• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI (50)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI (50)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 1

Fakultas Ekonomi & Bisnis (FEB)

Universitas Sumatera Utara

Email :

[email protected]

Dr. Iskandar Muda, SE, M.Si., Ak, CA

Dosen Departemen Akuntansi, Magister

Sains (S2) & Program Doktor (S3) Ilmu

Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis

(FEB),

Universitas Sumatera Utara

Email : [email protected]

Abstract :

The objective of the research was to find out the influence of regional financial

regulation, budget politics, the process of procuring goods and services, and organizational

commitment on budget absorption with SiLPA (Extra Budget Calculation) as moderating

variable in North Sumatera Province. The research used causality research method. The

population was 88 SKPDs (Regional Work Units) of the North Sumatera Provincial

Government. Primary data were gathered by using questionnaires and analyzed by using

multiple linear regression analysis for statistical analysis. Regression model had been tested

in classic assumption test and residual test for moderating variable. The result of the research

shows that regional financial regulation, budget politics, the process of procuring goods and

services, and organizational commitment simultaneously have positive and significant

influence on SKPD budget absorption in the North Sumatera Provincial Government. It is

indicated that when regional financial regulation, budget politics, the process of procuring

goods and services, and organizational commitment are good, they will simultaneously be

able to increase budget absorption. Partially, regional financial regulation has positive and

significant influence on SKPD budget absorption while budget politics, the process of

procuring goods and services, and organizational commitment do not have any influence on

SKPD budget absorption in the North Sumatera Provincial Government because the policy on

budgeting of the North Sumatera Provincial Government depends on regional heads so that

the responsibility of SKPD heads is limited on their own budgeting. Budget excess cannot

moderate the correlation of regional financial regulation, budget politics, the process of

procuring goods and services, and organizational commitment with SKPD budget absorption

in the North Sumatera Provincial Government.

Keywords:

Budget Absorption, Budget Politics, Process of Procuring, Organizational

Commitment

1.

PENDAHULUAN

Fenomena anggaran yang kurang terserap diawal tahun, namun dipaksakan serapannya

(2)

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 2

secara umum hanya memiliki akselerasi tinggi pada saat akhir tahun. Sedangkan diawal

tahun, umumnya sulit direalisasikan sebagaimana yang diharapkan publik. Serapan anggaran

yang rendah tentunya berimplikasi buruk terhadap kinerja suatu Pemerintah Daerah (Pemda).

Dari berbagai literasi terlihat ada beberapa faktor permasalahan rendahnya serapan

anggaran. Pertama, adanya ketakutan yang berlebihan (dampak hukum) dari masing-masing

aparatur diberbagai institusi terkait dengan penggunaan anggaran. Kedua, sejumlah institusi

banyak yang tidak memiliki konsep perencanaan yang matang, jelas dan terukur. Ketiga,

kurangnya pemahaman aparatur diberbagai institusi terkait dengan mekanisme penggunaan

anggaran dan model pertanggungjawabannya.

Untuk wilayah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) serapan Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD) seperti yang diungkapkan oleh (Fuad Ahmad, kabiro

keuangan setda provsu) pada tahun 2014-2015, realisasi APBD secara fisik mencapai

89,80%. Pencapaian realisasi tersebut lebih rendah 4,02% jika dibandingkan pada periode

yang sama pada tahun 2015, pencapaiannya sebesar 93.82% pada rapat Pembahasan Serapan

Anggaran TA 2016, oleh Biro Keuangan Pemprovsu, Juni 2016. Pada periode yang sama

secara implisit sangat mengkhawatirkan, dapat dilihat dari progres serapan anggaran pada

Pemprovsu pada Tabel berikut :

Tabel 1. Persentase Serapan Anggaran Pemerintah Provinsi Sumut TA 2014-2015

NO BULAN TAHUN 2014 TAHUN 2015 KENAIKAN/

PENURUNAN

1 JANUARI 1.01 % 0.64 % 0,37%

2 FEBRUARI 6.21 % 2.90 % 3,31%

3 MARET 7.64 % 11.83 % 4,19%

4 APRIL 18.93 % 19.67 % 0,74%

5 MEI 30.30 % 24.90 % 5,40%

6 JUNI 33.71 % 32.57 % 1,14%

7 JULI 44.02 % 39.41 % 4,61%

8 AGUSTUS 48.29 % 39.97 % 8,32%

9 SEPTEMBER 52.02 % 56.47 % 4,45%

10 OKTOBER 61.79 % 65.57 % 3,78%

11 NOVEMBER 67.14 % 70.67 % 9,50%

12 DESEMBER 89.80 % 93.82 % 4,02%

(3)

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 3

Seiring dengan bergulirnya era otonomi daerah hingga sekarang (2001-2016), fenomena

minimnya serapan APBD di sebagian besar wilayah Indonesia, baik di tingkat Provinsi,

