• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alat Pengolah Data Sejak Zaman Purba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Alat Pengolah Data Sejak Zaman Purba"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada budidaya tanaman pertanian, diperlukan beberapa tahap hingga pada akhirnya mencapai proses panen dan proses pasca panen. Dalam proses-proses tersebut yang merupakan proses awal adalah pengolahan lahan (soil tillage). Pada proses ini berfungsi untuk menggemburkan tanah, menghilangkan kotoran-kotoran dan sampah pada tanah. Proses pengolahan lahan meliputi tahap pembajakan dan penggaruan.

Seiring dengan semakin berkembangnya zaman, pengolahan tanah yang awalnya dilakukan dengan cara konvensional, dengan menggunakan tenaga hewan ternak, dapat berupa sapi ataupun kerbau. Sekarang, dengan semakin berkembangnya teknologi, pengolahan dengan cara konvensional diganti dengan teknologi yang lebih canggih. Traktor adalah mesin pertanian yang paling umum digunakan untuk membajak lahan pertanian. Pada traktor, dapat digandeng dengan berbagai jenis bajak sesuai dengan jenis tanah yang akan diolah.

1.2 Tujuan

(2)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah adalah penyiapan tanah untuk penanaman dan proses mempertahankannya dalam keadaan remah dan bebas dari gulma selama pertumbuhan tanaman budidaya (Smith, 1990: 188).

Pengolahan tanah meliputi pekerjaan penyiapan/pengolahan lahan sehingga siap ditanami. Pengolahan tanah secara umum dapat dibedakan menjadi pengolahan tanah primer (pengolahan tanah pertama) dan pengolahan tanah sekunder (pengolahan tanah kedua), meskipun pada kenyataannya pembedaan tersebut kurang tegas (bisa saling tumpang tindih). Perbedaan antara pengolahan tanah primer dan pengolahan tanah sekunder biasanya didasarkan pada kedalaman pengolahan serta hasil olahannya. Pengolahan tanah pertama biasanya mempunyai kedalaman olah yang lebih dalam (>15 cm ) dengan bongkah tanah hasil pengolahan lebih besar, sedangkan pengolahan tanah kedua mengolah tanah lebih dangkal (< 15 cm) serta hasil olahannya sudah halus dengan permukaan tanah yang relatif rata (siap untuk ditanami) (Anonim, 2008).

Sifat fisik dan kimia tanah sangat erat hubunganya dengan jenis dan kondisi tanah serta iklim setempat, dimana langsung atau tidak langsung sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Sifat tanah yang baik selain dipengaruhi oleh bahan induk dan proses pembentukannya juga oleh tindakan pengolahan tanah. Struktur, tekstur dan solum tanah mempengaruhi aerasi tanah, perkembangan atau dalamnya perakaran dan perkembangan faktor biotis. Dari hal tersebut diatas maka dalam budidaya tanaman masalah pengolahan tanah perlu mendapat perhatian. (Sachez,1993)

(3)

Fungsi tanah yang primer menurut Haryadi (1988) adalah :1. Memberikan unsur-unsur mineral, melayani baik sebagai medium pertukaran maupun sebagai tempat persediaan. 2. Memberikan air dan melayaninya sebagai perubahan. 3.Melayani tanaman sebagai tempat berpegang dan bertumpu untuk tegak. Untuk mendapatkan tanah yang bagus, maka pengolahan tanah disesuaikan dengan kondisi lingkungan antara lain ; iklim, keadaan tanah, jenis tanaman dan saat tanam.

Pengolahan tanah meliputi pekerjaan penyiapan/pengolahan lahan sehingga siap ditanami. pengolahan tanah secara umum dapat dibedakan menjadi pengolahan tanah primer (pengolahan tanah pertama) dan pengolahan tanah sekunder (pengolahan tanah kedua), meskipun pada kenyataannya pembedaan tersebut kurang tegas (bisa saling tumpang tindih). Contoh alat dan mesin pengolahan tanah pertama adalah: bajak singkal, bajak piringan, bajak pahat (chisel plow), rotavator atau rotary tiller, cangkul, dan lain-lain. Contoh alat dan mesin pengolahan tanah kedua adalah: garu gerigi, garu pegas (spring tooth harrow), garu piringan, rotavator, cangkul, dan berbagai macam alat pembentuk guludan atau juringan (Anonim, 2009).

