• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL BIROKRASI RASIONAL MAX WEBER conto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODEL BIROKRASI RASIONAL MAX WEBER conto"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL BIROKRASI RASIONAL MAX WEBER

( STUDI KASUS PENOLAKAN LURAH SUSAN DI LENTENG AGUNG ANALISA VIDEO dan STATMENT DARI YOUTUBE )

Dosen Pengampu : Dra. Sri Yuliani, M.Si

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Nilai Mata Kuliah Kebijakan Publik

Disusun Oleh :

Bagus Aldila P D1112001

Biandoko Setia A D1112002

Jayanti Noor H D1112008

Petra Lugas N D1112012

Rosi Utami Sulandari D1112014

PROGRAM STUDI NON REG ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Birokrasi sebagai ujung tombak penyelenggaraan pemerintahan pelaksana pelayanan publik mencakup berbagai program pembangunan dan kebijaksanaan pemerintah. Akan tetapi dalam kenyataannya, birokrasi yang dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan tersebut, seringkali mendapatkan kesan berbeda dari pandangan masyarakat.

Reformasi birokrasi bertujuan memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat, dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sehingga bisa memberikan kesejahteraan dan rasa keadilan pada masyarakat banyak. Di sisi lain birokrasi sangat sarat dengan banyak tugas dan fungsi, karena tidak saja hanya terfokus kepada pelayanan publik, tetapi juga bertugas dan berfungsi sebagai motor pembangunan dan aktivitas pemberdayaan. Proses reformasi yang harus dilakukan birokrasi nampaknya bukan hal yang mudah karena harus memformat ulang dengan penuh kritik dan tindakan korektif struktur dan konfigurasi birokrasi itu dari yang serba sakral feodal ke serba rasional dan profesional.

Kita sebagai makhluk hidup senantiasa melakukan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. Tindakan merupakan suatu perbuatan, perilaku, atau aksi yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya guna mencapai tujuan tertentu. Keinginan dari reformasi birokrasi dijawab Gubernur Jakarta dengan kebijakan lelang jabatan dengan adanya tes seleksi untuk masuk ke dalam birokrasi. Dalam Reformasi Pemerintahan, pasangan gubernur dan wakil gubernur Jokowi-Ahok membuat kebijakan lelang jabatan lurah untuk meningkatkan pelayanan dan profesionalisme aparatur public.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Yang dimaksud birokrasi adalah penyelenggaraan kegiataan administrasi (negara) yang melibatkan pegawai-pegawai (pemerintahan) yang mengurusi atau mengatur kelengkapan kewajiban masyarakat dalam administrasi.

Weber dalam Sri Yuliani 2010:20 macam dari tipe ideal Weber 3 Approches antara lain:

a. Tipe Ideal Historis

Terkait dengan fenomena yang ditemukan pada epos sejarah tertentu atau yang bersinggungan dengan beberapa periode historis dan masyarakat.

1. Birokrasi dipandang sebagai rasionalisme prosedur pemerintahan dan aparat administrasi publik. Makna ini adalah sejalan dengan ide Weber tentang birokrasi, dan oleh Evers dinamakan Birokrasi Weber (BW).

2. Birokrasi dipandang sebagai bentuk organisasi yang membengkak dan jumlah pegawai yang besar. Konsep inilah yang sering disebut Parkinson Law.

3. Birokrasi dipandang sebagai perluasan kekuasaan pemerintah dengan maksud mengontrol kegiatan masyarakat

b. Tipe Ideal Struktural/Dominasi

Merupakan bentuk sebab dan akibat dari tindakan sosial, contoh : dominasi oleh kalangan elit.

1. Birokrasi Tradisional (bersumber pada Waktu)

(4)

2. Birokrasi Kharismatik (bersumber pada kepribadian)

Otorita ini timbul karena penghambaan seseorang kepada individu yang memiliki hal-hal yang tidak biasa. Individu yang dipatuhi tersebut misalnya mempunyai sikap heroik, ciri dan sifat pribadi lainnya yang amat menonjol. Kedudukan seorang pemimpin kharismatik tidaklah diancam oleh kriteria tradisional, seorang pemimpin kharismatik tidaklah dibelenggu oleh aturan tradisional. Pemimpin seperti ini dan segala komandonya selalu dipatuhi oleh para pengikutnya yang dipandang dapat memimpinnya ke arah pencapaian tujuannya. Para pengikut mematuhinya, karena penghambaan diri, bukan karena hukum yang memaksanya untuk patuh. Menurut Weber tipe otorita tradisional dan tipe kharismatik terdapat dalam hampir semua aktivitas organisasi sebelum adanya revolusi industri.

