• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

1. Faktor Pendorong Perubahan Penggunaan Lahan Desa

Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Desa Pagedangan terjadi secara bertahap. Hal ini didasari karena perkembangan zaman seiring dengan kemajuan teknologi dan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Peralihan masyarakat pertanian menjadi masyarakat industri juga menjadi salah satu indikator pendukung tata wilayah dan penggunaan lahan untuk pembangunan segala fasilitas umum yang masyarakat.

Berpatokan pada teori McNeill yang menyatakan bahwa perubahan penggunaan lahan didorong oleh empat faktor yaitu politik, ekonomi, demografi, dan budaya maka penulis melakukan penelitian mengenai aplikasi teori ini di Desa Pagedangan.

Berdasarkan observasi, wawancara, dan dokumentasi yang telah dilakukan penulis maka hasil analisis data menunjukkan bahwa faktor-faktor pendorong perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Desa Pagedangan dalam kurun waktu 1993 sampai dengan tahun 2013 dapat diuraikan sebagai berikut,

a. Aspek Politik

Di Desa Pagedangan aspek politik tidak begitu berperan banyak dalam perubahan penggunaan lahan, terutama dalam lingkup pemerintahan tingkat Desa. Kepala Desa tidak mengatur daerah mana saja yang boleh dijadikan wilayah proyek pembangunan perusahaan real estate. Dalam hal ini yang memiliki peran besar mengenai pembangunan di wilayah Desa Pagedangan adalah PT. Bumi Serpong Damai (BSD), yang bekerja sama juga dengan Summarecon, Sinar Mas, dan Parramount.

Keterangan perihal kebijakan ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kepala Desa Pagedangan, Ahmad Anwar,

Tidak ada kebijakan khusus yang diberlakukan. Alih fungsi lahan terjadi karena tersedianya lahan di tangan para pengembang. Sedangkan pemilik lahan yaitu masyarakat sendiri memiliki hak penuh atas tanah-tanah mereka. Jika masyarakat sepakat dan bersedia menjual tanah mereka ke PT. BSD tentu saja pengembang akan melakukan pendekatan pada masyarakat sekitar untuk melakukan perluasan daerah pembangunannya. Tidak ada campur tangan pemerintah desa atau kecamatan dalam hal jual-beli tanah, semua itu tergantung pada para pemilik tanah apakah akan mempertahankan atau menjual tanahnya.36

Setiap developer memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan pendekatan secara persuasif kepada masyarakat Desa Pagedangan. Alih fungsi lahan terjadi setelah lahan berpindah tangan dari penduduk asli ke tangan developer. Sementara itu tidak ada kebijakan khusus yang mengatur apakah masyarakat boleh menjual tanah mereka atau tidak, karena jual beli tanah adalah hak pemilik tanah.

Berdasarkan keterangan yang didapatkan dari Staf yang bekerja di PT. BSD diketahui bahwa PT. BSD membagi daerah pengembangannya menjadi 7 blok. Wilayah proyek pembangunan PT. BSD ini diungkapkan oleh Admin,

Wilayah proyek pembangunan PT. BSD di Kecamatan Pagedangan yaitu Desa Lengkong Kulon dan Desa Pagedangan. Sementara itu untuk Kecamatan sebelahnya adalah Desa Sampora, Situgadung, dan Kadusirung. Proyek yang sedang dibangun dintaranya Mall AEON, Convention Center, dan jalur tol BSD – Balaraja.37

Terdapat beberapa wilayah yang tidak masuk dalam proyek pembangunan PT. BSD. Wilayah tersebut disebut garis hitam oleh para developer sehingga tanah-tanah di daerah tersebut tidak diperuntukkan bagi perluasan wilayah pembangunan PT. BSD. Beberapa wilayah dipertahankan untuk dijadikan desa wisata di tengah modernisasi kota yang menjadi daya tarik bagi para pendatang yang menempati perumahan-perumahan yang dibangun developer.

36

Ahmad Anwar, Kepala Desa Pagedangan, (28 Oktober 2014), Lampiran C.1, h.71.

37

Berikut keterangan yang disampaikan oleh Deden Sutisna Wijaya, salah satu staf yang sudah bekerja pada PT. BSD sejak tahun 1984 sebagai pengawas pembebasan lahan.