2.2 Macam – Macam Bajak

Peralatan yang digunakan oleh petani pada pengolahan tanah primer adalah untuk memotong, memecah dan membalik tanah sampai kedelaman dari 15 sampai 91 cm. Alat-alat tersebut yaitu :

1. Bajak Singkal (Mold Board Plow)

Bajak Singkal dapat digunakan untuk bermacam-macam jenis tanah dan sangat baik untuk membalik tanah. Bagian dari bajak singkal yang berfungsi memotong dan membalik tanah disebut botton, yang dibangun dari bagian-bagian utama, yaitu : singkal (molg board), pisau (share) dan penahan samping (landside). Ketiga bagian utama tersebut dipadukan pada bagian yang disebut frog. Unit ini dihubungkan dengan rangka (frame) melalui batang penarik (beam).

2. Bajak Piringan (Disk Plow)

(4)

berputar, sehingga bukan telapak bajak yang harus meluncur sehingga diharapkan dapat mengurangi gesekan dan tahanan tanah (draff) yang terjadi. Setiap piringan dari bajak piringan biasanya dilengkapi dengan pengeruk (scraper) yang berguna selain untuk membersihkan tanah yang lengket pada piringan juga membantu dalam pembalikan potongan tanah. Keuntungan menggunakan bajak piringan yaitu :

a. Dapat bekerja di tanah keras dan kering.

b. Dapat untuk tanah-tanah yang lengket dan berdebu.

c. Dapat untuk tanah-tanah yang kasar, berbatu dan banyak perakaran. d. Dapat untuk tanah-tanah yang gambut dan berseresah tebal.

e. Dapat untuk pembajakan yang dalam (Wijanto, 1996). 3. Bajak Rotary

Alat pengolah tanah yang terdiri dari beberapa pisau yang tertaut pada poros yang berputar dari sumber tenaga traktor atau disambungkan dengan sumber daya putar dari traktor (PTO), berfungsi mencacah dan menghancurkan tanah yang ringan atau bongkahan tanah hasil pembajakan dengan bajak singkal atau bajak piringan dimana lebar poros menentukan lebar pengolahan tanah (Badan Standardisasi Nasional, 2009).

2.3 Macam – Macam Garu

Pengolahan Tanah kedua dilakukan setelah pembajakan, istilah pengolahan tanah kedua atau pengolahan tanah sekunder diartikan sebagai pengadukan tanah sampai jeluk yang relatif tidak terlalu dalam. Alat-alat pengolah tanah kedua meliputi:

1. Garu (Harrow)

Merupakan peralatan yang dipergunakan untuk meratakan tanah, memecah bongkahan tanah, mengaduk tanah dan mencegah serta membinasakan gulma, dan sering juga dipergunakan untuk menutup biji. Berikut merupakan macam-macam garu, yaitu:

a. Garu Piringan (Disk Harrow)

(5)

sehingga paliran akan membentuk hubungan yang lebih baik dengan tapak paliran sehingga mencegah terbentuknya ruang-ruang udara saat paliran dibalik. Penggunaan setelah pembajakan untuk menggemburkan tanah dan menempatkan tanah dalam keadaan yang lebih baik bagi benih. Tujuan lain adalah :

- Menyiapkan lahan dalam keadaan siap tanam - Pendangiran tanah

- Pemberaan

- Menutup biji yang disebarkan dengan tanah. (Dian, 2010).

Pembajakan yang baik terdiri atas pembalikan dan pemerataan tanah, pembuatan aliran yang bersih bulat seragam. Pembajakan memiliki peran penting dalam pengolahan tanah, sehingga perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:

- Puncak paliran (furrow) sedikit bergerigi.

- Tanah harus digemburkan dengan sempurna dari puncak sampai dasar paliran. - Masing-masing paliran harus lurus dari ujung ke ujung lahan yang rata.

- Setiap paliran balik sedikit lebih tinggi dan segala macam seresah tertimbun dengan sempurna.

