• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERKIRAAN JALUR ALIRAN AIR AKI MEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI PERKIRAAN JALUR ALIRAN AIR AKI MEN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERKIRAAN JALUR ALIRAN AIR AKI MENGGUNAKAN DATA CITRA

SATELIT

LANDSAT

DAN

SRTM

(STUDI KASUS : GUNUNG IJEN JAWA TIMUR)

Zainia Fitrianingtyas, Bangun Muljo Sukojo1, Agus Wibowo 2

1

Jurusan Teknik Geomatika FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya 60111

2

Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta 10120

(zainia.zaini@gmail.com, bangunms@gmail.com, wibowo.agus@gmail.com)

Abstrak

Gunung Ijen merupakan gunung api aktif yang memiliki danau kawah di puncak, dengan panjang dan lebar danau masing-masing sebesar 800 m dan 700 m serta kedalaman danau mencapai 180 m. Potensi bahaya aktivitas Gunung Ijen saat ini adalah semburan lumpur di sekitar kawah, munculnya gas berbahaya bagi kehidupan di sekitar kawah, dan meluapnya air danau kawah yang mengandung pH dibawah empat atau sama seperti air aki dan bersifat sangat asam.

Berdasarkan potensi bahaya yang bisa ditimbulkan, diperlukan metode sebagai upaya untuk memperkirakan wilayah yang terkena aliran air aki pada Gunung Ijen dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh menggunakan citra Landsat, SRTM, dan data sekunder lain untuk identifikasi dan klasifikasi tutupan lahan.

Hasil analisa tutupan lahan diperoleh delapan kelas yang kemungkinan terdampak letusan air aki yaitu sawah (3401,625 ha), lahan kosong (1913,25ha), hutan (1575,625 ha), perkebunan (1364,812 ha), belukar (1750 ha), pemukiman (1330,375 ha), badan air (93 ha) dan tidak ada data (1296 ha) dengan luas keseluruhan tutupan lahan terdampak sebesar 12724,687 ha. Sedangkan hasil analisa jalur aliran air aki, diperoleh beberapa parameter yang menentukan arah aliran air aki antara lain jenis tanah, ketinggian, kemiringan lereng, aliran sungai, dan morfologi. Pemodelan tiga dimensi menggunakan citra Landsat dan SRTM ini dapat digunakan sebagai pendukung topografi yang mendekati keadaan sebenarnya.

Kata Kunci : Air Aki, Penginderaan Jauh, Landsat, SRTM

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gunung Ijen merupakan gunung api aktif

yang memiliki danau kawah di puncak, dengan panjang dan lebar masing-masing sebesar 800 m dan 700 m serta kedalaman danau mencapai 180 m. Secara geografis Gunung Ijen berada pada posisi 8º03’30” LS dan 114º14’30” BT dengan tinggi puncaknya 2386 meter dari permukaan laut. Secara administratif terletak di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Situbondo, Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Sejak 18 Desember 2011 pukul 04:00 WIB status kegiatan Gunung Ijen dinaikkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III) dan Tanggal 8 Februari 2012 status kegiatan Gunung Ijen diturunkan dari Siaga menjadi Waspada. Meningkatnya aktivitas gunung ini dapat dilihat dari warna airnya yang dulu kehijau-hijauan, saat ini sudah berwarna putih susu (Badan Geologi, 2012).

Air sungai yang berhulu di kaki Gunung Ijen itu, diketahui mengandung pH (pangkat Hidrogen) di bawah empat atau sama seperti air aki (Sugiarto, 2012). Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi

Bencana, memperingatkan warga sekitar Gunung Ijen agar waspada terhadap potensi meletusnya gunung tersebut. Petaka lebih besar bisa terjadi jika Gunung Ijen yang menjadi sumber Kali Banyuputih meletus dan menumpahkan banjir air aki. Kadar keasaman air (pH) di hulu Sungai Banyupahit yang mencapai 0,8 (pH netral 7) membuat sungai itu seperti mengalirkan air racun bagi kehidupan (Hidayat, 2012). Air kawah Gunung Ijen menjadi asam terutama akibat gas CO2, SO2 dan HCl. Konsentrasi Gas CO2 bila

melebihi 10% volume dapat berakibat membahayakan keselamatan manusia, sedangkan air asam sulfat dan bikarbonat akibat pelarutan gas CO2 dan SO2 maupun HCl di dalam air danau

kawah membuat korosif logam dengan cepat, selain itu air sangat asam ini membahayakan kesehatan kulit (Badan Geologi, 2012).

