• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis perubahan penggunaan lahan Desa Pagedangan Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang Tahun 1993-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis perubahan penggunaan lahan Desa Pagedangan Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang Tahun 1993-2013"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Ditunjukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

SELLY SULISTIAWATI NIM 1110015000086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

2013”. Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Perubahan Penggunaan Lahan Desa Pagedangan Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang tahun 1993 – 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Analisis data dilakukan dengan menggunakan hasil instrumen penelitian untuk mengetahui faktor pendorong perubahan lahan dan untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan dianalisis menggunakan GIS (Geographic Information System) dalam program Arc View GIS 3.3. Instrumen penelitian yang digunakan dalam analisis adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Berdasarkan analisis yang dilakukan, didapatkan hasil penelitian perubahan penggunaan lahan di Desa Pagedangan dalam kurun waktu 20 tahun terhitung pada tahun 1993 sampai dengan tahun 2013 didorong oleh beberapa aspek yang saling berkaitan satu sama lain yaitu aspek politik, ekonomi, demografi, dan budaya. Perubahan lahan tersebut terjadi pada luas ladang yang berkurang 2,45 %, luas semak belukar berkurang 92,3 %, luas lahan kosong bertambah 78,7 %, luas sawah berkurang 84,4 %, dan luas pemukiman bertambah 204, 6 %.

(6)

2013”. Skripsi, Department of Social Science, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

The aim of this research is to know how the land use-change in Pagedangan Village Pagedangan District Tangerang Regency Period 1993-2013. The research method is descriptive with qualitative approach. The data is analyze by research instrument to know the factors that influence the land-use change and GIS (Geographic Information System) in Arc View GIS 3.3 program to know the result of land use-change. The instruments that have been used are observation, interview, and documentation. Based on the analyze that have been done, the result show land-use change during 20 years, start from 1993 until 2013 is caused by some aspects that have been related to each other. There are politic aspect, economic aspect, demography aspect, and cultural aspect. The land-use change of agricultural field decrease 2,45 %, shrub decrease 92,3 %, an empty land increase 78,7 %, rice fields decrease 84,4 %, and settlement increase 204, 6 %.

(7)

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Alhamdulillah. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari kejahiliahan menuju zaman yang terang benderang penuh dengan cahaya keimanan.

Skripsi yang berjudul “Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Desa Pagedangan Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang Tahun 1993-2013” merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’I, MA, Ph. D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. H. Syaripulloh, M.Si, Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(8)

Semoga Allah senantiasa melimpahkan kasih sayang-Nya untuk kita semua. 6. Bapak Ahmad Anwar, S.Pd.I, Kepala Desa Pagedangan yang telah

memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian di Desa Pagedangan.

7. Bapak Nurfalah, Koordinator Statistik Kecamatan Pagedangan yang telah memberikan data-data Badan Pusat Statistik untuk mendukung penelitian penulis.

8. Masyarakat Desa Pagedangan, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang. Para petani, pemilik lahan, penduduk pendatang, serta staf PT. Bumi Serpong Damai (PT. BSD) yang telah berkoordinasi dengan penulis untuk melakukan penelitian ini.

9. Ayahanda dan Ibunda (H. Setia Wijaya, S.Pd.I dan Hj. Nurasiyah) yang terus melimpahkan cinta dan kasih sayang, motivasi serta doa yang tidak pernah berhenti untuk penulis. Kakak-kakakku, Nurdiansyah Wijaya, M.Pd & Kulsum, Suci Indah Sari & Ma’sum, S.Pd.I, Sri Putri Pujiarsih, S.Pd & Ahmad Solehudin, S.T, juga keponakan-keponakanku yang lucu. Untuk seseorang yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan setiap saat. Serta seluruh keluarga besar yang selalu memotivasi penulis untuk penyelesaian studi.

10. Seluruh Sahabat-sahabat Jurusan Pendidikan IPS angkatan 2010, khususnya Konsentrasi Geografi yang telah banyak memberikan pengalaman kepada penulis tentang indahnya arti kebersamaan. Serta teman-teman Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) dalam tim yang solid. Semoga ilmu yang kita dapat di bangku kuliah dapat bermanfaat untuk sesama. Sukses untuk kita semua.

(9)

Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 yang sangat luar biasa berbagi pengetahuan dengan penulis. Dengan perjuangan yang telah kita lewati bersama, suatu ketika kita akan benar-benar menjadi seseorang yang bermanfaat untuk bangsa dan agama.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala doa dan dukungan yang diberikan untuk penulis.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Khususnya untuk penulis sendiri serta para pembaca sekalian.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Jakarta, Desember 2014

(10)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 3

C.Pembatasan Masalah ... 3

D.Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Deskripsi Teoritik ... 6

1. Lahan ... 6

2. Penggunaan Lahan ... 7

3. Perubahan Penggunaan Lahan ... 10

4. Faktor Pendorong Perubahan Penggunaan Lahan ... 11

a. Aspek Politik ... 11

b. Aspek Ekonomi ... 12

c. Aspek Demografi ... 13

(11)

BAB III METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

1. Lokasi Penelitian ... 21

2. Waktu Penelitian ... 21

B.Metode Penelitian ... 22

C.Alat dan Bahan Penelitian ... 23

1. Alat penelitian ... 23

2. Bahan penelitian ... 23

D.Teknik Pengumpulan Data ... 23

1. Observasi ... 23

2. Wawancara ... 24

3. Dokumentasi ... 24

E. Teknik Analisis Data ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Kondisi Daerah Penelitian ... 31

1. Letak Geografis ... 31

2. Iklim ... 31

3. Kondisi Geologi dan Morfologi ... 32

4. Penggunaan Lahan Desa Pagedangan ... 32

5. Kondisi Kependudukan ... 32

B.Hasil Penelitian ... 37

1. Faktor Pendorong Perubahan Penggunaan Lahan Desa Pagedangan Tahun 1993-2013 ... 38

a. Aspek Politik ... 38

b. Aspek Ekonomi ... 41

(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... 57 B.Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(13)

Tabel 2.2 Klasifikasi kesesuaian lahan untuk gedung tanpa ruang

bawah tanah maksimal 3 lantai (USDA 1983) ... 17 Tabel 2.3 Klasifikasi kesesuaian lahan untuk jalan (USDA 1983) ... 17 Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian ... 22 Tabel 4.1 Pembagian penduduk Desa Pagedangan bersadarkan umur

dan jenis kelamin ... 33 Tabel 4.2 Pembagian penduduk Desa Pagedangan berdasarkan Mata

Pencaharian ... 35 Tabel 4.3 Pembagian penduduk Desa Pagedangan berdasarkan

tingkat pendidikan ... 35 Tabel 4.4 Pembagian penduduk Desa Pagedangan berdasarkan

[image:13.595.92.510.154.560.2]
(14)

Gambar 3.2 Meregistrasi peta ... 26

Gambar 3.3 Mendigitasi peta ... 26

Gambar 3.4 Ekstensi Geoteknika Indonesia ... 27

Gambar 3.5 Mengupdate luas lahan Desa Pagedangan tahun 1993 ... 27

Gambar 3.6 Tampilan tabel luas bentang lahan ... 28

Gambar 3.7 Layout peta penggunaan lahan tahun 1993 ... 28

Gambar 3.8 Digitasi peta penggunaan lahan tahun 2013 ... 29

Gambar 3.9 Mengupdate luas lahan Desa Pagedangan tahun 2013 ... 29

Gambar 3.10 Layout peta penggunaan lahan tahun 2013 ... 30

Gambar 4.1 Lahan Kosong ... 41

Gambar 4.2 Foresta Business Loft ... 42

Gambar 4.3 Peta Penggunaan Lahan Tahun 1993 ... 49

(15)

Lampiran A.2 Pedoman Wawancara ... 62

Lampiran B. Hasil Observasi Lampiran B.1 Hasil Observasi Kampung Tegal ... 65

Lampiran B.2 Hasil Observasi Kampung Pager Haur ... 66

Lampiran B.3 Hasil Observasi Kampung Cicayur 1 ... 67

Lampiran B.4 Hasil Observasi Kampung Bumi Puspiptek Asri ... 68

Lampiran C. Hasil Wawancara Lampiran C.1 Hasil Wawancara Dengan Kepala Desa Pagedangan, Bapak Ahmad Anwar, S.Pd. I ... 69

Lampiran C.2 Hasil Wawancara Dengan Staf Kependudukan Desa Pagedangan, Bapak Firman Maulana ... 71

Lampiran C.3 Hasil Wawancara Dengan Petani, Bapak Andi ... 73

Lampiran C.4 Hasil Wawancara Dengan Petani, Ibu Suanih ... 75

Lampiran C.5 Hasil Wawancara Dengan Pemilik Lahan, Bapak H. Kutab ... 77

Lampiran C.6 Hasil Wawancara Dengan Pemilik Lahan, Ibu H. Murpah ... 79

Lampiran C.7 Hasil Wawancara Dengan Penduduk Pendatang, Ibu Nida ... 81

Lampiran C.8 Hasil Wawancara Dengan Penduduk Pendatang, Ibu Lia ... 83

Lampiran C.9 Hasil Wawancara Dengan Staf PT. BSD, Bapak Deden Sutisna Wijaya ... 85

(16)

Lampiran E. Surat-surat

Lampiran E.1 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 115

Lampiran E.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 117

Lampiran E.3 Uji Referensi ... 119

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia berasal dari tanah, hidup di atas tanah, dan akan berakhir di dalam tanah. Kalimat tersebut menjelaskan bahwa manusia dan tanah adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupannya di muka bumi.