- Garis besar paliran harus pada satu titik tanpa patahan dan cekungan.

- Semua seresah harus terbenam empurna di sudut kanan paliran yang lebih rendah. - Paliran haris sepenuhnya seragam.

- Kedalaman semua paliran harus sama, yang berlanjut dengan kedalaman yang seragam.

- Alur buntu harus bebas dari semua seresah.

(6)

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 16 September 2016. Praktikum ini dilaksanakan pada pukul 13.00-15.00. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Alat dan Mesin Pertanian (ALSIN A) Politeknik Negeri Jember.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah meteran, alat tulis, kertas lampiran identifikasi.

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini meliputi bajak singkal, bajak piringan, bajak rotary, bajak pahat, garu piringan, garu bergigi paku, garu bergigi per. 3.3 Langkah Kerja

1. Mahasiswa memasuki laboratorium dengan menggunakan katelpak. 2. Mahasiswa mendapat pengantar dari teknisi.

3. Mahasiswa mengidentifikasi alat pengolahan tanah dengan bantuan teknisi. 4. Mahasiswa mencatat spesifikasi dari setiap alat.

(7)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No Gambar Spesifikasi

1. Bajak Singkal Nama: Bajak Singkal Merek: OTMA Model: 3PA Type: 3PA

No. Seri: T/181/3PA Negara Pembuat: Italia Tahun Pembuatan: 1989

Jumlah Singkal (moldboard plow): 3

Jenis Singkal: Baja Jenis Kejen (Share): Baja Sungkal Bajak (coulter): Ada Jenis: Baja

Ukuran (mm): 889 mm Jointer : Tidak ada.

Roda Alur (furrow wheel) : Tidak ada.

Roda Dukung (land wheel) : Tidak ada.

Lebar Kerja : 134 cm Ukuran Total :

Panjang (cm) : 220 cm Lebar (cm) : 130 cm Tinggi (cm) : 115 cm

(8)

Link.

Jenis daya Penarik : Traktor Roda 4 (whiel traktor).

2. Bajak Piringan Nama : Bajak Piring. Merek : OTMA. Model : 3 disc. Tipe : 3 disc.

Negara Pembuat : Italia. Tahun Pembuatan : 1989. Jumlah Piringan (disk) : 3. Jenis Piringan : Baja.

Diameter Piringan : 24 inchi. Lebar Kerja Bajak (cm) : 101 cm. Penggerak Piringan (scraper) : Ada. Jenis : Baja.

Roda Alur (furrow wheel) : Ada. Roda Dukung (Land Wheel) : Tidak Ada.

Ukuran Total :

Panjang (cm) : 201 cm. Lebar (cm) : 113 cm. Tinggi (cm) : 115 cm.

Tipe Penggandengan : Three Point Link.

Jenis Daya Penarik : Traktor Roda 4 (Whiel traktor).

(9)

Model : IG-175.

Negara Pembuat : China. Tahun Pembuatan : 2001. Jumlah Plat Putar : 1.

Jumlah Pisau/ Plat Putar : 50. Jumlah Pisau Total : 50. Jenis Pisau : Baja.

Ukuran Pisau (p/l/t) cm : (20/ 6/ 23).

Lebar Kerja Bajak (cm) : 180 cm. Penutup Belakang (rear shield) : Ada.

Jenis : Plat Baja.

Roda Dukung (land wheel) : Tidak Ada.

Ukuran Total :

Panjang (cm) : 180 cm. Lebar (cm) : 50 cm. Tinggi (cm) : 120 cm. Berat (kg) : 380 kg.

Sistem Penerusan Daya : PTO. Tipe Penggandengan : Three Point Link.

Sumber Daya Penggerak / Penarik : Traktor.

4. Bajak pahat Nama : Bajak Pahat.

(10)

Tipe : R 1000.

Negara Pembuat : Jepang. Tahun Pembuatan : -.

Jumlah Mata Pahat (Chisel point) : 5.

Ukuran Mata Pahat (p/l/t) (cm) : -. Jenis Tangkai (bar) : Baja Berlapis Nikel.