3. Birokrasi Legal-rasional (bersumber pada aturan-aturan yang legal) Otorita ini didasarkan atas aturan yang bersifat tidak pribadi impersonal yang ditetapkan secara legal. Kesetiaan atai kepatuhan adalah manakala seseorang melaksanakan otorita kantornya hanya dengan loyalitas fornal dan pimpinannya dan hanya dalam jangkauan otorita kantornya. Otorita legal-raisonal memang didasarkan atas aturan-aturan yang pasti. Aturan bisa saja terdapat perubahan untuk dapat mengikuti perubahan yang terjadi didalam lingkungannya secara sistematis, dan mengandung perkiraan masa mendatang.

c. Tipe Ideal Tindakan Sosial

(5)

1. Rasionalitas Instrumental (Zweckkrationalitat)

Tindakan ini dilakukan seseorang dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara yang digunakan dengan tujuan yang akan dicapai. Rasionalitas sarana-tujuan adalah tindakan yang ditentukan oleh harapan terhadap perilaku objek dalam lingkungan dan perilaku manusia lain.

2. Rasionalitas yang Berorientasi Nilai (Wertrationalitat)

Tindakan ini bersifat rasional dan memperhitungkan manfaatnya, tetapi tujuan yang hendak dicapai tidak terlalu dipentingkan oleh si pelaku. Pelaku hanya beranggapan bahwa yang paling penting tindakan itu termasuk dalam kriteria baik dan benar menurut ukuran dan penilaian masyarakat di sekitarnya. Rasionalitas nilai adalah tindakan yang ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai perilaku-perilaku etis, estetis, religius atau bentuk perilaku lain, yang terlepas dari prospek keberhasilannya.

3. Tindakan Tradisional

(6)

BAB III

PEMBAHASAN DAN ANALISA

Setelah melihat beberapa video melalui youtube serta berita online mengenai sikap warga yang menolak Lurah Susan di Lenteng Agung, sikap dari Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta serta Mendagri, kelompok kami mencoba menganalisa melalui tipe rasional ide atau pemikiran oleh Weber.

a. Tipe Ideal Historis

Terkait dengan fenomena yang ditemukan dalam video bahwa Lurah Susan hasil lelang jabatan dimenangkan Susan dengan meraih nilai 151,64 dengan predikat cukup memuaskan sekali dengan melalui tahap-tahap proses seleksi lelang jabata, dimulai dari tahap pertama seleksi administrasi, kemudian uji kompetensi bidang yang menguji pengetahuannya seputar komunikasi, kewilayahan, pemerintahan, analisis risiko, pemecahan masalah, dan membangun kerja strategis. Selanjutnya uji kompetensi manajerial yang antara lain menyampaikan visi dan misi, tes psikologi, tes kepemimpinan, dan wawancara dan terakhir adalah uji kesehatan dan verifikasi dokumen, dengan kemenangan tersebut maka Susan lelang jabatan ditempatkan di Lenteng Agung sebagai pemimpin daerah, atas rekomendasi Gubernur untuk menjalankan kegiatan pemerintahan tingkat desa.

b. Tipe Ideal Struktural/Dominasi

Merupakan bentuk sebab dan akibat dari tindakan sosial, contoh : dominasi oleh kalangan elit.

1. Birokrasi Tradisional (bersumber pada Waktu)

Mayoritas penduduk Lenteng Agung(didominasi oleh muslim), sejak dahulu dalam birokrasi / pemimpin selalu seorang laki – laki atau yang ber agama muslim

2. Birokrasi Kharismatik (bersumber pada kepribadian)

(7)

Sikap Mendagri sebenarnya gagap untuk menjawab masalah tersebut, dengan instan menyuruh dipindahkan agar masalah selesai, namun sebaliknya ini menjadi bumerang.

Sikap Ahok sikap ini menjadikan kesan bahwa Ahok merupakan orang yang arogan dan pembangkang oleh atasan.

