• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan pondasi cerucuk kayu diatas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pelaksanaan pondasi cerucuk kayu diatas"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOM AN T EK N I K

T AT A CARA

PELAK SAN AAN PON DASI CERU CU T K AY U

DI AT AS T AN AH LEM BEK DAN T AN AH GAM BU T

No. 029/T/BM/1999

Lampiran No. 6 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga

No. 76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20 Desember 1999

D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M

Diterbitkan oleh PT. Mediatama Saptakarya ( PT. Medisa )

(2)

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

DIREK T ORAT JENDERAL BINA MARGA

A L A M A T : J A L A N P A T T I M U R A N O . 2 0 T E L P . 7 2 2 1 9 6 0 - 7 2 0 3 1 6 5 - 7 2 2 2 8 0 6 F A X 7 3 9 3 9 3 8 K E B A Y O R A N B A R U - J A K A R T A S E L A T A N K O D E P O S 1 2 1 1 0

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA NOMOR : 76/KPTS/Db/1999

TENTANG

PENGESAHAN LIMA BELAS PEDOMAN TEKNIK DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA,

Menimbang :

a. bahwa dalam rangka menunjang pembangunan nasional di bidang kebinamargaan dan kebijaksanaan pemerintah untuk meningkatkan pendayagunaan sumber daya manusia dan sumber daya alam, diperlukan pedoman-pedoman teknik bidang jalan;

b. bahwa pedoman teknik yang termaktub dalam Lampiran Keputusan ini telah disusun berdasarkan konsensus pihak-pihak yang terkait, dengan memperhatikan syarat-syarat kesehatan dan keselamatan umum serta memperkirakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan umum sehingga dapat disahkan sebagai Pedoman Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga;

c. bahwa untuk maksud tersebut, perlu diterbitkan Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga.

Mengingat

1. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Organisasi Departemen; 2. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1984, tentang Susunan Organisasi Departemen;

3. Keputusan Presidcn Nomor 278/M Tahun 1997, tentang Pengangkatan Direktur Jenderal Bina Marga; 4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 211/KPTS/1984 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Departemen Pekerjaan Umum;

5. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 111/KPTS/1995 tentang Panitia Tetap dan Panitia Kerja serta Tata Kerja Standardisasi Bidang Pekerjaan Umum;

6. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 28/KPTS/1995 tentang Pembentukan Panitia Kerja

Standardisasi Naskah Rancangan SNI/Pedoman Teknik Bidang Pengairan/Jalan/ Permukiman;

Membaca

Surat Ketua Panitia Kerja Standardisasi Bidang Jalan Nomor UM 01 01-Bt.2005/768 tanggal 20 Desember 1999 tentang Laporan Panja Standardisasi Bidang Jalan.

(3)

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA TENTANG PENGESAHAN LIMA BELAS PEDOMAN TEKNIK DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

Kesatu : Mengesahkan lima belas Pedoman Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga, sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ketetapan ini.

Kedua : Pedoman Tenik tersebut pada diktum kesatu berlaku bagi unsur aparatur pemerintah bidang kebinamargaan dan dapat digunakan dalam perjanjian kerja antar pihak-pihak yang bersangkutan dengan bidang konstruksi.

Keempat : Menugaskan kepada Direktur Bina Teknik, Direktorat Jenderal Bina Marga untuk: a. menyebarluaskan Pedoman Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga;

b. memberikan bimbingan Teknik kepada unsur pemerintah dan unsur masyarakat yang bergerak dalam bidang kebinamargaan;

c. menghimpun masukan sebagai akibat dari penerapan Pedoman Teknik ini untuk peyempurnaannya di kemudian hari.

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa, jika terdapat kesalahan dalam penetapan ini, segala sesuatunya akan diperbaiki sebagaimana mestinya.

'I'embusan Keputusan ini disampaikan kepada Yth. :

1. Kepala Badan Penelitian dan pengembangan PU, selaku Ketua Panitia Tetap Standardisasi.

2. Direktur Bina Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga, selaku Ketua Panitia Kerja Standardisasi Bidang Jalan.

