• Tidak ada hasil yang ditemukan

KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI BERB (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI BERB (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI BERBASIS MULTIKULTURAL UNTUK MENANAMKAN NILAI KARAKTER PADA ANAK

Nelti Rizka1, Dadan Suryana2 Universitas Negeri Padang

Jl. Prof Hamka Air Tawar Padang Sumatera Barat Email: neltrizka@gmail.com

Abstract

Curriculum 2013 Early Childhood Education aims to encourage the development of children's potential to have readiness to pursue further education. One aspect that needs to be taken into account in forming the curriculum is the main aspect because Indonesia is one of the largest multidimensional countries in the world, but the problems that often occur due to the diversity undertaken by our country. Tribal, Religious, Racial and Interreligious Differences become tools used by a handful of people to attack each other. This may be the reaction of our unpreparedness to the multicultural concept in our country. Therefore it is necessary to build awareness about multicultural from the beginning to build multicultural self-awareness in a child. The curriculum based on multicultural education in the early stages of children's lives conducted in various places in the world is very diverse. Children can use and control their emotions by mixing interspersed with numbers. Therefore, it is expected that educators can apply curriculum based on multicultural education early on because in social learning, art, and culture will be able to inculcate the values of happiness and love of the homeland in the early days.

Keywords: Curriculum, Multicultural Education; Character; Children early

Abstrak

Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini bertujuan untuk mendorong berkembangnya potensi anak agar memiliki kesiapan untuk menempuh pendidikan selanjutnya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam menyusun kurikulum anak usia dini adalah aspek kebudayaan karena Indonesia merupakan salah satu negara multidimensi terbesar di dunia, tetapi permasalahannya sering konflik akibat keragaman yang dimiliki oleh negara kita. Perbedaan Suku, Agama, Ras dan Antaragama menjadi alat yang digunakan oleh segelintir orang untuk saling menyerang. Ini mungkin reaksi ketidaksiapan kita terhadap konsep multikultural di negara kita. Oleh karena itu perlu membangun kesadaran tentang multikultural sejak usia dini untuk membangun kesadaran diri multikultural pada seorang anak. Kurikulum berbasis pendidikan multikultural pada tahap anak usia dini adalah menanamkan pada anak bahwa manusia kehidupan di sekitar, di tempat lain dan di dunia ini sangat beragam sehingga anak diharapkan mampu mengatur dan mengendalikan emosinya ketika diselingi dengan perbedaan. Oleh karena itu, diharapkan para pendidik dapat menerapkan kurikulum berbasis pendidikan multikultural sejak dini karena dalam pembelajaran sosial, seni, dan budaya akan mampu menanamkan nilai karakter semangat kebangsaan dan cinta tanah air pada anak usia dini.

Kata Kunci: Kurikulum, Pendidikan Multikultural; Karakter; Anak usia dini

1 Penulis 1

(2)

Undang – Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.. Semenjak TP. 2014/2015 di Indonesia mulai menggunakan Kurikulum 2013, termasuk pada Pendidikan Anak Usia Dini yang bertujuan untuk mendorong berkembangnya potensi anak agar memiliki kesiapan untuk menempuh pendidikan selanjutnya. Kurikulum 2013 PAUD ini dirancang dengan berbagai karakteristik sebagai berikut: 1). mengoptimalkan perkembangan anak yang meliputi: aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni yang tercermin dalam keseimbangan kompetensi sikap, pengetahun, dan keterampilan; 2). menggunakan pembelajaran tematik dengan pendekatan saintifik dalam pemberian rangsangan pendidikan; 3). menggunakan penilaian autentik dalam memantau perkembangan anak; dan 4). memberdayakan peran orang tua dalam proses pembelajaran (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.146 Tahun 2014)

Untuk menstimulasi anak usia dini harus melalui kurikulum kreatif yang didasari oleh penelitian- penelitian aktual, juga pelayanan terpadu antara sekolah dan pihak keluarga. Menurut hasil penelitian perkembangan otak, strategi pernbelajaran yang bagus saat ini adalah pembelajaran yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan sel syaraf otak melalui pembelajaran yang mengaktifkan seluruh panca indera anak dan anak mendapatkan pengalaman langsung dari aktivitas belajarnya akan menjadikan struktur otak berkembang dengan baik (D. Suryana, 2014)

Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam menyusun kurikulum anak usia dini adalah aspek kebudayaan karena Indonesia merupakan salah satu negara multidimensi terbesar di dunia. Kebenaran dari pernyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosiokultural maupun geografis Indonesia yang begitu beragam dan luas. Sekarang ini, jumlah pulau yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) lebih dari 13.000 pulau besar dan kecil. Populasi penduduknya berjumlah lebih dari 200 juta jiwa, terdiri dari 300 suku yang menggunakan hampir 200 bahasa yang berbeda. Selain itu, mereka juga menganut agama dan kepercayaan yang beragam seperti Islam, Katholik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, Konghucu serta berbagai macam aliran kepercayaan (Yaqin, 2007).