Kabupaten/Kota semakin menggejala. Minimnya serapan anggaran tersebut muncul ditengah

tuntutan agar pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dan daerah semakin

transparan, akuntabel, efektif dan efisien (

good governance)

. Maksum,

et al.,

(2014), Muda,

et al

., (2015, 2017); Nurzaimah

et al

., (2016) dan Lubis

et al

., (2016) meyatakan bahwa

variabel Pengalaman tidak berpengaruh terhadap penciptaan efektifitas Sistem Penatausahaan

dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban. Kim (2005) meneliti dengan judul

individual-level factors and organizational performance in government oganizations in Korea

. Kim

menjelaskan bahwa prestasi organisasi sektor publik ditentukan oleh prestasi kerja pada diri

individu sehingga menyajikan laporan akuntabilitas yang efektif. Keefektifan tersebut

ditentukan oleh variabel demografi seperti usia, pengalaman kerja, gender, tingkat pendidikan

dan jabatan pegawai. Hasil menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan faktor tersebut

terhadap prestasi kerja individu sehingga menyajikan laporan akuntabilitas yang efektif di

Korea. Avazzadehfath, Fariborz and Raiashekar (2011) menyatakan bahwa Sumber Daya

Manusia yang terampil penting bagi suatu organisasi. Manajemen organisasi selalu

menganggarkan biaya pelatihan kepada pegawai dan karyawan mereka dalam rangka

meningkatkan efisiensi organisasi. Studi di Iran, sistem organisasi yang ada terutama bagian

dari Sistem informasi akuntansi terutama untuk kegiatan siklus sumber daya manusia akan

melakukan pengolahan data untuk menjadi informasi secara praktis. Selain itu ditemukan

bukti empiris bahwa apakah keputusan investasi dipengaruhi oleh adanya siklus akuntansi

sumber daya manusia dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sistem akuntansi sumber daya manusia (HRA) yang terintegrasi dengan

siklus pelaporan keuangan turut berperan menghasilkan keputusan yang relevan yang

(4)

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 4

Secara Nasional Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi dengan daya

serap dibawah 90 % pada tahun 2014 (Sumber : Ditjen Perimbangan Keuangan Kemenkeu,

2015). Hal tersebut disebabkan oleh kebijakan dari kepala daerah untuk merasioanalisasikan

anggaran yang sudah ditetapkan dan sudah dijalankan hingga triwulan ke II melalui surat

edaran sehingga seluruh SKPD hanya boleh merealisasikan penggunaan anggaran belanja di

bawah 90 %. Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.

Apakah regulasi keuangan daerah, politik anggaran, proses pengadaan barang/jasa dan

komitmen organisasi berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap serapan anggaran

SKPD di Provinsi Sumatera Utara tahun 2014

2015.

2.

Apakah Silpa mampu memoderasi hubungan regulasi keuangan daerah, politik anggaran,

proses pengadaan barang/jasa dan komitmen organisasi dengan serapan anggaran SKPD di

Provinsi Sumatera Utara tahun 2014

2015.

Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian

ini adalah :

1.

Untuk menganalisis pengaruh regulasi, politik, proses pengadaan barang/jasa dan

komitmen organisasi secara simultan dan parsial terhadap serapan anggaran SKPD di

Provinsi Sumatera Utara tahun 2014

2015.

2.

Untuk menganalisis kemampuan silpa memoderasi hubungan antara regulasi keuangan

daerah, politik anggaran, proses pengadaan barang/jasa dan komitmen organisasi dengan

serapan anggaran SKPD di Provinsi Sumatera Utara tahun 2014

2015.

2.

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Serapan Anggaran

Anggaran merupakan pernyataan estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode tertentu

(5)

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 5 tahun untuk melihat apakah estimasi kinerja tersebut telah tercapai. Pencapian kinerja merupakan

ukuran prestasi kerja yang akan dicapai dalam bentuk kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektivitas

pelaksanaan dari setiap program dan kegiatan (Bastian, 2006).

Serapan anggaran dalam hal ini adalah kemampuan Pemda untuk merealisasikan sejumlah

anggaran yang sudah ditetapkan bersama lembaga legislatif (DPRD) didalam APBD yang dinyatakan

dengan skala ordinal. Penentuan skala pengukuran dilakukan melalui kesepakatan daerah. Sampai saat

ini pemerintah pusat maupun daerah belum memiliki definisi baku tentang nilai persentase suatu

daerah yang tergolong rendah serapan anggaran APBD-nya. “Kinerja manajer publik akan dinilai

berdasarkan pencapaian target anggaran, berapa yang berhasil dicapai. Penilaian kinerja dilakukan

dengan menganalisis simpangan kinerja aktual dengan yang dianggarkan” (Mardiasmo, 2002). Dalam

teori ekonomi makro, belanja pemerintah merupakan salah satu elemen untuk menjaga pertumbuhan

ekonomi suatu negara (Tarmizi et al., 2016; 2017 & Sirojuzilam et al., 2016). Belanja pemerintah,

khususnya belanja barang dan jasa, merupakan salah satu komponen utama yang membentuk Produk

Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP).