Tipe Penggandengan : Three Point Link.

Jenis Daya Penarik : Traktor.

Jarak Pemasangan Mata Pahat : 30 cm.

Jarak Pengolaha (cm) : -. Lebar Kerja (cm) : -.

5. Garu Piring Nama : Disc harrow.

Merek : OTMA.

Negara Pembuat : Italia. Jumlah Rangkaian : 2. Jumlah Piringan : 8.

Jarak Spasi Piringan (cm) : 22. Jumlah Total Piringan : 16. Jenis Piringan : Baja.

Diameter Piringan (cm) : 45 cm. Lebar Kerja Garu : 155 cm. Penggaruk Piringan : Ada. Jenis : Baja.

(11)

Panjang (cm) : 100 cm. Lebar (cm) : 180 cm. Tinggi (cm) : 60 cm.

Tipe Penggandengan : Three Point Link.

Jenis Daya Penarik : Traktor. 6. Garu Bergigi Paku Nama : Spike tooth harrow.

Gigi Paku: Jenis : Baja.

Ukuran (p/l/t) (cm) : 20 / 4 / 20. Jumlah Total : 49.

Jarak Pemasangan (cm) : 25 cm.

Jarak Pengolahan (cm) : 35 cm. Lebar Kerja Garu (cm) : 210 cm. Roda dukung (land wheel) : Tidak Ada.

Ukuran Total :

Panjang (cm) : 120 cm. Lebar (cm) : 210 cm. Tinggi (cm) : 110 cm.

Tipe Penggandengan : Three Point Link.

Jenis Daya Penarik : Traktor. 7. Garu Bergigi Per Nama : Garu Bergigi Per.

(12)

Tahun Pembuatan : 1989. Batang Pemasangan : Bentuk : Balok.

Ukuran (p/l/t) cm : 180 / 8 / 4,5. Jumlah : 2.

Susunan : Sejajar. Gigi per :

Jenis / Bentuk : Baja / Spiral. Ukuran (p/l/t) cm : 10 / 38 / 62. Jumlah / Batang Pemasangan : 10 / 2.

Jumlah Total : 10.

Jarak / Spasi Pemasangan : 34. Jarak Pengolahan (cm) : 147 cm. Lebar Kerja Garu (cm) : 168 cm. Roda Dukung ( Land Wheel) : Tidak Ada.

Ukuran Total :

Panjang (cm) : 182 cm. Lebar (cm) : 120 cm. Tinggi (cm) : 111 cm.

Tipe Penggandengan : Three Point Link.

Jenis Daya Penarik : Traktor Roda 4 (whiel traktor).

(13)

Bajak singkal (moldboard plow) terdiri dari berbagai komponen yang saling berkaitan. Setiap bagiannya memiliki fungsi yang berbeda-beda. Sangat penting untuk mengetahui fungsi dari tiap komponen bajak singkal agar dapat melakukan perbaikan, modifikasi, pembuatan alat, dan pengoperasian bajak singkal tersebut. Bajak singkal termasuk jenis bajak yang paling tua. Di Indonesia jenis bajak singkal inilah yang paling umum digunakan oleh petani untuk melakukan pengolahan tanah mereka, dengan menggunakan tenaga ternak hela sapi atau kerbau, sebagai sumber daya penariknya. Sering dijumpai beberapa bentuk rancangan bajak singkal, hal ini dimaksudkan untuk dapat memperoleh penyesuaian antara kondisi tanah dengan tujuan pembajakan. Aneka ragam rancangan yang dijumpai selain pada bentuk mata bajak, juga di bagian perlengkapannya. Mata bajak adalah bagian dari bajak yang berfungsi aktif untuk mengolah tanah. Bajak singkal secara umum dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

· Bajak singkal satu arah (one way moldboard plow), adalah jenis bajak singkal dimana pada waktu mengerjakan pengolahan tanah akan melempar dan membalik tanah hanya dalam satu arah. Lemparan atau pembalikan tanahnya biasanya dilakukan ke arah kanan

· Bajak singkal dua arah ( two way / reversible moldboard plow), adalah jenis bajak singkal dimana pada waktu mengerjakan pengolahan tanah, arah pelemparan atau pembalikan tanahnya dapat diatur dua arah yaitu ke kiri maupun ke arah kanan. Jenis bajak ini mempunyai mata bajak yang kedudukannya dirancang untuk dapat diputar ke kanan ataupun ke kiri dengan cepat, sesuai dengan arah pelemparan ataupun pembalikan tanah yang dikehendaki.