(3)

Menurut James. A Banks (2010), pendidikan multikultural adalah ide, gerakan reformasi pendidikan, dan proses yang tujuan utamanya adalah untuk mengubah struktur lembaga pendidikan sehingga siswa pria dan wanita, siswa luar biasa, dan siswa yang menjadi anggota beragam ras, etnis, bahasa, dan budaya kelompok akan memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai akademis di sekolah. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan multikultural adalah proses dan strategi yang digunakan untuk membentuk sikap setiap orang agar menghormati orang lain dengan berbagai perbedaan yang ada pada dirinya dari aspek budaya, ras, etnik, agama, kelas sosial, maupun gender dengan yang dimiliki orang lain, karena setiap orang memiliki dimensi yang berbeda dalam pengalaman, pikiran, persepsi, sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari - hari (Sukoco, 2015).

Pendidikan multikultural sangat penting diterapkan sejak usia dini yaitu sebagai upaya untuk membangun self-awareness multikultural pada diri seorang anak agar anak usia dini memiliki nilai-nilai kesetaraan yang tidak menganggap dirinya dan kelompok sendiri sebagai superior atas yang lain sangat penting. Jika sejak dini peserta didik dibiasakan untuk memahami setiap perbedaan dan pluralitas kelompok, maka setidaknya peserta didik akan mampu menata dan mengendalikan emosinya ketika bersinggungan dengan perbedaan, karena sudah dibekali perspektif dan pandangan yang menghargai setiap perbedaan. Hal ini dirasa penting karena di satu sisi keragaman di Indonesia adalah realitas yang pasti akan dialami anak-anak saat mereka tumbuh, namun di sisi lain, saat ini banyak bermunculan kelompok sosial keagamaan yang menebarkan nilai-nilai intoleransi (Tilaar, 2002).

Penelitian Alves (2016) mendukung pentingnya pelaksanaan pendidikan multicultural di Pendidikan Anak Usia Dini.

Hasil penelitiannya dengan jelas menunjukkan bahwa keterbukaan dan penghormatan terhadap perbedaan antara budaya yang sangat berbeda dapat secara efektif ditangani melalui instruksi multikultural yang disengaja di kelas prasekolah. Selanjutnya dijelaskan oleh Suniti (2014) bahwa Pendidikan multikultural harus didekati dengan strategi pembelajaran dan kurikulum yang mengarahkan kepada proses pembelajarannya. Desain kurikulum anak usia dini berbasis multikultural sangat penting untuk diperhatikan agar melalui proses Pendidikan ini dapat membuat anak menerima orang lain secara sama dan menghormati agama mereka, budaya, dan perbedaan etnik. Oleh karenanya model kurikulum dengan beraneka ragam tema adalah suatu model kurikulum yang sangat dianjurkan.

Tema yang dimaksud dalam pembelajaran anak usia dini merupakan suatu alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada peserta didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan Bahasa peserta didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksud agar peserta didik mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas (D. Suryana, 2016).

(4)

PEMBAHASAN

Konsep Pendidikan Multikultural

Secara etimologi, Pendidikan multikultural terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan multikultural. Pendidikan merupakan usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan pontensi-potensi bawaan, baik jasmani maupun rohani, sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan (Mahfud dalam Suniti, 2014). Sedangkan multikulturalisme terdiri dari dua kata yaitu “multi” yang berarti plural (berjenis-jenis) dan “kulturalisme” berisi pengertian kultur atau budaya (Tilaar, 2004). Berdasarkan arti dari masing-masing kata tersebut maka dapat dipahami bahwa pendidikan multikultural merupakan suatu usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan pontensi-potensi pada masyarakat dan lingkungan yang berkaitan dengan keberagaman budaya.

