kesejahteraan umat manusia.

2. Sebutkan dan jelaskan 3 (tiga) perbedaan prinsip antara usahatani padi lahan basah dan lahan kering!

Jawaban: 2.1. Lapisan Kedap

Lapisan kedap mempunyai fungsi yang sangat penting:

a. Lapisan kedap dengan kekerasan > 7 kgf/cm2, biasanya sebesar 10-20 kgf/cm2

dalam ‘cone index’ dengan ketebalan lapisan sekitar 10-15 cm, mampu mendukung manusia, ternak, dan mesin.

(28)

c. Dengan mempertahankan struktur yang optimum dari lapisan kedap, hasil yang lebih besar dan stabil dapat dicapai dan meminimumkan hilangnya air irigasi dan pupuk.

2.2. Kedalaman Pembajakan

Di dalam pertanian lahan kering yang modern, adalah biasa untuk mengolah topsoil

sedalam 20 cm, atau jika mungkin 30 cm, dengan harapan agar pertumbuhan akar tanaman lebih baik yang mana membutuhkan air di lapisan subsoil untuk hidup. Akan tetapi untuk padi sawah, kedalaman pembajakan konvensional sejak adanya manusia dan tenaga ternak hanya 10 sampai kurang dari 15 cm saja. Karena itu selalu ada air irigasi yang cukup tanaman di atas dan di dalam lapisan olah atau

topsoil.

2.3. Kerataan dan Ukuran Petakan Sawah

Petakan sawah harus benar-benar datar dan rata karena sifat-sifat dan permukaan air, sementara lahan kering tidak perlu datar dan rata. Nenek moyang petani di Asia, telah membuat banyak sawah dengan petakan kecil sejauh mereka mampu karena petakan lebih kecil akan memudahkan membuat lapisan olah datar dan rata. Pada tahun 1970-an, kementerian di Jepang merekomendasikan luas petakan sawah kurang dari 100 m x 20-30 m, dengan semua saluran irigasi/drainasi berfungsi selama periode kematangan padi. Fasilitas drainasi tidak selalu dibutuhkan pada usahatani lahan kering.

3. Sebutkan 3 (tiga) kebijakan pengembangan mekanisasi guna mendukung revitalisasi pertanian!

Jawaban:

Dukungan kebijakan untuk pengembangan mekanisasi guna mendukung revitalisasi pertanian antara lain: (1) pengembangan infrastruktur; (2) mendorong

berkembangnya industri alsin dalam negeri dan (3) mengembangkan model skim kredit dan bantuan keuangan yang mendorong tumbuhnya mekanisasi pertanian. 4. Sebutkan 5 (lima) fungsi dari mekanisasi pertanian dalam pembangunan pertanian!

Jawaban:

4.1. Mempertinggi efisiensi tenaga manusia; 4.2. Meningkatkan derajat hidup petani;

4.3. Menjamin kualitas, kuantitas, dan kapasitas produksi pertanian;

(29)

4.5. mempercepat transisi bentuk ekonomi dari sifat agraris ke industri. 5. Sebutkan permasalahan dalam pengembangan mekanisasi pertanian!

Jawaban:

5.1. Luasan lahan usahatani yang relatif sempit; 5.2. Rasio pekerja dengan lahan yang tersedia kecil; 5.3. Modal tidak tersedia atau terbatas; dan

5.4. Laju petumbuhan penduduk semakin meningkat. 5.5. Pembuatan mesin tipe baru;

5.6. Perbaikan suatu mesin, pembuatan model baru dari mesin yang sudah ada atau perubahan desain untuk mengurangi biaya pembuatan mesin tersebut;

5.7. Uji komparatif dari beberapa mesin atau evaluasi untuk kerja dari suatu mesin; 5.8. Studi tentang peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan mesin yang ada.

