• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pembelajaran Matematika Evaluasi Pembelajaran Matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan " Evaluasi Pembelajaran Matematika Evaluasi Pembelajaran Matematika"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

tentang:

Kualitas Instrumen Evaluasi

oleh:

Kelompok V

Annisa Prihartini

412.291

Setri Yusma Sari

412.381

Lisa Sefrita

412.486

Riza Setia Eka Putri

412.503

Astrina Nofita

412.583

Depi Gusmita

412.239

Dosen Pembimbing:

Dra. Yusmarni, M.Pd

Jurusan Tadris Matematika B Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang

(2)

i BAB I

PENGANTAR

Alhamdulilláh segala puji syukur selalu kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang mana

karena berkat, rahmat dan ridho-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi

tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika tentang “Kualitas Instrumen Evaluasi”. Shalawat beserta salam kami ucapkan kepada Allah Swt. semoga disampaikan kepada nabi

Muhammad Saw..

Kami selaku penulis makalah mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah

Evaluasi Pembelajaran Matematika, Dra. Yusmarni, M.Pd, yang telah memberikan tugas kepada

kami serta dukungan dan arahannya dalam menyelesaikan makalah ini, orang tua yang selalu

mendukung kelancaran tugas kami, serta pada tim anggota kelompok yang selalu kompak dan

konsisten dalam penyelesaian tugas ini.

Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini, kami menyadari karena semakin luas

pembicaraan semakin terlihat jelas segi-segi kelemahan dari makalah ini. Tetapi hal itu

merupakan sebagai jalan yang tidak bisa dihindari untuk perbaikan kedepannya. Oleh karena itu,

kami tidak menutup diri dari para pembaca akan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi

perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah dimasa yang akan datang.

Dan kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi kami

penulis dan para pembaca semuanya. Amin.

Padang, September 2014

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Reliabilitas Instrumen dan Jenisnya 1. Pengertian Reliabilitas

Reliabilitas berasal dari kata reliability yang berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hakikat reliabilitas instrumen berhubungan dengan masalah kepercayaan.

Maksudnya suatu hasil pengukuran hanya dapat dipercaya jika dalam beberapa kali pelaksanaan

pengukuran terhadap siswa atau kelompok yang sama diperoleh hasil pengukuran yang relatif

sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010) kata reliabilitas dapat diartikan

sebagai:

1) Sesuatu yang bersifat reliabel (bersifat handal).

2) Ketelitian dan ketepatan teknik pengukuran; keterandalan.

Reliabilitas juga dapat diartikan sama dengan konsistensi atau keajegan atau ketetapan hasil

pengukuran, yaitu seberapa konsistensi skor tes dari suatu pengukuran ke pengukuran berikutnya.

Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien reliabilitas, yaitu koefisien korelasi yang menunjukkan

derajat hubungan antara dua hasil pengukuran yang diperoleh dari instrumen atau prosedur yang

sama.

Reliabilitas memberikan konsistensi yang membuat terpenuhinya syarat utama instrumen,

yaitu validnya suatu hasil skor instrumen, dan berkaitan erat dengan syarat ketiga, yaitu

kebermanfaatan (usability).1 Persyaratan bagi tes yaitu validitas dan reliabilitas ini penting,

artinya dalam hal ini validitas lebih penting, dan reliabilitas ini perlu karena menyokong

terbentuknya validitas.2 Sebuah tes mungkin reliable tetapi tidak valid. Sebaliknya, sebuah tes yang valid biasanya reliable. Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keterajegan, keterhandalan, konsistensi, ketetapan dan sebagainya, namun ide

pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.