Menurut James. A Banks & Banks (2010), pendidikan multikultural adalah ide, gerakan reformasi pendidikan, dan proses yang tujuan utamanya adalah untuk mengubah struktur lembaga pendidikan sehingga siswa pria dan wanita, siswa luar biasa, dan siswa yang menjadi anggota beragam ras, etnis, bahasa, dan budaya kelompok akan memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai akademis di sekolah. Manusia sebagai individu dalam suatu kelompok akan dihadapkan dengan realitas perbedaan dengan anggota lain dalam kelompok, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi perilaku mereka

Pendidikan multikultural merupakan strategi pendidikan yang diaplikasikan ke dalam semua jenis mata pelajaran yang mengakomodir perbedaan-perbedaan kultural yang ada pada peserta didik, misalnya perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial, kemampuan dan umur, agar proses belajar menjadi efektif dan mudah. Pendidikan multikultural yang diterapkan dalam proses pembelajaran penting untuk menumbuhkan karakter anak usia dini yaitu karakter yang

bersikap demokratis, humanis dan pluralis dalam lingkungan mereka (Yaqin, 2007). Sedangkan menurut pendapat lain, pendidikan multikultural adalah proses dan strategi untuk membentuk sikap setiap orang untuk menghormati orang lain dengan berbagai perbedaan yang ada pada dirinya dari aspek budaya, ras, etnik, agama, kelas sosial, maupun gender dengan yang dimiliki orang lain, karena setiap orang memiliki dimensi yang berbeda dalam pengalaman, pikiran, persepsi, sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari – hari (Sukoco, 2015).

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan multikultural adalah usaha untuk penyadaran dan pengembangan potensi seseorang agar dapat menghargai dan menghormati keberagaman budaya, ras, seksualitas dan gender, etnisitas, agama, status sosial dan ekonomi yang dimiliki orang lain. Pendidikan multikultural harus diberikan kepada peserta didik sedini mungkin sehingga dapat menumbuhkan karakter peserta didik agar mampu menerima dan menghargai perbedaan, kritik, dan memiliki rasa toleran antar sesama.

Pendekatan Pendidikan multikultural adalah pendekatan yang progresif serta sejalan dengan prinsip penyelenggaraan Pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 pada pasal 4 ayat 1 yang berbunyi bahwa Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

(5)

kepada setiap pembelajar sesuai dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu, agar pembelejaran lebih bermakna dan mengena maka Pendidikan multikultural perlu diterapkan sejak dini, yaitu melalui Pendidikan Anak Usia Dini. Hal demikian karena anak berada pada usia emas (golden age) yaitu usia dimana anak mempunyai daya serap yang tinggi dari lingkungannya sehingga diharapkan dapat menanamkan nilai karakter yang baik kepada anak sejak usia dini (Wartini, 2015).

Pentingnya Penanaman Karakter Anak Usia Dini

Pendidikan karakter merupakan suatu hal yang sangat penting dalam membangun bangsa yang beradab dan bermartabat, baik di mata Tuhan, dunia internasional, dan manusia. Krisis karakter kebangsaan yang kini semakin mewabah di kalangan generasi muda, bahkan generasi sebelumnya semakin melahirkan keprihatinan demi keprihatinan. Setiap harinya, media massa terus dibanjiri dengan berita-berita kejahatan, pembunuhan, meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak, remaja, perempuan, dan lain sebagainya. Kita semakin sadar, bahwa kini nilai-nilai Pancasila yang luhur perlahan mulai tersisihkan (Setiawati, 2017)

Secara terminologis ‘karakter’ diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor kehidupannya sendiri. Secara harfiah ‘karakter’ adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang membedakan dengan individu lain (Hidayatullah, 2010). Menurut kamus lengkap Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak (Tim Bahasa Pustaka Agung Harapan, 2003).

Menurut Aristoteles, karakter adalah karakter yang baik sebagai hidup dengan tingah laku yang benar. Tingkah laku yang

benar dalam hubungan dengan orang lain dan dengan diri sendiri (Lickona, 2014). Selanjutnya menurut peneliti, pendidikan karakter adalah sikap yang baik terhadap Tuhan, Manusia, dan Alam. Ketiga hal ini harus seimbang agar terbentuk karakter yang harmonis, penuh toleransi, dan demokrasi.