Sebagai contoh, menentukan penyetelan yang tepat dan kondisi operasi dari suatu mesin panen agar kerusakan biji dan susut seminimum mungkin;

5.9. Penelitian dan studi tentang masalah fundamental yang tidak langsung berhubungan dengan mesin tertentu, seperti studi mekanika tanah dalam hubungannya dengan pengolahan tanah dan traksi;

5.10.Penelitian desain model alsin dengan memperhitungkan faktor waktu dan gerak yang efisien, gaya bagian gerak (percepatan/perlambatan), berat mesin dan keseimbangan, getaran dan kelelahan, dan sebagainya;

5.11.Tahapan penelitian, produksi, dan pemasaran alsin masih dikoordinasi oleh American Society of Agricultural Engineering (ASAE);

Daftar Pustaka

Alfan, Z., 1999. Mekanisasi, pemecahan masalah efisiensi kerja petani. http://www. indomedia.com/bpost/012000/20/opini/opini1.htm.

Bidang Infokom Imatetani Unibraw, 2010. Mekanisasi pertanian: Kini dan nanti di Indonesia. Traksi: Nafas pergerakan Imatetani. E-magazine Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian Indonesia. Edisi 1/Tahun I/Juli 2010. Universitas Brawijaya. Malang, Jawa Timur.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005. Prospek dan arah

pengembangan agribisnis: Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

(30)

Program, The Faculty of Agricultural Engineering and Technology, Institut Pertanian Bogor. JICA-DGHE/IPB Project/ADAET: JTA: 9a(132).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas lapang.

http://teknoperta.wordpress.com/2008/ 09/15/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-lapang-2/.Diakses tanggal 30 November 2010.

Handaka, 2004. Inovasi mekanisasi pertanian berkelanjutan. Suatu Alternatif Pemikiran.

Handaka dan Joyowinoto, 2002. Proses inovasi teknologi mekanisasi pertanian di Indonesia. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Bogor, Jawa Barat.

Hermawan, W., 2010. Kinerja mesin-mesin pengolahan tanah untuk penyiapan

penanaman di lahan kering. Prosiding Seminar Nasional Perteta 2010, Purwokerto, 10 Juli 2010: Revitalisasi Mekanisasi Pertanian dalam Mendukung Ketahanan Pangan dan Energi. Purwokerto, Jawa Tengah.

Joyowinoto, 2004. Pengembangan mekanisasi pertanian kinerja dan tinjauan kelembagaan.

Kapasitas lapang dan efisiensi peralatan. http://teknoperta.wordpress.com / 2 0 0 8/0 9/1 5/ faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-lapang-2/.

Lisyanto, 2002. Pengembangan teknologi berbasis pertanian: Suatu modal

kemandirian dalam menghadapi era global. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

http://rudyct.tripod.com/sem1_023/ lisyanto.htm.

Nuswantara, B., 2002. Prospek bank pertanian di Indonesia: Kajian falsafah sains terhadap skim kredit pertanian. Tugas Mata Kuliah Falsafah Sains. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor, Jawa Barat.

Politeknik Banjarnegara, 2010. Mekanisasi pertanian. Banjarnegara, Jawa Tengah. PSP dan Departemen Pertanian, 2003. Evaluasi dampak deregulasi agroinput.

Kerjasama PSP-IPB dan Departemen Pertanian, Jakarta.

Smith, H. P. dan L. H. Wilkes, 1996. Mesin dan peralatan usaha tani. Edisi keenam, cetakan kedua. T. Purwadi, penerjemah. G. Tjitrosoepomo, editor. Judl asli: Farm machinery and equipment. Sixth edition (Harris Pearson Smith, 1976).

(31)

Soedjatmiko, dkk., 1995. Sejarah mekanisasi pertanian: Fakta, analisis, masa depan. Kerjasama Asset Professional-Jurusan Mekanisasi Pertanian, Institut Teknologi Indonesia. Serpong.

Soemangat, 2003. Kebijaksanaan transfer inovasi mekanisasi pertanian di tingkat pedesaan untuk pengembangan agrobisnis.

Soenarto, D., P. Gardjito, M. Makbul, V. L. Tjandrakirana, dan K. Hidajat, 1969.