2.2. Regulasi Keuangan Daerah

Dalam suatu sistem regulasi keuangan daerah dibuat untuk mengendalikan pelaksanaan

keuangan daerah agar segala tindakan atas pengendalian tersebut dapat di tetapkan dalam peraturan

tertentu. Namun dalam reformasi di bidang keuangan daerah tidak konsistennya kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah pusat atas pengelolaan keuangan daerah merupakan faktor utama

lambatnya akuntabilitas keuangan daerah. (Nilawati, 2009 dalam Rasdianto et al., 2014)

Dalam penelitiannya Arif (2011) bahwa regulasi dibidang keuangaan daerah merupakan salah

satu yang menyebabkan terjadinya keminiman dalam hal penyerapan belanja. Seperti yang diungkap

oleh pengamat ekonomi Avililiani, “Lambatnya serapan anggaran dikarenakan banyaknya aturan,

misalnya proses tender saja membutuhkan waktu enam bulan”. Berdasarkan hal tersebut

dihipotesiskan :

H1 : Regulasi Keuangan berpengaruh terhadap serapan anggaran pada SKPD di Pemerintah

(6)

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 6 2.3. Politik Anggaran

Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan keuangan terhadap

prioritas tersebut. Pada sektor publik, anggaran merupakan alat politik (political tool) sebagai bentuk

komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan

tertentu. (Mardiasmo, 2002).

Faktor politik dalam hal ini adalah proses penetapan kebijakan tentang anggaran dipengaruhi

oleh berbagai kepentingan elemen politik (Abdullah, 2010). Politik anggaran adalah proses saling

mempengaruhi antara berbagai pihak yang berkepentingan dalam menentukan skala prioritas

pembangunan akibat terbatasnya sumber dana publik yang tersedia.

Dari kutipan diatas, memang tak dapat dihindari bahwa faktor politik yaitu proses tarik menarik

antara kepentingan pemerintah dengan legislatif secara langsung dapat mengurangi waktu dalam

pengimplementasian program kerja yang sudah disepakati di awal pemerintahan. Akibat yang

ditimbulkan dari faktor politik tersebut menjadikan SKPD tidak langsung bisa mengimplementasikan

program kerjanya. Berdasarkan hal tersebut dihipotesiskan :

H2 : Politik anggaran berpengaruh terhadap serapan anggaran pada SKPD di Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara.

2.4. Proses Pengadaan Barang dan Jasa

Mayoritas lambatnya serapan anggaran tersebut terjadi dikarenakan proses tender yang

memakan waktu beberapa bulan, hal ini dikarenakan ada beberapa proses teknis dan non teknis yang

harus dijalankan dan harus melalui prosedur-prosedur yang sudah ditetapkan oleh aturan UU. Proses

tender merupakan salah satu penyebab dari rendahnya serapan APBD di Provinsi Sumatera Utara

tahun 2014 -2015. Lambatnya proses lelang ditambah lagi konflik-konflik yang terjadi selama proses

tender berlangsung semakin memperparah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk implementasi

anggaran. Berdasarkan hal tersebut dihipotesiskan :

H3 : Proses Pengadaan Barang dan Jasa berpengaruh terhadap serapan anggaran pada SKPD di

(7)

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 7 2.5. Komitmen Organisasi

Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada pemberi

wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapian target anggaran dan

efisiensi pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer publik dinilai berdasarkan berapa yang berhasil ia

capai terkait dengan anggaran yang telah ditetapkan. (Mardiasmo, 2002)

Allen dan Meyer (dalam Norman, 2010); Muda et al., (2014); Dalimunthe et al., 2016 dan

Maksum et al., (2014) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai suatu kelekatan afeksi atau emosi

terhadap organisasi seperti individu melakukan identifikasi yang kuat, memilih keterlibatan tinggi,

dan senang menjadi bagian dari organisasi. Ada tiga komponen komitmen organisasi yaitu :

(Rasdianto et al., 2014)

1. Affective commitment, terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari organisasi karena

adanya ikatan emosional.

2. Continuance commitment, muncul apabila karyawan tetap bertahan pada suatu organisasi karena

membutuhkan gaji dan keuntungan lain.

3. Normative commitment, timbul dari nilai-nilai dalam diri karyawan. Karyawan bertahan menjadi

anggota organisasi karena adanya kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal

yang seharusnya dilakukan.