Indonesia Heritage Foundation (IHF), telah menyusun serangkaian nilai yang selayaknya diajarkan kepada anak-anak, yang kemudian dirangkum menjadi 9 pilar karakter yaitu: (Andrianto, 2011)

1. Karakter cinta Tuhan Yang Maha Esa dan segenap ciptaan-Nya

2. Kemandirian dan tanggung jawab 3. Kejujuran/amanah dan bijaksana 4. Hormat dan santun

5. Dermawan, suka menolong dan gotong royong

6. Percaya diri, kreatif, dan pekerja keras 7. Kepemimpinan dan keadilan

8. Baik dan rendah hati

9. Toleransi, kedamaian dan kesatuan

(6)

yang terencana untuk menstimulasi agar peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil (Y. Suryana & Rusdiana, 2015)

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilainilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Hidayatullah (2010) menjelakan bahwa strategi dalam pendidikan karakter dapat dilakukan melalui sikap-sikap sebagai berikut: keteladanan, penanaman kedisiplinan, pembiasaan, menciptakan suasana yang konduksif, dan integrasi & internalisasi. Selanjtnya, ada 3 cara mendidik karakter anak usia dini yaitu :

1. Ubah lingkungannya, melakukan pendidikan karakter dengan cara menata peraturan serta konsekuensi di sekolah dan di rumah.

2. Berikan pengetahuan, memberikan pengetahuan bagaimana melakukan perilaku yang diharapkan untuk muncul dalam kesehariannya serta diaplikasikan.

3. Kondisikan emosinya, emosi manusia adalah kendali 88% dalam kehidupan manusia. Jika mampu menyentuh emosinya dan memberikan informasi yang tepat maka informasi tersebut akan menetap dalam hidupnya.

Kurikulum Berbasis Pendidikan Multikultural di PAUD

Untuk menstimulasi anak usia dini harus melalui kurikulum kreatif yang didasari oleh penelitian- penelitian aktual, juga pelayanan terpadu antara sekolah dan pihak keluarga. Strategi pernbelajaran yang bagus saat ini menurut hasil penelitian perkembangan otak adalah pembelajaran yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan sel syaraf otak melalui pemhelajann yang mengaktifkan seluruh panca indera anak dan anak mendapatkan pengalaman langsung dari aktivitas belajarnya akan menjadikan struktur otak berkembang dengan baik. Setiap sekolah melakukan evaluasi terhadap kurikulum yang digunakan saat ini, dengan selalu melakukan pembenahan terhadap strategi pembelajaran, pengelolaan kelas yang nyaman bagi guru saat mengajar dan ketenangan bagi anak yang sedang belajar, assesment dilakdcan untuk mengamati setiap perkembangan anak sehingga akan dapat menemukan keunikan dalam diri anak. Creative curriculum menekankan kepada bagaimana pengelolaan kelas dan menghargai secara positif interaksi guru dengan anak (D. Suryana, 2014).

(7)

Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini bertujuan untuk mendorong berkembangnya potensi anak agar memiliki kesiapan untuk menempuh pendidikan selanjutnya yang dirancang dengan karakteristik sebagai berikut: 1). mengoptimalkan perkembangan anak yang meliputi: aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni yang tercermin dalam keseimbangan kompetensi sikap, pengetahun, dan keterampilan; 2). menggunakan pembelajaran tematik dengan pendekatan saintifik dalam pemberian rangsangan pendidikan; 3). menggunakan penilaian autentik dalam memantau perkembangan anak; dan 4). memberdayakan peran orang tua dalam proses pembelajaran (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.146 Tahun 2014)

Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini mengembangkan pengalaman belajar untuk membangun kompetensi diri yang diperlukan bagi kehidupan dimasa kini dan masa depan dengan bekakar pada budaya yang dimiliki karena peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Selain itu, kurikulum 2013 PAUD juga mengenalkan budaya bangsa sebagai milik kehidupan anak, sehingga anak diharapkan peduli, menyayangi dan bangga terhadap budaya yang harus dirawat dan dilestarikan karena peserta didik adalah pembelajar yang aktif dan memiliki talenta untuk belajar mengenai berbagai hal yang ada disekitarnya (D. Suryana, 2016).

Implementasi kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar anak didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahaptahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan maalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada anak didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong anak didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberitahu (Hosnan 2013 dalam D. Suryana, 2017).

Pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan multikultural haruslah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Keragaman budaya menjadi dasar dalam menentukan filsafat, teori model, dan hubungan sekolah dengan lingkungan sosial-budaya 2) Keragaman budaya menjadi dasar dalam mengembangkan berbagai komponen kurukulum seperi tujuan, konten, proses dan evaluasi 3) Budaya di lingkungan unit pendidikan adalah sumber belajar dan obyek studi yang harus dijadikan bagian dari kegiatan belajar anak didik, dan 4) Kurikulum berperan sebagai media dalam mengembangkan kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional (Suniti, 2014).

