• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menjaga Integritas Pemilu Melalui Manaje

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Menjaga Integritas Pemilu Melalui Manaje"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Menjaga Integritas Pemilu Melalui Manajemen Rantai Pasok Logistik Pemilu

In any country, the logistics capacity and the availability of skilled human resources may constrain the available options for electoral system choice, as may the amount of money available. Even when donor funding is available, issues of the longterm sustainability of electoral system choice are important. This does not, however, mean that the most straightforward and least expensive system is always the best choice. It may well be a false economy, as a dysfunctional electoral system can have a negative impact on a country’s entire political system and on its democratic stability(Reily,2010)

Wacana tentang penyederhanaan rekapitulasi surat suara dari TPS ke PPS, PPS ke PPK, dan PPK ke KPU menjadi dari TPS langsung ke KPU dengan mekanisme E-Rekap adalah niscaya. Bagaimanapun, keniscayaan itu dapat terlaksana dengan baik dengan berbagai kondisi. Salah satunya adalah dengan mempertimbangkan manajemen rantai pasok logistik pemilu. Manajemen logistik pemilu tidak hanya searah, seperti manajemen logistik pada umumnya. Kekhususan manajemen logistik pemilu, ada pada proses pengadaan, distribusi, implementasi proses pencoblosan, rekapitulasi, dan penarikan logistik. Dalam rantai tersebut, terdapat prinsip prinsip elektoral yang integritasnya dipertaruhkan.

(2)

pemilu ada di tingkat KPU RI, tetapi secara de–facto, logistik pemilu disimpan, digunakan, dan dipelihara di tingkatan KPU Kabupaten kota.

Evaluasi pelaksanaan pemilu tahun 2014 yang dilaksanakan oleh ERI (Electoral Research Indonesia) menyebutkan, untuk manajemen dan pengelolaan pemilu legislatif pada saat itu, KPU melakukan pekerjaan yang amat rumit. Diperlukan 5 juta orang sebagai penyelenggara pemilu. Sementara dari segi teknis kepemiluan, KPU harus menyediakan 33 (tiga puluh tiga) Jenis surat suara untuk memilih calon anggota DPD, 77 Jenis surat suara untuk memilih calon anggota DPR tingkat nasional, 259 jenis surat suara untuk menghasilkan anggota DPRD terpilih di tingkat propinsi dan 2.101 jenis surat suara untuk memilih anggota DPRD kota / kabupaten. Meski pengelolaan logistik pada pemilu nasional anggota legislatif dari tingkat Pusat sampai daerah ini menunjukan tingkat kerumitan yang begitu tinggi, IRE mengakui bahwa KPU telah mengalami kemajuan pesat dalam perbaikan mekanisme proses validasi surat suara dan efisiensi dalam penggunaan bilik dan kota suara lama.

Beberapa catatan IRE tentang lemahnya manajemen logistik KPU berdampak signifikan dalam pelaksanaan pemilu tahun 2014. Di NTT misalnya, menjadi salah satu propinsi yang sering mengalami keterlambatan pengiriman logistik dikarenakan kondisi tipologi dan topografi yang lebih sulit daripada di pulau jawa. Ketersediaan kapasitas gudang yang terbatas. Terbatasnya ruang penyimpanan, dan lemahnya manajemen pergundangan. Hal ini termasuk sumberdaya manusia yang tidak siap dalam proses pengelolaan logistik yang begitu rumit. Surat suara tertukar ini terjadi hampir terjadi di seluruh daerah penelitian IRE, meski prosentasenya berbeda-beda. Di DIY misalnya, surat suara untuk kabupaten Bantul tertukar dengan kab. Sleman. Sedangkan di Jatim, surat suara tertukar terjadi di 10 kabupaten kota yaitu; Sampang, sumenep, banyuwangi, bojonegoro, Surabaya, Nganjuk, Gresik, sidoarjo, Pacitan, lumajang, dan mojokerto. Di Jawa tengah dari 22 kabupaten kota yang menyelenggarakan Pilkada ada sekitar 113 TPS yang surat suaranya tertukar.1

(3)

Secara administratif, logistik pemilu adalah perwujudan dari perencanaan logistik pemilu dilaksanakan secara berjenjang, dengan mengindahkan peraturan KPU dan petunjuk teknis pengadaan, yang telah diatur oleh KPU RI untuk menghindari kesalahan teknis akibat tidak standarnya logistik pemilu yang sedang berlangsung. Penerimaan logistik pemilu yang tidak bersamaan datangnya adalah salah satu kelemahan pengadaan logistik dengan sistem berjejang, sehingga mengganggu proses sortir, pengelolaan, dan distribusi. Sementara itu, kendala geografis dan metode penyampaian logistik yang terencana dengan baik, menimbulkan kerawanan dalam proses distribusi yang sangat tergantung pada alam dan cuaca.