Mekanisasi pertanian. Djakarta: PT. Soeroengan.

Soentoro, 1998. Pengembanganmekanisasi pertanian tinjauan aspek ekonomi dan kelembagaan. Prosiding Perspektif Pemanfaatan Mekanisasi Pertanian dalam Peningkatan Daya Saing Komoditas. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor, Jawa Barat.

The Library of Congress Country Studies, 1998. Agriculture. http://reference. allrefer.com/ country-guide-study/southkorea

Tinjauan pustaka

.

Mengenal alat alat laboratorium adalah materi yang harus dikuasai oleh seseorang yang

bekerja di laboratorium. Mengenal alat alat laboratorium menjadi mutlak karena setiap

praktikum kita akan mengginakan alat yang berbeda. Fungsi dari masing masing alat tersebut

juga harus diketahui ddengan baik oleh semua mahasisiwa, selain itu juga ada cara kerja dari tiap

tiap alat harus diketahui dengan baik.

Mekanisasi pertanian diartikan secara bervariasi oleh beberapa orang. Mekanisasi

pertanian diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan dari setiap bantuan yang bersifat

mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian. Bantuan yang bersifat mekanis tersebut

termasuk semua jenis alat atau perlengkapan yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan,

motor bakar, motor listrik, angin, air, dan sumber energi lainnya. Secara umum mekanisasi

pertanian dapat juga diartikan sebagi penerapan ilmu teknik untuk mengembangkan,

mengorganisasi, dan mengendalikan operasi di dalam produksi pertanian (Robbins,2005).

Ruang lingkup mekanisasi pertanian juga berkembang sejalan dengan perkembangan

teknologi dan modernisasi pertanian. Ada pula yang mengartikan bahwa pada saat ini teknologi

mekanisasi yang digunakan dalam proses produksi sampai pasca panen (penanganan dan

pengolahan hasil) bukan lagi hanya teknologi yang didasarkan pada energi mekanis, namun

sudah mulai menggunakan teknologi elektronika atau sensor, nuklir, image processing, bahkan

sampai teknologi robotik. Dan digunakan baik untuk proses produksi, pemanenan, dan

penanganan atau pengolahan hasil pertanian (Mugniesyah, 2006).

Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan produktifitas tenaga

kerja, meningkatkan produktifitas lahan, dan menurunkan ongkos produksi. Penggunaan alat dan

mesin pada proses produksi dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas,

(32)

teknologi kimia. Penerapan teknologi mekanisasi pertanian yang gagal telah terjadi di Srilangka

yang disebabkan kecerobohan akibat penerapan mesin-mesin impor secara langsung tanpa

disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik pertaniannya. Berbeda halnya dengan Jepang yang

melakukan modifikasi sesuai dengan kondisi lokal, kemudian baru memproduksi sendiri untuk

digunakan oleh petani mereka ( Hamilton dkk,1996).

Suatu hal yang paling mendasar yang masih belum diperhatikan dalam pengembangan

teknologi pertanian di Indonesia hingga kini adalah kurang memadainya dukungan prasarana

pertanian. Prasarana pertanian kita belum dikelola secara baik, sehingga masih agak sulit atau

lambat dalam melakukan introduksi mesin-mesin pertanian (Robbins,2005).

Pengelolaan lahan, pengaturan dan manejemen pengairan yang meliputi irigasi dan drainase,

serta pembuatan jalan-jalan transportasi daerah pertanian, dan masih banyak lagi aspek lainnya

yang belum disentuh secara sungguh-sungguh dan profesional.

Relevansinya dengan hal tersebut, beberapa hal penting yang harus dilaksanakan antara lain

adalah merencanakan atau memperbaiki kondisi lahan (konsolidasi lahan). Selain itu juga

mendatangkan dan mengupayakan agar prasarana dan sarana pertanian sampai dan tersedia di

lapangan tepat waktu sehingga dapat mengakselerasi pencapaian visi dan misi pertanian modern

(Anonim, 2011).