(4)

Lampiran

Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga

Nomor : 76 /KPTS/Db/1999

Tanggal : 21 Desember 1999

PEDOMAN TEKNIK DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

Nomor

Urut JUDUL PEDOMAN TEKNIK

NOMOR P'EDOMAN TEKNIK

(1) (2) (3)

1 Pedoman Pelaksanaan Campuran Beraspal Dingin untuk

Pemeliharaan

023/T/BM/I999

2 Pedoman Pembuatan Aspal Emulsi Jenis Kationik 024/T/BM/1999

3 Pedoman Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan

Pendekatan Kepadatan Mutlak

025/T/BM/1999

4 Pedoman Perencanaan Bubur Aspal Emulsi (Slurry seal) 026/T/BM/1999

5 Jembatan untuk Lalu Lintas Ringan dengan Gelagar Baja Tipe Kabel, Tipe Simetris, Bentang, 125 meter (Buku 2)

027/T/BM/1999

6 Pedoman Penanggulangan Korosi Komponen Baja

Jembatan dengan Cara Pcngecatan

028/T/BM/1999

7 Tata Cara Pelaksanaan Pondasi Cerucuk Kayu di Atas

Tanah Lembek dan Tanah Gambut

029/T/BM/1999

8 Tata Cara Pencatatan Data Kecelakaan Lalu Lintas (Sistem 3L)

030/T/BM/1999

9 Pedoman Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan 031/T/BM/1999

10 Pedoman Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki pada Jalan Umum

032/T/BM/1999

11 Persyaratan Aksebilitas pada Jalan Umum 033/T/BM/1999

12 Pedoman Pemilihan Berbagai Jenis Tanaman untuk Jalan 034/T/BM/1999

13 Pedoman Penataan Tanaman untuk Jalan 035/T/BM/1999

14 Pedoman Perencanaan Teknik Bangunan Perendam Bising 036/T/BM/1999

15 Tata cara Penentuan Lokasi Tempat Istirahat di Jalan Bebas Hambatan

(5)

DAFTAR ISI

Halaman Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No. 76/KPTS/Db/1999

Tanggal 20 Desember 1999

(6)

LAMPIRAN A : DAFTAR ISTILAH 13

LAMPIRAN B : LAIN – LAIN 14

(7)

BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud dan Tujuan

Tata cara ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi para pelaksana dalam melaksanakan pekerjaan pondasi cerucuk kayu di atas tanah lembek dan tanah gambut.

Tujuannya adalah untuk mempermudah cara pelaksanaan pondasi cerucuk kayu di atas tanah lembek dan tanah gambut

1.2 Ruang Lingkup

Tata cara ini mencakup ketentuan bahan, dan cara-cara pelaksanaan pembuatan pondasi cerucuk kayu di atas tanah lembek dan tanah gambut.

1.3 Pengertian

1) Tanah Lembek adalah tanah yang secara visual dapat ditembus dengan ibu jari minimum sedalam ± 25mm, atau mempunyai kuat geser d40 kpa berdasakan uji geser baling lapangan. Tanah lembek dapat terdiri atas tanah lembek anorganik dan organik

2) Tanah Lembek Anorganik adalah tanah lembek yang pada umumnya terdiri atas lempung atau lanau dengan kadar organik dari 0 % sampai dengan 25 % atau kadar abu dari 100 % sampai 75 %.

3) Tanah Lembek Organik adalah tanah lembek yang mengandung kadar organik t 25 % sampai 75 % atau dengan kadar abu t 75 % sampai dengan 25%.

(8)

5) Cerucuk Kayu adalah susunan tiang kayu dengan diameter atau ukuran sisi antara 8 dan 15 cm yang dimasukkan ke dalam tanah sehingga berfungsi sebagai pondasi.

(9)

BAB II KETENTUAN

2.1 Umum

2.1.1 Keadaan Medan

1) Pada umumnya tanah lembek dan tanah gambut banyak terdapat di daerah rawa dengan muka air cukup tinggi, sehingg sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan konstruksi.

2) Umununya dipengaruhi pasang surut, yang sangat berpengaruh terhadap elevasi rencana kepala tiang.

3) Pada permukaan lahan sering dijumpai tunggul-tunggul kayu, yang umumnya tidak perlu dicabut.

2.1.2 Bahan

1) Kulit kayu untuk bahan cerucuk tidak perlu dikupas.

2) Cerucuk kayu yang digunakan dapat berupa batang kayu atau hasil olahan dengan spesifikasi seperti pada Tabel 1.

Tabel 1.