Dalam Al-Qur’an Surat Nuh ayat 17 telah dijelaskan bahwa tanah adalah sesuatu yang sangat dekat dengan kita.

ِّ ْمكتبنأ هاو

ْرأا ن

ض

اتابن

( QS. 71: 17 )

“Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya.”

Ayat tersebut memberikan makna mengenai fungsi tanah yang sangat besar. Manusia dan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Manusia hidup dari tanah, manusia juga yang menjaga kelestarian lingkungan dan juga kearifan lokal. Manusia berperan besar dalam memanfaatkan tanah untuk kelangsungan hidupnya.

Lahan sebagai tempat kelangsungan hidup adalah salah satu elemen terpenting dalam kehidupan manusia di bumi. Indonesia adalah negara dengan luas daratan mencapai 1.922.570 km². Wilayah yang sangat luas tersebut terdiri dari berbagai bentang lahan dan segala fungsinya.

Keadaan lahan erat kaitannya dengan tempat tinggal. Pertumbuhan penduduk Indonesia yang bertambah terus-menerus menyebabkan kebutuhan akan lahan tempat tinggal juga ikut meningkat. Menurut data sensus yang telah dilakukan, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1990 adalah 178,6 juta jiwa, tahun 2000 naik menjadi 205,1 juta jiwa, dan sensus yang dilakukan pada tahun 2010 menyatakan bahwa penduduk Indonesia bertambah menjadi 237,6 juta jiwa.

(18)

Pembangunan perumahan juga semakin banyak dilakukan di daerah-daerah yang sebelumnya bukan termasuk lahan pemukiman. Tingginya tingkat urbanisasi menyebabkan banyaknya penduduk pendatang yang bermukim dan tentu saja membutuhkan tempat tinggal untuk kelangsungan hidupnya.

Perubahan penggunaan lahan di tiap wilayah memiliki kasus yang berbeda-beda. Salah satunya yang terjadi di Desa Pagedangan. Desa ini merupakan bagian dari regional Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang Provinsi Banten yang saat ini tengah berkembang menjadi daerah yang memiliki karakteristik pembangunan mengarah pada modernisasi.

Desa Pagedangan merupakan salah satu daerah yang sedang berada dalam proses perubahan penggunaan lahan. Lahan pertanian yang sebelumnya mendominasi kini dikonversi menjadi perumahan dan fasilitas umum. Gedung-gedung tinggi dan pembangunan pusat perbelanjaan di daerah sekitarnya juga memberikan banyak pengaruh bagi masyarakat. Perubahan penggunaan lahan ini diakibatkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu sama lain.

Penelitian tentang perubahan penggunaan lahan sebelumnya telah banyak dilakukan dengan studi kasus wilayah yang berbeda-beda. Hal ini dijadikan sebagai kajian tata guna lahan dan acuan dalam proses pembangunan daerah. Perubahan penggunaan lahan juga sangat erat kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat.

Desa Pagedangan menjadi salah satu daerah yang perlu untuk dikaji mengenai perubahan lahannya. Terutama yang terjadi sejak tahun 1990-an sampai tahun 2000-an dimana pembangunan yang terjadi begitu pesat. Hal ini penting dilakukan, mengingat banyak perusahaan seperti PT. Bumi Serpong Damai (BSD), Sinar Mas, Summarecon, Paramount, dan lainnya yang membangun pusat bisnis dan kegiatan mereka di daerah Kecamatan Pagedangan dan sekitarnya.

(19)

perusahaan terkait dengan para petinggi pemerintahan, termasuk perangkat desa.

Kajian tentang perubahan penggunaan lahan sangat penting dilakukan agar menjadi acuan bagi kegiatan pembangunan di suatu daerah. Konversi lahan dari satu fungsi ke fungsi yang lainnya harus diperhitungkan dengan seksama. Selain perubahan lahan yang terjadi, faktor-faktor pendorong perubahan lahan yang saling berkaitan satu sama lain juga perlu dianalisis secara mendalam untuk mendeskripsikan bagaimana perubahan lahan itu terjadi.

Berdasarkan uraian di atas, menyadari begitu pentingnya lahan serta penggunaannya maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam suatu penelitian berjudul “Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Desa Pagedangan Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang Tahun 1993-2013”.

B. Identifikasi Masalah

Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Desa Pagedangan disebabkan oleh beberapa faktor pendorong. Masalah yang terjadi akibat perubahan penggunaan lahan juga dapat terlihat dari berbagai aspek. Berdasarkan hasil pengamatan, maka identifikasi masalah yang dapat dituliskan adalah sebagai berikut:

1. Alih fungsi lahan

2. Banyaknya pembangunan perumahan di sekitar Desa Pagedangan. 3. Banyaknya penduduk pendatang yang bermukim.

4. Tingkat pertumbuhan penduduk semakin tinggi.

C. Pembatasan Masalah

(20)

perubahan penggunaan lahan yang diteliti diambil sejak tahun 1993 sampai tahun 2013 dalam kurun waktu 20 tahun.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi dan pembatasan masalah penelitian di atas maka muncul pertanyaan yang dicari jawabannya melalui penelitian ini yaitu: 1. Apa faktor pendorong perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Desa

Pagedangan dalam kurun waktu 1993-2013?

2. Bagaimanakah perubahan penggunaan lahan Desa Pagedangan dalam kurun waktu 1993-2013?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui aktor pendorong perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Desa Pagedangan dalam kurun waktu 1993-2013.

2. Untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan Desa Pagedangan dalam kurun waktu 1993-2013.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini bisa menambah wawasan penulis mengenai penggunaan lahan dan faktor yang menjadi penyebab perubahan penggunaan lahan yang terjadi.

b. Bagi UIN Syarif Hidatullah Jakarta

(21)

mata pelajaran Geografi SMA kelas XI dalam bab Sumber Daya Alam.

c. Bagi Pembaca

Penelitian ini melengkapi kajian tentang perubahan penggunaan lahan dan juga faktor-faktor yang mempengaruhinya. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan pembaca dan meningkatkan pemahaman studi tentang lahan serta, manfaat serta penggunaannya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah Desa Pagedangan

Penelitian ini bermanfaat bagi pemerintah Desa Pagedangan serta para aparatur desa terkait, mengingat studi tentang lahan ini bisa dijadikan acuan untuk menerapkan pembangunan berwawasan lingkungan. Penelitian ini juga bisa dijadikan sebagai referensi yang dipelajari sebelum dilakukannya alih fungsi lahan dan juga menjadi pedoman agar pihak-pihak yang berwenang bisa mengambil keputusan dengan baik dan benar.

b. Bagi Masyarakat Desa Pagedangan

Penelitian ini bermanfaat untuk pemahaman bagi masyarakat Desa Pagedangan sehingga bisa mengetahui bagaimana perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Desa Pagedangan.

c. Bagi Peneliti Lain

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik

1. Lahan

Hubungan antara tanah dan manusia sangat erat kaitannya. Kelangsungan hidup manusia di bumi ini diantaranya tergantung dari tanah. Juga sebaliknya, tanah pun memerlukan perlindungan manusia untuk keberadaannya sebagai tanah yang memiliki fungsinya. Sebagaimana yang diungkapkan Soepardi makna tanah diantaranya adalah:

a. Media alami sebagai tempat untuk pertumbuhan tumbuh-tumbuhan. Pengertian ini ditekankan pada kesuburan tanah, sehingga kaitannya sangat erat dengan kualitas tanah.

b. Bahan hancuran batuan yang diolah sebagai bahan galian dan bahan bangunan. Dinyatakan dalam berat (ton, kg) atau volume (m3). c. Ruangan atau tempat di permukaan bumi yang digunakan manusia

sebagai tempat hidup. Dinilai berdasarkan luas (ha, m²).1

Makna a dan b sama persis dengan kata soil dalam Bahasa Inggris, sedangkan makna c mendekati makna land dalam Bahasa Inggris atau lahan dalam Bahasa Indonesia.