Karena saya bekerja sebagai pengawas pembebasan lahan yang bertugas melayani masyarakat yang akan menjual tanahnya. Banyak daerah yang dijadikan wilayah proyek pembangunan PT. BSD. Perluasannya sampai daerah Rumpin, Bogor. Di Kecamatan Pagedangan sendiri ada beberapa tempat, diantaranya daerah blok 3 salah satunya, daerah ini merupakan pusat Kecamatan Pagedangan dan akan dikembangkan oleh pemerintah Desa Pagedangan menjadi Desa Wisata. Selanjutnya ada lengkong kiyai yang akan dilestarikan sebagai daerah bersejarah, dan juga beberapa daerah yang dikhususkan sebagai tempat relokasi bagi warga-warga yang tergusur rumahnya. Beberapa daerah tersebut tidak akan diganggu-gugat oleh PT. BSD.38

Sementara itu bentuk-bentuk kerja sama lainnya yang dilakukan Desa Pagedangan dengan PT. BSD, diungkapkan oleh Kepala Desa Pagedangan, Ahmad Anwar, adalah sebagai berikut,

Kerja sama yang dilakukan antara Desa Pagedangan dengan PT. BSD cukup baik. Dalam beberapa kegiatan sosial PT. BSD biasanya ikut berpartisipasi. Misalnya ketika hari raya idul fitri, mereka akan membagi-bagikan THR, atau pada saat idul adha juga ikut menyumbang beberapa hewan kurban. Desa Pagedangan juga bisa mengirimkan proposal bantuan dukungan dana, biasanya mereka akan memberikan bantuan. Untuk di kantor desa sendiri, ada beberapa barang-barang pemberian dari PT. BSD seperti komputer atau alat-alat pendukung kerja staf desa.39 Kerja sama yang dilakukan pemerintah desa dengan para developer juga hanya sebatas kerja sama sosial berupa donasi atau partisipasi perusahaan dalam kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan di Desa Pagedangan. Sejauh ini belum ada kegiatan khusus untuk pembangunan yang dilakukan di Desa Pagedangan dengan para developer. Desa Pagedangan menduduki peringkat keempat sebagai Desa Terbaik di tingkat nasional membuat pemerintah Desa juga bekerja keras untuk membangun desa dan mensejahterakan

38

Deden Sutisna Wijaya, Staf PT.BSD, (1 November 2014), Lampiran C.9, h.87.

39

masyarakatnya. Misi Desa Pagedangan untuk menjadi Desa wisata di tengah kemajuan kota nampaknya akan segera terwujud karena kerja keras dari seluruh elemen masyarakat yang bahu-membahu untuk mencapai tujuan tersebut.

b. Aspek Ekonomi

Perubahan penggunaan lahan juga didukung oleh aspek ekonomi. Peningkatan pendapat perkapita dan kebutuhan penduduk akan tempat tinggal membuat para developer berlomba-lomba untuk membangun tempat hunian, fasilitas umum, serta pusat bisnis dengan berbagai kelebihan yang ditawarkan.

Salah satu pusat bisnis yang masih dalam proses pengerjaan adalah Foresta Business Loft yang dibangun di sekitar perumahan elite Foresta. Proyek erumahan ini mulai dikerjakan pada tahun 2009 dan sekarang sudah hampir seluruh rumah dihuni oleh masyarakat dari berbagai daerah. Berikut adalah gambar yang dapat menjunjukkan perbandingan mengenai perubahan penggunaan lahan yang terjadi. Bangunan ini didirikan di atas lahan yang termasuk ke dalam Kampung Pager Haur pada tahun 2013 dengan mengkonversi lahan kosong menjadi fasilitas umum,

Gambar 4.2 Foresta Business Loft

Dari foto yang ditunjukkan di atas, dapat terlihat dengan jelas perubahan yang terjadi terhadap peruntukkan lahan di Kampung Pager Haur. Gambar 4.1 dambil pada tahun 2013 dan Gambar 4.2 diambil pada tahun 2014. Dalam waktu satu tahun, pembangunan sudah semakin luas terjadi. Pembangunan ini didukung juga oleh masyarakat yang menjual tanahnya pada PT. BSD, dan tanah-tanah tersebut dijadikan sebagai daerah-daerah proyek pembangunan PT. BSD.