3. Birokrasi Legal-rasional (bersumber pada aturan-aturan yang legal) Lurah Susan menerima tugas ditempatkan di LA melalui lelang jabatan secara terbuka. Susan Jasmine Zulkifli, yang sebelumnya menjabat Kepala Seksi Prasarana dan Sarana Kelurahan Senen, Jakarta Pusat itu meraih nilai 151,64 dengan predikat cukup memuaskan sekali dan dilantik sebagai Lurah Lenteng Agungdan siap dipindah tugaskan oleh Gubernur

c. Tindakan Rasional Instrumental

Tindakan ini dilakukan seseorang dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara yang digunakan dengan tujuan yang akan dicapai. Contoh : guna menunjang kegiatan pemerintahan dalam memberikan pelayanan yang baik Gubernur, kebijakan lelang jabatan untuk semua warga dengan syarat tertentu .

Berdasarkan contoh diatas tindakan yang dilakukan oleh Gubernur bahwa dirinya mempertimbangkan dan menentukan sebuah pilihan yang sadar, dimana pilihan dari tindakannya tersebut berhubungan dengan tujuannya untuk memperoleh nilai yang baik dalam melihat keahlian seorang untuk menjadi aparatur pemerintah sebagai penunjang untuk mencapai tujuan pemerintahan.

(8)

dan konsekuensinya, hal ini menunjukan bahwa pertimbangannya dilakukan secara obyektif dengan tujuan yang akan dicapai.

d. Tindakan Rasional Berorientasi Nilai

Tindakan ini bersifat rasional dan memperhitungkan manfaatnya, tetapi tujuan yang hendak dicapai tidak terlalu dipentingkan oleh si pelaku. Pelaku hanya beranggapan bahwa yang paling penting tindakan itu termasuk dalam kriteria baik dan benar menurut ukuran dan penilaian masyarakat di sekitarnya. 1. Menempatkan Lurah Susan di Lenteng Agung (LA) tidak pas dan

tidak cocok oleh warga LA

Lurah Susan merupakan hasil dari lelang jabatan lurah di Jakarta. Penempatan Lurah Susan dilakukan atas dasar rekomendasi oleh Gubernur, sehingga hal ini merupakan sesuatu yang sudah dianggap pas dan cocok mampu menjalankan tugas sebagai lurah dengan baik di LA. Namun nilai tersebut ditolak oleh warga karena tidak sesuai dengan nilai di lingkungan LA, yg berorientasi pada nilai agama,(di LA mayoritas berpenduduk muslim). Warga hanya melihat pada satu nilai saja yaitu pada agama bukan pada prospek kinerja.

2. Ucapan Lurah

“saya tetap aja seperti biasa bekerja, silahkan saja demo itu mengluarkan aspresiasi namanya kerja saya bekerja, saya siap dipindah jika atasan meminta.”

Hal ini dilakukan untuk meredam kemarahan warga Lenteng Agung, meminta warga untuk menilai dari kinerjanya, dia juga siap dipindah jika diminta Gubernur.

3. Ucapan Jokowi :

“hanya akan mengevaluasi Lurah Susan berdasarkan kinerjanya. Dia tidak akan memindahkan Lurah berdasarkan keberatan warga atas agama yang dianut lurah tersebut.”

(9)

e. Tindakan Tradisional

Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak rasional. Seseorang melakukan tindakan hanya karena kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tanpa menyadari alasannya atau membuat perencanaan terlebih dahulu mengenai tujuan dan cara yang akan digunakan.

Penolakan warga Lenteng Agung terhadap Lurah Susan menggambarkan bahwa tindakannya tidak rasional, dimana alat dan tujuan tidak dapat diperhitungkan secara obyektif. Perilaku tersebut merupakan kebiasaan tanpa sadar atau perencanaan yang sudah berjalan dari waktu ke waktu atau turun temurun dalam massyarakat. Seseorang yang melakukan tindakan tersebutpun tidak dapat menjelaskan secara jelas mengeai tujuan dari tindakannya itu. Warga LA yang melakukan tindakan ini hanya percaya bahwa LA itu beroriantasi pada satu agama, dan telah lama bahwa tidak ada aparatur non muslim di LA, selain itu hadirnya Lurah Susan dianggap merubah kebiasaan warga yang biasanya.