Pahami pengertian tanah secara harfiah terlebih dahulu sebelum menguraikan lebih lanjut pada pengertian lahan. Tanah sebagai tempat hidup bisa disebut bagian dari lahan. Sementara itu, lahan mencakup wilayah yang lebih luas dengan kondisi tanah yang beragam.

Dalam buku Dictionary Of Environmental Science dituliskan bahwa,

“Land is the portion of the earth’s surface that stands above sea level.”2.

1 Moh. Soerjani, dkk. (eds.), Lingkungan: Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam

Pembangunan, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 2008), Cet.1, h. 39.

(23)

Lahan adalah bagian dari permukaan bumi dengan ketinggian yang berada di atas permukaan laut.

Dalam kegiatan survey dan pemetaan sumber daya alam, bagian lahan dibedakan berdasarkan sifat-sifatnya yang terdiri dari iklim,

landform, tanah dan hidrologinya sehingga terbentuk satuan lahan yang sangat penting untuk keperluan analisis dan interperetasi dalam menilai kesesuaian lahan atau potensinya bagi suatu penggunaan.3

Pengertian bentang lahan dalam buku Dictionary Of Environmental Science dituliskan “Landform is all the physical, recognizable, naturally

formed features of land having a characteristic shape includes major forms such as a plain, mountain or plateau, and minor forms such as a

hill, valley, or alluvial fan.”4

. Bentang lahan adalah semua keadaan fisik yang dikenali, yang secara alami terbentuk dengan karakteristik meliputi dataran, gunung atau dataran tinggi, dan bentuk-bentuk yang kecil seperti bukit, lembah, atau dataran alluvial.

Kualitas lahan tergantung kepada sifat-sifatnya yang memungkinkan untuk berperan positif atau negatif terhadap penggunaan lahan. Kualitas lahan yang berperan positif tentu yang sifatnya menguntungkan bagi suatu penggunaan. Sebaliknya, kualitas lahan yang bersifat negatif, karena keberadaannya akan merugikan terhadap kegunaan tertentu, sifatnya bisa berperan sebagai faktor penghambat atau pembatas.5

2. Penggunaan Lahan

Sebelum menganalisa mengenai penggunaan lahan, dapat diuraikan pengertian penggunaan lahan dari beberapa ahli. Menurut Sandy tahun 1995, “Penggunaan lahan merupakan wujud dari kegiatan manusia pada suatu ruang atau tanah”. Sementara itu menurut Purwadhi tahun 2008, “Penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu, penggunaan lahan biasanya digunakan untuk mengacu

3 Moh. Munir, Geologi Lingkungan, (Malang: Bayumedia Publishing, 2006), Cet. 2, h. 393. 4 McGraw-Hill. loc. cit.

(24)

pada pemanfaatan masa kini”. 6 Dengan demikian penggunaan lahan dapat diartikan sebagai segala bentuk kegiatan manusia pada bidang lahan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat guna memenuhi kebutuhan hidup.

Leser dan Rood menjelaskan bahwa semua makhluk hidup di bumi memerlukan bentang lahan dan sumber daya alam sebagai tempat hidup dan melaksanakan segala aktivitas kehidupan. Aspek geografis dan sumber daya lahan di suatu daerah sangat menentukan tempat untuk bermukim dan melaksanakan aktivitas hidup manusia melalui pengolahan sumberdaya lahan untuk pertanian, perkebunan, perikanan, pariwisata dan jasa.7

Aktivitas hidup manusia seperti pengolahan sumber daya lahan untuk pertanian, perkebunan, dan perikanan merupakan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Sementara pariwisata merupakan aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan rohani.

Vink mengartikan penggunaan lahan sebagai “Segala bentuk intervensi atau campur tangan manusia terhadap bidang lahan dalam rangka memenuhi hidupnya baik material maupun spiritual”. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe, yaitu:

a. Penggunaan lahan untuk pertanian

Contohnya tegalan, sawah, kebun, hutan produksi, alang-alang, padang rumput, hutan lindung, cagar alam, dan lain sebagainya. b. Penggunaan lahan non pertanian

Contohnya kota atau desa, industri, rekreasi, pertambangan, dan sebagainya.8

6 Arif Ismail, “Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Karakteristik Hidrologi Daerah Tangkapan Air Waduk Darma, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat”, Tesis pada Program Magister Ilmu Geografi Universitas Indonesia, Depok, 2009, h.9, tidak dipublikasikan. 7 Suratman Worosuprodjo, “Analisis Spasial Ekologikal Sumberdaya Lahan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”, Jurnal Geografi, Vol. 21, No. 2, 2007, h. 95.

8 Rosnila, “Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya terhadap Keberadaan Situ (Studi

(25)

Dengan semakin meningkatnya kebutuhan dan langkanya lahan pertanian yang subur dan potensial, serta adanya persaingan penggunaan lahan antara sektor pertanian dan sektor non pertanian maka diperlukan adanya teknologi yang tepat untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya lahan secara berkesinambungan.9

Tidak bisa dipungkiri, kecanggihan teknologi sangat dibutuhkan untuk mengolah lahan secara tepat dan benar. Penggunaan lahan memang tidak dapat dilakukan secara sembarangan, perlu banyak pertimbangan sebelum memutuskan penggunaan bentang lahan.

Secara umum penggunaan lahan tergantung pada kemampuan lahan dan lokasinya. Untuk aktivitas pertanian, penggunaan lahan tergantung pada kelas kemampuan lahan yang dicirikan dengan adanya perbedaan pada sifat-sifat penghambat bagi penggunaannya seperti tekstur tanah, lereng permukaan tanah, kemampuan menahan air dan tingkat erosi yang telah terjadi. Suparmoko mengatakan bahwa penggunaan lahan juga tergantung pada lokasi dimana lahan itu berada, khususnya untuk daerah-daerah pemukiman, lokasi industri, maupun untuk daerah-daerah-daerah-daerah rekreasi.10

Menurut Rustiadi untuk memuaskan kebutuhan hidup, keinginan manusia yang terus berkembang, dan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pengelolaan sumberdaya lahan sering kali kurang bijaksana dan tidak mempertimbangkan aspek keberlanjutannya sehingga kelestariannya semakin terancam berakibat pada berkurangnya sumberdaya lahan yang berkualitas tinggi dan manusia yang semakin bergantung pada sumber daya lahan yang bersifat marginal dengan kualitas lahan yang rendah. Hal ini berakibat juga pada semakin berkurangnya ketahanan pangan, tingkat dan intensitas pencemaran yang berat dan kerusakan lingkungan lainnya. Dengan demikian, secara otomatis seluruh aktivitas kehidupan cenderung menuju sistem

9 Moh. Munir, Geologi Lingkungan, (Malang: Bayumedia Publishing, 2006). cet.2, h. 393.

(26)

pemanfaatan sumberdaya alam dengan kapasitas daya dukung yang menurun. Di sisi lain, permintaan akan sumberdaya lahan terus meningkat akibat tekanan pertambahan penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita masyarakat.11

Menurut Barlowe, yang mempengaruhi penggunaan lahan diantaranya adalah faktor fisik dan biologis, faktor pertimbangan ekonomi dan faktor institusi atau kelembagaan. Yang termasuk dalam faktor fisik dan biologis yaitu kesesuaian dari sifat fisik seperti keadaan geologi, tanah, air, iklim, tumbuh-tumbuhan, hewan dan kependudukan. Yang termasuk faktor pertimbangan ekonomi yaitu keuntungan, keadaan pasar dan transportasi. Dan faktor institusi yaitu hukum pertanahan, keadaan politik, keadaan sosial dan secara administrasi dapat dilaksanakan.12

3. Perubahan Penggunaan Lahan

Menurut Wahyunto perubahan penggunaan lahan adalah adanya penambahan suatu penggunaan lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya, ditambah dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda. Perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan pembangunan memang tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut diakibatkan karena adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin meningkat dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan masyarakat yang lebih baik.13

Pembangunan yang dilaksanakan secara besar-besaran di Indonesia dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat, tetapi juga dapat

11Siswanto, Evaluasi Sumber Daya Lahan, (Surabaya: UPN Press, 2006). h: 12

12Ibid. h: 2.