(8)

karakter pendidikan yang telah dikembangkan pada pendidikan, di mana nilai-nilai ini dikembangkan dari kehidupan lingkungan sekitar.

Pemberian Materi pembelajaran anak usia dini didasarkan pada sesuatu yang nyata dan Pendidikan yang layak bagi anak prasekolah. Metode pengembangan yang digunakan penuh dengan inspirasi sehingga mampu memperkenalkan anak terhadap sesuatu dimensi baru dengan menyenangkan dalam Pendidikan. Pendidikan pada masa usia dini harus mengembangkan kemampuan agar anak bertindak secara kreatif ( D.Suryana, 2013).

Pembelajaran pada pendidikan multikultural terintegrasi pada semua aspek perkembangan anak, yaitu kognitif, motorik, bahasa, sosial, dan emosional anak. Pembelajarannya pun saling terintegrasi satu dengan lainnya, terpadu karena pembelajaran dirancang secara tematik integratif sesuai kehidupan. Hal ini bertujuan untuk membangun anak-anak yang integratif, yaitu matang secara aspek perkembangan anak dan mampu dalam berbagai ilmu atau sesuai dengan kecerdasannya masing - masing.

Menurut Hanum (2009), ada beberapa cara untuk mengimplementasikan Pendidikan multikultural dengan pendekatan kontribusi di Taman Kanak-Kanak yaitu sebagai berikut : 1. Mengenalkan beragam bentuk rumah dan

baju adat dari etnis yang berbeda

2. Mengajak siswa untuk mencicipi makanan yang berbeda dari berbagai daerah secara bergantian

3. Mendengarkan pada siswa lagu-lagu daerah lain

4. Menunjukkan cara berpakaian yang berbeda baik dari suku bangsa maupun dari negara lain

5. Mengenalkan tokok-tokoh pejuang dari berbagai daerah dalam dan luar negeri 6. Menunjukkan tempat-tempat dan cara

ibadah yang berbeda

7. Meminta siswa yang berbeda etnis untuk menceritakan tentang upacara perkawinan di keluarga luasnya

8. Mengenalkan beberapa kosa kata yang penting yang berasal dari suku bangsa atau negara (ras) lain, misalnya : matur nuwun (Jawa), muliate (Batak), Thank You (Inggris), Inggris (Cina), dan sebagainya 9. Mengenalkan panggilan-panggilan untuk

anak laki-laki dan perempuan. Misalnya : upik (Padang), ujang (Sunda), Koko (Cina), dan sebagainya.

Faktor lain yang turut mempengaruhi keberhasilan pembelajaran berbasis Pendidikan multikultural pada anak usia dini yaitu penggunaan media belajar yang tepat dan menarik bagi anak. Penelitian Ya-Huei (2014) di Taiwan mampu menjelaskan mengenai keberhasilan Pendidikan multikultural dengan menggunakan media buku bergambar anak-anak. Dari hasil penelitin ditemukan bahwa anak-anak yang belajar merupakan gabungan dari berbagai orang di seluruh dunia, namun mereka menganggap bahwa orang-orang 09dengan latar belakang budaya yang berbeda masih bisa bergaul satu sama lain. Dengan kata lain, anak-anak usia dini pada frase perkembangan ini tidak membatasi diri dari berbagai kelompok. Selain itu, narasi buku bergambar multikultural anak-anak, keaslian ilustrasi dan konten memiliki pengaruh besar terhadap kognitif dan pemahaman anak-anak. Dengan kata lain, keaslian dari setiap buku bergambar tidak hanya menggairahkan respons anak-anak terhadap buku bergambar, tetapi juga merangsang mereka untuk mengekspresikan perasaan mereka sendiri melalui bahasa yang matang.