Persyaratan Cerucuk kayu

Uraian Persyaratan

Diameter Minimum 8 Cm,, maksimum 15 cm Panjang Minimum 3,5m, maksimum 6 in Kelurusan Cukup lurus, tidak belok dan bercabang Kekuatan Minimum kelas kuat II I PKKI 1973

(10)

2.2 Teknik 2.2.1 Pelaksanaan

1) Pemancangan cerucuk kayu dapat menggunakan tenaga manusia, alat

pancang cerucuk atau dengan Back Hoe.

2) Lantai kerja, dengan muka air cukup tinggi, maka lokasi pemancangan

cerucuk dapat diurug terlebih dahulu dengan material setempat. Bila

menggunakan alat pancang cerucuk harus diberi landasan dari balok

atau papan kayu.

3) Diatas pondasi cerucuk kayu yang diberi kepala tiang yang selanjutnya

dibentuk timbunan badan jalan sesuai dengan spesifikasi bahan

timbunan yang diuraikan pada lampiran B (diambil dari seksi 3.2,

Spesifikasi Umum, Volume 3, Bina Marga), 1992.

4) Pelaksanaan cerucuk kayu harus sesuai dengan pedoman yang diuraikan

dalam “Tata Cara Perencanaan Pondasi di Atas Tanah Lembek, Organik

dan Tanah Gambut”.

6) Alat pengangkut tanah

7) Alat pancang cerucuk

8) Alas pemukul tiang

9) Perancah atau platform dari susunan drum-drum dan papan kayu

10) Back Hoer

(11)

2.2.3 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaanpembuatan pondasi cerucuk

kayu di atas tanah lembek dan tanah gambut adalah sebagai berikut.

1) Lantai Kerja

Berupa bahan lokal setempat yaitu tanah lempung, tanah organik, pasir

kuarsa, dengan cara PLTB (Penyiapan Lahan Tanpa Bakar).

2) Bahan Timbunan

Disesuaikan dengan persyaratan (biasanya sesuai dengan seksi3.1,

Spesifikasi Bina Marga dalam Spesifikasi Umum Volume 3, lihat

Lampiran B).

3) Kepala Tiang

1. Papan kayu

2. Tiang kayu dengan dimensi dan kekuatan yang sama dengan

cerucuk.

3. Paku panjang minimum 1,5 diameter kayu yang akan dipaku

4. Tanah yang telah distabilisasi sehingga berfungsi untuk menyatukan

kelompok tiang dalam menerima beban dan penyeragaman

penurunan.

5. Kawat untuk mengikat tiang-tiang satu sama lain.

(12)

BAB III PELAKSANAAN

3.1 Persiapan

3.1.1 Penentuan Lokasi

1) Pasang patok-patok ukur untuk menentukan lebar dan panjang pondasi.

2) Tentukan tempat kedudukan tiang-tiang cerucuk yang akan dipancang dan diberi tanda dengan menggunakan patok-patok (lihat Gambar 1)

Gambar 1.Persiapan Perletakan Cerucuk Kayu

Keterangan: b = Leb a r ponda s i

+ P a tok ta n d a p en em p a ta n cer u cu k ( d ilih a t d a r i a ta s )

x Ta n d a p enemp a ta n cer u cu k (d ilih a t d a r i s a mp im g)

3.1.2 Penyiapan Tanah Dasar

Lakukan penyiapan tanah dasar sesuai dengan gambar rencana dan lakukan hal-hal sebagai berikut:

(13)

3) Bila rnuka air mencapai pcrmukaan tanah, maka timbun tanah dasar sehingga muka tanah timbunan di atas muka air.

3.2 Pelaksanaan

3.2.1 Pemancangan Cerucuk Kayu dengan Tenaga Manusia

1) Runcingkan bagian ujung bawah cenrcuk kayu agar mudah rnenembus ke dalam tanah.

2) Pasang perancah atau platform sedemikian rupa sehingga orang dapat dengan mudah memukul kepala tiang pada ketinggian tertentu (lihat Gambar 2).

3) Ratakan bagian ujung tiang yang akan dipukul dan beri topi tiang.

4) Tegakkan tiang cerurcuk dan masukkan sedikit ke dalarn tanah agar dapat dipukul dcngan stabil dan tetap tegak lurus.

(14)

Gambar 2. Pemancangan Tiang Cerucuk dengan Tenaga Manusia

3.2.2 Pemancangan Cerucuk dengan Alat Pancang

1) Siapkan alat pancang tiang cerucuk dengan kedudukan yang dapat menjangkau pekerjaan pemancangan seefektip mungkin.