(27)

membawa banyak dampak negatif terhadap lingkungan hidup sebagai tempat tinggal manusia.14

Menurut Sandy perubahan dalam pemanfaatan lahan mencerminkan adanya aktivitas yang dinamis dari masyarakat sehingga semakin cepat pula perubahan dalam penggunaan lahan. Hal ini berarti pola pemanfaatan lahan di suatu daerah dapat dijadikan gambaran mengenai kehidupan sosial ekonomi dari daerah yang bersangkutan dan sekaligus dapat digunakan sebagai indikator bagaimana masyarakat memperlakukan sumberdaya alam di wilayah mereka.15

4. Faktor Pendorong Perubahan Penggunaan Lahan

McNeill mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mendorong perubahan penggunaan lahan adalah politik, ekonomi, demografi dan budaya. Empat faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Dibawah ini adalah uraiannya,

1. Aspek Politik

Aspek politik adalah adanya kebijakan yang dilakukan oleh pengambil keputusan yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan. Ada sarana penunjang yang sangat penting dalam aspek politik yaitu peraturan perundangan yang meliputi tersedianya undang-undang mengenai lingkungan, peraturan pemerintah, pedoman-pedoman baku mutu dan tidak kalah pentingnya adalah tepatnya pelaksanaan perundangan tersebut atau yang sering disebut enforcement.16

Dalam bukunya An Environmental History of the Twentieth-Century World: Something New Under the Sun. McNeill menuliskan

14 A. Tresna Sastrawijaya, Pencemaran Lingkungan, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2000), cet.2, h: 5.

15 Juhadi, “Pola-pola Pemanfaatan Lahan dan Degradasi Lingkungan Pada Kawasan Perbukitan”, Jurnal Geografi, Vol. 4 No. 1, 2007, h. 21.

(28)

“The politics and policies in which environmental considerations formed a conscious element had modest effects.”17. Politik dan kebijakan untuk pertimbangan lingkungan merupakan elemen yang disadari memiliki efek yang paling besar.

Kutipan di atas menjelaskan bahwa politik memang memiliki pengaruh yang cukup besar dalam setiap tindakan yang akan dilakukan pada setiap hal termasuk untuk lingkungan. Dalam penggunaan lahan, politik juga mengambil posisi yang cukup berpengaruh. Pengambilan keputusan untuk melakukan suatu pembangunan atau alih fungsi lahan ditentukan oleh para pemerintah daerah setempat.

2. Aspek Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi, perubahan pendapatan dan konsumsi juga merupakan faktor penyebab penggunaan lahan. Sebagai contoh, meningkatnya kebutuhan akan ruang tempat hidup, transportasi dan tempat rekreasi akan mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan.

Sebenarnya, pandangan yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi hanya dapat dilaksanakan apabila kegiatan industri juga dikembangkan merupakan pandangan yang tepat. Tetapi untuk melaksanakan dan mencapai tujuan tersebut harus dipertimbangkan juga faktor-faktor lainnya. Diantaranya adalah tersedianya tenaga ahli dan para pengusaha untuk melaksanakan proyek-proyek industri, keadaan prasarana yang ada dan dapat dikembangkan dengan baik, tersedianya pasar, dan sebagainya. Program pembangunan industri secara besar-besaran tetapi mengabaikan banyak faktor yang menjamin kesuksesan usaha seperti itu pada akhirnya akan menghasilkan perkembangan sektor industri yang

17 J.R McNeill, An Environmental History of the Twentieth-Century World: Something New

(29)

tidak efisien serta menghamburkan sumber daya yang jumlahnya sangat terbatas.18

3. Aspek Demografi

Donald J. Bogue di dalam bukunya yang berjudul Principles of Demography memberikan definisi demografi sebagai ilmu yang mempelajari secara statistika dan matematika tentang besar, komposisi dan distribusi penduduk serta perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya lima komponen demografi yaitu kelahiran, kematian, perkawainan, migrasi, dan mobilitas sosial.19

Pola perubahan penggunaan lahan juga disebabkan karena pertumbuhan penduduk. Banyaknya penduduk tentu saja akan mengakibatkan semakin meningkatnya kebutuhan akan tempat tinggal, dengan alasan itulah dibangun banyak perumahan.

Karena di suatu daerah luas lahan tidak bertambah, maka dengan meningkatnya jumlah penduduk, rasio manusia dan lahan menjadi semakin besar. Meskipun pemanfaatan setiap jengkal lahan sangat dipengaruhi oleh taraf perkembangan kebudayaan suatu masyarakat. Rasio manusia dan lahan adalah perbandingan antara jumlah orang dan luas lahan di suatu daerah. Dalam hubungan ini konsep kuantitatif yang mendapat penggunaannya secara meluas adalah kepadatan penduduk. Konsep kepadatan penduduk secara umum hanya diperlukan data luas wilayah dan jumlah penduduk yang bertempat tinggal di suatu wilayah.20

Rasio manusia dan lahan juga berpengaruh terhadap pembangunan perumahan. Perubahan lahan yang terjadi di suatu tempat adalah peralihan fungsi utama ke fungsi pendukung yang

18 Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan. (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), h. 21.

19 Prayoga (ed.), Dasar-dasar Demografi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2007), h. 1.

(30)

dinilai memiliki manfaat yang lebih besar. Misalnya lahan kosong yang diubah jadi perumahan sebagai tempat tinggal.

Pembangunan perumahan merupakan solusi untuk menyediakan tempat tinggal yang layak bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu mulai dari perumahan yang sangat sederhana, sampai rumah mewah dibangun secara besar-besaran di seluruh Indonesia. Pemerintah sudah lama melaksanakan pembangunan rumah melalui perumnas, dari rumah sederhana sampai rumah permanen. Di samping itu swasta juga sangat berperan dalam penyediaan rumah bagi masyarakat baik yang berpenghasilan menengah maupun masyarakat berpenghasilan besar.21

4. Aspek Budaya

Menurut Odum manusia sebagai pengelola ekosistem sumberdaya alam akan selalu berusaha untuk meningkatkan daya dukung lingkungan agar bisa secara maksimal memenuhi kebutuhan hidupnya. Tindakan manusia yang dilakukan terhadap ekosistem akan mempengaruhi keseimbangan dan mengurangi kualitas ekosistem tersebut.22

Aspek budaya menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan. Seiring perubahan zaman, maka pola pikir manusia pun semakin berkembang pesat. Aspek budaya tidak bisa dipisahkan dari aspek sosial sehingga sering disebut sebagai aspek sosial-budaya. Perubahan penggunaan lahan dapat berdampak pada perubahan sosial-budaya yang terjadi dalam masyarakat. Analisis dampak lingkungan (Amdal) juga mengkaji mengenai aspek sosial-budaya berkaitan dengan perubahan penggunaan lahan.23

21 Masriah dan Mujahid, Pembangunan Ekonomi Berwawasan Lingkungan, (Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang, 2013), cet. 1, h. 72.

22 Moh. Soerjani, dkk. (eds.), Lingkungan: Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam

Pembangunan. (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 2008). Cet.1, h. 49.

23 Gunarwan Suratmo, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Yogyakarta: Universitas

(31)

Canadian Environmental Assessment Research Council tahun 1985 dalam prospektif penelitiannya menyebutkan bahwa dampak sosial-budaya yang perlu diteliti dalam Amdal ialah:

1. Perubahan kelembagaan masyarakat 2. Tradisi masyarakat

3. Nilai masyarakat 4. Kualitas hidup24

5. Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Klasifikasi lahan sebagai pembagian satuan-satuan lahan ke dalam berbagai kategori berdasarkan sifat-sifat lahan atau kesesuaiannya untuk penggunaan tertentu. Klasifikasi lahan dilakukan untuk keperluan pengambilan keputusan. Dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a. Kultural, meliputi aspek sosial, ekonomi, politik dan administratif. b. Alami, meliputi sumberdaya dasar yang menentukan kemampuan

lahan itu sendiri untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.25 Ada beberapa cara dalam penentuan kesuaian lahan, yaitu dengan cara perkalian parameter, penjumlahan parameter, atau membandingkan kualitas dan karakteristik lahan sebagai parameter dengan kriteria atau persyaratan tertentu. Menurut tingkatannya, kesesuaian lahan dapat dibedakan menjadi:

a. Ordo. Lahan digolongkan menjadi sesuai (S) atau tidak sesuai (N) b. Kelas. Lahan yang digolongkan sesuai (S) dibedakan menjadi sangat

sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan marginal sesuai (S3)

c. Kelas sangat sesuai (S1). Tidak ada faktor pembatas yang berarti terhadap penggunaan berkelanjutan. Atau hanya ada faktor pembatas yang bersifat ringan dan tidak berpengaruh.

d. Kelas cukup sesuai (S2). Ada faktor pembatas yang mempengaruhi dan memerlukan tambahan atau perbaikan.