1

Sukardi, Evaluasi Pendidikan: prinsip dan operasionalnya, cetakan ke-6, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 43 2

(4)

Sebagai contoh, kita mengukur panjang sepuluh macam benda sebanyak dua kali pada waktu

yang berbeda dengan menggunakan alat ukur yang tepat. Ada hasil yang kita peroleh misalnya

sama, maka dikatakan bahwa alat ukur yang kita gunakan memberikan hasil validitas

pengukuran yang reliable (tetap, konsisten, stabil).3 Meskipun pengukuran yang dilakukan lebih

dari sekali, namun hasilnya tetap tidak berubah, implikasinya pengukuran tersebut mempunyai

taraf kepercayaan yang tinggi. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang ajeg (reliable), dalam

hal ini memang tidak mudah karena tes ini berhubungan dengan manusia dimana kita ketahui

bahwa manusia itu mempunyai jiwa, dan unsur jiwa itu tidak ajeg atau senantiasa berubah karena

ada di dalamnya kemampuan, kecakapan, sikap, minat, motivasi dan sebagainya.

Reliabilitas suatu tes pada umumnya diekspresikan secara numerik dalam bentuk koefisien

yang besarnya . Koefisien tinggi menunjukkan reliabilitas tinggi, sebaliknya jika

koefisien suatu tes rendah maka reliabilitas tes rendah.4 Ekuivalen dengan uraian diatas,

dikarenakan manusia memiliki unsur jiwa yang tidak reliable, sehingga dalam kenyataannya tes

yang mempunyai nilai koefisien reliabilitas sempurna adalah tidak ada. Karena skor itu

kemungkinan besar bervariasi, yang disebabkan oleh terjadinya kesalahan pengukuran yang

berasal dari bermacam-macam sumber. Sehingga reliabilitas tinggi menunjukkan kesalahan

varian yang minim atau hasil pengukuran pertama dan kedua relatif sama atau hampir sama,

begitu pula sebaliknya, hasil pengukuran mempunyai reliabilitas yang rendah bila hasil pertama

jauh berbeda dengan hasil pengukuran kedua. Jika sebuah tes mempunyai reliabilitas tinggi maka

pengaruh kesalahan pengukuran telah terkurangi.

Kesalahan pengukuran dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karakteristik tes

evaluasi itu sendiri, kondisi pelaksanaan tes yang tidak mengikuti aturan baku, tes item yang

meragukan dan siswa langsung mengikuti, status peserta yang mengikuti tes, misalnya seseorang

yang sedang lelah atau mempunyai problem pribadi, siswa mempunyai motivasi rendah atau

kombinasi dari semua gejala tersebut.5 Reliabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa

sumber-sumber kesalahan telah dihilangkan sebanyak mungkin.

3

Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, cetakan ke-1, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 230

4

Sukardi, Op.Cit., hlm. 43 5

(5)

2. Jenis-jenis Reliabilitas

Salah satu syarat agar hasil suatu tes dapat dipercaya adalah tes tersebut harus mempunyai

reliabilitas yang memadai. Oleh karena itu Jaali dan Pudji (2008) membedakan reliabilitas

menjadi 2 macam, yaitu:6

 Reliabilitas Konsistensi tanggapan, dan

 Reliabilitas konsistensi gabungan item

a. Reliabilitas Konsistensi Tanggapan

Reliabilitas ini selalu mempersoalkan mengenai tanggapa responden atau objek terhadap tes

tersebut apakah sudah baik atau konsisten. Dalam artian apabila tes yang telah di cobakan

tersebut dilakukan pengukuran kembali terhadap obyek yang sama, apakah hasilnya masih

tetap sama dengan pengukuran sebelumnya. Jika hasil pengukuran kedua menunjukkan

ketidakonsistenan, maka hasil pengukuran tersebut tidak mengambarkan keadaan obyek yang

sesungguhnya. Untuk mengetahui apakah suatu tes atau instrument tersebut sudah mantap

atau konsisten, maka tes/instrument tersebut harus diuji kepada obyek ukur yang sama secara

berulang-ulang.

Ada tiga mekanisme untuk memeriksa reliabilitas tanggapan responden terhadap tes (Jaali ;

2008) yaitu :

(1) Teknik test-retest ialah pengetesan dua kali dengan menggunakan suatu tes yang sama

pada waktu yang berbeda.

(2) Teknik belah dua ialah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan dua kelompok

item yang setara pada saat yang sama.