Berdasarkan hal tersebut dihipotesiskan :

H4 : Komitmen Organisasi berpengaruh terhadap serapan anggaran pada SKPD di Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara.

2.6. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu (Silpa)

Silpa merupakan sumber pembiayaan yang berasal dari sisa anggaran tahun lalu yang

mencakup sumber penghematan belanja, kewajiban pada pihak ketiga yang sampai akhir tahun belum

diselesaikan, sisa dana lanjutan, dan semua pelampauan atas penerimaan daerah. Silpa dapat berupa

penerimaan PAD, penerimaan dana perimbangan, penerimaan lain-ain pendapatan yang sah dan

(8)

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 8 Sisa anggaran merupakan saldo dana atau kas daerah pada akhir tahun anggaran yang

mencerminkan ketidakakuratan dalam peramalan (forecasts) anggaran. Sisa ini akan terbawa ke tahun

anggaran berikutnya sebagai penerimaan dalam pembiayaan di APBD. Pada tahun anggaran

berikutnya tersebut, sisa anggaran ini disebut sisa anggaran tahun sebelumnya dan digunakan untuk

menutupi defisit anggaran, mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan, dan mendanai kewajiban lainnya

yang sampai dengan akhir tahun anggaran sebelumnya selesai dibayarkan (Abdullah, 2014).

Berdasarkan hal tersebut dihipotesiskan :

H5 : Silpa memoderasi hubungan antara regulasi keuangan daerah, politik anggaran, proses pengadaan

barang/jasa dan komitmen organisasi terhadap serapan anggaran SKPD di Provinsi Sumatera

Utara.

3.

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan teknik statistik. Jenis

penelitian ini adalah penelitian kausalitas (Causal Research) (Muda, 2010 dan Lubis et al., 2016).

Penelitian ini melihat pengaruh regulasi keuangan daerah, politik anggaran, proses pengadaan

barang/jasa dan komitmen organisasi terhadap serapan anggaran di Provinsi Sumatera Utara.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 88 dari 44 SKPD. Terdiri dari Kepala

SKPD dan Kasubbag keuangan di Setiap SKPD Provinsi Sumatera Utara, sumber data populasi

diperoleh dari buku APBD Provinsi Sumatera Utara.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara menyebarkan kuesioner

secara langsung oleh peneliti kepada responden dan jawaban atas kuesioner yang diberikan dan di

(9)

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 9 Tabel 2. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

`Nama yang harus dipahami, dipelajari dan di patuhi oleh pengguna anggaran SKPD.

Proses pengadaan barang dan jasa adalah suatu kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa oleh SKPD yang dimulai dari

perencanaan kebutuhan sampai kuat oleh Kepala SKPD untuk mencapai serapan anggaran yang telah disepakati

Silpa (Z) Silpa didefinisikan sebagai sumber penerimaan internal pemda yang dapat

Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama adalah regresi linier

berganda dan hipotesis kedua dengan menggunakan uji residual.

4.

Hasil Penelitian

4.1. Deskriptif Variabel Penelitian

(10)

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 10 Tabel 3. Deskriptif Variabel Penelitian

N Min Max Mean

Std. Deviatio

n Skewness Kurtosis

Serapan Anggaran 88 12 25 21,295 3,288 -0,969 0,880

Regulasi Keuangan

Daerah 88 16 30 25,455 3,729 -0,489 -0,091

Politik Anggaran 88 14 20 17,205 1,750 0,206 -0,859

Proses Pengadaan

Barang dan Jasa 88 14 30 24,114 3,984 -0,838 0,183

Komitmen

Organisasi 88 18 30 25,591 3,261 -0,594 0,058

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA)

88 6 15 11,545 2,138 -0,598 0,158

Valid N (listwise) 88

Sumber : Data diolah (2017).

Berdasarkan Tabel 3, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan variabel merupakan

presentasi yang baik untuk penelitian. Hal ini ditunjukan dari standar deviasi dari setiap variabel

berada dibawah nilai rata-rata.

4.2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalm penelitian ini meliputi uji normalitas, uji

multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas.

4.2.1. Uji Normalitas

Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan uji statistik One-Sample

Kolmogorov-Simrnov Test.

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 88

Normal Parameters Mean 0,00000

Std. Deviation 2,65986

Most Extreme Differences Absolute 0,114

Positive 0,069

Negative -0,114

Kolmogorov-Smirnov Z 1,069

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,203

(11)

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 11 Hasil uji data dengan menggunakan One Sample Kalmogorov-Smirnov Test dengan melihat

tingkat signifikansi 5%. Dasar pengambilan keputusan pada uji normalitas yaitu dengan melihat

probabilitaas asymp.sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05, maka data dapat dikatakan berdistribusi

normal. Pada Tabel diatas hasil pengujian menunjukan besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov Z adalah

1,069 dan signifikan pada 0,203. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui analisis statistik

terbukti data residual berdistribusi normal.