24Ibid.

(32)
[image:32.595.88.516.66.736.2]

e. Kelas sesuai marginal (S3). Ada faktor pembatas yang berat dan berpengaruh terhadap produktivitasnya sehingga memerlukan tambahan atau perbaikan yang lebih banyak daripada kelas S2.26 Dibawah ini adalah tabel untuk mengklasifikasikan kesesuaian lahan berdasarkan penggunaannya.

Tabel 2.1 Klasifikasi kesesuaian lahan untuk permukiman

KELAS

PARAMETER

Potensi Air Tanah (liter/detik)

Drainase Lereng (%)

Bahaya Lingkungan Banjir Potensi

Erosi/Longsor S1 (Sesuai) >20 Baik 0 – 8 Tidak ada Rendah S2

(Kesesuaian sedang)

20 – 40 Sedang 8 – 15 Tergenang

setelah hujan Sedang S3

(Kesesuaian kecil)

10 – 20 Kurang

Baik 15 – 25

Banjir

musiman Tinggi S4 (Sesuai

dengan bersyarat)

2,5 – 10 Jelek 25 – 35 Sering

hampir Sangat tinggi T (Tidak

sesuai) <2,5

Sangat

Jelek >35 Selalu banjir

Kelewat tinggi

Sumber: adipandang.wordpress.com

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa lahan yang paling sesuai untuk pemukiman adalah lahan dengan potensi air tanah lebih dari 20 liter/detik, drainase yang baik, kemiringan lereng 0-8 %, tidak terjadi banjir, dan rendah potensi erosi atau longsornya. Sementara keadaan lahan yang tidak sesuai untuk pemukiman adalah lahan dengan potensi air tanah kurang dari 2,5 liter/detik, drainase yang sangat jelek, kemiringan lereng lebih dari 35 %, selalu terjadi banjir, dan terlalu tinggi potensi erosi atau longsornya.

Menentukan daerah untuk dijadikan pemukiman memerlukan banyak pertimbangan dan seharusnya dilakukan penelitian terlebih dahulu. Air menjadi salah satu yang terpenting dalam kehidupan, oleh karena itu daerah yang akan dijadikan pemukiman sebagai tempat hidup

26

(33)
[image:33.595.88.517.141.742.2]

seharusnya memiliki keadaan air tanah yang baik dan drainase yang baik. Kemiringan lereng juga harus diperhatikan karena bisa memicu bencana banjir, longsor, dan erosi.

Tabel 2.2 Klasifikasi kesesuaian lahan untuk gedung tanpa ruang bawah tanah maksimal 3 lantai (USDA 1983)

Sifat Tanah Kesesuaian Lahan

Baik Sedang Buruk

Banjir Tanpa Tanpa Jarang-sering Air Tanah (cm) >75 45 – 75 <45

COLE Rendah (<0,03) Sedang (0,03-0,09) Tinggi (>0,09) Kelas Butir (Unfied) - - OL,OH,PT

Lereng (%) <8 8 – 15 >15 Kedalaman Batuan (cm)

Keras/Lunak

>100/>50 50 – 100/<50 <50/-

Kedalaman Padas (cm) Tebal/Tipis

>100/>50 50 – 100/<50 <50/-

Batuan/Kerikil (7,5 cm) <25 25 – 50 >50 Longsor - - Ada

Sumber: Siswanto, 2006

[image:33.595.152.512.618.756.2]

Lahan yang baik untuk gedung tanpa ruang bawah tanah dengan maksimal 3 lantai adalah lahan yang tanpa banjir, kedalaman air tanah diatas 75 cm, besarnya pengembangan dan pengerutan pori-pori tanah yang disebabkan oleh keadaan basah atau keadaan kering atau coefficient of linierextensibility (COLE) yang rendah dibawah 0,03, tidak ada kelas butir atau struktur butiran tanah, kemiringan lereng dibawah 8 %, kedalaman batuan keras/lunak >100/>50 cm, kedalaman padas tebal/tipis >100/>50 cm, batuan/kerikil (7,5 cm) diatas 25, dan potensi longsor yang tidak ada sama sekali.

Tabel 2.3 Klasifikasi kesesuaian lahan untuk jalan (USDA 1983)

Sifat Tanah Kesesuaian Lahan

Baik Sedang Buruk

Banjir Tanpa Tanpa Jarang-sering Air Tanah (cm) >75 45 – 75 <45

COLE Rendah (<0,03) Sedang (0,03-0,09) Tinggi (>0,09) Kelas Butir (Unfied) GW, GP, SW,

SP, GM, GC, SM, SC

CL dengan Pl<15 CL dengan Pl>15, CH, MH,

(34)

Kedalaman Batuan (cm) Keras/Lunak

>100/>50 50 – 100/<50 <50/-

Kedalaman Padas (cm) Tebal/Tipis

>100/>50 50 – 100/<50 <50/-

Batuan/Kerikil (7,5 cm) <25 25 – 50 >50 Longsor - - Ada

Sumber: Siswanto, 2006

Kesesuaian lahan untuk jalan raya memiliki klasifikasi lahan yang tanpa banjir, kedalaman air tanah diatas 75 cm, COLE yang rendah dibawah 0,03, dengan kelas butir berkerikil (gravel) atau yang disingkat GW, GP, GM, dan GC. Dan kelas butir berpasir (sand) yang disingkat SW, SP, SM, dan SC, kemiringan lereng dibawah 8 %, kedalaman batuan keras/lunak >100/>50 cm, kedalaman padas tebal/tipis >100/>50 cm, batuan/kerikil (7,5 cm) diatas 25, dan tidak ada potensi longsor.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian sebelumnya mengenai penggunaan lahan telah banyak dilakukan di berbagai daerah. Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya adalah:

1. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Daerah Tangkapan Air Waduk Darma Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa barat. Tesis yang ditulis oleh Arif Ismail. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Magister Ilmu Geografi, Universitas Indonesia, tahun 2009. Dengan hasil penelitiannya yaitu, Perubahan penggunaan lahan terjadi didaerah tangkapan air (DTA) Waduk Darma selama kurun waktu tahun 1991 sampai tahun 2008. Jenis penggunaan lahan yang dominan berubah adalah hutan, tegalan, dan pemukiman. Jenis penggunaan lahan yang bertambah luas antara lain tegalan (242 Ha), pemukiman (68 Ha), dan kebun campur (3 Ha). Sedangkan jenis penggunaan lahan yang luasnya berkurang adalah hutan (255 Ha), semak belukar (27 Ha), sawah tadah hujan (26 Ha), dan sawah irigasi (4 Ha). 2. Analisis Time Series Faktor Sosial Ekonomi dan Kebijakan terhadap

(35)

Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan (PUSPIJAK) dan Forest Carbon Partnership Facility. Bogor, Desember 2012. Dengan hasil penelitiannya yaitu, Faktor yang mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan sangat beragam antar lokasi. Hal ini tergantung pada dinamika faktor sosial, ekonomi dan budaya serta kebijakan yang berlaku.

3. Perubahan Lahan Pertanian di Kabupaten Talakar tahun 1996 dan 2013 Menggunakan Citra Satelit Landsat 5 TM (Studi asus Kecamatan Polombangkeng Utara dan Kecamatan Pattalassang). Tugas akhir yang ditulis oleh Syamsyahrir Arsyad. Program Studi Keteknikan Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar, tahun 2013. Dengan hasil penelitian yaitu, lahan pertanian pada periode tahun 1996 hingga 2010 mengalami penyusutan lahan pertanian dari 24.219,09 ha atau 95% dari total luas area pada tahun 1996 menjadi 20.758,41 ha atau 82% dari total luas area pada tahun 2010. 4. Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya terhadap Keberadaan

Situ (Studi Kasus Kota Depok). Tesis yang ditulis oleh Rosnila. Pascasarana Institut Pertanian Bogor, tahun 2004. Dengan hasil penelitiannya yaitu luas di tujuh situ selama kurun waktu 1991-2001 memiliki kecenderungan menurun. Kondisi umum ketujuh situ telah mengalami sedimentasi, banyaknya gulma yang tumbuh, pengurugan dan alih fungsi lahan di areal situ.