(2)

akibat bencana letusan gunung api. Data yang digunakan mencakup data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui pengukuran dan pengamatan seperti koordinat titik-titik kontrol lapangan dari pengukuran Global Positioning Sytem (GPS. Sedangkan data sekunder adalah data geospasial yang berbasiskan data satelit penginderaan jauh yaitu Landsat dan DEM SRTM (Digital Elevation Model, Shuttle Radar Topography Mission), peta topografi (Peta Rupabumi), dan data statistik.

Perumusan Masalah

Dari uraian di atas, permasalahan yang muncul adalah bagaimana cara mengolah dan menganalisa citra Landsat dan DEM SRTM sehingga menjadi sebuah peta jalur aliran air aki Gunung Ijen.

Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

a. Wilayah studi adalah daerah Gunung Ijen yang termasuk kedalam wilayah Kabupaten

Situbondo, Banyuwangi dan Bondowoso, Propinsi Jawa Timur.

b. Data citra satelit yang digunakan adalah citra Landsat 7 ETM+ tahun 2009dan DEM SRTM c. Data sekunder yang digunakan berupa softcopy

data vektor Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Ijen (skala 1 : 100.000) terbitan Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) yang disusun dari hasil perkecilan Peta Rupa Bumi skala 1 : 25000 (Lembar : 1707-414, 1707-423, 1704-424, 1704-432, 1704-441, 1704-442, 1704-434, 1704-443, 1704-444, 1708-112, 1708-121, 1708-122, 1708-114, 1708-123, 1708-124, 1708-132, 1708-141), data statistik, dan literatur. Parameter yang digunakan antara lain jalur aliran air aki, batas desa, batas kecamatan, batas kabupaten, sungai, kontur, dan jalan.

d. Hasil penelitian adalah peta jalur aliran air aki pada Gunung Ijen.

Tujuan Tugas Akhir

Tujuan penelitian ini adalah pembuatan peta jalur aliran air aki pada Gunung Ijen menggunakan teknologi penginderaan jauh menggunakan data citra Landsat dan DEM SRTM.

Manfaat Tugas Akhir

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi spasial (peta) mengenai jalur aliran air aki pada Gunung Ijen yang nantinya

bisa digunakan sebagai penunjang sistim mitigasi bencana alam Gunung Ijen.

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tugas akhir ini mengambil daerah studi di kawasan Gunung Ijen yang terletak di (7° 42’ 00” - 8° 24’ 00”) LS dan (114° 22’ 00” - 114° 54’ 00”) BT.

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

a. Perangkat Keras (Hardware) - Laptop

- Printer

- GPS navigasi/handheld ketelitian 15 meter untuk pengambilan data lapangan b. Perangkat Lunak (Software)

- ER Mapper 7.0 untuk pengolahan citra - ENVI 4.6.1 untuk pengolahan citra - ArcGIS 9.3 untuk mengolah data vektor - Autodesk Land Desktop 2004

- Matlab R2008b

Bahan

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain :

a. Citra DEM SRTM 30 meter untuk ortorektifikasi citra.

b. Citra satelit Landsat 7 ETM+ tahun 2009 path/row 117/066 dan path/row 117/065 sebagai data primer.

c. Citra satelit Landsat ortho tahun 2000 untuk koreksi geometrik.

(3)

Metodologi Penelitian

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian Berikut adalah penjelasan metode penelitian: a. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pembuatan peta aliran air aki pada Gunung Ijen. Pengamatan ini dilakukan menggunakan citra satelit Landsat 7 ETM+ dan DEM SRTM

b. Tahap Persiapan - Studi Literatur

Bertujuan untuk mendapatkan referensi yang berhubungan dengan penginderaan jauh, gunung api, dan literatur lain yang mendukung baik dari buku, jurnal, majalah, koran, dan internet.