(9)

membaca, pengakuan peran buku bergambar dalam pembelajaran literasi, dan pentingnya membaca untuk anak usia dini. Tidak diragukan lagi, buku bergambar menawarkan kesempatan bagi anak untuk mempraktekkan apa yang sudah mereka ketahui tentang budaya yang berbeda serta memperbaiki sosial dan kognitif dari kelompok yang berbeda karena tampaknya, sejumlah karakteristik buku gambar memberikan motivasi dan peluang khusus untuk pemahaman anak-anak usia dini tentang multikulturalisme. Saat guru memberikan saran, mengajukan pertanyaan terbuka, dan menggunakan bahasa yang diuraikan, anak-anak dapat tetap mengerjakan tugas, dan menyelesaikan lebih banyak masalah terkait dengan budaya yang berbeda. Singkatnya, anak-anak usia dini akan mempersiapkan keberhasilan pendidikan multikultural ketika terlibat dalam buku bergambar yang berisi beragam masalah budaya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kurikulum berbasis pendidikan multikultural pada tahap anak usia dini adalah untuk menanamkan pada peserta didik bahwa manusia yang hidup di sekitarnya dan di tempat lain serta di dunia ini sangat beragam. Sebenarnya semua nilainya sama. Sama-sama rumah, makanan, lagu, berpakaian, tokoh, ibadah, perkawinan, maksud kata dan sebagainya. Dengan demikian siswa mulai mengerti bahwa ada cara yang berbeda tetapi maksud dan nilainya sama sehingga mereka dapat belajar untuk menerima perbedaan dengan proses rasa yang menyenangkan, artinya siswa merasa bahwa perbedaan itu bukanlah masalah tetapi anugerah (Hanum, 2009). Maka, untuk mengenalkan keberagaman budaya tersebut pada anak usia dini sangat diperlukan kreativitas guru untuk membuat strategi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga anak dengan mudah bisa mencapai tujuan pembelajaran yang

diharapkan dan mampu bersosialisasi dengan keberagaman budaya yang ada.

Pendidikan Multikultural untuk Penanaman Karakter Anak Usia Dini

Pendidikan multikultural harus dimulai pada pendidikan anak usia dini karena pengajaran keragaman budaya sejak dini akan membantu anak-anak mengembangkan identitas mereka serta meningkatkan pengetahuan dan pemahaman budaya mereka. Menurut Tilaar (2002) pendidikan multikultural sangat penting diterapkan sejak dini untuk membangun self-awareness multikultural pada diri seorang anak. Oleh karena itu, nilai-nilai kesetaraan yang tidak menganggap diri dan kelompok sendiri sebagai superior atas yang lain sangat penting ditanamkan kepada anak sedini mungkin. Jika sejak dini, peserta didik dibiasakan untuk memahami setiap perbedaan dan pluralitas kelompok, maka setidaknya peserta didik akan mampu menata dan mengendalikan emosinya ketika bersinggungan dengan perbedaan, karena sudah dibekali perspektif dan pandangan yang menghargai setiap perbedaan. Hal ini dirasa penting karena di satu sisi keragaman di Indonesia adalah realitas yang pasti akan dialami anak-anak saat mereka tumbuh, namun di sisi lain, saat ini banyak bermunculan kelompok sosial keagamaan yang menebarkan nilai-nilai intoleransi.

(10)

sehingga memerlukan keberadaan sistem dan praktek pendidikan yang bersifat adil setara sehingga semua siswa tanpa melihat latar belakangnya bisa mendapatkan pelayanan pendidikan yang layak untuk mencapai prestasi optimal. Yang penerapanya disekolah menggunakan empat pendekatan yaitu pendekatan kontribusi, pendekatan aditif, pendekatan transformatif dan pendekatan aksi sosial. Yang berpegang pada dimensi-dimensi pendidikan multikultural yaitu Dimensi integrasi isi/materi (content integration), Dimensi konstruksi pengetahuan (knowledge construction), Dimensi pendidikan yang sama/adil ( an equity paedagogy), Dimensi pengurangan prasangka (prejudice reduction), Dimensi pemberdayaan budaya sekolah dan stuktur sosial (Empowering school culture and social structure) (Awaru, 2016).

Pendidikan Multikultural selalu mengedepankan nilai karakter, karena dalam pembelajaran sosial, seni, dan budaya yang terdapat dalam masyarakat selalu digali dan dikenalkan kepada anak sejak dini,baik dalam kegiatan bersama masyarakat atau kegiatan sekolah. Karakter keIndonesiaan dilandasi oleh Pancasila dan nilai-nilai dasar karakter keIndonesiaan, yaitu semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Hal-hal demikian diperkenalkan dan ditanamkan sejak dini dengan menggunakan permainan kreatif, yaitu dengan permainan tradisional, lagulagu tradisional dan modern, serta pemanfaatan dan penjagaan kelestarian lingkungan sekolah secara bersama-sama. Penanaman nilai-nilai karakter ini dilakukan dengan pembiasaan dan mengajak untuk membaca lingkungan sekitar dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pengetahuan yang diperoleh akan lebih bermakna karena didapat dari pengetahuan dan pengalamannya sendiri yang kemudian dikembangkan di sekolah (Wartini, 2015).