4.3. Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel independen. Pengujian multikolineartias dalam penelitian ini dilakukan

dengan melihat besaran VIF (Variance inflation factor) dan nilai tolerance. Hasil pengujian

multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengujian Multikolinearitas

Sumber : Data diolah (2017).

Dari Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas karena nilai VIF dari

masing-masing variabel independen tidak lebih besar dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari

0,10.

4.4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot. Variabel

Collinearity

Statistics

VIF Tolerance

Regulasi Keuangan Daerah 0,476 2,099

Politik

Anggaran 0,586 1,705

Proses Pengadaan Barang

dan Jasa 0,620 1,614

Komitmen Organisasi 0,564 1,772

Sisa Lebih Perhitungan

(12)

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 12 Sumber : Data diolah (2017).

Gambar 2. Diagram Scatterplot

Dari gambar diatas menunjukan penyebaran titik-titik data menyebar secara acak serta tersebar

baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, titik-titik tidak mengumpul diatas atau dibawah

dan tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas pada

model regresi.

4.5. Uji Hipotesis Pertama

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji signifikansi simultan (uji F) dan uji

signifikansi parameter individual (uji statistik t), uji koefisien determinasi (Adjusted R2).

4.6. Uji Statistik F

Hasil pengujian statistik F untuk melihat pengaruh secara simultan regulasi keuangan daerah,

politik anggaran, proses pengadaan barang dan jasa dan komitmen organisasi terhadap serapan

anggaran SKPD. Hasil uji Statistik F dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 6. Hasil Uji F

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 324,808 5,000 64,962 8,654 0,000

Residual 615,510 82,000 7,506

Total 940,318 87,000

a. Predictors: (Constant), Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA), Regulasi Keuangan Daerah, Politik Anggaran, Proses Pengadaan Barang dan Jasa, Komitmen Organisasi

(13)

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 13 Pada Tabel diatas dapat dilihat besaran nilai F hitung 8,654 lebih besar dari nilai F tabel 2,71

dan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari α = 0,05 maka menerima H1. Sehingga dapat

disimpulkan secara simultan variabel regulasi keuangan daerah, politik anggaran, proses pengadaan

barang dan jasa dan komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap serapan anggaran SKPD.

4.7. Uji Statistik t

Untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial

digunakan uji statistik t. Untuk menginterpretasikan koefisien variabel independen dapat dengan

menggunakan unstandardized coefficients maupun standardized coefficients seperti pada Tabel

dibawah ini.

Tabel 7. Hasil Uji Statistik t Model

Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa tidak semua variabel independen yang diteliti

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dari ke empat variabel independen yang di

masukan dalam model regresi, terdapat satu variabel yang berpengaruh signifikan terhadap serapan

anggaran yaitu regulasi keuangan daerah. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi sebesar 0,008 <

0.05 dan nilai t hitung 2,699 > t tabel 1,987 dan koefisien regresi bernilai positif maka menerima H1.

4.8. Uji koefisein determinasi (Adjusted R2)

Untuk mengetahui seberapa besar variabel serapan anggaran mempengaruhi regulasi keuangan

daerah, politik anggaran, proses pengadaan barang dan jasa dan komitmen organisasi dapat dilihat

(14)

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 14 Tabel 8. Hasil Koefisien Determinasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 0,588 0,345 0,306 2,740

a. Predictors: (Constant), Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA), Regulasi Keuangan Daerah, Politik Anggaran, Proses Pengadaan Barang dan Jasa, Komitmen Organisasi

Sumber : Data diolah (2017).

Dari Tabel diatas diketahui nilai R2 sebesar 0,345 hal ini menunjukan variabel regulasi

keuangan daerah, politik anggaran, proses pengadaan barang dan jasa dan komitmen organisasi

sebagai variabel independen memiliki hubungan yang kuat sebesar 34,5 % dengan variabel serapan

anggaran sebagai variabel dependen. Nilai adjusted R2 sebesar 0,306 yang mengindikasikan bahwa

30,6% variabel dependen (serapan anggaran) dipengaruhi oleh variabel independen yaitu regulasi

keuangan daerah, politik anggaran, proses pengadaan barang dan jasa dan komitmen organisasi,

sedangkan sisanya sebesar 69,4% dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian ini.

4.9. Uji Hipotesis Kedua

Pengujian hipotesis kedua ini menggunakan analisis regresi linear berganda :

Tabel 9. Uji Residual Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std.