(3) Bentuk ekivalen ialah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan menggunakan

dua tes yang dibuat setara kemudian diberikan kepada responden atau obyek tes dalam

waktu yang bersamaan.

b. Reliabilitas Konsistensi Gabungan Item

6

(6)

Reabilitas ini terkait dengan konsistensi antara item-item suatu tes atau instrument.. Apabila

terhadap bagian obyek ukur yang sama, hasil pengukuran melalui item yang satu kontradiksi

atau tidak konsisten dengan hasil ukur melalui item yang lain maka pengukuran dengan tes

(alat ukur) sebagai suatu kesatuan itu tidak dapat dipercaya. Untuk itu jika terjadi hal

demikian maka kita tidak bisa menyalahkan obyek ukur, melainkan alat ukur (tes) yang

dipersalahkan, dengan mengatakan bahwa tes tersebut tidak reliable atau memiliki reliabilitas

yang rendah.

Koefisien reliabilitas konsistensi gabungan item dapat dihitung dengan menggunakan 3

rumus (Jaali 2008), yakni :

(1) Rumus Kuder-Richardson, yang dikenal dengan nama KR-20 dan KR-21.

(2) Rumus koefisien Alpha atau Alpha Crownbach.

(3) Rumus reliabilitas Hoyt, yang menggunakan analisis varian.

3. Metode-metode Menentukan Reliabilitas

Ada beberapa metode yang biasa digunakan dalam menentukan reliabilitas suatu tes.

Metode-metode yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Metode Bentuk Paralel (Equivalent-forms)

Yaitu dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan susunan, tetapi

butir-butir soalnya berbeda. Dalam menggunakan metode tes paralel ini, pengetes harus

menyiapkan dua buah tes, dan masing-masing dicobakan pada kelompok siswa yang sama.

Oleh karena itu, metode tes paralel ini dikenal juga dengan double test double trial method. Penggunaan metode ini baik karena siswa dihadapkan pada dua macam tes sehingga tidak

ada faktor “masih ingat soalnya” yang dalam evaluasi disebut dengan adanya practice-effect dan carry-offer effect, artinya ada faktor yang dibawa oleh pengikut tes karena sudah menegrjakan tes tersebut. Kelemahan dari metode ini adalah bahwa pengetes pekerjaannya

berat karena harus menyusun dua seri tes dan harus tersedia waktu yang lama untuk

mencobakan dua kali tes.

(7)

Metode ini menggunakan satu tes tetapi dicobakan dua kali terhadap kelompok siswa yang

sama dengan interval tertentu, disebut juga dengan single test double trial method. Kemudian

hasil dari kedua tes tersebut dikorelasikan dan koefisien korelasi yang diperoleh menyatakan

reliabilitas tes. Semakin tinggi koefisien reliabilitas tes, tes semakin stabil. Bila tes stabil

maka skor siswa dalam kedua tes cenderung tetap. Pada umumnya hasil tes yang kedua

cenderung lebih baik dari tes yang pertama karena adanya practice-effect atau carry-offer effect. Oleh karena itu, satu hal yang penting dalam metode test-retest adalah menentukan interval waktu pelaksanaan tes. Jika interval terlalu pendek maka siswa masih ingat hasil

terdahulu, sebaliknya semakin besar interval waktu maka semakin banyak variabel yang

mempengaruhi hasil tes. Hal inilah yang menjadi kelemahan dari metode test-retest.

c. Metode belah dua (split half method)

Metode ini menggunakan satu tes dan hanya dicobakan satu kali, disebut juga dengan single

test single trial method. Dalam pelaksanaannya, sebuah tes dicobakan kepada siswa seperti biasanya, kemudian tes dibagi dua dalam pemberian skor.7 Berbeda dengan metode pertama

dan kedua yang setelah diketemukan koefisien korelasi langsung ditafsirkan itulah koefisien

reliabilitas, maka pada metode ketiga ini tidak dapat demikian. Pada waktu membelah dua

dan mengkorelasikan dua belahan, baru diketahui reliabilitas separo tes. Untuk mengetahui

reliabilitas seluruh tes harus digunakan rumus Spearman-Brown berikut ini.