M. ANDI PERDANA dalam www.tempo.co menuliskan : “Nasri, 53 tahun, dan Rusli, 45 tahun, merupakan warga asli Lenteng Agung. Keduanya sejak lahir menetap di sini. Sebelumnya, kata Nasri, Lurah Lenteng Agung selalu pria dan muslim. "Ini baru pertama kali," ujar Rusli. Menurut dia, sesuai agama Islam, ia tak bisa menerima dipimpin oleh seorang wanita, apalagi yang tak seagama.”

“Sebelum Susan, Kelurahan Lenteng Agung juga dipimpin oleh seorang wanita, lurah Marsita. "Waktu itu ada warga menolak, tapi ada juga yang menerima," ujarnya. Lurah Marsita akhirnya diterima karena muslim dan bisa hadir di acara-acara pengajian atau ibadah lain. "Kalau lurah yang sekarang, sama sekali tak pernah bisa hadir," ujar Nasri.”

Moksa Hutasoit menuliskan dalam http://news.detik.com bahwa adanya sikap lurah yang dianggap mengganggu akidah :

(10)

Namun karna kebiasaan tersebut sudah ada sejak dulu dan dianggap benar, maka tindakan ini masih dipercayai untuk dilakukan dan jika tidak dilakukan maka yang terjadi secara subyektif dirinya akan merasa bahwa dia telah melanggar apa yang menjadi aturan dalam masyarakatnya serta akan mendapatkan sanksi yang sifatnya alami (bukan dilakukan oleh masyarakat tapi merupakan bencana dari alam atau kekuatan Tuhan).

Apabila dalam kelompok-kelompok atau masyarakat didominasi oleh orientassi ini, maka kebiasaan dan institusi mereka didukung oleh kebiasaan atau tradisi yang sudah lama mapan sebagai kerangka acuannya, yang diterima begitu saja tanpa persoalan atau pertimbangan. Satu-satunya pembenaran yang dilakukan adalah bahwa, “inilah cara yang sudah dilakukan nenek moyang kami, dan demikian pula nenek moyang mereka sebelumnya, ini adalah cara yang sudah begini dan akan selalu begini terus”. Tindakan seperti ini yg berkembang di suatu masyarakat, seharusnya dengan bertahap di berikan pendalaman agar berkurang dan agar tidak menjadi masyarakat primitif.

f. Tindakan Afektif

Tipe tindakan ini ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Seseorsng yang sedang mengalami perasaan meluap-luap seperti cinta, ketakutan, kemarahan, atau kegembiraan, dan secara spontan mengungkapkan perasaan itu tanpa refleksi, berarti sedang memperlihatkan tindakan afektif. Tindakan itu benar-benar tidak rasional karena kurangnya pertimbangan yang logis, ideologi, atau kriteria rasionalitas lainnya.

Tindakan ini sebagian besar dikuasai oleh perasaan atau emosi tanpa pertimbangan-pertimbangan akal budi. Seringkali tindakan ini dilakukan tanpa perencanaan matang dan tanpa kesadaran penuh. Jadi dapat dikatakan sebagai reaksi spontan atas suatu peristiwa. Contohnya

(11)

1. Ganti ucapan salam dengan good morning 2. Tak hadiri pengajian

3. Tak nasionalis dan tidak menghormati pejuang bangsa 4. Tidak membuat warga sejahtera

5. Agama Susan berbeda dengan mayoritas warga

b. Ucapan dari Mendagri :

“……. pindahkan saja Lurah Susan dari LA karena sering di demo bisa-bisa kinerjanya turun….”

Dengan ucapan mendagri yang spontan seperti itu bukanya menyelesaikan masalah namun menimbulkan suatu polemik / masalah baru dari statementnya. Hal ini dilakukan karena mendagri sebenarnya gagap untuk menjawab masalah tersebut, dengan instan menyuruh dipindahkan agar masalah selesai, namun sebaliknya ini menjadi bumerang. Mendagri Gamawan Fauzi menyarankan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengevaluasi Penempatan Lurah Susan. Menurut dia ada prinsip the right man on the right place, the right man on the right job dalam menempatkan pejabat publik.

c. Ucapan dari Ahok :

“Ini negara Pancasila, pemilihan pejabat bukan ditentukan orang yang menolak atau tidak menolak," kata Basuki ketika ditemui usai memimpin Apel Siaga Banjir, di silang barat Monas, Jumat, 27 September 2013. "Pak Mendagri harus belajar lagi konstitusi kalau gitu," ujarnya.