C. Kerangka Berpikir

(36)

Kerangka berpikir untuk penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Penggunaan Lahan tahun 1993

Analisis

Faktor Pendorong:

 Aspek Politik

 Aspek Ekonomi

 Aspek Demografi

 Aspek Budaya

 Tabel perubahan penggunaan lahan 1993-2013

 Hasil analisis faktor penyebab perubahan penggunaan lahan

Hasil Penelitian

 Peta RBI tahun

1993

 Monografi Desa

[image:36.595.90.512.157.664.2]

tahun 2013

Gambar 2.1 Alur Penelitian

 Observasi

 Wawancara

 Dokumentasi

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

[image:37.595.88.511.104.608.2]

Penelitian ini dilakukan di Desa Pagedangan Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Desa Pagedangan merupakan kelurahan dari Kecamatan Pagedangan yang menjadi pusat pemerintahan di Kecamatan Pagedangan. Desa Pagedangan berada pada koordinat 106⁰ 34’ 25” BT - 106⁰39’ 27” BT dan 6⁰14’ 37” LS - 6⁰20’ 54” LS dengan luas 464,46 Ha.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian

2. Waktu Penelitian

(38)
[image:38.595.90.511.123.525.2]

Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Februari Maret Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Menyusun Bab I

Pendahuluan 2. Pengambilan data di

Kecamatan Pagedangan 3. Melakukan observasi

keadaan lahan

4. Melengkapi buku-buku dan jurnal pendukung 5. Menyusun Bab II Kajian

Pustaka

6. Mencari data di BPS Kabupaten Tangerang 7. Mencari peta tahun

1993 di

BAKOSURTANAL 8. Melengkapi data

monografi Desa Pagedangan 9. Menyusun Bab III

Metode Penelitian

No Kegiatan September Oktober November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 10. Menyusun Bab IV hasil

penelitian 11. Menyusun Bab V

Kesimpulan dan Saran 12. Penyusunan Laporan

Penelitian

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif.

Metode penelitian kualitatif adalah suatu metode untuk memahami fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dan tetap mengedepankan proses interaksi serta komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.27

Metode penelitian deskriptif, seperti yang diungkapkan oleh Nawawi merupakan prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan atau

27

(39)

mendeskripsikan keadaan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta dan juga harus disampaikan sesuai dengan kondisi sebenarnya di lapangan. 28

C. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut,

a. GPS (Global Position System), untuk menentukan koordinat titik pengukuran dan pengambilan sampel di lokasi penelitian.

b. Laptop berserta seluruh perangkat lunak yang mendukungnya agar bisa digunakan secara maksimal. Dilengkapi dengan Software Arc View GIS 3.3, untuk mengolah peta sehingga bisa menampilkan luas lahan berdasarkan penggunaannya.

c. Kamera, untuk dokumentasi lokasi penelitian serta perubahan lahan yang sedang terjadi.

d. Alat tulis, untuk mencatat hal-hal yang diperlukan selama berlangsungnya penelitian.

2. Bahan penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut,

a. Peta rupa bumi Indonesia tahun 1993 skala 1 : 25.000 b. Monografi Desa Pagedangan

c. Buku Pagedangan dalam Angka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif deskriptif ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

28

(40)

Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian. Instrument yang digunakan dalam kegiatan ini adalah instrument observasi yang memuat deskripsi tempat, waktu, perilaku, kegiatan, dan objek penelitian.29

Observasi dilakukan di Desa Pagedangan untuk mengamati perubahan lahan yang terjadi. Kegiatan ini kemudian dicatat sebagai bahan pendukung dari penelitian yang dilakukan penulis.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi dilakukan dengan dialog atau tanya jawab secara lisan baik langsung maupun tidak langsung. secara langsung bisa dilakukan untuk memperoleh informasi tentang orang yang bersangkutan. Wawancara tidak langsung berarti dilakukan dengan seseorang untuk mendapatkan informasi mengenai pihak lain.30

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan sebagai pendukung dari analisis faktor perubahan penggunaan lahan yang dilakukan oleh peneliti. Wawancara dilakukan kepada pemerintah Desa Pagedangan, petani, pemilik lahan, penduduk pendatang, dan staf PT.BSD untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan fakta di lapangan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan sumber non manusia, sumber ini cukup bermanfaat karena telah tersedia sehingga relatif mudah untuk memperolehnya. Dokumentasi merupakan sumber yang stabil dan akurat sebagai cermin sutuasi atau kondisi yang sebenarnya serta dapat dianalisis secara berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan.31

29 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), cet.2, h.140.

30Zuldafrial, op. cit., h. 39.

(41)

Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Dokumentasi berupa dokumen yang sudah tersedia di instansi pemerintahan Kecamatan dan Desa Pagedangan bisa langsung diperoleh. Dokumentasi berupa foto-foto keadaan lokasi penelitian dan kegiatan yang dilakukan untuk mendukung penelitian.

4. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis perubahan lahan yang terjadi di Desa Pagedangan adalah dengan menggunakan GIS (Geographic Information System). Menurut Barus dan Wiradisastra, GIS atau sering disebut juga dengan SIG (Sistem Informasi Geografi) adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi. SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja yang sistematis.32

GIS adalah bidang yang berkembang pesat yang menggabungkan pengetahuan dari sejumlah disiplin ilmu. Teknologi ini digunakan dalam pengelolaan sumber daya alam, studi demografi, masalah kesehatan, aplikasi darurat, dan daerah lain yang membutuhkan pemecahan masalah spasial, atau penelitian. Cara kerja GIS yaitu proses nonlinier yang terdiri dari perolehan data, pengolahan, analisis, dan menampilkan data spasial melalui integrasi perangkat lunak, perangkat keras, dan juga sumber daya manusia.

Software yang digunakan dalam penelitian ini adalah Arc View GIS 3.3 yaitu perangkat lunak yang dikeluarkan oleh ESRI (Environmental Systems Research Institute) . Saat ini Arc View sudah sampai pada versi 3.3. Dalam software ini masih membutuhkan beberapa perangkat tambahan atau

extensions. Fitur ini berfungsi untuk menganalisis dan memproses suatu pekerjaan pengembangan fitur di luar fitur yang disediakan Arc View.33

32 A.R. As-Syakur, Sistem Informasi Geografi, 2014, (mbojo.wordpress.com).

(42)

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengetahui perubahan lahan Desa Pagedangan adalah sebagai berikut:

[image:42.595.88.514.141.684.2]

a. Meregistrasi dan menentukan proyeksi pada peta yang diolah.

Gambar 3.2 Meregistrasi peta

[image:42.595.88.510.159.412.2]

Registrasi peta diawali dengan menambahkan peta Desa Pagedangan kemudian melakukan ekstensi dengan menambahkan Register and Transform Tool dalam Available Extentions di menu File-Extentions. b. Mendigitasi peta RBI tahun 1993 dengan menggunakan Arc View GIS 3.3.

Gambar 3.3 Mendigitasi peta

Mendigitasi peta dengan menu New Theme dan pilihan Feature Type

(43)

c. Melakukan ekstensi dengan tambahan Geoteknika Indonesia pada

softwere Arc View GIS 3.3.

Gambar 3.4 Ekstensi Geoteknika Indonesia

[image:43.595.88.511.107.614.2]

d. Mengupdate luas bentang lahan dengan bantuan Geoteknika Indonesia

Gambar 3.5 Mengupdate luas lahan Desa Pagedangan tahun 1993 Mengupdate luas bentang lahan dengan cara mengklik ikon Geoteknika Indonesia yang telah di ekstensi di toolbar Arc View GIS 3.3. e. Menampilkan hasil perhitungan luas bentang lahan pada peta penggunaan

(44)
[image:44.595.92.518.102.720.2]

Gambar 3.6 Tampilan tabel luas bentang lahan

Tabel luas bentang lahan muncul secara otomatis setelah mengklik ikon tabel di tollbar Arc View GIS 3.3. Untuk mendapatkan total luas bentang lahan secara utuh harus dilakukan perhitungan dengan memindahkan tabel luas ke dalam Microsoft Excel. Setelah dikalikan skala, maka didapatkan luas bentang lahan secara keseluruhan.

f. Menghitung luas tiap bentang lahan dari peta penggunaan lahan Desa Pagedangan tahun 1993 dan menuliskannya dalam tabel perbandingan untuk dicari pebedaannya dengan luas penggunaan lahan tahun 2013. g. Menampilkan layout peta penggunaan lahan tahun 1993

(45)

h. Melakukan digitasi untuk pembuatan peta penggunaan lahan tahun 2013

Gambar 3.8 Digitasi peta penggunaan lahan tahun 2013

[image:45.595.88.515.113.727.2]

Mendigitasi peta penggunaan lahan tahun 2013 berdasarkan jumlah luas lahan yang tertulis di profil Desa Pagedangan. Digitasi bentang lahan didasarkan pada hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti. Hasil perhitungan dan penelitian menemukan perbedaan cara pandang masyarakat mengenai jenis-jenis bentang lahan. Maka dalam digitasi peta penggunaan lahan Desa Pagedangan tahun 2013 dilakukan terhadap bentang lahan ladang, semak belukar, lahan kosong, dan pemukiman. i. Mengupdate luas bentang lahan tahun 2013 dengan Geoteknika Indonesia

(46)

Mengupdate luas bentang lahan tahun 2013 dengan cara yang sama seperti mengupdate luas tahun 1993 yang dilakukan sebelumnya yaitu dengan mengklik ikon Geoteknika Indonesia yang telah di ekstensi di

toolbar Arc View GIS 3.3.