- Pengumpulan Data

Pengumpulan data citra satelit Landsat 7 ETM+, DEM SRTM, data sekunder dan data lapangan berupa hasil pengukuran langsung di lapangan.

c. Tahap Pengolahan data

Pada tahapan ini dilakukan pengolahan dari data citra satelit Landsat 7 ETM+ yang hasilnya merupakan peta tutupan lahan dan nantinya akan dilakukan overlay dengan DEM SRTM dan peta kawasan rawan bencana untuk selanjutnya akan dilakukan analisa.

d. Tahap Analisa

Tahap ini dimaksudkan untuk menganalisa tutupan lahan seperti sawah, pemukiman dan hutan yang akan terkena dampak dari aliran letusan air aki. Analisa ini diperoleh dari data yang telah diolah pada tahap sebelumnya. Sehingga didapatkan suatu hasil dan kesimpulan yang nantinya digunakan untuk menyusun laporan tugas akhir.

e. Penyusunan Laporan

Penyusunan laporan merupakan tahap akhir dari penelitian tugas akhir ini.

Pengolahan Data

Gambar 3. Diagram Alir Pengolahan Citra

Berikut adalah penjelasan diagram alir tahapan penelitian :

a. Data berupa Citra Landsat 7 ETM+ dikoreksi secara geometrik agar koordinat citra sama dengan koordinat geografi. Dalam koreksi geometrik, yang digunakan sebagai referensi adalah Citra Landsat Ortho yang telah memiliki ketelitian yang lebih baik. Citra Landsat Ortho yang telah terkoreksi tersebut digunakan untuk penentuan titik GCP (Ground Contol Point).

b. Kemudian dilakukan orthorektifikasi untuk menegakkan citra. Setelah itu dilakukan perhitungan RMS (Root Mean Square), nilai RMS harus kurang atau sama dengan satu (RMS error ≤ 1 pixel). Jika memenuhi toleransi maka diperoleh citra terkoreksi. c. Mosaicking dilakukan untuk

menggabungkan citra agar didapatkan daerah penelitian yang sesuai.

d. Karena daerah penelitian yang digunakan adalah daerah kawah Gunung Ijen, maka citra yang telah digabungkan harus dipotong (cropping) berdasarkan area yang ditentukan supaya proses pengolahan citra lebih efektif.

(4)

sebenarnya di lapangan. Penentuan posisi sampel di lapangan dengan menggunakan GPS dengan ketelitian 15 meter.

f. Setelah dihasilkan peta tutupan lahan kemudian di-overlay hasil pengolahan citra Landsat dengan DEM SRTM dan Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Ijen skala 1:100.000

g. Analisa dilakukan untuk mengetahui besar dan jenis dari tutupan lahan yang akan terkena dampak dari aliran letusan air aki pada Gunung Ijen.

h. Dari pengolahan data dan analisis yang dilakukan diperoleh hasil akhir berupa Peta Aliran Air Aki Gunung Ijen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Koreksi Geometrik Citra dan SoF

Hasil koreksi geometrik pada citra Landsat 7 ETM+ tahun 2009 yaitu nilai rata-rata RMSerror sebesar0,323 piksel.

Nilai Strength of Figure dari titik kontrol registrasi citra untuk citra Landsat 7 ETM+ tahun 2009 yang digunakan adalah 0,5758.

Menurut Purwadhi (2001) dalam Anthoni (2011), batas kesalahan pada proses koreksi geometrik untuk mendeteksi perubahan tutupan lahan yaitu 0,5 atau 1 piksel satu sama lain atau sekitar 15-30 meter (1 piksel= 30x30meter) untuk citra Landsat 7 ETM+. Sehingga jika pergeseran titik lebih dari batas toleransi maka koreksi harus diulang.