Error

Beta

1 (Constant) 5,208 1,344 3,876 0,000

Serapan Anggaran 0,298 0,062 0,458 4,771 0,000

Dependen Variabel : Silpa Sumber : Data diolah (2017).

Hasil uji residual pada Tabel diatas dapat diformulasikan dalam bentuk persamaan sebagai

berikut :

׀

e

׀

= 5,208+0,458 serapan anggaran

Berdasarkan hasil uji residual yang dilakukan diketahui bahwa tingkat signifikansi serapan

anggaran sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 dan koefisien regresi yang bernilai positif 0,458

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel silpa tidak dapat memoderasi hubungan antara regulasi

keuangan daerah, politik anggaran, proses pengadaan barang dan jasa dan komitmen organisasi

(15)

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 15

5.

KESIMPULAN

5.1. KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil analisis secara simultan maka regulasi keuangan daerah, politik anggaran, proses

pengadaan barang dan jasa dan komitmen organisasi secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap serapan anggaran SKPD pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Artinya ketika

regulasi keuangan daerah, politik anggaran, proses pengadaan barang dan jasa dan komitmen

organisasi secara simultan variabel-variabel tersebut akan mampu meningkatkan serapan angaran.

Nilai adjusted R Square yang rendah menjelaskan bahwa adanya variabel lain di luar model

penelitian ini yang mampu mempengaruhi serapan anggaran.

2. Secara parsial variabel regulasi keuangan daerah berpengaruh positif signifikan terhadap serapan

anggaran SKPD di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan variabel politik anggaran,

proses pengadaan barang dan jasa dan komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap serapan

anggaran SKPD di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Hal ini ditandai dari nilai t tabel lebih

kecil dari t hitung dan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.

3. Sisa lebih perhitungan anggaran tidak mampu memoderasi hubungan antara regulasi keuangan

daerah, politik anggaran, proses pengadaan barang dan jasa dan komitmen organisasi dengan

serapan anggaran SKPD di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

5.2. IMPLIKASI

Dari tekerbatasan peneliti yang telah diungkapkan maka dapat disarankan sebagai berikut :

1. Berdasarkan keterbatasan penelitian ini, maka bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang

serapan anggaran disarankan dapat menambah variabel-variabel lainnya yang berhubungan dengan

serapan anggaran seperti faktor perencanaan, sumber daya manusia, waktu penetapan anggaran dan

memilih responden yang lebih mengarah kepada pengambilan kebijakan daerah dengan lingkup

yang lebih besar misalnya kabupaten/kota dalam satu provinsi.

2. Peneliti selanjutnya diharapkan selain menerapkan metode survei melalui penyebaran kuesioner/

(16)

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 16 3. Peneliti selanjutnya diharapkan menambah jumlah sampel dari setiap SKPD ditingkat Provinsi dan

kab/kota.

4. Agar serapan anggaran dipemerintah Provinsi Sumatera Utara dapat terealisasi dan meningkat pada

tahun-tahun berikutnya maka pemerintah Provinsi Sumatera Utara segera melakukan evaluasi

terhadap serapan anggaran secara berkala minimal setiap triwulan untuk mengetahui penyebab

penumpukan penyerapan anggaran diakhir tahun.

5. Diberikan reward kepada SKPD yang mampu merealisasikan anggaran diatas target kinerja berupa

penambahan anggaran untuk tahun anggaran berikutnya dan memberikan puhisment kepada kepala

SKPD yang tidak mampu melaksanakan kegiatan yang sudah di rencanakan dalam satu tahun

anggaran,sehingga menjadi bahan evaluasi oleh pimpinan atas kinerja kepala SKPD yang

bersangkutan.

6. Lebih mengaktifkan peran Inspeketorat Provinsi dalam melakukan review serapan anggaran ke

SKPD sehingga progres serapan anggaran dapat dipantau setiap bulan.

7. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara agar segera menindak lanjuti bila ada revisi atau perubahan

regulasi terkait tentang penggelolaan anggaran keuangan daerah sehingga tidak terkendala dalam

pelaksanaan anggaran.

5.3. KETERBATASAN

Terdapat beberapa keterbatasan yang kemungkinan dapat mempengaruhi hasil penelitian, antara

lain :

1. Penelitian ini hanya membahas variabel-variabel yang berpengaruh terhadap serapan anggaran,

yaitu faktor regulasi keuangan daerah, politik anggaran, proses pengadaan barang dan jasa dan

komitmen organisasi. Sedangkan nilai adjusted R Square yang dihasilkan dalam penelitian ini

rendah sehingga ada variabel lain diluar model penelitian ini yang mampu mempengaruhi serapan

anggaran.