Perhitungan luas kembali dilakukan dengan memindahkan tabel luas lahan ke dalam Microsoft Excel. Setelah dikalikan skala, maka didapatkan luas bentang lahan secara keseluruhan yang kemudian dimasukkan ke dalam tabel perbandingan untuk dicari pebedaannya dengan luas penggunaan lahan tahun 1993.

[image:46.595.89.511.182.562.2]

j. Menampilkan layout peta penggunaan lahan tahun 2013 untuk kemudian dianalisis berdasarkan bentang lahannya.

Gambar 3.10 Layout peta penggunaan lahan tahun 2013

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Daerah Penelitian 1. Letak Geografis

Desa Pagedangan berada pada koordinat 106⁰34’ 25” BT - 106⁰39’ 27” BT dan 6⁰ 14’ 37” LS - 6⁰ 20’ 54” LS, yang berbatasan dengan wilayah-wilayah sebagai berikut:

1. Utara : Desa Lengkong Kulon 2. Selatan : Desa Situgadung 3. Barat : Desa Cicalengka 4. Timur : Desa Sampora

Secara geografis Desa Pagedangan memiliki letak yang sangat strategis. Desa ini berada di pusat kecamatan dan lintasan jalan utama kecamatan antara Legok dan Tangerang Selatan sehingga memudahkan akses transportasi. Akses menuju Kota Kabupaten, Kota Provinsi, maupun pusat perbelanjaan terbilang sangat baik. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, terdapat beberapa pusat perbelanjaan di sekitar Desa Pagedangan, baik itu pusat perbelanjaan modern seperti BSD, Gading Serpong, Summarecon, dan Paramount maupun pusat perbelanjaan tradisional seperti Pasar Serpong, Pasar Legok, Pasar Curug, dan Pasar Parung Panjang. Desa Pagedangan juga menjadi arus alternatif terdekat antar kecamatan yang menghubungkan Kecamatan Legok dan Curug, dengan kecamatan yang ada di Tangerang Selatan. 2. Iklim

(48)

54,5%. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 2,3 km/jam dengan kecepatan maksimum 24 km/jam.34

3. Kondisi Geologi dan Morfologi

Desa Pagedangan termasuk dalam Provinsi Banten yang memiliki struktur geologi yang terdiri dari formasi batuan dengan tingkat ketebalan berkisar antara 200-800 meter dan tebal keseluruhan diperkirakan melebihi 3.500 meter. Jenis tanah didominasi oleh latosol dan podsolik merah kuning yang tersebar di hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Tangerang. 35

Menurut ketinggiannya, Desa Pagedangan berada pada 32 mdpl dengan hampir seluruh area adalah datar atau morfologi dataran. Hal ini berdampak pada banyaknya bentang lahan sawah tadah hujan.

4. Penggunaan Lahan Desa Pagedangan

Luas Desa Pagedangan secara keseluruhan adalah 464,46 Ha, yang merupakan bagian 10 % dari total luas Kecamatan Pagedangan. Bentang lahan Desa Pagedangan terbagi sesuai dengan penggunaannya.

Berdasarkan data yang dimuat di profil Desa Pagedangan tahun 2013, dituliskan bahwa luas ladang 146,56 Ha, lahan kosong seluas 96,50 Ha, sawah 22,40 Ha, dan pemukiman 195 Ha.

Perubahan penggunaan lahan terjadi di Desa Pagedangan, terutama dalam 20 tahun terakhir. Alih fungsi lahan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling berkaitan satu sama lain.

5. Kondisi Kependudukan

Desa Pagedangan terbagi menjadi 4 Kampung atau Rukun Warga yaitu Kampung Tegal, Kampung Pager Haur, Kampung Cicayur 1, dan Perumahan Bumi Puspiptek Asri. Berdasarkan data monografi Desa Pagedangan yang diperbaharui pada tahun 2013 struktur penduduk Desa Pagedangan mengalami perubahan yang tidak begitu signifikan

34

Profil Kabupaten Tangerang, 2014, (tangerangkab.go.id).

35 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Kondisi Geografis Provinsi Banten, 2014,

(49)

dibandingkan dengan data bulan sebelumnya. Berikut adalah uraian data monografi Desa Pagedangan,

Tabel 4.1 Pembagian penduduk Desa Pagedangan bersadarkan umur dan jenis kelamin

No. Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

1. 00 - 04 tahun 412 370 782

2. 05 - 09 tahun 497 503 1000

3. 10 -14 tahun 563 551 1114

4. 15 - 19 tahun 567 512 1079

5. 20 - 24 tahun 564 491 1055

6. 25 - 29 tahun 425 426 851

7. 30 - 34 tahun 425 491 916

8. 35 - 39 tahun 410 472 882

9. 40 - 44 tahun 484 505 989

10. 45 - 49 tahun 473 314 787

11. 50 - 54 tahun 243 203 446

12. 55 - 59 tahun 149 104 253

13. 60 - 64 tahun 101 69 170

14. 65 - 69 tahun 51 57 108

15. 70 - 74 tahun 56 34 90

16. 75 tahun keatas 20 26 46

Jumlah 5440 5128 10568

Sumber: Monografi Desa Pagedangan

Struktur penduduk Desa Pagedangan berdasarkan jenis kelamin menunjukkan selisih yang tidak begitu jauh. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 5.440 jiwa dan perempuan 5.128 jiwa dan total penduduk 10.568 jiwa. Dari komposisi tersebut, berdasarkan umur, struktur penduduk Desa Pagedangan yang terbanyak adalah usia 10-14 tahun sebanyak 1114 jiwa. Sedangkan struktur penduduk yang paling sedikit adalah Penduduk usia 75 tahun keatas yaitu sebanyak 46 jiwa. Desa Pagedangan didominasi oleh penduduk usia produktif.

Kepadatan penduk Desa Pagedangan dapat dilihat dengan perhitungan sebagai berikut,

(50)

Kepadatan Penduduk =

=

=

22,75 jiwa/Ha

Hasil perhitungan menunjukkan kepadatan penduduk Desa Pagedangan sebesar 22,75 jiwa/Ha. Dengan total tersebut, Desa Pagedangan termasuk daerah dengan penduduk yang tidak begitu padat.

Perhitungan sex ratio juga dapat dilakukan dengan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan sebagai berikut,

Jumlah penduduk laki-laki = 5.440 Jumlah penduduk perempuan = 5.128 Sex ratio =

x 100

=

= 106 %

Sex ratio menunjukkan angka 106 yang berarti bahwa, setiap 100 penduduk perempuan di Desa Pagedangan terdapat 106 penduduk laki-laki.

(51)
[image:51.595.88.517.154.666.2]

Berikut adalah pembagian penduduk Desa Pagedangan berdasarkan mata pencahariannya yang diklasifikasikan berdasarkan Kampung dan jenis pekerjaannya.

Tabel 4.2 Pembagian penduduk Desa Pagedangan berdasarkan Mata Pencaharian

No. Kampung/ RW

Peg. Peg. Wira- TNI/ Pensiu Nan

Da-gang Buruh

Jum Lah Negeri Swasta swasta Polri

1. Tegal 5 786 420 4 3 158 363 1739 2. Pager

Haur 25 835 314 4 5 132 442 1757 3. Cicayur 1 163 1069 417 11 9 339 532 2540 4.

Bumi Puspitek Asri

423 420 383 10 5 181 311 1733

Jumlah 616 3110 1534 29 22 810 1648 7769

Sumber: Monografi Desa Pagedangan

Berdasarkan mata pencahariannya, struktur penduduk Desa Pagedangan didominasi oleh pegawai swasta dengan jumlah 3.110 orang, sedangkan yang paling sedikit adalah pensiunan yaitu sebanyak 22 orang. Jenis pekerjaan yang dilakukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki. Dibawah ini adalah tabel pembagian penduduk Desa Pagedangan berdasarkan tingkat pendidikannya.