Klasifikasi

Pekerjaan klasifikasi dilakukan dengan metode klasifikasi terselia tipe maximum likelihood dengan trainning sample sebanyak 85 area. Jumlah kelas yang digunakan adalah delapan kelas tutupan lahan. Citra yang diklasifikasi menghasilkan peta tutupan lahan seperti berikut :

Gambar 4. Peta Tutupan Lahan Kawan Rawan Bencana Gunung Ijen

Uji Ketelitian Klasifikasi

Uji ketelitian dilakukan untuk mengetahui ketelitian hasil klasifikasi, metode yang digunakan untuk perhitungan adalah confusion matrix. Sebelum dilakukan uji ketelitian diperlukan groundtruth atau survei lapangan untuk masing-masing kelas. Perhitungan uji ketelitian dengan metode confusion matrix ini dilakukan dengan software ENVI. Hasil dari confusion matrix Landsat 7 ETM+ tahun 2009 dengan ENVI menunjukkan bahwa ketelitian klasifikasi sebesar 88,377 %. Dengan hasil perhitungan ketelitian klasifikasi tersebut, bisa dianggap masuk toleransi karena diatas 80%, sehingga hasil interpretasi memiliki kecocokan dengan data citra tersebut.

Berdasarkan hasil klasifikasi yang dilakukan dapat diketahui luas dari setiap tutupan lahan yang ada. Dari hasil pengolahan citra Landsat 7 ETM+ akuisisi tahun 2009 dengan tutupan lahan terbesar didominasi oleh sawah seluas 61.904 ha (19,553 %) dari luas keseluruhan.

DEM SRTM

(5)

Gambar 5. Hasil Overlay Pembuatan Hillshade dari DEM SRTM dengan Jalur Aliran Air Aki

Analisa

Penutup Lahan

Luas tutupan lahan wilayah penelitian diperoleh dari hasil klasifikasi citra Landsat 7 ETM+ tahun 2009. Luasan tersebut didapat dari softwareENVI4.6.1. Luas tutupan lahan adalah :

Tabel 1. Tabel Luasan Penutup Lahan

No Kelas Luas Area (Ha) Luas (%)

1 Hutan 43.558,875 13,579 2 Badan air 1.485,187 0,469 3 Pemukiman 14.730,937 4,653 4 Sawah 61.904,000 19,553 5 Perkebunan 27.902,562 8,813 6 Belukar 21.011,125 6,637 7 Lahan kosong 55.296,750 17,466 8 Tidak Ada Data 25.161,687 7,948

Pembagian kelas-kelas tersebut ditujukan untuk menyediakan informasi tutupan lahan dari wilayah penelitian yang dapat digunakan untuk mendukung sistem mitigasi bencana alam gunung api. Luas tutupan lahan untuk citra Landsat 7 ETM+ tahun 2009 sebesar 251.051,125 ha. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilaksanakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan menerbitkan Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Ijen pada tahun 2006 luasan tutupan lahan yang kemungkinan terdampak sebesar 10.389,377 ha. Sedangkan berdasarkan tutupan lahan dari citra Landsat 7 ETM+ diperoleh luasan wilayah terdampak sebesar 12.724,687 ha.

Tabel 2. Tutupan Lahan Kemungkinan Terdampak Berdasarkan Klasifikasi Citra Landsat

No Kelas Luas (ha) Luas (%)

1 Hutan 1.575,625 0,833 2 Badan Air 93,000 0,049 3 Pemukiman 1.330,375 0,703 4 Sawah 3.401,625 1,798 5 Perkebunan 1.364,812 0,721 6 Belukar 1.750,000 0,925 7 Lahan Kosong 1.913,25 1,011 8 Tidak Ada Data 1.296,000 0,685

Dari perbandingan hasil luasan wilayah terdampak antara tahun 2006 dan tahun 2009, dapat diketahui bahwa luasan wilayah yang kemungkinan terkena dampak aliran air aki mengalami penambahan sebesar 2.335,310 ha. Hal ini disebabkan karena peta dasar yang digunakan dalam pembuatan Peta Kawasan Rawan Bencana oleh BNPB adalah Peta RBI yang diterbitkan oleh BAKSURTANAL berdasarkan kompilasi foto udara skala 1:30.000 tahun 1993-1994 dan survey lapangan tahun 1995. Perbandingan hasil luasan terdampak ini juga dipengaruhi faktor awan yang ada pada Citra Landsat 7 ETM+ yang sebesar 1.296 ha. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan citra yang bersih dari awan dengan ketelitian lebih tinggi agar lebih mudah dalam hal pengklasifikasian.