2. Penelitian ini menggunakan kuesioner, sehingga kemungkinan ada bias dari jawaban responden

(17)

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 17 3. Pengambilan objek penelitian hanya dilakukan di Pemprovsu saja dengan jumlah sampel sebanyak

2 orang untuk setiap SKPD.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Emkhad. 2011. Identifikasi faktor-faktor penyebab minimnya penyerapan APBD Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2011. Tesis. Universitas Islam Riau.

Avazzadehfath, F., Raiashekar. 2011. Decision-Making Based on Human Resource Accounting Information and It’s Evaluation Method. Asian Journal of Finance & Accounting, 3(1), 52-96. http://dx.doi.orgg/10.5296/ajfa.v3i1.881.

_______.2014.Defisit dan Surplus dalam Anggaran Daerah Apakah Saling

Berhubungan”

Januari1.Weblink:http://syukriy.wordpress.com/2013/01/01/defisit-dan-surplus-dalam-anggaran-daerah-apakah-saling-berhubungan/(9/11/2014).

_______.2014.Pengaruh SiLPA terhadap Belanja. Desember 16. Web

link:http://syukriy.wordpress.com/2013/12/16/pengaruh-silpa-terhadap-belanja/ (9/11/2014).

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). 2011. Menyoal Penyerapan Anggaran, Paris Review. Yogyakarta.

Bastian, Indra, 2006. Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintah Daerah, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Dalimunthe, D.M.J.,Fadli, and Muda, I. 2016. The application of performance measurement system model using Malcolm Baldrige Model (MBM) to support Civil State Apparatus Law (ASN) number 5 of 2014 in Indonesia. International Journal of Applied Business and Economic Research. 14(11): 7397-7407.

Emkaf, Arif. 2011. Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab Minimnya Penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Kabupaten/Kota di Provinsi Riau, Tesis (Tidak Dipublikasikan) Universitas Riau.

Fuad, Ahmad. 2016. Rapat Pembahasan Serapan Anggaran. 2014-2015, Aula Setda Provsu. Medan.

Ghozali, Imam 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21, Penerbit Universitas Diponegoro, Edisi 7, Semarang.

Halim, Abdul & Syukriy Abdullah. 2016. Hubungan dan Masalah Keagenan di Pemerintah Daerah: Sebuah Peluang Penelitian Anggaran dan Akuntansi. Jurnal Akuntansi Pemerintahan. 2(1): 53-64.

Halim, Abdul. 2008. Akuntansi Keuangan Daera, Penerbit Salemba Empat, Edisi 3, Jakarta.

Herryanto, Hendris 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Penyerapan Anggaran Belanja pada Satuan Kerja Kementerian/Lembaga di Wilayah Jakarta, Tesis (Tidak Dipublikasikan), Jakarta , FEUI.

Imam, Yunarto. 2011. Memahami Proses Penganggaran untuk Mendorong Optimalisasi Penyerapan Anggaran, Paris ReviewBPKP. Jakarta.

Kaharuddin. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Belanja Daerah di Kabupaten Sumbawa”, Studi kasus belanja DAK bidang Pendidikan, Tesis (tidak dipublikasikan), Universitas Sumatera Utara.

(18)

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 18 Lubis, A.F., Lubis, T.A., and Muda, I. 2016. The role of Enterprise Resource Plan (ERP)

configuration to the timeliness of the financial statement presentation. International Journal of Applied Business and Economic Research. 14(11): 7591-7608.

Lubis, A.,Torong, Z.B., and Muda, I. 2016. The urgency of implementing balanced scorecard system on local government in North Sumatra – Indonesia. International Journal of Applied Business and Economic Research. 14(11): 7575-7590.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Penerbit Andi, Edisi 3, Yogyakarta.

Maksum, A., Hamid, R., & Muda, I. 2014. The Impact of Treasurer’s Experience And Knowledge on The Effectiveness of The Administration and Preparation of The Accountability Reporting System in North Sumatera. Asian Journal of Finance & Accounting, 6(2): 301-318. http://dx.doi.org/10.5296/ajfa.v6i2.6341.

Murtini. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Penyerapan Realisasi Anggaran Departemen Perindustrian Republik Indonesia Periode 2008, Tesis (Tidak Dipublikasikan). BINUS. Jakarta.

Muda, I., Rafiki, A., & Harahap, M. R. 2014. Factors Influencing Employees' Performance: A Study on the Islamic Banks in Indonesia. International Journal of Business and Social Science, 5(2): 73-80.

Muda, I and Abykusno Dharsuky. 2015. Impact Of Region Financial Information System (SIKD) Quality, Role Ambiguity And Training on Precision of Financial Statement of Local Government Presentation In North Sumatra. International Journal of Applied Business and Economic Research, 13(6): 4283-4304.