Karena faktor ekonomi juga lah masyarakat Desa Pagedangan menjual lahan mereka, baik itu sawah, ladang, bahkan rumah yang mereka tinggali juga. Pekerjaan sebagai petani yang dinilai tidak bisa mendukung kehidupan keluarga secara maksimal membuat masyarakat Desa Pagedangan lebih memilih untuk menjual lahan mereka, berpindah tempat tinggal ke desa lain dan memilih kehidupan yang baru dengan rencana-rencana usaha yang sudah dipikirkan sebelumnya.

Tapi selain menjual lahan-lahan mereka, beberapa penduduk justru mempertahankannya. Harga tanah di Desa Pagedangan juga mulai naik, karena hal inilah H. Kutab pemilik lahan yang sebelumnya masih bertani, kini mendapatkan penghasilan dari sewa tanah dan kontrakannya.

Keadaan sekarang sangat berbeda dari sebelumnya. Desa Pagedangan sudah sangat maju, dulu kalau mencari pekerjaan harus pergi ke Jakarta. Sekarang banyak orang dari daerah-daerah yang datang ke sini untuk bekerja. Kalau saya pribadi yang sebelumnya masih bertani sekarang hanya menunggu bayaran sewa kontrakan. Kadang-kadang kalau sedang ingin pergi ke kebun, saya Tanami pohon pisang di pekarangan belakang rumah. Dulu mencari uang sulit, sekarang lebih mudah. Fasilitas kesehatan juga lebih memadai. Sampai saat ini saya masih memilih untuk mempertahankan lahan-lahan milik saya, karena lebih bermanfaat. Kalau dijual, kepemilikan akan terputus. Memang uangnya lebih besar, tapi cara pemanfaatannya akan diputus juga. Kalau hak miliknya masih saya yang memegang, maka lahan-lahan milik saya juga bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin.40

Keterangan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan juga oleh H. Murpah selaku pemilik lahan yang juga merasakan perubahan cara pandangnya terhadap lahan kosong.

Sejak dulu, lahan kosong di sekitar rumah sudah lumayan luas, sampai di pinggir jalan raya juga. Sebagian besar adalah peninggalan orang tua. Kalau zaman dulu, lahan kosong ya dibiarkan saja kosong dan ditumbuhi semak. Kalau sedang ada biaya dan ada tenaga ya dijadikan ladang dan ditanami. Tapi sekarang lahan kosong di sekitar rumah sudah disewakan. Lahan kosong di pinggir jalan raya dibangun jadi toko-toko yang bisa dikontrakan. Seperti ini lebih enak, tidak capek, tapi dapat penghasilan dari sewa tanah dan kontrakan. Jadi daripada dijual, saya lebih memilih untuk mempertahankan lahan-lahan saya.41 Kondisi perekonomian masyarakat Desa Pagedangan terbilang cukup baik. Hal ini terlihat dari tingkat pengangguran yang tidak begitu tinggi. Dengan dilakukannya pembangunan di berbagai sektor seperti industri dan juga pusat-pusat perbelanjaan atau mall membuat banyak terbukanya lapangan pekerjaan baru. Masyarakat lulusan SMA, SMK, atau sederajat yang merupakan usia produktif lebih memilih untuk mencari pekerjaan dibandingkan melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

40

Kutab, Pemilik Lahan, (30 Oktober 2014), Lampiran C.5, h.80.

41

Berikut penuturan Nida, masyarakat pendatang di Desa Pagedangan yang suaminya bekerja sebagai karyawan di Pabrik yang ada di sekitar Desa Pagedangan,

Sekarang ini sedang dilakukan pembangunan di mana-mana, sebentar lagi Desa Pagedangan sudah jadi kota. Kalau di tanya mengenai pendapat, saya memanfaatkan saja perubahan positif yang terjadi di Desa Pagedangan. Sekarang transportasi lebih mudah, mau pergi kemana saja terasa lebih dekat. Tempat rekreasi juga sudah mudah dijangkau, apalagi mall-mall yang bisa didatangi sekedar untuk cuci mata. Kalau dampak negatifnya belum terasa. Semoga tidak ada dampak negatifnya.42

Jalur transportasi menjadi pendukung mobilitas penduduk dan mempermudah kegiatan masyarakat. Didirikannya pusat-pusat perbelanjaan juga mempengaruhi kegiatan masyarakat Desa Pagedangan. Selain membuka lapangan pekerjaan baru, mall-mall tersebut juga menjadi tempat rekreasi bagi masyarakat untuk mendapatkan hiburan yang mudah.