Penggunaan lahan adalah wujud dari berbagai aktivitas manusia seperti pemukiman, berkebun, berladang, dan persawahan yang merupakan fungsi dari iklim, jenis tanah, dan kelerengan (Dinas ESDM Prop. Jatim, 2007 dalam Sulistiarto, 2010).

Jenis Tanah

Berdasarkan struktur geologinya, kawasan rawan bencana gunung ijen memiliki bermacam jenis tanah yang terdapat pada kabupaten masing-masing antara lain :

Tabel 4.7 Tabel Jenis Tanah

Kabupaten Jenis Tanah Luas (Ha) Luas(%)

(6)

Kabupaten Jenis Tanah Luas (Ha) Luas(%)

Situbondo Mediteran 34.687 21.17 Situbondo Grumosol 26.719 16.30

Keterangan : a. Alluvial

Jenis tanah alluvial merupakan jenis tanah yang masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari batuan induk aluvium. Penyebarannya berada di tepi sungai dan dataran pantai.

b. Gleysol

Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal, yaitu topografi. Topografi berupa dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air warna kelabu hingga kekuningan. Ciri khas tanah ini adanya lapisan kontinu yang berwarna kelabu pucat pada kedalaman kurang dari 0,5 meter akibat dari profil tanah yang selalu jenuh air.

c. Latosol telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi dan bersifat licin mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal. Berwarna coklat hingga merah dengan daya absorpsi sedang. Jenis tanah ini merupakan jenis tanah yang peka terhadap erosi. f. Regosol

Tanah regosol adalah tanah berbutir kasar dan berasal dari material gunung api.

g. Litosol

Tanah litosol adalah tanah berbatu-batu. Bahan pembentuknya berasal dari batuan keras yang belum mengalami pelapukan secara sempurna. h. Podsolik

Tanah podsolik adalah tanah yang terjadi karena temperatur dan curah hujan yang tinggi, mudah basah, dan subur jika terkena air, jenis tanah podsolik berwarna kuning dan cocok untuk perkebunan, dan tanah podsolik banyak terdapat di daerah pegunungan.

i. Gambut

Tanah gambut adalah tanah yang berasal dari bahan organik yang selalu tergenang air (rawa) dan kekurangan unsur hara, sirkulasi udara tidak lancar, serta proses penghancuran tidak sempurna. j. Grumosol

Tanah grumosol adalah tanah yang terbentuk dari material halus berlempung. Jenis tanah ini berwarna kelabu hitam dan bersifat subur.

Ketinggian

Tinggi wilayah pada penelitian ini diperoleh dari data DEM SRTM dengan ketelitian 30 meter. Secara garis besar, wilayah kawasan rawan bencana ini mempunyai topografi perbukitan di bagian barat dan timur sedangkan berupa dataran di bagian utara dan selatan. Sehingga mempengaruhi arah aliran air aki yang lebih dominan ke utara dan selatan.

Kemiringan Lereng

Aliran letusan air aki Gunung Ijen ini mengikuti arah kemiringan lereng. Berhulu pada kawah Gunung Ijen, kemudian mengalir menyebar hingga bermuara di Laut Jawa dan Selat Bali. Hal ini memberikan dampak terhadap 64 desa yang kemungkinan terkena aliran air aki antara lain 56 desa di Kabupaten Banyuwangi, satu desa di Kabupaten Bondowoso dan tujuh desa di Kabupaten Situbondo.

Tabel 4. Kemiringan Lereng

N

Aliran letusan berdasarkan aliran sungai

Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa lahar, dan kemungkinan perluasan/penyimpangan awan panas. Lahar (air aki) kemungkinan besar terjadi di sebagian besar sungai yang berhulu di kawah ijen.

(7)

2. sebelah utara : Kali Banyupait, Kali Banyuputih (Asembagus), dan Kali Bajulmati (Kec. Banyuputih).

Di perluasan lahan dan penyimpangan awan panas kemungkinan dapat melanda kawasan-kawasan sungai tersebut, tergantung dari besar kecilnya letusan.