2) Siapkan tiang cerucuk pada kedudukan rencana.

4) Pasang tiang cerucuk berikut topi pemukulnya pada alat pancang, dan pastikan tiang berdiri tegak lurus.

(15)

Gambar 3. Pemancangan Cerucuk dengan AIat Pancang 3.2.3 Pemancangan Cerucuk dengan Back Hoe

1) Sipkan lantai kerja yang tcrdiri atas baok-balok kayu atau papan untuk operasional Back Hoe.

3) Siapkan sejunllah tiang yang akan dipancang pada tempat

kedudukannya.

4) Tegakkan tiang pada posisi kedudukan rencana dengan bantuan tenaga manusia

5) Operasikan Bac khoe, dan pastikan bagian mangkok (Bucket) akan menekan tiang secara tegak lurus.

(16)

3.2.4. Pemasangan Kepala Tiang Cerucuk

1) Kepala Tiang dari Balok Kayu atau Papan a. Sistim Paku

Hubungkan kepala tiang dcngan cenicuk mcn<s i inakan paku, yang dipakukan dart atas kepala tiang sampai masuk ke daam tiang cenicuk pada barisan arah melintang jalan.

Agar tiang cenicuk menjadi satu kesatuan maka pada arah memanjang jalan dapat dipasang balok kayu atau papan dengan jarak dari sumbu ke sumbu 1,00 meter yang menumpu pada kepala tilling ar h mchntang jalan dan diperkuat deng.in paku (Gambar 4).

Gambar 4. Hubungan Kepala Tiang dengan Ujung atau Cerucuk menggunakan Paku

b. Sistiin Gapit

(17)

Gambar 5. Hubungan antara Kepala Tiang dengan Cerucuk dengan Sistim Gapit diperkuat Paku

6) Kepala Tiang dari Matras

a. Buat lantai kerja untuk hamparan matras, dari bahan timbunan lokal yang berfungsi untuk meratakan tempat dudukan matras.

b. Hampar matras, yang dapat. terdiri atas stabilisasi tanah dengan semen atau beton kurus. Usahakan agar bagian ujung atas cerucuk menyatu dengan matras pada ketebalan rencana (Gambar 6).

Gambar 6. Matras sebagai Kepala Tiang Cerucu 7) Kepala Tiang dari Ikatan Kawat

(18)

i. Ikatkan bagian ujung atas tiang cerucuk dengan kawat,yang dihubungkan satu sama lain.

ii. Pasang batang-batang kawat sebag l pcrkuatan yang inenyikung dan mengelilingi bagian atas tiang.

b. Tipe Silang (Gambar 7b)

i. pasang topi baja pada ujung atas tiang cerucuk.

ii. Ikatkan pcrkuatan kawat dengan Las titik pada tiap ujung cerucuk.

a. Tipe Ikatan Kepala b. Tipe Silang

Gambar 7. Ikatan Kawat sebagai Kepala Tiang

3.3 Timbunan

3.3.1 Pemasangan Lapis Pemisah

Lapis pemisah dipasang untuk mencegah lolosnya bahan timbunan yang melewati celah-celah kepala tiang. Bahan pemisah menggunakan geotekstil lokal atau dari bilik bambu.

(19)

Gambar 8. Pemasangan Lapis Pemisah di Atas Kepala Cerucuk

3.3.2 Penimbunan Material

1) 'I'ebal tinbunan jalan minimum satu meter.

2) Bila lapis pemisah merupakan bahan hasil pabrikasi, timbunan lapisan pertama setebal ½ m padat harus berupa tanah berbutir.

3) Bila digunakan lapis pemisah anyaman bambu (bilik) maka timbunan lapis pertama 1/2 m padat tidak perlu digunakan tanah berbutir, tetapi tidak disarankan menggunakan bahan dari tanah organik atau tanah gambut.

(20)

LAMPIRAN A DAFTAR ISTILAH

saling tindih : overlap

(21)

LAMPIRAN B LAIN – LAIN

Spesifikasi Bahan Timbunan

(Seksi 3.1 Spesifikasi Umum Volume 3, Bina Marga)

Jenis Urugan Spesifik:asi Keterangan

1 2 3

I. Un~gati.diiasa Tidak tenuasuk jeius tanah plastisitas tinggi (A-7-6 atau CI-I)

Klasilikasi AASI IT O AI-145 atau klasil

-ikasi unified.