Hasil penelitian Eliza (2017) menunjukkan bahwa banyak cerita, legenda dan dongeng beberbasis nilai-nilai kearifan

lokal budaya Minangkabau yang dapat membentuk karakter anak. Cerita bersumber dari buku yang sudah dicetak menjadi kumpulan beberapa cerita tradisional, dongeng, legenda, lagu-lagu dan permainan anak yang dicetak seperti dongeng Malin Kundang. Sedangkan kaba bersumber dari Kaba yang sudah dicetak dan hasil berbagai penelitian. Kaba atau cerita seperti Sabai nan aluih, Rancak Dilabuah, secara struktur cerita rumit bagi anak-anak. Akan tetapi dari cerita tersebut kemudian dibuat parafrase, setelah itu barulah diceritakan kepada anak dan disesuaikan bahasanya dengan kemampuan berpikir dan perkembangan bahasa anak. Dengan kata lain cerita tersebut terlebih dahulu dianalisis nilai-nilai kearifan lokal budaya Minangkabau. Hasil analisis nilai-nilai dikelompokkan menjadi beberapa aspek, nilai kepada Allah, nilai kepada sesama manusia dan nilai-nilai behubungan dengan alam.

Penelitian Alves (2016) mendukung pentingnya pelaksanaan pendidikan multicultural di Pendidikan Anak Usia Dini. Hasil penelitiannya dengan jelas menunjukkan bahwa keterbukaan dan penghormatan terhadap perbedaan antara budaya yang sangat berbeda dapat secara efektif ditangani melalui instruksi multikultural yang disengaja di kelas prasekolah. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa dengan Pendidikan multikultural dapat diterapkan sejak usia dini dan terbukti menanamkan nilai karakter pada anak usia dini, salah satunya yaitu telah mampu menanamkan nilai karakter toleransi antar teman yang beragam budaya.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

(11)

status sosial dan ekonomi yang dimiliki orang lain.

2. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak dini karena banyak pakar yang mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter pada seseorang sejak usia dini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Pendidikan karakter ini sangat penting dalam membangun bangsa yang beradab dan bermartabat, baik di mata Tuhan, dunia internasional, dan manusia.

3. Kurikulum berbasis pendidikan multikultural pada tahap anak usia dini adalah untuk menanamkan pada peserta didik bahwa manusia yang hidup di sekitarnya dan di tempat lain serta di dunia ini sangat beragam. Sebenarnya semua nilainya sama yaitu sama-sama rumah, makanan, lagu, berpakaian, tokoh, ibadah, perkawinan, maksud kata dan sebagainya. Dengan demikian siswa mulai mengerti bahwa ada cara yang berbeda tetapi maksud dan nilainya sama sehingga mereka dapat belajar untuk menerima perbedaan dengan proses rasa yang menyenangkan, artinya siswa merasa bahwa perbedaan itu bukanlah masalah tetapi anugerah

4. Pendidikan Multikultural dapat menanamkan nilai karakter pada anak usia dini karena dalam pembelajaran sosial, seni, dan budaya yang terdapat dalam masyarakat selalu digali dan dikenalkan kepada anak sejak dini,baik dalam kegiatan bersama masyarakat atau kegiatan sekolah sehingga tertanam dalam diri anak karakter saling menghargai dan rasa cinta tanah air.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka disarankan kepada pengelola lembaga PAUD agar mendesain kurikulum berbasis Pendidikan Multikultural di lembaga PAUD yang dikelola agar mampu menanamkan nilai karakter pada anak usia dini. Selanjutnya, kepada guru

PAUD agar lebih kreatif memilih strategi pembelajaran untuk mengenalkan keberagaman budaya kepada anak usia dini sehingga menumbuhkan karakter toleransi saling menghargai dan rasa cinta tanah air sejak dini.

DAFTAR PUSTAKA

Alves, I. M. E. (2016). Teaching Multiculturalism in A Preschool Classroom. Instituto Superior de Educacao e Ciencias.

Andrianto, T. T. (2011). Mengembangkan Karakter Sukses Anak di Era Cyber. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Awaru, A. O. T. (2016). Membangun Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Berbasis Multikultural di Sekolah. Seminar Nasional Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Membentuk Karakter Bangsa Dalam Rangka Daya Saing Global, 221–230. Banks, J. A., & Banks, C. A. M. (2010).