Daerah terdekat dengan ibu kota Jakarta seperti Tangerang, Depok, Bogor, dan Bekasi menjadi perluasan pusat pemerintahan dan perekonomian di Indonesia. Para pendatang yang berasal dari berbagai daerah beramai-ramai mendatangi kota-kota tersebut untuk mencari pekerjaan dan berharap bisa mendapatkan peruntungan untuk kehidupan yang lebih baik.

c. Aspek Demografi

Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi membuat kebutuhan akan lahan tempat tinggal juga meningkat tajam. Jika kedua aspek ini tidak bisa diseimbangkan maka akan muncul daerah-daerah kumuh di pinggiran sungai, kolong jembatan, tempat pembungan sampah, atau bahkan tempat pemakaman umum. Kesenjangan sosial yang terjadi terutama di ibu kota memang belum bisa dicarikan solusi yang paling tepat. Pemerintah sudah melakukan usaha mulai dari pembatasan

42

urbanisasi sampai penertiban pengemis di ibu kota, namun hasilnya belum terlihat baik.

Perpindahan penduduk mempengaruhi struktur penduduk dalam suatu daerah, begitupun yang terjadi di Desa Pagedangan. Pembangunan perumahan oleh perusahaan real estate menarik para pendatang. Dalam hal ini, struktur penduduk harus diperbaharui setiap bulan. Laporan penduduk masuk dan penduduk yang keluar dari Desa Pagedangan menunjukan perubahan yang cukup banyak dari tahun ke tahun. Terutama sejak perumahan-perumahan selesai dibangun dan mulai ditinggali.

Berdasarkan keterangan yang didapatkan dari Nida, salah satu masyarakat Desa Pagedangan.

Sebelumnya saya tinggal bersama orang tua di Kampung Kampung Sawah, Desa Lengkong Kulon, Kecamatan Pagedangan. Pindah ke sini mengikuti suami, sejak tahun 2013. Kebetulan tinggalnya berdempetan dengan rumah mertua. Suami saya bekerja di pabrik, sebagai karyawan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup berdua masih bisa, karena kita juga belum punya anak. Rumah yang ditinggali juga dibuatkan oleh mertua. Hasil menjual sawah di tempat tinggal sebelumnya, kemudian pindah ke sini dan membuat tempat tinggal yang baru. Sebelumnya saya tinggal dengan orang tua saya yang bekerja sebagai petani. Saat ini, kedua orang tua juga sudah pindah ke Desa lain, di Kampung Kandang, Desa Situ Gadung, masih satu Kecamatan Pagedangan. Kalau mertua saya setelah menjual sawahnya sekarang pergi ke Kalimantan, bekerja sebagai mekanik di bengkel. Ya, setelah banyak perubahan yang terjadi pada Desa Pagedangan, kehidupan juga berubah.43

Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa selain di Desa Pagedangan, masyarakat juga mencari pekerjaan sampai ke luar daerah. Setelah menjual sawah-sawahnya, masyarakat yang tidak bisa bertani lagi mulai mencari peruntungan di daerah lain demi menghidupi keluarganya.

Sebagian penduduk Desa Pagedangan yang menjual lahan mereka harus pindah ke tempat lain. Sementara itu para penduduk dari

43

berbagai daerah justru berdatangan untuk menempati hunian-hunian yang baru saja selesai di bangun. Hal ini tentu juga mempengaruhi struktur penduduk Desa Pagedangan.

Keterangan mengenai perubahan struktur penduduk yang terjadi di masyarakat akibat perubahan penggunaan lahan dapat diketahui dari pernyataan yang diungkapkan oleh Firman Maulana, staf bagian kependudukan Desa Pagedangan,

Dari data penduduk masuk dan penduduk keluar bisa dilihat berapa banyak penduduk yang melakukan migrasi. Tapi jika dibandingkan penduduk yang datang lebih banyak daripada penduduk yang keluar, karena pembangunan yang dilakukan oleh pengembang adalah pembangunan daerah perumahan sehingga penduduk pendatang dari berbagai daerah bermukim di sini. Pendataan mata pencaharian penduduk juga seharusnya dilakukan setiap bulan. Tapi terkadang pihak desa memperbaharui data tersebut dalam waktu beberapa bulan sekali. Seiring perubahan desa dari agraris menjadi industri, maka mata pencaharian masyarakat juga berubah dari petani ke pekerjaan lainnya. Sehingga berubah pula status sosial dan interaksi sosial yang terjadi didalamnya.44