Desa-desa yang berada pada aliran sungai-sungai yang berhulu pada kawah Gunung Ijen terdapat pada tabel 5.

Tabel 5. Daftar Desa Kemungkinan Terdampak

No Nama Desa Kecamatan Kabupaten

1 Sumbercanting Klabang Bondowoso 2 Wringin Anom Asembagus Situbondo 3 Jeding(Kayumas) Arjasa Situbondo 4 Awar-Awar Asembagus Situbondo 5 Bantal Asembagus Situbondo 6 Banyuputih Banyuputih Situbondo 7 Sumberejo Banyuputih Situbondo 8 Pesucen Giri Situbondo 9 Glagah Glagah Banyuwangi 10 Kenjo Glagah Banyuwangi 11 Licin Glagah Banyuwangi 12 Kampung Anyar Glagah Banyuwangi 13 Tamansari Glagah Banyuwangi 14 Sragi Songgon Banyuwangi 15 Parangharjo Songgon Banyuwangi 16 Songgon Songgon Banyuwangi 17 Kemiri Singojuruh Banyuwangi 18 Bedewang Songgon Banyuwangi 19 Balak Songgon Banyuwangi 20 Padang Singojuruh Banyuwangi 21 Singolatren Singojuruh Banyuwangi 22 Bunder Kabat Banyuwangi 23 Bareng Kabat Banyuwangi 24 Benelan Lor Kabat Banyuwangi 25 Benelan Kidul Singojuruh Banyuwangi 26 Labanasem Kabat Banyuwangi 27 Pengantigan Rogojambi Banyuwangi 28 Gitik Rogojambi Banyuwangi 29 Karangbendo Rogojambi Banyuwangi 30 Pakistaji Kabat Banyuwangi 31 Sukotaji Kabat Banyuwangi 32 Badean Kabat Banyuwangi 33 Alasrejo Wongsorejo Banyuwangi

34 Kelir Giri Banyuwangi

35 Sumberwaru Banyuputih Banyuwangi 36 Watukebo Wongsorejo Banyuwangi 37 Bajulmati Wongsorejo Banyuwangi 38 Sidodadi Wongsorejo Banyuwangi

No Nama Desa Kecamatan Kabupaten

39 Sumberkencono Wongsorejo Banyuwangi 40 Wongsorejo Wongsorejo Banyuwangi 41 Alasbutu Wongsorejo Banyuwangi 42 Kalipuro Giri Banyuwangi 43 Klatak Giri Banyuwangi

44 Giri Giri Banyuwangi

45 Jambesari Giri Banyuwangi 46 Boyolangu Giri Banyuwangi 47 Penataban Giri Banyuwangi 48 Grogol Giri Banyuwangi 49 Pengatigan Banyuwangi Banyuwangi 50 Singotrunan Banyuwangi Banyuwangi 51 Singonegaran Banyuwangi Banyuwangi 52 Penganjuran Banyuwangi Banyuwangi 53 Tukangkayu Banyuwangi Banyuwangi 54 Kertosari Banyuwangi Banyuwangi 55 Karangrejo Banyuwangi Banyuwangi 56 Lateng Banyuwangi Banyuwangi 57 Sobo Banyuwangi Banyuwangi 58 Pakis Banyuwangi Banyuwangi 59 Kebalenan Banyuwangi Banyuwangi 60 Pendarungan Kabat Banyuwangi 61 Rejosari Glagah Banyuwangi 62 Banjarsari Glagah Banyuwangi 63 Olehsari Glagah Banyuwangi

Morfologi

Bentuk lahan gunung api memiliki morfologi yang khas, yaitu mempunyai relief menjulang hingga ribuan meter di atas permukaan laut, berbentuk kerucut, dan pola aliran yang berkembang di atasnya adalah pola radial (Asriningrum, 2002).

Berdasarkan bentuk lahan, gunung api secara umum dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu : 1. Kawah dan kerucut gunung api memiliki

lereng sangat curam, lembah dalam, material endapan campuran dari hasil erupsi yang relatif kasar hingga amat kasar, serta erosi dan longsor dominan.