Multicultural Education Issues and Perspectives (Seventh). United States of America: Wiley.

Eliza, D. (2017). Pengembangan Model Pembelajaran Karakter Berbasis Cerita Tradisional Minangkabau untuk Anak Usia Dini. Pedagogi : Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 3(3b), 153–163.

Hanum, F. (2009). Pendidikan Multikultural sebagai Sarana Membentuk Karakter Bangsa (Dalam Perspektif Sosiologi Pendidikan). In Seminar Regional DIY-Jateng dan sekitarnya oleh Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Yogyakarta (pp. 1– 13). Universitas Negeri Yogyakarta. Hidayatullah, M. F. (2010). Pendidikan

Karakter : Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka. Lickona, T. (2014). Pendidikan Karakter :

Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Nusa Media.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.146 Tahun 2014 tentang

(12)

Dini.

Setiawati, N. A. (2017). Pendidikan Karakter sebagai Pilar Pembentukan Karakter Bangsa. In Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan (Vol. 1, pp. 348–352). Sukoco. (2015). Kebijakan Pendidikan

Multikultural Di Indonesia. Majalah Ilmiah Pawiyatan, XXII(2), 1–23.

Suniti. (2014). Kurikulum Pendidikan Berbasis Multikultural. Jurnal Edueksos, III(2), 23–44.

Suryana, D. (2013) Profesionalisme Guru Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Peraturan Menteri No.58 Tahun 2009. Pedagogi Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, XIII (2), 53-61

Suryana, D. (2014). Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Perkembangan Anak. Pesona Dasar, 1(3), 65–72. Suryana, D. (2016). Stimulasi & Aspek

Perkembangan Anak (I). Jakarta: Kencana.

Suryana, D. (2017). Pembelajaran Tematik Terpadu Berbasis Pendekatan Saintifik di Taman Kanak-Kanak. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 11(Edisi 1, April 2017), 67–82.

https://doi.org/10.21009/JPUD.111.03 Suryana, Y., & Rusdiana. (2015). Pendidikan

Multikultural : Suatu Upaya Penguatan Jati Diri Bangsa. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Tilaar, H. A. . (2002). Pendidikan,

Kebudayaan, dan Masyarakat Madani

Indonesia : Strategi Reformasi

Pendidikan Nasional. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Tilaar, H. A. . (2004). Multikulturalisme : Tantangan - Tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo.

Wartini, A. (2015). Pendidikan Multikultural Berbasis Karakter Keindonesiaan pada Pendidikan Anak Usia Dini Upaya Integrasi Ilmu Keislaman dan Karakter Kebudayaan Indonesia. Toleransi : Media Komunikasi Umat Beragama, 7(1), 35– 52.

Ya-Huei, H. (2014). Multicultural Education for Young Children-beginning from Children ’ s Picture Books. International Journal of Educational Planning & Administration, 4(1), 79–84.

Yaqin, A. (2007). Pendidikan Multikultural : Cross-Cultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media.

Referensi

Dokumen terkait

/// AccelStepper significantly improves on the standard Arduino Stepper library in several ways: /// \li Supports acceleration and deceleration /// \li Supports multiple

TELAH MELAKSANAKAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH PADA TANGGAL 25 FEBRUARI 2018 DAN 11 MARET 2018. Diperiksa

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif, dimana akan menganalisis apakah terdapat perbedaan pemahaman untuk kedua level smartphone

Contoh nyata, ketika kita sedang berkumpul dalam sebuah majelis, dan mayoritas jama’ahnya para perokok serta sebagian lain ada yang mengidap penyakit TBC, sementara

Berdasarkan data perbandingan hasil keputusan antara sistem dan ahli, maka tingkat akurasi dari sistem pendukung keputusan pemilihan penanaman varietas unggul padi

Berdasarkan potensi kebakaran yang terlalu besar (sedang) dimungkinkan menggunakan dry powder tabung yang fleksible dan mudah digunakan untuk

Penelitian ini yaitu optimasi komposisi bahan makanan bagi pasien rawat jalan penyakit jantung dilakukan dengan menggunakan algoritme particle swarm optimization akan

Peran keindahan selalu terkait dengan kehidupan sosial budaya manusia sehari-hari, misalnya: dalam arsitektur rumah tinggal, menata interior/eksterior, berbusana, menikmati