Bila pengguaan tanah plastisitas tinggi tidak dapat dihiudarkan, bahan tersebut hams digunakan hanya pada bagian dasar dan unigau atau pada umgan kemb;di yang tidak meuiedukau daya dukung yang tiuggi. Tanah plastis seperti itu tidak boleh digunakan saina sekali pada lapisan 30 cm di bawah tanah perkerasan alai balm.

CBR >_ (%. sctelah pereudam:ui 4 hari dan

dipadatkan 100/ kepadatan keiing maksinwm sesuai dengan SN I- 1742-1989-F.

Tanah dengan pengembangan tiuggi yang unemilild nilai aktif > 1,25 tidak boleh diguuakan.

Nilai aktif diukur sebagai perbandingan antara PI dan persentase ukuran leoqumg.

2. Untgan l'ilihau Memeuuhi persyaratan umgarn biasa.

(22)

1 2 3

Bila diguuakan pemadatan dalam keadaan jenuh atau banjir tidak dapat dihindari, maka urugan pilihan barus digunakan pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan indeks plastisitas maksim 6%.

Bila digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilisasi timbunan atau pada situasi lainnya yang kuat gesernya penting tetapi dijumpai kondisi pemadatan normal dan kering, maka urugan pilihan dapat digunakan kerikil lempung bergradasi baik atan lempung

berpasir atau lempung berplastisitas rendah.

(23)

LAMPIRAN C

DAFTAR NAMA DAN LE MBAGA

1). Pemrakarsa

x Pusat Penelitian dan Pengembangan jalan, Badan Penelitian dan Pengembangan PU.

x Direktorat Bina Teknik, Direktora Jenderal Bina Marga

2). Penyusun :

4). Kelompok Kerja Bidang Geoteknik Jalan

Ir. Suhaimi Daud Pusat Litbang Jalan (SK Ketua Panja No.:

13/KPTS/Bt/1999) Ketua:

3). Tim Pembahas : Ir. Hartom, M.Sc Ditjen Bina Marga

DR. Ir. Hedy Rahadian, M.Sc Pusat Litbang jalan W akil Ketua:

Ir. Lanny Hidayat Ditjen Bina Marga DR. Ir. Hedy Rahadian, M.Sc Pusat Litbang lalan

Ir. Suhaimi Daud Pusat LitbangJalan Anggota:

Ir. Slamet Prabudi Pusat Litbang lalan Ir. Djoko Slistyono, MSc Ditjen Bina marga

Drs. Oman Suherman Pusat LitbangJalan Ir. Didt Irahadi Ditjen Bina Marga

Ir. Lanneke Tristanto Pusat Litbang lalan Ir. Gjw Fernandez Ditjen Bina Marga

Ir. Edy Sunaryo Pusat LitbangJalan Ir. Eddy Soenaryo, MSc Ditjen Bina Marga

Term Rustandie, BE Pusat Litbang lalan Ir. Herman Tjahyati, MSc Ditjen Bina Marga

Ir. Saroso BS Pusat Litbang Jalan Drs. HM. Suherman Pusat LitbangJalan

Zubirhan Lubis, BE Pusat Litbang lalan Ir. Suhaimi Daud Pusat Litbang lalan

Ir. Benny Mustafa Pusat Litbang lalan

Ir. And: Renald Pusat Litbang lalan

Ir. Saroso BS Pusat Litbang lalan

Ir. Theo Nayoan Pusat Litbang lalan

Ir. Agus Sumaryono, DipLlng Pusat Litbang Pengatran Ir. Tatang Sutardjo, NISc Pusat Litbang Pengairan

DR. Ir. Isdiana, MSc Pusat Litbang Pengairan

Ir. Rismantoyo Pusat Litbang Pengairan

Ir. Habibbullah Rots Assosiasi Prolzsi

Ir. Willy Tumewu, M.Sc Assostasi Protest

DR. Ir. Paulus Pramono R., M.Sc. Perguruan TinggiDR. Ir.

Gambar

Tabel 1.Persyaratan Cerucuk kayu
Gambar 1.Persiapan Perletakan Cerucuk Kayu
Gambar 2.Pemancangan
Gambar 3.Pemancangan Cerucuk dengan AIat Pancang
+5

Referensi

Dokumen terkait

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,