Pengembangan teknologi pertanian diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

kemandirian masyarakat kita umumnya dan petani khususnya. Dapat dipastikan bahwa jika

teknologi pertanian yang cocok tersebut telah berhasil dikembangkan dan diterapkan di negara

kita, maka ketahanan pangan atau swasembada pangan pasti akan tercapai sehingga kemandirian

dalam hal ekonomi dan politik dapat kita wujudkan (Siahan,2001).

Pada akhirnya kita punya modal kemandirian minimal dalam satu aspek pangan dan beberapa

aspek lainnya misalnya keutuhan bangsa dan semangat untuk berkompetesi demi kemajuan

bangsa yang berdaulat dan bermartabat (Siahan,2001).

Pembangunan pertanian akan bergerak dengan baik apabila mengandung 5 (lima) syarat

pokok seperti , teknologi yang selalu berubah pasar bagi hasil –hasil usaha tani tersedianya

saprotan secara local perangsang bagi petani transpotasi selain syarat pokok tersebut juga

terdapat syarat pelancar yaitu pendidikan pembangunan kredit produksi, kegiatan bersama atau

kelompok oleh petani perbaikan dan perluasan areal lahan perencanaan nasional pembangunan

pertanian (Mugniesyah, 2006).

2.2 Mesin Pra Panen.

Mesin pra panen untuk pertanian adalah mesin yang digunakan untuk mengelolah lahan

dari lahan primer hingga pengelolahan lahan sekunder. Adapun mesin pra pertanian yang

dirancang khusus untuk penanaman hingga pemeliharaan tanaman yang biasa disebut dengan

mesin alat tanam (Wijanto,2002).

Traktor tangan merupakan (hand tractor) merupakan sumber penggerek dari implement

(peralatan) pertanian. Biasanya traktor tangan digunakan untuk mengolah tanah. Namun

sebenarnya traktor tangan ini merupakan mesin yang serba guna , karena dapat digunakan untuk

tenaga penggerek implement yang lain, seperti pompa air, alat prosesing, trailer, dan lain – lain

(Anonim, 2011).

(33)

penggerek disalurkan di samping roda . Ada tiga jenis roda yang digunakan pada traktor tangan,

yaitu roda ban, roda besi, roda apung (roda sangkar / cage whell) .

Roda ban berfungsi untuk transportasi dan mengolah tanah kering.Bentuk permukaan roda

ban beralur agak dalam untuk mencegah slip . Roda ban dapat meredam getaran , sehingga tidak

merusak jalan – jalan .Roda besi digunakan untuk pembajakan di lahan kering. Sirip pada roda

besi akan menancap ke tanah, sehingga akan mengurangi terjadinya slip pada saat menarik bebab

berat. Roda apung digunakan pada saat pengolahan tanah basah (Mugniesyah, 2006) .

Roda apung ini ada yang lebar. Ukuran roda disesuiakan dengan spesifikasi traktor .Besar

kecilnya roda akan berpengaruh terhadap lajunya traktor. Poros roda traktor biasanya cukup

panjang dan dilengkapi dengan beberapa lubang. Poros yang panjang ini dimaksudkan untuk

menyesuaikan lebar oleh implement. Pemasangan roda yang cukup lebar juga aka menjaga

keseimbangan traktor.Pemanasan roda yang cukup lebar juga menjaga keseimbangan traktor.

Aplikasinya dari alat dan mesin pertanian sangat dipergunakan untuk memudahkan dalam

pengerjaannya, khususnya dalam bidang pertanian.

Berkembangnya teknologi sekarang ini, menyebabkan tingkat produksi dalam

pemakaiannya alsintan juga dilakukan secara modern, sehingga dapat memudahkan dalam

kehidupan. Tujuan dari penggunaan alat dan mesin ini sangat diperlukan karena sangat

mendukung dalam meningkatkan produktivitas pada pertanian(Anonim, 2011).