2. Lereng gunung api memiliki lereng curam hingga sangat curam, lembah-lembah dalam, bentuk lereng tak teratur, serta erosi dan longsor dominan.

3. Aliran lava memiliki lereng curam, bentuk lereng tak teratur, dan relief bergelombang. 4. Dataran alluvial gunung api yang memiliki

(8)

aliran permukaan. Sementara itu proses deposisional pada daerah-daerah yang datar dan lebih rendah cukup intensif, dengan material penyusun di bagian atas berupa pasir halus hingga sedang dan di bagian bawah berupa pasir lebih kasar.

Berdasarkan referensi ini, Gunung Ijen termasuk kedalam bentuk lahan yang memiliki lereng curam, bentuk lereng tak teratur dan reliefnya bergelombang. Hal ini menyebabkan arah aliran cenderung ke utara, selatan dan timur dari keseluruhan wilayah rawan bencana.

PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian ini antara lain :

1. Data citra satelit Landsat 7 ETM+ dan SRTM dapat diolah dan dianalisa menggunakan teknologi penginderaan jauh sehingga didapatkan peta penutup lahan jalur aliran air aki yang dapat dikembangkan untuk sistem mitigasi bencana alam gunung api.

2. Peta tiga dimensi dari pengolahan data SRTM dapat digunakan sebagai pendukung topografi yang mendekati keadaan sebenarnya.

3. Luas wilayah yang kemungkinan terdampak pada tahun 2006 sebesar 10.389,377 ha sedangkan berdasarkan tutupan lahan dari citra Landsat 7 ETM+ sebesar 12.724,687 ha. Luasan wilayah terdampak mengalami kenaikan sebesar 2.335,310 ha.

4. Tutupan lahan keseluruhan sebesar 251.051,125 ha, sedangkan tutupan lahan yang kemungkinan terkena dampak letusan Gunung Ijen sebesar 12.724,687 ha.

5. Dari total 169 desa yang berada pada kawasan rawan bencana Gunung Ijen, sebanyak 65 desa yang kemungkinan besar terkena dampak letusan.

Saran

1. Kendala dalam pengolahan citra Landsat 7 ETM+ dan SRTM ini adalah pada proses ortorektifikasi. Pada tahap ini data Landsat 7 ETM+ hanya bisa diolah menggunakan software Ermapper dengan didukung software LPNgeorec (LAPAN). Belum bisa menggunakan software pengolahan citra lainnya seperti ENVI.

2. Teknologi penginderaan jauh disarankan sebagai salah satu alternatif dalam mendukung pengembangan sistem mitigasi bencana alam saat ini.

3. Untuk mengembangkan penelitian ini, diharapkan menggunakan citra satelit dengan ketelitian yang lebih tinggi.

4. Mengingat kondisi geologis Indonesia yang merupakan tempat pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik serta adanya gunung api baik yang masih aktif maupun yang tidak aktif serta ancaman dari letusan gunung api maka penelitian ini perlu dikembangkan lagi dengan fokus penambahan data-data pendukung yang berhubungan dengan pemukiman seperti data penduduk, data rumah penduduk dan data usia penduduk.

DAFTAR PUSTAKA

Asriningrum, W. 2004. “Pengembangan Metode Zonasi daerah Bahaya Letusan Gunung Api

Studi Kasus Gunung Merapi”. Penginderaan

Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol. 1, No.1, Juni 2004:66-75

Badan Geologi. 2012. Peningkatan Kegiatan G. Ijen dari Waspada menjadi Siaga. <http://www.vsi.esdm.go.id>. Dikunjungi pada tanggal 15 Maret 2012, jam 20.20.

Dhani, R. R. 2011. Mbah Rono: Awas 'Tsunami Air Aki' Gunung Ijen. < http://news.detik.com >. Detiknews : Sabtu, 31 Desember 2011. 15 Maret 2012 pukul 20.30 WIB.

Ekadinata, A. Dewi, S. Hadi, D. Nugroho, D. Johan, F. 2008. Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh Menggunakan ILWIS Open Source. Bogor : World Agroforestry Centre

Hanafi, R. A. 2010. Pemetaan Geologi dengan Menggunakan Data Citra Alos di Daerah Pegunungan Selatan (Kabupaten Wonogiri-Jawa Tengah). Tugas Akhir. Surabaya : Program Studi Teknik Geomatika.