Dalam keterangan yang ditulis di atas, dapat diketahui bahwa aspek demografi seperti perubahan struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian, juga terus berubah seiring dengan keluar masuknya masyarakat di Desa Pagedangan.

d. Aspek Budaya

Bersamaan dengan perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Desa Pagedangan. Beberapa kebiasaan masyarakat juga berubah cukup banyak. Pekerjaan sebagai petani yang sebelumnya mendominasi kini mulai hilang. Perubahan prilaku dirasakan terjadi pada masyarakat. Tingkat hedonism yang meningkat mulai terasa ketika pembangunan pusat-pusat perbelanjaan modern seperti mall atau pusat-pusat hiburan lainnya. Masyarakat usia muda baik

44

perempuan atau laki-laki juga berusaha mendapatkan pekerjaan di tempat yang dianggap nyaman, yaitu di kota.

Kebiasan-kebiasaan lama yang mulai ditinggalkan dan kebiasaan baru yang mulai dilakukan. Peralihan dari masyarakat pertanian menjadi masyarakat industri, atau peralihan dari Desa ke Kota membuat perubahan kebiasaan tersebut terjadi.

Banyak perbedaan yang terasa, dibandingkan dengan zaman dulu, sekarang banyak hal yang berubah. Seperti yang diungkapkan oleh Lia, masyarakat Desa Pagedangan.

Perubahan yang terjadi tidak begitu terasa, tapi kalau di pikir-pikir baru dirasa ada beberapa hal yang sebelumnya dilakukan sekarang sudah tidak dilakukan lagi. Contohnya dulu ketika masih kecil, saya bisa bermain di sawah, membatu orang tua menggarap sawah. Anak-anak saya sekarang sudah main di depan komputer, bermain game online.45

Perubahan yang dirasakan khususnya oleh petani, berhubungan dengan kebiasaan-kebiasaan sebelumnya. Seperti yang diungkapkan oleh Andi, petani di Desa Pagedangan,

Dulu saya masih bertani, bangun pagi-pagi sekali untuk ke sawah. Rutinitas setiap pagi selalu sama, kalau padi sudah mau panen kadang juga harus menjaga sawah dari hama burung-burung. Sekarang sudah tidak ada sawah, ya tinggal ladang milik orang lain yang dikerjakan. Dulu memang mendapatkan apa-apa sulit, sekarang semakin gampang.46

Untuk masalah sandang dan papan, mungkin zaman dulu lebih sulit daripada sekarang. Tapi zaman dulu untuk mendapatkan pangan justru lebih mudah. Keberadaan kebun dan ladang di sekitar rumah membuat masyarakat dengan mudah mendapatkan bahan makanan. Hal ini diungkapkan oleh Suanih, masyarakat Desa Pagedangan.

Dulu mendapatkan apapun mudah, tinggal pergi ke ladang di belakang rumah. Untuk makan juga tinggal mengolah apa yang ada di ladang. Kalaupun tidak punya lahan untuk ditanami, biasanya tetangga yang memberikan bahan makanan. Kalau sekarang sudah tidak ada lahan yang bisa ditanami. Tapi sekarang

45

Lia, Penduduk Pendatang, (31 Oktober 2014), Lampiran C.8, h.86.

46

ada tukang sayur yang lewat di depan rumah, berbeda dengan dulu yang harus pergi ke pasar untuk belanja.47

Status sosial juga termasuk dalam aspek budaya. Dalam hal ini perubahan dari pertanian ke industru membuat para petani yang menjadi kayawan apakah merasa lebih baik atau justru tidak. Pola interaksi sosial yang sebelumnya dibangun kini berubah seiring dengan banyaknya perubahan lingkungan hidup yang bisa dirasakan sehari-hari.

Nilai dan norma dalam masyarakat juga mulai berubah. Dulu, hal yang dianggap tabu dan asing, kini mulai dianggap biasa. Masyarakat Desa Pagedangan termasuk dalam masyarakat yang maisih sangat menjunjung tinggi nilai dan norma. Tapi sebagian hal dulu mungkin tidak bisa diterima sama sekali kini mulai diperlakukan lebih demokratis.

Perubahan penggunaan lahan di Desa Pagedangan dalam kurun waktu 20 tahun, dimulai sejak tahun 1993 sampai dengan tahun 2013 terjadi secara bertahap diikuti oleh perubahan-perubahan ekonomi, sosial dan budaya dalam masyarakat.