“Basuki menjelaskan, dirinya dan Gubernur Joko Widodo pun hanya dipilih oleh 52,7 persen warga Jakarta pada 2013 lalu."Sekarang saya tanya sama Mendagri, kalau ada empat juta orang protes di Balai Kota menolak kami, apa kami harus turun?" ujar dia.

Dia lalu menarik logika itu dalam kasus Lurah Susan. Memang ada sekitar 100 orang yang berdemo meminta dia dipindahkan. "Padahal warga Lenteng Agung ada 55.000, ini yang demo hanya 100 orang dan KTPnya sebagian warga Depok," kata Basuki. …”

(12)

Ucapan balasan Ahok merupakan sebuah reaksi sepontan yang didominasi oleh perasaan Wagub, karena ingin membuka kesadaran masyarakat khususnya LA untuk melihat dengan obyektif dari kinerja dan professionalismenya juga agar mendagri agar tak melihat dengan sekilas dengan pikiran yg sempit.

(13)

BAB IV PENUTUP a. Kesimpulan

1. Gubernur memberikan kebijakan lelang sebagai bentuk reformasi birokrasi

2. Lurah Susan merupakan hasil kegagalan dari Pasangan Gubernur Jakarta untuk memahami warganya dari segi kebudayaan khususnya di LA 3. Kurangnya kedewasaan di antara warga dan para pejabat yang

berwenang karena adanya perang pendapat. (masih berpola pikir tradisional)

4. Dari analisa weber

a. Tipe Ideal Historis

Sikap Lurah Susan hasil lelang jabatan dimenangkan Susan, dengan kemenangan tersebut maka Susan lelang jabatan ditempatkan di Lenteng Agung sebagai pemimpin daerah, atas rekomendasi Gubernur untuk menjalankan kegiatan pemerintahan tingkat desa.

b. Tipe Ideal Struktural/Dominasi

1. Birokrasi Tradisional (bersumber pada Waktu) Sikap Warga LA

2. Birokrasi Kharismatik (bersumber pada kepribadian) Kepribadian Lurah Susan Sikap Mendagri

Sikap Ahok sikap

3. Birokrasi Legal-rasional (bersumber pada aturan-aturan yang legal)

(14)

Guna menunjang kegiatan pemerintahan dalam memberikan pelayanan yang baik Gubernur, kebijakan lelang jabatan untuk semua warga dengan syarat tertentu .

d. Tindakan Rasional Berorientasi Nilai

1. Menempatkan Lurah Susan di Lenteng Agung (LA) tidak pas dan tidak cocok oleh warga LA

Lurah Susan merupakan hasil dari lelang jabatan lurah di Jakarta. Penempatan Lurah Susan dilakukan atas dasar rekomendasi oleh Gubernur, sehingga hal ini merupakan sesuatu yang sudah dianggap pas dan cocok mampu menjalankan tugas sebagai lurah dengan baik di LA. Namun nilai tersebut ditolak oleh warga karena tidak sesuai dengan nilai di lingkungan LA, yg berorientasi pada nilai agama,(di LA mayoritas berpenduduk muslim). Warga hanya melihat pada satu nilai saja yaitu pada agama bukan pada prospek kinerja.

2. Ucapan Lurah

Hal ini dilakukan untuk meredam kemarahan warga Lenteng Agung, meminta warga untuk menilai dari kinerjanya, dia juga siap dipindah jika diminta Gubernur. 3. Ucapan Jokowi :

Hal ini dilakukan untuk meredam kemarahan warga Lenteng Agung sambil mencari solusi yang tepat meminta warga untuk menilai dari kinerjanya.

e. Tindakan Tradisional

(15)

tidak dapat menjelaskan secara jelas mengeai tujuan dari tindakannya itu. Warga LA yang melakukan tindakan ini hanya percaya bahwa LA itu beroriantasi pada satu agama, dan telah lama bahwa tidak ada aparatur non muslim di LA, selain itu hadirnya Lurah Susan dianggap merubah kebiasaan warga yang biasanya. f. Tindakan Afektif

a. Penolakan warga LA karena 5 alasan :