Untuk menyelesaikan kesalahan teknis pengelolaan logistik pemilu, KPU RI mengadakan PSU (Pemungutan Suara Ulang). Kendala yang muncul pada saat PSU adalah, pemilih yang hadir sangat terbatas, dan jumlahnya jauh berkurang. Hal tersebut amat berpengaruh pada legitimasi hasil pemilu. Di kabupaten Sampang misalnya; meski KPU kabupaten Sampang mendorong pemilih untuk hadir pada PSU, pemilih tetap saja mangkir. Sumenep tercatat sebagai daerah yang warganya beramai-ramai menolak pelaksanakaan PSU. kasus-kasus seperti ini mengakibatkan dugaan bahwa KPU menjadi penyelenggara yang tidak profesional dan tidak efisien.

Proses pendaftaran pemilih pemilu juga berperan besar dalam penentuan jumlah logistik. Jumlah daftar pemilih dan klasifikasi pemilih yang di tentukan oleh KPU RI. Pemilih terdaftar dalam DPT, masih ditambah lagi dengan pemilih tambahan, pemilih khusus tambahan, dan seterusnya tidak ternyata tidak sejalan dengan konsep perencanaan logistik yang tepat sehingga di beberapa daerah ada yang mengalami kekurangan surat suara, dan berpotensi menimbulkan konflik horizontal yang mengancam gagalnya pelaksanaan pemilu di daerah tersebut.

(4)

hemat anggaran. Pemberian akses masyarakat terhadap data dan informasi yang ada Sistem Logistik (Silog) Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan bentuk keterbukaan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam pengadaan dan distribusi logistik Pemilihan Umum (Pemilu). Publik dapat melihat jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk setiap provinsi dan kabupaten/kota, jumlah Panitia Pemungutan Suara (PPS), Panitia Pemilhan Kecamatan (PPK), pemilh, suarat suara, tinta sidik jari, formulir, kotak suara dan bilik suara”2 karena itu aplikasi Silog ini amat bermanfaat sebagai salah satu alat untuk mengukur akuntabilitas KPU di bidang administrasi logsitik.

Sayangnya, bagi penyelenggara pemilu di tingkat kota dan kabupaten. Logistik pemilu dan Proses Rekapitulasi hasil Pemilu bukan sekedar persoalan angka di bit-bit komputer. Sistem informasi mungkin menyederhanakan proses. Tetapi logistik yang jumlahnya ribuan dan boros tempat adalah masalah lain yang harus dipikirkan oleh pembuat kebijakan rantai pasok logistik di tingkat pusat. Proporsionalitas sumberdaya manusia dan anggaran pemilu adalah tantangan yang harus dihadapi oleh KPU di tingkat kota dan kabupaten dalam pengelolaan logistik pemilu.

Menyederhanakan proses rantai pasok logistik dengan memotong rantai penarikan logistik pemilu dari TPS ke PPS lalu ke PPK dan PPK ke KPU. Dan merubahnya menjadi langsung dari TPS ke KPU di tingkat kabupaten kota dengan alasan efisiensi anggaran dapat menjadi bumerang bagi penyelenggara pemilu. Seperti disebutkan oleh Reily (2010) dalam bukunya Electoral System Design, bahwa penyederhanaan sistem logistik dan administratif dalam pemilu kadang bukan pilihan terbaik, karena bisa mengancam integritas penyelenggara pemilu. Logistik Pemilu adalah salah satu komponen penting dalam proses konversi suara Pemilih menjadi Kursi dalam Pemilu. Tanpa logistik pemilu yang terpenuhi, terdistribusi dan disimpan dengan baik, pelaksanaan pemilu terancam gagal dan tidak memiliki legitimasi yang kuat di mata publik.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis terdapat hubungan yang signifikan antara pembinaan kemampuan mengajar dan etos kerja guru dengan menggunakan analisis korelasi

Pada data 4 puisi dengan judul Tentang Mata berisi tentang sumber kasih, penyair menggunakan kata konotasi “penuh mata bisul”, kata tersebut merupakan kata

Pada pemilihan sistem pengelolaan kawasan yang merupakan pilihan terbaik adalah model partnership dan Kemenristek (G1), Pengelola kawasan (G-5) dan Lembaga Litbang (G-6)

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi terbaik proses hidrolisis pati dan serat ubi kayu, serta menentukan jenis substrat asam yang terbaik

penelitian ini ingin mengkaji bagaimanakah persepsi pengunjung yang datang terhadap fasad Mall Gandaria City dengan tujuan untuk mengetahui bagian fasad mana yang paling

pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki, mengembangkan atau melestarikan bangunan dan lingkungan/ kawasan tertentu sesuai dengan prinsip pemanfaatan ruang dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang pelaksanaan pencatatan akta kelahiran dalam rangka mewujudkan tertib administrasi kependudukan di

In conclusion, addition of lerak extract up to 0.18% from total ration in the presence of mineral block was not yet eff ective to depress protozoal population, but could