(14)

lebih rumit, untuk ukuran bajak yang besar perlu dilengkapi sistem hidrolis untuk pemutaran mata bajaknya.

 Bagian-bagian bajak singkal

Bagian bajak singkal yang aktif untuk mengolah tanah terdiri atas:

1. Pisau bajak (share) berfungsi untuk memotong tanah secara horizontal. Oleh karenanya biasaya bajak ini terbuat dari logam yang berbentuk tajam. 2. Singkal (moldboard) berfungsi untuk mengangkat, menghancurkan dan membalik tanah yang telah dipotong oleh pisau bajak. Karena bentuknya yang melengkung, pada waktu bajak bergerak maju, tanah yang telah terpotong akan terangkat ke atas kemudian akan dibalik dan dilempar sesuai dengan arah pembalikan bajak.

3. Penstabil bajak (land side), berfungsi untuk mempertahankan gerakan maju bajak agar tetap lurus. Dengan jalan menahan atau mengimbangi gaya ke samping yang diterima oleh bajak singkal, pada waktu bajak tersebut digunakan untuk memotong dan membalik tanah.Bagian penstabil bajak ini akan selalu bergerak sejajar dan menempel pada dinding alur pembajakan.

Untuk penyempurnaan hasil kerjanya, disamping bagian-bagian utama di atas, bajak singkal sering dilengkapi dengan perlengkapan tambahan, antara lain adalah:

1. Roda alur penstabil (furrow wheel), berfungsi sebagai pembantu alas penstabil bajak dalam menjaga kestabilan pembajakan.

2. Roda dukung (land wheel), berfungsi untuk mengatur kedalaman pembajakan. Dengan alat ini diharapkan pengolahan tanah dapat dilakukan dengan kedalaman yang relatif konstan.

3. Kolter, berfungsi untuk memotong seresah dan memotong tanah ke arah

(15)

4. Jointer, berfungsi untuk memungkinkan penutupan seresah lebih sempurna dalam pembajakan. Alat ini bentuknya menyerupai bajak singkal namun dengan ukuran yang lebih kecil. Dalam pemasangan umumnya berada di atas pisau bajak, ke arah tanah yang belum dibajak dengan kedalaman kerja lebih kurang 5 cm. Dengan alat ini rumput-rumput atau seresah sebelum dibalik, struktur akar sudah dirusak atau dipotong, sehingga pada waktu tertimbun tanah tidak ada kemungkinan untuk menembus tanah dan tumbuh kembali.

5. Kerangka (beam), seluruh bagian-bagian bajak di atas pada penggunaannya dipasang pada kerangka yang kuat. Pada kerangka ini pula terpasang titik penggandengan bajak. Pada titik-titik penggandengan ini bajak dapat dirangkaikan dengan sumberdaya penariknya.

4.2.2 Bajak Piringan

Bajak piringan fungsinya sama dengan bajak singkal, yaitu untuk pengolahan tanah pertama tetapi singkalnya diganti dengan piringan. Piringan bulat seperti parabola dan berfungsi untuk memotong dan membalik tanah. Bajak piringan cocok untuk bekerja pada : tanah yang lengket, tidak mengikis dan kering dimana bajak singkal tidak dapat masuk; tanah berbatu, atau banyak sisa-sisa akar; tanah gambut; serta untuk pembajakan tanah yang berat. Namun penggunaan bajak piringan ini untuk pengolahan tanah ada juga kelemahannya antara lain: tidak dapat menutup seresah dengan baik; bekas pembajakan tidak dapat betul-betul rata; hasil pengolahan tanahnya masih berbongkah-bongkah, tetapi untuk lahan yang erosinya besar hal ini justru dianggap menguntungkan.