Tabel 4.3 Pembagian penduduk Desa Pagedangan berdasarkan tingkat pendidikan

No Kampung/

RW SD SMP SMA D I D II

D III S 1

S 2 S3

Jum-lah

1. Tegal 472 401 678 16 11 24 40 10 - 1652 2. Pager Haur 478 477 589 25 8 32 32 8 - 1649 3. Cicayur I 895 934 790 18 12 45 60 12 1 2766

4.

Bumi Puspiptek Asri

688 458 1012 43 42 89 112 25 2 2469

Jumlah 2533 2270 3069 102 73 190 244 55 3 8539

Sumber: Monografi Desa Pagedangan

(52)

struktur penduduk dapat diakibatkan oleh dua kemungkinan. Yang pertama adalah karena kurangnya pembaharuan struktur penduduk berdasarkan tingkat pendidikannya. Yang kedua adalah karena tidak banyak penduduk Desa Pagedangan yang bisa mencapai pendidikan tinggi sampai S3. Dua kemungkinan tersebut mempengaruhi jumlah penduduk dan lulusan pendidikannya. Tabel 4.5 ini menunjukkan bahwa masih sedikit masyarakat yang mencapai pendidikan tinggi di Desa Pagedangan.

[image:52.595.90.514.110.606.2]

Seiring dengan pembangunan yang terjadi, keberagaman masyarakat mulai terjadi di Desa Pagedangan. Penduduk desa yang sebelumnya adalah masyarakat tradisional dengan hampir seluruhnya beragama islam kini mulai berdampingan dengan masyarakat pendatang dari berbagai daerah di Indonesia. Berdasarkan agama yang diyakini oleh masyarakat Desa Pagedangan, dibawah ini adalah tabel klasifikasi penduduk berdasarkan agama,

Tabel 4.4 Pembagian penduduk Desa Pagedangan berdasarkan Agama

No Kampung/

RW Islam

Protes Tan

Ka

tholik Budha Hindu Konghucu Jumlah

1. Tegal 1247 68 22 11 54 10 1412 2. Pager Haur 1840 20 16 10 1 11 1898 3. Cicayur 1 3395 21 15 14 5 15 3465

4.

Bumi Puspiptek Asri

3592 123 39 16 6 17 3793

Jumlah 10074 232 92 51 66 53 10568

Sumber: Monografi Desa Pagedangan

Berdasarkan agama, struktur penduduk Desa Pagedangan didominasi oleh pemeluk agama islam yaitu sebanyak 10.101 orang, sedangkan yang paling sedikit adalah pemeluk agama budha yaitu sebanyak 51 orang. Angka pemeluk agama budha tidak jauh dengan jumlah penduduk yang memiliki kepercayaan konghucu, yaitu sebanyak 53 orang.

(53)

suatu daerah ke daerah lain untuk menetap mempengaruhi struktur penduduk.

Berdasarkan keterangan yang disampaikan staf Desa Pagedangan didapatkan bahwa perbandingan penduduk yang datang dan penduduk yang keluar tidak begitu signifikan. Adanya penduduk datang dikarenakan di Desa Pagedangan mulai dibangun perumahan-perumahan, sementara itu adanya penduduk keluar dikarenakan beberapa lahan yang digunakan untuk pembangunan perumahan juga menggusur beberapa pemukiman penduduk asal.

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah penelitian ini, yaitu mengenai faktor pendorong perubahan penggunaan lahan dan perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Desa Pagedangan dalam kurun waktu 20 tahun sejak 1993 sampai tahun 2013.

(54)

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan oleh penulis maka hasil penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut,

1. Faktor Pendorong Perubahan Penggunaan Lahan Desa Pagedangan Tahun 1993-2013

Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Desa Pagedangan terjadi secara bertahap. Hal ini didasari karena perkembangan zaman seiring dengan kemajuan teknologi dan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Peralihan masyarakat pertanian menjadi masyarakat industri juga menjadi salah satu indikator pendukung tata wilayah dan penggunaan lahan untuk pembangunan segala fasilitas umum yang masyarakat.

Berpatokan pada teori McNeill yang menyatakan bahwa perubahan penggunaan lahan didorong oleh empat faktor yaitu politik, ekonomi, demografi, dan budaya maka penulis melakukan penelitian mengenai aplikasi teori ini di Desa Pagedangan.

Berdasarkan observasi, wawancara, dan dokumentasi yang telah dilakukan penulis maka hasil analisis data menunjukkan bahwa faktor-faktor pendorong perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Desa Pagedangan dalam kurun waktu 1993 sampai dengan tahun 2013 dapat diuraikan sebagai berikut,

a. Aspek Politik

Di Desa Pagedangan aspek politik tidak begitu berperan banyak dalam perubahan penggunaan lahan, terutama dalam lingkup pemerintahan tingkat Desa. Kepala Desa tidak mengatur daerah mana saja yang boleh dijadikan wilayah proyek pembangunan perusahaan

real estate. Dalam hal ini yang memiliki peran besar mengenai pembangunan di wilayah Desa Pagedangan adalah PT. Bumi Serpong Damai (BSD), yang bekerja sama juga dengan Summarecon, Sinar Mas, dan Parramount.

(55)

Tidak ada kebijakan khusus yang diberlakukan. Alih fungsi lahan terjadi karena tersedianya lahan di tangan para pengembang. Sedangkan pemilik lahan yaitu masyarakat sendiri memiliki hak penuh atas tanah-tanah mereka. Jika masyarakat sepakat dan bersedia menjual tanah mereka ke PT. BSD tentu saja pengembang akan melakukan pendekatan pada masyarakat sekitar untuk melakukan perluasan daerah pembangunannya. Tidak ada campur tangan pemerintah desa atau kecamatan dalam hal jual-beli tanah, semua itu tergantung pada para pemilik tanah apakah akan mempertahankan atau menjual tanahnya.36

Setiap developer memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan pendekatan secara persuasif kepada masyarakat Desa Pagedangan. Alih fungsi lahan terjadi setelah lahan berpindah tangan dari penduduk asli ke tangan developer. Sementara itu tidak ada kebijakan khusus yang mengatur apakah masyarakat boleh menjual tanah mereka atau tidak, karena jual beli tanah adalah hak pemilik tanah.

Berdasarkan keterangan yang didapatkan dari Staf yang bekerja di PT. BSD diketahui bahwa PT. BSD membagi daerah pengembangannya menjadi 7 blok. Wilayah proyek pembangunan PT. BSD ini diungkapkan oleh Admin,

Wilayah proyek pembangunan PT. BSD di Kecamatan Pagedangan yaitu Desa Lengkong Kulon dan Desa Pagedangan. Sementara itu untuk Kecamatan sebelahnya adalah Desa Sampora, Situgadung, dan Kadusirung. Proyek yang sedang dibangun dintaranya Mall AEON, Convention Center, dan jalur tol BSD – Balaraja.37

Terdapat beberapa wilayah yang tidak masuk dalam proyek pembangunan PT. BSD. Wilayah tersebut disebut garis hitam oleh para developer sehingga tanah-tanah di daerah tersebut tidak diperuntukkan bagi perluasan wilayah pembangunan PT. BSD. Beberapa wilayah dipertahankan untuk dijadikan desa wisata di tengah modernisasi kota yang menjadi daya tarik bagi para pendatang yang menempati perumahan-perumahan yang dibangun developer.

36

Ahmad Anwar, Kepala Desa Pagedangan, (28 Oktober 2014), Lampiran C.1, h.71.

37

Gambar

Tabel 2.1  Klasifikasi kesesuaian lahan untuk permukiman ............................
Tabel 2.1 Klasifikasi kesesuaian lahan untuk permukiman
Tabel 2.3 Klasifikasi kesesuaian lahan untuk jalan (USDA 1983)
Gambar 2.1 Alur Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Interpretasi penggunaan lahan Meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya dunia pendidikan telah memunculkan perguruan perguruan tinggi di sekitar Kecamatan Mlati

Analisis perubahan penggunaan lahan dengan memanfatkan citra google earth dan GPS serta pemanfaatan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan hal yang

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah Perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi permukiman yang terjadi di daerah penelitian selama kurun waktu 2004 – 2011

Hasil dari analisis menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi non pertanian di Kecamatan Ungaran Barat seluas -6,8055 km², daerah dengan kelas perubahan

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Karanganyar dengan judul “ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 1998 DAN 2003” bertujuan :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensitas perubahan penggunaan lahan pertanian dan laju alih fungsi (konversi) lahan pertanian di Kecamatan Parigi tahun 2008

Penelitian ini memiliki tujuan: mengetahui persebaran perubahan penggunaan lahan dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di Kecamatan

Desa Muktiharjo mengalami perubahan penggunaan lahan paling banyak dari penggunaan lahan sawah irigasi atau pertanian lahan basah berubah menjadi permukiman, perubahan