1. Ganti ucapan salam dengan good morning 2. Tak hadiri pengajian

3. Tak nasionalis dan tidak menghormati pejuang bangsa

4. Tidak membuat warga sejahtera

5. Agama Susan berbeda dengan mayoritas warga b. Ucapan dari Mendagri :

Dengan ucapan mendagri yang spontan seperti itu bukanya menyelesaikan masalah namun menimbulkan suatu polemik / masalah baru dari statementnya.

c. Ucapan dari Ahok :

Ucapan balasan Ahok merupakan sebuah reaksi sepontan yang didominasi oleh perasaan Wagub, karena ingin membuka kesadaran masyarakat khususnya LA untuk melihat dengan obyektif dari kinerja dan professionalismenya juga agar mendagri agar tak melihat dengan sekilas dengan pikiran yg sempit.

b. Saran

1. Permasalahan diselesaian dengan duduk bersama antara Jokowidodo Lurah Susan Warga membicarakan solusi

2. Mendagri harus menyikapi sebagai negarawan begitu juga dengan Ahok yang terkesan arogan membantah atasan.

3. Jokowi tidak hanya blusukan tetapi juga harus memahami kebudayaan warganya.

(16)

George Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori sosiologi. 2008. Yogyakarta : Kreasi Wacana. Halaman 129 – 132.

Yuliani Sri, Dra, M.Si, Sudarmo, Retno Suryawati. 2010. Pengantar Ilmu Administrasi Negara. Surakarta: FISIP Universitas Sebelas Maret.

Teori-teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jilid 1 (terjemahan oleh Robert M. Z. Lawang). Doyle Paul Johnson. 1986.

Sumber Berita

http://news.detik.com/read/2013/09/25/101722/2368641/10/pendemo-lurah-susan-ucapan-salam-di-lenteng-agung-jadi-good-morning

http://www.merdeka.com/jakarta/5-alasan-lucu-warga-lenteng-agung-demo-lurah-susan/ganti-ucapan-salam-dengan-good-morning.html

http://www.tempo.co/read/news/2013/08/28/064508198/Demo-Lurah-Susan-Digerakkan-Dua-Tokoh-Ini/1/1

Sumber Video “

http://cdn.media.innity.net/201309_8721/29579/C88230_1.flv

http://static.liputan6.com/201309/polemik-lurah-susan-130928c_my.mp4 http://static.liputan6.com/201309/demo-susan-130925c_my.mp4

http://static.liputan6.com/201309/lurah-lenteng-130925-b_my.mp4 http://static.liputan6.com/201309/lurah-susan-130926a_my.mp4 http://www.youtube.com/watch?v=wunctUM5CnA

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menentukan sudut kemiringan dari pemasangan cermin bagian luar ini maka akan mempengaruhi besarnya sinar pantul yang akan dipantulkan ke bagian dalam perangkat dan

Kepuasan kerja adalah persepsi karyawan tentang seberapa baik pekerjaan mereka memberikan apa yang penting, (Luthans, 2006). Hal tersebut sesuai dengan..

Hal ini berarti auditor yang dapat mengimplementasikan due professional care yang terefleksikan oleh sikap skeptisme dan keyakinan yang memadai dalam pekerjaan

Fluktuasi pertumbuhan suatu bangsa tidak terlepas dari meningkatnya jumlah penduduk yang berjiwa wirausaha. Kurangnya jumlah masyarakat yang memiliki jiwa wirausaha

kontrol berasal dari populasi yang mempunyai kemampuan awal sama, maka. untuk melihat peningkatan pemahaman konsep matematis siswa dilihat

5 adalah Membuat Simpulan di mana siswa diharapkan dapat merumuskan kembali simpulan dengan cermat secara deduksi dan induksi menggunakan kalimat yang tidak taksa makna

Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui peranan fungsi Bimbingan Konseling Islam dalam upaya mengembangkan religiusitas remaja dan menekan atau mengontrol kenakalan remaja

Terminal Bus juga merupakan suatu area dan fasilitas yang di dalamnya terdapat interaksi berbagai elemen seperti manusia (penumpang, pedagang dan kru bus), fasilitas