 Jenis bajak piringan

Berdasarkan tempat kedudukan dan susunan piringannya bajak piringan secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu:

(16)

Pada jenis bajak ini masing-masing piringan mempunyai poros tersendiri terpisah antara piringan satu dengan piringan yang lain. Bajak piringan vertical Untuk jenis bajak piringan ini masing-masing piringan dirangkai dalam satu poros. Namun disamping cara penggolongan di atas, seperti pada bajak singkal,berdasarkan atas arah pembalikan pengolahan tanahnya, bajak piringan juga dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:

1. Bajak piringan satu arah (one way disk plow)

2. Bajak piringan dua arah (two way / reversible disk plow)

Selanjutnya berdasarkan bentuk piringannya, piringan dari bajak piringan dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Piringan standard, yaitu yang tepinya rata (standard disk), biasa digunakan untuk mengolah tanah yang sudah lama diusahakan untuk tanaman semusim, sehingga tidak dijumpai sisa-sisa tanaman atau perakaran yang cukup besar.

2. Piringan yang tepinya tidak rata atau berlekuk (cutaway disk), biasa digunakan untuk tanah yang baru diusahakan atau biasa ditanami dengan tanaman keras. Jenis piringan ini sesuai untuk mengolah tanah yang banyak sisa tanamannya dan sesuai untuk memecah tanah yang berbongkahbongkah.

 Bagian-bagian bajak piringan

1. Piringan (disk), berfungsi untuk meotong, mengangkat, menghancurkan dan membalik tanah yang dibajak. Piringan berbentuk cekung dengan tepi yang tajam. Bagian tepi yang tajam akan berfungsi sebagai alat pemotong tanah, sedang bagian piringan yang cekung akan berfungsi untuk mengangkat, menghancurkan dan membalik tanah.

2. Poros atau pusat piringan, berfungsi sebagai tempat bertumpu dan berputarnya piringan, sehingga memungkinkan piringan dapat berputar dengan baik pada waktu digunakan untuk melakukan pengolahan tanah.

(17)

kemacetan dan ketidaknormalan kerja dari bajak piringan. Di samping itu, penggarak piringan ini juga berfungsi untuk membantu pembalikan dan penghancuran tanah pada waktu jenis bajak ini digunakan untuk membajak tanah.

4. Roda alur penstabil (furrow wheel) 5. Roda dukung (land wheel)

6. Kerangka (beam) 4.2.3 Bajak Rotari

Dengan menggunakan bajak putar pengerjaannya hanya dilakukan sekali tempuh. Bajak putar ini dapat digunakan pada tanah yang kering maupun tanah sawah, kadang-kadang juga digunakan untuk mengerjakan tanah kedua dan juga dapat digunakan untuk melakukan penyiangan atau pendangiran. Penggunaan bajak rotari untuk pengolahan tanah dapat memberikan hasil yang lebih baik (baik untuk tanah kering maupun tanah basah).Untuk mengatasi lengketnya tanah pada pisau maka dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah pisau dan mempercepat putaran pada rotor dan memperlambat gerakan maju. Makin cepat perputaran rotor akan lebih banyak daya yang digunakan, namun akan diperoleh hasil penggemburan yang lebih halus.

 Bagian-bagian bajak putar

1. Pisau, berfungsi untuk mencacah tanah pada waktu pengolahan tanah dengan bajak putar dilakukan. Pisau ini juga cukup baik untuk mencacah gulma maupun seresah, namun tidak dapat menutupnya dengan tanah secara baik seperti bila menggunakan bajak singkal maupun bajak piringan. Besar dan jumlah pisau disesuaikan dengan daya penggerak dan keperluannya. Cara pemasangan pisau dalam hubungannya dengan bentuk permukaan dan hasil pengolahan tanah dapat dilihat pada gambar. 2. Poros putar, berfungsi untuk memutar rotor-rotor bajak putar.

