LAPORAN PENDAHULUAN BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA
DISUSUN OLEH : YUNITHA LEO LEDE
NIM : SN162218
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
A. KONSEP PENYAKIT 1. Definisi
BPH merupakan penyakit yang biasa terjadi pada laki-laki usia lanjut, yang ditandai dengan perubahan yang sangat cepat pada epitel prostat dan daerah transisi jaringan fibromuskular pada daerah periuretral yang bisa menghalangi dan mengakibatkan pengeluaran urine yang tertahan. Benigna Prostat Hiperplasia atau lebih dikenal dengan BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat yang dapat menyebabkan obstruksi dan retriksi pada jalan urine (uretra), (Setih Setio). Secara histologi, BPH dapat didefinisikan sebagai pembesaran nodular secara regional dengan kombinasi poliferasi stromadan grandular yang berbeda (Berry SJ,2009)
2. Etiologi
Penyebab timbulnya BPH adalah :
1) Adanya perubahan kesimbangan antara hormon testosteron dan esterogen pada usia lanjut
2) Peranan dari faktor pertumbuhan sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar prostat
3) Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati
4) Teori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi yang normal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.
3. Manifestasi Klinik
lebih dari 60 ml urine tetap berada dalam kandung kemih setelah berkemih) dan kekambuhan infeksi saluran kemih. Pada akhirnya, dapat terjadi azotemia (akumulasi produk sampah nitrogen) dan gagal ginjal dengan retensi urine kronis dan volume residu yang besar. Gejala generalisata juga mungkin tampak termasuk keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa tidak nyaman pada epigastrik. (Smeltzer, 2009)
4. Komplikasi
1) Retensi urine, kesulitan miksi karena kegagalan mengeluarkan urin dari vesika urinaria
2) Hidronefrosis, pelebaran pasu pada ginjal serta pengerutan jaringan ginjal, sehingga ginjal menyerupai kantong yang berisi kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan dan aliran balik ureter ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi menampung urine dan urine tidak bisa dikeluarkan
3) Pielonefritis, infeksi pada ginjal yang diakibatkan oleh bakteri yang masuk ke ginjal dan kandung kemih
4) Azotemia, ditandai dengan terjadinya peningkatan ureum, fenolamin dan metabolik lain serta racun-racun sisa metabolisme 5) Uremia, peningkatan ureum di dalam darah akibat
ketidakmampuan ginjal menyaring hasil metabolisme ureum 6) Anemia, terjadi karena pendarahan massif dan terus-menerus dari
saluran kemih yang mengalami iritasi dan pecahnya pembuluh darah akibat penegangan berlebihan oleh kelenjar prostat. (Arief Mansjoer, 2008)
5. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
1. Penatalaksanaan medis
pengenduran otot-otot pada kandung kemih sehingga penderita lebih mudah berkemih. Finasterid, obat ini menyebabkan meningkatnya laju aliran kemih dan mengurangi gejala. Efek samping dari obat ini adalah berkurangnya gairah seksual. Untuk prostatitis kronis diberikan antibiotik.
Pembedahan:
1) Trans Urethral Reseksi Prostat ( TUR atau TURP ) prosedur pembedahan yang dilakukan melalui endoskopi TUR dilaksanakan bila pembesaran terjadi pada lobus tengah yang langsung melingkari uretra. Sedapat mungkin hanya sedikit jaringan yang mengalami reseksi sehingga pendarahan yang besar dapat dicegah dan kebutuhan waktu untuk bedah tidak terlalu lama.
2) Prostatektomi suprapubis adalah salah satu metode mengangkat kelenjar prostat dari uretra melalui kandung kemih.
3) Prostatektomi perineal adalah mengangkat kelenjar prostat melalui suatu insisi dalam perineum yaitu diantara skrotum dan rektum.
4) Prostatektomi retropubik adalah insisi abdomen mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih.