Untuk melaksanakan tugas dengan baik perlu peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya

manusia yang merupakan ujung tombak transfer teknologi kepada petani tersebut. Dari hasil

evaluasi Program Pendidikan dan Latihan jarak jauh terhadap para PPL dilaporkan terdapat

perkembangan yang positif dalam wawasan pengetahuan , keterampilan serta peningkatan

kemampuan pengelolahan usaha pertanian masyarakat (Siahan,2001).

Penerapan mekanisasi sangat berhubungan dengan kemajuan – kemajuan bidang lain dari

“Agricultural Engenering” dan berbentuk dalam satu atau lebih kombinasi dari bidang – bidang

tersebut. Agricultural Engenering meliputi bidang – bidang Teknik Mesin Budidya Pertanian

(Farm Power and Machinery), Teknik Tanah dan Air (Soil and Water Engenering), Teknik

Bangunan Pertanian (Farm Structures), Teknik Pengolahan Hasil Pertanian (Agricultural Product

Procesing Engenering), Teknik Pelistrikan Pertanian (Farm Electrification), dan Teknik

Pengolahan Pangan (Food Engenering) (Siahan,2001).

2.2. Mesin Pasca Panen

Pasca panen (kegiatan setelah panen) merupakan ruas kegiatan usaha tani yang paling

kritis, bukan hanya curahan tenaga kerja namun juga faktor kritis yang menyangkut masalah

susut. Data BPS pada musim tanam 1986/1987 menunjukkan angka susut yang cukup besar yaitu

21,3% dari seluruh kegiatan (panen sampai penggilingan). Angka susut memang berbeda beda,

namun angka nasional yang ditunjukkan oleh data BPS dapat dipakai sebagai acuan resmi

nasional ( Hamilton dkk,1996).

Mesin pasca panen adalah mesin yang digunakan untuk mengelolah hasil pertanian yang

biasanya dirancang sesuai dengan hasil pertanian yang ada. Mesin pasca panen ini biasanya lebih

mengarah kepembuatan produk yang ingin dihasilkan. Contohnya mesin penghasil sari buah,

mesin pembuat bubuk coklat, mesin pembuat mie, dan sebagainya (Hamilton dkk,1996)

Gambar

Tabel 4.   Jumlah dan kapasitas perusahaan alsintan skala menengah tahun 2000.
Tabel 6.   Pemakaian alsintan di Indonesia pada periode 1973-2001.
Tabel 7.Struktur ongkos per hektar usahatani di Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga perangkat yang telah dikembangkan berupa sistem akuisisi data untuk eksperimen efek fotolistrik dikatakan layak dan dapat digunakan sebagai perangkat

Keseimbangan labil : Sebuah pararel epipedum miring ( balok miring ) yang bidang diagonalnya AB tegak lurus pada bidang alasnya diletakkan diatas bidang datar, maka ia dalam

byggherre til å ikke bli benyttet til annet enn verifikasjon. Denne 'tvangen' er konkurranserelatert, ettersom det alltid finnes noen brannrådgivere som er villig til å

Bentukan tanaman baru yang lainnya dari penampakan fenotipe akibat pengaruh kolkisin adalah munculnya karakter warna baru pada daun Aglaonema.Pada Gambar 1c

Teknik untuk menguji validitas dari skala religiusitas yang dibuat menggunakan SPSS versi 22 for windows. Dengan menganalisa korelasi tiap-tiap itemnya melalui perbandingan

siswa SMP-SMA Semesta karena sesuai dengan program sekolah yaitu.. bilingual, di tempat itulah para siswa dididik kemampuanya

Berdasarkan pendidikan, lulusan SMP/SMA 1,2 kali lebih banyak yang memiliki kebiasaan merokok dibandingkan dengan yang lulusan SD/Tidak Sekolah, untuk usia, responden yang

Riil. Skripsi ini mencoba mengungkap tindakan Muslimah milenial di alam bawah sadar melalui psikoanalisis. Seorang Muslimah milenial menjadi subjek dalam penelitian