Hidayat, F. 2012. Ancaman Banjir Air "Aki" dari Ijen. < http://regional.kompas.com >. Kompas : 26 Januari 2012. Dikunjungi pada tanggal 25 Maret 2012, jam 20.10.

Kustiyo, Manalu dan Pramono. 2005. Analisis Ketelitian Ketinggian Data DEM SRTM. Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa. LAPAN : Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV. <

http://www.perpustakaan.lapan.go.id >.

Dikunjungi pada tanggal 15 April 2012, jam 19.30.

(9)

low-temperature fumarolic fields: The dormant Nisyros Volcano (Greece). <

http://www.remsenslab.geol.uoa.gr > .

dikunjungi pada tanggal 21 Maret 2012, jam 13.30.

Leksono, B. E. Susilowoti, Y. 2008. The Accuracy Improvement of Spatial Data for Land Parcel and Buildings Taxation Objects by Using The Large Scale Ortho Image Data (Case study of Setra Duta residential housing). < http://www.fig.net >. Dikunjungi pada tanggal 21 Maret 2012, jam 13.10.

Maryantika, N. 2011. Analisa Perubahan Vegetasi ditinjau dari Tingkat Ketinggian dan Kemiringan Lahan menggunakan Citra Satelit Landsat dan Spot 4 (Studi Kasus: Kab. Pasuruan). Tugas Akhir. Surabaya : Program Studi Teknik Geomatika.

Ramirez, E. 2009. Shuttle Radar Topography Mission. < http://www2.jpl.nasa.gov >. Dikunjungi pada tanggal 21 Maret 2012, jam 11.40.

Sulistiarto, B. 2010. Studi Tentang Identifikasi Longsor dengan Menggunakan Citra Landsat dan Aster (Studi Kasus: Kabupaten Jember). Tugas Akhir. Surabaya : Program Studi Teknik Geomatika.

Susanto, S. 2010. “Sistem Mitigasi Bencana Alam Gunung Api Guntur Menggunakan Data Penginderaan Jauh”. Sains dan Teknologi Dirgantara Vol 5 No. 4 Desember 2010 : 144-153.

Syamsa, KN. 2008. Pemetaan Prediksi Lokasi Mineral Uranium dengan Citra Landsat 7 ETM+ (Studi Kasus : Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat). Tugas Akhir. Surabaya : Program Studi Teknik Geomatika.

Thoha, A, S. 2008. Karakteristik Citra Satelit. Medan : Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra Utara.

Gambar

Gambar 1. Lokasi Penelitian
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
Gambar 4. Peta Tutupan Lahan Kawan Rawan Bencana Gunung Ijen
Tabel 2. Tutupan Lahan Kemungkinan Terdampak
+3

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahhirobbil’alamin selalu penulis panjatkan atas nikmat dan berkah yang senantiasa allah swt limpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Hasil prediksi El Nino menunjukkan kondisi El Nino netral, sedangkan prediksi OLR ( Outgoing Longwave Radiation ) dan estimasi curah hujan berdasarkan input anomali suhu

Pada proses pembuatan telur puyuh asin dengan berbagi metode, telur yang diasinkan dengan larutan garam jenuh mempunyai kadar garam yang paling tinggi, maka dari itu

Institusi penyelenggara pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (IPDS-JP) wajib melaksanakan penelitian yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan teknologi

9 10 11 12 13 14 15 16 17 PEMANFAATAN PEKARANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA JML. PENYULUHAN WARUNG

b) Aktifitas siswa.. Aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran pda siklus II pertemuan II adalah 87% dengan kategori “sangat aktifi” yang berarti bahwa tingkat aktifitas siswa

Dari hasil analisis yang dilakukan, ditemukan adanya berbagai kata-kata yang mengalami perubahan bunyi yang terdapat dalam soneta Shakespeare ke bahasa Inggris

Hal tersebut dapat diketahui dari telah dilaksanakannya 7strategi menuju pelayanan sukses seperti yang diungkapkan Devrye dengan baik yakni: self esteem karena telah