Dimana:

= korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

= koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

Ada dua cara membelah butir-butir soal, yaitu: (1) membelah item-item genap dan item-item

ganjil yang selanjutnya disebut belahan ganjil-genap, dan (2) membelah atas item-item awal

7

Hamzah B. Uno., Satria Koni., Assesment Pembelajaran, cetakan ke-2, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 154

(8)

dan item-item akhir dari soal, yaitu separuh jumlah soal pada nomor-nomor awal dan separuh

jumlah soal pada nomor-nomor akhir yang selanjutnya disebut belahan awal-akhir.8

4. Menentukan Reliabilitas Instrumen

Koefisien reliabilitas instrumen dihitung dengan rumus koefisien Alpha Crownbach, yaitu:

Dengan varians

Dimana: = nilai reliabilitas

banyaknya item pertanyaan

jumlah varians butir

varians total

skor tiap soal

banyaknya siswa

Sebelum perhitungan terlebih dahulu dibuat tabel kerja dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Item-item yang dinyatakan tidak valid dikeluarkan dari instrumen. Jadi reliabilitas

instrumen dihitung hanya untuk item-item yang dinyatakan valid.

b. Menghitung dan untuk tiap-tiap item dan skor total.

c. Menghitung varians untuk tiap-tiap item dan skor total.

d. Menghitung koefisien reliabilitas dengan rumus koefisien Alpha.

e. Pengambilan keputusan dengan memperhatikan kriteria koefisien reliabilitas instrumen

yaitu:9

8

http://hikmatunnailah.blogspot.com/2012/11/reliabilitas_21.html?m=1

(9)

Nilai Keterangan

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

5. Contoh Perhitungan Reliabilitas Instrumen

Misalkan seorang mahasiswa bernama Ugi sedang melakukan penelitian. Dalam penelitian

tersebut Ugi menggunakan kuesioner sebagai instrumen untuk memperoleh informasi dari

responden. Dalam kuesioner tersebut menggunakan skala Likert dimana 1 menyatakan “sangat tidak setuju”, 2 menyatakan “tidak setuju”, 3 menyatakan “netral”, 4 menyatakan “setuju” dan 5

menyatakan “sangat setuju”. Dalam kuesioner tersebut tersiri dari 4 pertanyaan. Berikut data yang diperoleh Ugi:

Nama Responden Pertanyaan

Pertama (A) Kedua (B) Ketiga (C) Keempat (D)

Dion 2 1 2 1

Nia 1 3 3 1

Desi 2 2 2 2

Ari 1 1 1 1

Gino 3 3 3 3

Benny 3 3 3 1

Voni 2 2 2 2

Suci 2 3 2 2

Dude 2 1 1 1

Imah 2 3 3 3

9

(10)

Penyelesaian:

Nama ∑ (∑

Dion 2 1 2 1 4 1 4 1 6 36

Nia 1 3 3 1 1 9 9 1 8 64

Desi 2 2 2 2 4 4 4 4 8 64

Ari 1 1 1 1 1 1 1 1 4 16

Gino 3 3 3 3 9 9 9 9 12 144

Benny 3 3 3 1 9 9 9 1 10 100

Voni 2 2 2 2 4 4 4 4 8 64

Suci 2 3 2 2 4 9 4 4 9 81

Dude 2 1 1 1 4 1 1 1 5 25

Imah 2 3 3 3 4 9 9 9 11 121

Total 20 22 22 17 44 56 54 35 81 715

Rata-rata 2 0.2 2.2 1.7 4.4 5.6 5.4 3.5 8.1 71.5

Varians 0.4 0.76 0.56 0.61 6.64 12.64 9.84 9.25 5.89 1528

Menghitung varians untuk masing-masing pertanyaan A, B, C, D dan ∑X a. Menghitung varians untuk pertanyaan A

b. Menghitung varians untuk pertanyaan B

c. Menghitung varians untuk pertanyaan C

(11)

Berdasarkan tabel kriteria koefisien reliabilitas, maka instrumen kuesioner tersebut dikatakan

memiliki reliabilitas yang tinggi karena berada dalam interval .