5) Insisi prostat transuretral (TUIP) adalah prosedur pembedahan dengan cara memasukkan instrumen melalui uretra.
6) Trans Uretral Needle Ablation ( TUNA ), alat yang dimasukkan melalui uretra yang apabila posisi sudah diatur, dapat mengeluarkan 2 jarum yang dapat menusuk adenoma dan mengalirkan panas sehingga terjadi koagulasi sepanjang jarum yang menancap dijaringan prostat.
2) Segera berkemih pada saat keinginan untuk berkemih muncul 3) Menghindari minuman beralkohol
4) Menghindari asupan cairan yang berlebihan terutama pada malam hari
5) Untuk mengurangi nokturia, sebaiknya kurangi asupan cairan beberapa jam sebelum tidur.
B. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian
a. Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.
b. Pola Gordon
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan 2) Pola nutrisi/metabolik
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas dan latihan 5) Pola istirahat dan tidur 6) Pola kognitif – perseptual 7) Pola persepsi konsep diri 8) Pola hubungan peran
9) Pola seksualitas resproduksi 10) Pola mekanisme koping 11) Pola nilai dan kepercayaan c. Pemeriksaan Fisik
3) Muka
d. Pemeriksaan penunjang (Diagnostik/ laboratorium) 1) Laboratorium: Sedimen Urin, Kultur Urin
2) Pencitraan: Foto polos abdomen, IVP (Intra Vena Pielografi), Ultrasonografi (trans abdominal dan trans rektal), dan Systocopy
2. Diagnosa Keperawatan 1) Nyeri akut 2) Resiko infeksi 3) Defisit pengetahuan
3. Perencanaan keperawatan (tujuan, kriteria hasil, dan tindakan keperawatan menggunakan pendekatan NOC dan NIC)
N
o Diagnosa
Tujuan dan Kriteri
Hasil Intervensi
1. Nyeri akut Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak
menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau
Setelah dilakukan
Manajemen nyeri - Kaji secara
komprehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas,
potensial, atau dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau dapat
diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.
Batasan karakteristik · Subjektif
Ø Melaporkan atau mengungkapkan secara verbal (nyeri) dengan isyarat · Objektif
Ø Posisi untuk menghindari nyeri Ø Perubahan tonus oto
(dari rentang lemas tidak bertenaga
tindakan keperawatan selama ...x24 jam nyeri klien teratasi, dengan indicator: · Tingkat kenyamanan. Ø Dapat melakukan
aktivitas seperti biasa tanpa harus merasakan nyeri. · Tingkat nyeri
Ø Mampu melaporkan
adanya nyeri,
frekuensi nyeri dan episode lamanya nyeri. Tanda-tanda vital kembali normal.
presipitasi.
Ø - Gunakan komunkasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
- Kaji tingkat keetidaknyamanan pasien dan catat perubahan dalam catatan medik dan informasikan kepada seluruh tenaga yang menangani pasien - Tentukan dampak dari
ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup: pola tidur, nafsu makan, aktifitas kognisi, mood, relationship, pekerjaan, tanggungjawab peran. - Kontrol faktor-faktor
sampai kaku)
Ø Perubahan selera makan
Ø Perilaku distraksi (misal ; mondar-mandir, mencari orang, akivitas berulang)
Ø Wajah topeng (nyeri)
Ø Perilaku menjaga dan sifat melindungi Ø Bukti nyeri yang
dapat diamati
Ø Berfokus pada diri sendiri
Ø Gangguan tidur
Faktor yang berhubungan
Agens-agens
penyebab cedera (misalnya biologis, kimia, fisik, dan
nonfarmakologi, dan interpersonal).
- Kolaborasikan dengan pasien, orang terdekat dan tenaga profesional lain untuk memilh tenik non farmakologi
Pemberian analgetik - Cek catatan medis untuk
jenis obat, dosis, dan frekuensi pemberian analgetik.