2. Perubahan Penggunaan Lahan Desa Pagedangan Tahun 1993-2013

Hasil digitasi peta rupa bumi Indonesia tahun 1993 yang didapat dari Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional), dengan program Arc View GIS 3.3 bentang lahan Desa Pagedangan dapat dilihat pada gambar 4.3.

Dari peta tersebut Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan ekstensi Geoteknika Indonesia dalam program Arc View GIS 3.3 dapat diperoleh luas ladang sebanyak 80,20 Ha, kebun 70,26 Ha, semak belukar 52 Ha, lahan kosong 54 Ha, sawah 144 Ha, dan pemukiman 64 Ha.

47

Alih fungsi lahan di Desa Pagedangan dimulai saat memasuki tahun 2000, namun perubahan secara besar-besaran dimulai sejak tahun 2008 saat para pengembang memulai kegiatan mereka membangun proyek-proyek besar yang sudah dipersiapkan dalam master plan pembangunan.

Developer yang paling berpengaruh dalam alih fungsi lahan di Desa Pagedangan adalah PT. Bumi Serpong Damai atau yang sering disebut sebagai PT. BSD. Proyek pengerjaan PT. BSD diantaranya adalah Kecamatan Serpong, Kecamatan Legok, Kecamatam Cisauk, dan Kecamatan Pagedangan. Dan sampai sekarang perluasan daerah proyek pembangunannya semakin meluas.48

Banyak faktor pendorong yang menyebabkan alih fungsi lahan terjadi di Desa Pagedangan. Dalam kurun waktu 20 tahun, penggunaan lahan di Desa Pagedangan menunjukkan perubahan yang signifikan. Alih fungsi lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya menyebabkan luas bentang lahan dan peruntukannya berubah.

Berdasarkan data monografi yang didapat dari pemerintahan Desa Pagedangan dituliskan bahwa peruntukan bentang lahan sebagai ladang seluas 146,56 Ha, lahan kosong 96,50 Ha, sawah 22,40 Ha, dan pemukiman 195 Ha, jumlah keseluruhan adalah 460,46. Sementara itu, berdasarkan hasil digitasi dan perhitungan luas menggunakan Geoteknika Indonesia dalam program Arc View 3.3, didapatkan tambahan luas sebanyak 4 Ha untuk bentang lahan semak belukar sehingga luas bentang lahan menjadi 464,46, sesuai dengan luas keseluruhan Desa Pagedangan dalam data Badan Pusat Statistik dan data monografi Desa.

Digitasi yang dilakukan terhadap peta RBI untuk membuat peta penggunaan lahan tahun 2013 adalah berdasarkan data profil desa serta monografi, observasi, dokumentasi dan wawancara. Penulis meneliti daerah mana saja dan seberapa banyak perubahan yang terjadi. Setelah dilakukan update luas dengan Geoteknika Indonesia, penggunaan lahan Desa Pagedangan tahun 2013 dapat dilihat pada gambar 4.4.

48

Perubahan penggunaan lahan Desa Pagedangan terlihat dari perbedaan warna yang tampak pada peta tahun 1993 dan tahun 2013. Perbandingan luas bentang lahan tahun 1993 dan tahun 2013 dapat digambarkan dalam tabel dibawah ini,

Tabel 4.5 Penggunaan lahan Desa Pagedangan

Jenis Lahan Luas (Ha)

1993 2013 Ladang 80,20 146,56 Kebun 70,26 - Semak Belukar 52 4 Lahan kosong 54 96,50 Sawah 144 22,40 Pemukiman 64 195 Total 464,46 464,46

Sumber: Hasil Penelitian tahun 2014

Dari tabel tersebut, terdapat berbedaan bentang lahan dengan luasannya. Pada tahun 1993 luas ladang 80,20 Ha dan luas kebun 70,26 Ha. Sementara di tahun 2013 luas ladang bertambah menjadi 146,56 Ha sedangkan kebun sama sekali tidak ada. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa cara pandang masyarakat terhadap ladang dan kebun adalah sama. Padahal sebenarnya dalam peta RBI, bentang lahan ladang dan kebun dipisahkan dengan legenda dalam peta yang juga berbeda. Warna kuning untuk ladang dan hijau untuk kebun. Jika dilihat dari

Dokumen terkait