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas10

a. Secara umum jika tes semakin panjang, maka semakin tinggi reliabilitasnya.

b. Penyebaran skor, semakin besar penyebaran skor maka akan semakin tinggi perkiraan

reliabilitasnya.

c. Kesulitan tes. Umumnya tes yang terlalu mudah atau terlalu sulit akan menyebabkan

reliabilitas tes semakin rendah. Hal ini disebabkan terbatasnya penyebaran skor.

d. Objketifitas tes. Tes yang objektifitasnya tinggi memiliki reliabilitas yang lebih tinggi,

karena hasil tesnya tidak dipengaruhi oleh prosedur penskoran.

e. Interval waktu tes. Tes dengan interval waktu yang pendek menyebabkan koefisien

reliabilitas tes yang besar.

(12)

yang dapat membedakan antara peserta didik yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan

peserta didik yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Sedangkan menurut Surapranata

(2004: 23) indeks daya beda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara peserta tes yang

berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. Dari dua pendapat di atas

dapat disimpulkan bahwa soal yang baik adalah soal yang dapat membedakan peserta didik yang

pintar dan peserta didik yang tidak pintar. Soal digunakan oleh seorang evaluator untuk menguji

kelompok yang diuji. Soal akan berfungsi dengan baik jika dapat membedakan kemampuan

orang-orang dalam kelompok tersebut.

Analisis daya pembeda suatu soal tes dimaksudkan untuk mengkaji kemampuan soal untuk

membedakan antara siswa yang memiliki prestasi tinggi dan yang memiliki prestasi rendah.

Karena butir soal yang didukung oleh potensi daya beda yang baik akan mampu membedakan

peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi atau pandai dengan peserta didik yang memiliki

kemampua rendah atau kurang pandai. Dengan kata lain jika soal diberikan pada kelompok siswa

yang pintar, hasilnya baik. Jika diberikan kepada kelompok siswa yang kurang pintar, hasilnya

jelek. Soal dikatakan tidak memiliki daya pembeda jika soal tersebut diberikan kepada kelompok

siswa yang pintar dan siswa yang kurang pintar, akan memberikan hasil yang sama. Atau bisa

juga akan jadi berbalik, yaitu jika diberikan kepada anak yang pintar hasilnya jelek, sedangkan

jika diberikan kepada anak yang kurang hasilnya baik.

Dalam penyusuna butir soal seperti tes sebaiknya ada sifat yang menunjukkan kualitasnya,

sehingga:11

1. Tidak dapat dijawab benar oleh siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah.

2. Dapat dijawab benar oleh siswa kelompok atas tetapi tidak dapat dijawab oleh siswa

kelompok bawah.

3. Dapat dijawab benar oleh siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah.

Apabila nomor 1 dan 2 terjadi maka dikatakan soal mempunyai daya pembeda, artinya butir

soal itu dapat membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.

Penggunaan indeks daya pembeda untuk menyeleksi soal pun tidak dapat diterima sepenuhnya.

Konsep daya pembeda mengharuskan ada siswa yang menjawab salah soal tersebut.

Konsekuensinya soal-soal yang mudah dinilai sebagai soal-soal yang tidak baik. Kita ketahui

11

(13)

bahwa soal yang dijawab benar oleh siswa belum tentu soal yang tidak baik malah justru

sebaliknya yang sering terjadi. Karena materi untuk soal-soal seperti itu dinilai esensial, guru

mengajarkannya sedemikian sampai semua siswa mengerti. Penguasaan materi membuat semua

siswa dapat menjawab soal tersebut, sehingga menjadi dasar penilaian soal tersebut mempunyai

tingkat kesukaran yang sangat rendah dan tidak memiliki daya pembeda. Apabila ada butir soal

yang dijawab tidak benar olh siswa, maka dibuat analisis butir soal untuk menetapkan daya

pembedanya.

Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda setiap butir tes adalah:

Dimana:

: daya pembeda butir

: banyaknya kelompok atas yang menjawab betul

: banyaknya kelompok bawah yang menjawab betul

: banyaknya subjek kelompok atas

: banyaknya subjek kelompok bawah

Klasifikasi interpretasi daya pembeda12

Nilai Interpretasi

Sangat jelek

Jelek

Cukup

Baik

Sangat baik

12

Ibid., hlm.243

(14)

Contoh:

Dalam sebuah tes ada sebanyak 6 siswa yang menjawab benar dari 10 siswa kelompok atas dan

ada 4 siswa yang menjawab benar dari 10 siswa kelompok bawah. Berapa besar daya beda soal

nomor 1?