Muda, I, Dharsuky. A., Siregar, H.S., and Sadalia, I. 2017. combined loading and Cross-dimensional loadings timeliness of presentation of financial statements of local government. IOP Conference Series : Materials Science and Engineering. 180. doi: 10.1088/1757-899X/180/1/012099.

Muda, Iskandar. 2010. Kontribusi Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai AsahanTerhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tanjung Balai. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 9(1): 17– 28.https://www.researchgate.net/publication/273776657_Kontribusi_Pelabuhan_Teluk_Nibung

_Tanjung_Balai_AsahanTerhadap_Pendapatan_Asli_Daerah_Kota_Tanjung_Balai (acceses

on, April, 20; 2017)

Nazri, Ramadhaniatun dan Abdullah, Syukri. 2010. Serapan Anggaran Pemerintah Daerah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Studi pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Aceh. Tesis (Tidak Dipublikasikan) Universitas Syiah Kuala.

Nurzaimah, Rasdianto and Muda, I. 2016. The skills and understanding of rural enterprise management of the preparation of financial statements using Financial Accounting Standards (IFRs) financial statement on the Entities without Public Accountability (ETAP) framework on the implementation of village administration law. International Journal of Applied Business and Economic Research. 14(11): 7417-7429.

Priatno, Prasetyo Adi & M. Khusaini.. 2013.Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran pada Satuan Kerja Lingkup Pembayaran KPPN Blitar. E-Journal Universitas Brawijaya, Web link: http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/viewFile/603/546, (8/12/2016)

Rasdianto, Nurzaimah and Iskandar Muda. 2014. Analysis on the Timeliness of the Accountability Report by the Treasurer Spending in Task Force Units in Indonesia. International Journal of Academic Research in Accounting, Finance and Management Sciences. 4(4): 176–190. http://dx.doi.org/10.6007/IJARAFMS/v4-i4/1304.

(19)

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 19 Sirojuzilam, Hakim, S., and Muda, I. 2016. Identification of factors of failure of Barisan Mountains Agropolitan area development in North Sumatera– Indonesia. International Journal of Economic Research. 13(5): 2163-2175.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, “tentang Keuangan Negara”, 2003. Republik Indonesia. Jakarta.

_______, 2004. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004, “tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional”, Republik Indonesia. Jakarta.

_______, 2004. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004, “tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah”, Republik Indonesia. Jakarta..

_______. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005, “tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah”, Republik Indonesia. Jakarta.

_______. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 54 tahun 2010, ”tentang Pengadaan barang dan Jasa”, Republik Indonesia. Jakarta.

_______, 2010. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2010, “tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Republik Indonesia. Jakarta.

_______, 2014. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 tahun 2014, “tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review Atas Laporan Kinerja Intansi Pemerintah”. Republik Indonesia. Jakarta.

Tarmizi, H.B.,Daulay, M and Muda, I. 2016. The influence of population growth, economic growth and construction cost index on the local revenue of tax on acquisition of land and building after the implementation of law no. 28 of 2009. International Journal of Economic Research. 13(5): 2285-2295.

Tarmizi, HB., Daulay, M., and Muda, I. 2017. Impact of The Economic Growth and Acquisition of Land to The Construction Cost Index in North Sumatera. IOP Conference Series : Materials Science and Engineering. 180. doi: 10.1088/1757-899X/180/1/012004.

Gambar

Tabel 1. Persentase Serapan Anggaran Pemerintah Provinsi Sumut TA 2014-2015
Tabel 2. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Tabel 5. Pengujian Multikolinearitas
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pengujian penelitian ini, putaran mesin dijaga konstan sehingga perubahan nilai torsi bergantung pada variasi besarnya nilai daya mesin dan pada akhirnya bentuk grafik

Kondisi inilah yang mendorong untuk mencoba menggunakan model FFNN dengan pelatihan AG untuk prediksi data harga saham, namun yang menjadi masalah adalah

Dari 3 (tiga) tujuan yang harus dicapai pada tahun 2016 yaitu (1) Peningkatan kualitas data statistik, (2) Peningkatan pelayanan prima hasil kegiatan statistik, (3) Peningkatan

[r]

Hal ini mengidentifikasi bahwa kondisi fisik komponen daya tahan otot lengan siswa berprestasi SMA Negeri 1 Kota Mojokerto dalam kategori kurang karena progam latihan

Teori kesantunan berbahasa Brown dan Levinson berdasar pada konsep muka (face). Muka atau citra diri seseorang dapat jatuh. Oleh karena itu, muka perlu dijaga atau

Model persediaan Economic Manufacturing Quantity (EMQ).. Rumus persediaan EOQ dimanfaatkan oleh Banerjee untuk merumuskan perhitungan ukuran lot gabungan, yang merupakan

Dengan membaca dan mengamati gambar, siswa dapat menganalisis sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif (angin, air, matahari, panas