- Kaji adanya alergi obat. Ø - Monitor tanda vital
- Evaluasi kemampuan
pasien untuk
berpartisipasi dalam pemilihan jenis analgetik, rute, dan dosis yang akan digunakan. - Pilih analgetik atau
kombinasi analgetik yang sesuai ketika menggunakan lebih dari satu obat.
- Tentukan pilihan jenis analgetik (narkotik,
non-narkotik, atau
NSAID/obat anti inflamasi non steroid) bergantung dari tipe dan beratnya nyeri.
- Berikan analgetik sesuai jam pemberian.
- Dokumentasikan respon analgetik dan efek yang muncul.
HE
Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum, frekuensi pemberian, kemungkinan
efek samping,
kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus ketika meminum obat tersebut
Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawar jika peredaan nyeri tidak dapat dicapai
Informasikan kepada pasien tentang prosedur
yang dapat
meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan
Perbaiki kesalahan presepsi terhadap analgesik narkotik
Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung
nonfarmakologis
2.
Resiko infeksi Definisi
Resiko infeksi adalah beresiko terhadap infeksi organisme patogen
Faktor resiko Penyakit kronis Penekanan sistem imun
Ketidakadekuatan imunitas dapatan Pertahanan primer tidak adekuat
Pertahanan lapis kedua yang tidak memadai (misalnya hemoglobin trun, leukopenia, supresi respon inflamasi) infeksi akan hilang di buktikan oleh
Status imun :
· Memperlihatkan hygine personal yang adekuat
· Mengindikasikan kasus gastrointestinal, pernapasan, genito urinaria dan imun dalam batas normal. Keparahan infeksi :
· Terbebas dari gejala dan tanda infeksi
· Menggambarkan
faktor yang
menunjang penularan infeks
· Melaporkan tanda atau gejala infeksi serta mengikuti
Pengendalian infeksi Ø Berikan terapi antibiotik,
bila diperlukan
Ø Bersihkan lingkungan dengan benar setelah dipergunakan masing-masing pasien
Ø Pertahankan tehnik isolasi, bila diperlukan Ø Terapkan kewaspadaan
universal
Ø Batasi jumlah pengunjung bila diperlukan
Perlindungan infeksi Ø Pantau tanda dan gejala
infeksi ( misal; suhu tubuh, denyut jantung, drainase, penampilan luka sekresi, penampilan urine, suhu kulit, lesi kulit, keletihan, dan malaise)
Peningkatan
prosedur screaning dan pemantauan
Pengendalian infeksi Ø Kaji faktor yang dapat
meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi
HE
Ø Jelaskan pada pasien dan keluarga mengapa sakit atau terapi menigkatkan resiko infeksi mencuci tangan sewaktu
masuk dan
meninggalkan ruang pasien
5. Defisiensi pengetahuan Definisi
Batasan karakteristik · Subjektif
Ø Mengungkapkan masalah secara verbal
· Objektif
Ø Tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat
informasi yang ada
· Kurang
tentang penyakit yang dapat dibuktikan ; · Pengetahuan:
Ø Pasien dan keluarga akan mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi tambahan tentang program terapi
Ø Pasien akan
memperlihatkan kemampuan
Ø Tentukan kemampuan
pasien untuk
mempelajari informasi khusus
Ø Tentukan motivasi pasien untuk mempelajari
mengingat kembali · Kurang familier
dengan sumber-sumber informasi
berikan umpan balik secara verbal dan tertulis Ø Beri waktu pada pasien
untuk mengajukan beberapa pertanyaan
4. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu ditetapkan dan situasi kondisi klien, maka diharapkan klien :
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2011. Pedoman Penatalaksanaan BPH Di Indonesia. (PDF) Sunardi. 2008. Benign Prostate Hyperplasia (PDF)
Wilkinson M. Judith & Nancy R. Ahern. 2012. Buku saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta. EGC
McCloskey, Joanne C,. Bulecheck, Gloria M. 2008. Nursing Intervention Classsification (NIC). Mosby, St. Louise.