Penyelesaian:

(15)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Reliabilitas berasal dari kata reliability yang berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hakikat reliabilitas instrumen berhubungan dengan masalah kepercayaan.

Maksudnya suatu hasil pengukuran hanya dapat dipercaya jika dalam beberapa kali pelaksanaan

pengukuran terhadap siswa atau kelompok yang sama diperoleh hasil pengukuran yang relatif

sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.

Salah satu syarat agar hasil suatu tes dapat dipercaya adalah tes tersebut harus mempunyai

reliabilitas yang memadai. Oleh karena itu Jaali dan Pudji (2008) membedakan reliabilitas

menjadi 2 macam, yaitu: Reliabilitas Konsistensi tanggapan, dan Reliabilitas konsistensi

gabungan item. Ada tiga mekanisme untuk memeriksa reliabilitas tanggapan responden terhadap

tes (Jaali ; 2008) yaitu :

(1) Teknik test-retest ialah pengetesan dua kali dengan menggunakan suatu tes yang sama

pada waktu yang berbeda.

(2) Teknik belah dua ialah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan dua kelompok

item yang setara pada saat yang sama.

(3) Bentuk ekivalen ialah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan menggunakan

dua tes yang dibuat setara kemudian diberikan kepada responden atau obyek tes dalam

waktu yang bersamaan.

C. Kritik dan Saran

Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini, kami menyadari karena semakin luas

pembicaraan semakin terlihat jelas segi-segi kelemahan dari makalah ini. Tetapi hal itu

merupakan sebagai jalan yang tidak bisa dihindari untuk perbaikan kedepannya. Oleh karena itu,

kami tidak menutup diri dari para pembaca akan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi

perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah dimasa yang akan datang. Dan kami

berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi kami penulis dan para

(16)

Daftar Pustaka

B. Uno, Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Cetakan ke-1. Jakarta: PT Bumi Aksara

B. Uno, Hamzah., Koni, Satria. 2012. Assesment Pembelajaran. Cetakan ke-2. Jakarta: PT Bumi Aksara

Djali., Muljono, Puji. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia

Hamzah, Ali. 2014. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Cetakan ke-1. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

http://digilib.unpas.ac.id/download.php?id=1447

http://hikmatunnailah.blogspot.com/2012/11/reliabilitas_21.html?m=1

Referensi

Dokumen terkait

Kewenangan hakim untuk melakukan hal demikian ini sesuai pula dengan apa yang telah ditentukan dalam pasal 16 ayat (1) UU No. Dengan melihat kenyataan di atas, maka tampak

c Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota

Tugas yang diberikan kepada sisiwa hendaknya mempertimbangkan tujuan yang akan dicapai, jenis tugas yang sesuai dengan kemampuan siswa, ada petunjuk yang dapat

Pembuktian merupakan tahapan dalam proses beracara di Pengadilan Tata Usaha Negara dalam rangka menyelesaikan suatu sengketa, berupa penyajian alat-alat bukti yang

Hal ini terkait peran PT Berdikari(Persero) yang merupakan entitas bisnis yang bermotif ekonomi, namun disisi lain juga mengemban misi membantu mensejahterakan masyarakat melalui

prestasi kerja karyawan kebanyakan dari kemampuan tiap individu yang beraneka ragam dan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan para pegawai memiliki tingkat

Penangangan Bank gagal yang berdampak sistemik menjelaskan Pasal 1 angka (6) dan(7) Bank Gagal Sistemik adalah bank gagal yang dinyatakan sistemik oleh Komite Koordinasi

mulai dari kelas III dan IV SDN Sidokare II, Sidoarjo (yang diukur dengan tes kelincahan, koordinasi mata dan tangan, keseimbangan dan kecepatan) adalah sebesar 200,