(18)

5. Roda dukung (land wheel), berfungsi untuk mengatur kedalaman pengolahan tanah.

4.2.4 Bajak Pahat

Dalam pengerjaan tanah, bajak pahat dipergunakan untuk merobek dan menembus tanah dengan menggunakan alat yang menyerupai pahat atau ujung skop sempit yang disebut mata pahat atau chisel point. Mata pahat ini terletak pada ujung dari tangkai atau batang yang biasa disebut bar. Bar ini secara garis besar dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:

· Kaku, adalah konstruksi yang berat Jenis batang ini terbuat dari baja dengan kadar karbon tinggi. Batang ini mungkin berbentuk lurus mungkin juga berbentuk lengkung.

· Lentur (flexible) Ukurannya biasanya lebih panjang dan lebih ramping. Terbuat dari baja yang dicampur dengan nikel. Bekerja seperti aksi dari per. Batang (bar) ini dipasang pada kerangka yang mana jarak bar yang satu dengan yang lain masing-masing 30 cm, dapat juga antara (30 – 60) cm untuk ukuran bajak pahat yang besar. Bajak pahat ini dapat dipergunakan untuk pembajakan dangkal maupun dipergunakan untuk pembajakan dalam sampai kedalaman 45 cm, tergantung pada keperluan dan jenis mata pahatnya. Berdasarkan jenisnya pula, lebar kerja alat sangat bervariasi tergantung dari sumber daya penarik dan keperluannya.

Fungsi dari bajak pahat tidak sama dengan fungsi bajak singkal maupun bajak piringan. Fungsi bajak pahat adalah:

1. Untuk memecah tanah yang keras dan kering, ini biasa dilakukan sebelum pembajakan untuk tanah tertentu.

2. Dipergunakan untuk pengerjaan praktis pada tanah bawah

3. Dipergunakan pada tanah yang berjerami, dan dipergunakan untuk memotong sisa-sisa perakaran yang berada dalam tanah.

4. Dipergunakan untuk memecah lapisan keras (hardpan) atau plow sole.

(19)

Garu ini dapat digunakan sebelum pembajakan untuk memotong rumput-rumput pada permukaan tanah, untuk rnenghancurkan permukaan tanah sehingga keratan tanah ( furrow slice) lebih berhubungan dengan tanah dasar. Juga dapat digunakan untuk penyiangan, atau untuk menutup biji-bijian yang ditanam secara sebar.

Secara umum garu piring dibagi atas : 1) garu piring tipe tarik (trailing disk harrow), dan 2) garu piring tipe angiat (mounted disk harrow).

Garu piring dapat mempunyai aksi tunggal (single action) apabila pada saat memotong tanah hanya melempar tanah ke satu arah saja. Juga dapat mempunyai aksi ganda (double action ) apabila piringan yang di depan berlawanan arah dengan yang di belakang dalam melempar tanah.

4.2.6 Garu Bergigi Paku

Garu ini mempunyai gigi yang bentuknya seperti paku terdiri dari beberapa baris gigi yang diikatkan pada rangka. Garu ini digunakan untuk menghaluskan dan meratakan tanah setelah pembajakan. Juga dapat digunakan untuk penyiangan pada tanainan yang baru tumbuh.

4.2.7 Garu Bergigi Per

Garu pegas sangat cocok untuk digunakan pada lahan yang mempunyai banyak batu atau akar-akar, karena gigi-giginya yang dapat indenting (memegas) apabila mengenai gangguan. Kegunaan garu ini sama dengan garu paku, bahkan untuk penyiangan garu ini lebih baik, karena dapat masuk ke dalam tanah lebih dalam.

BAB 5. PENUTUP

(20)

1. - Bajak Singkal : Alat untuk melakukan pengolahan tanah dengan menggunakan tenaga ternak, sebagai sumber daya penariknya.

- Bajak Piringan : Bajak piringan berfungsi untuk memotong dan membalik tanah.

- Bajak Rotari : Bajak putar ini dapat digunakan pada tanah yang kering maupun tanah sawah, kadang-kadang juga digunakan untuk mengerjakan tanah kedua dan juga dapat digunakan untuk melakukan penyiangan atau pendangiran.

- Bajak Pahat : bajak pahat dipergunakan untuk merobek dan menembus tanah dengan menggunakan alat yang menyerupai pahat atau ujung skop sempit yang disebut mata pahat atau chisel point.

2. - Garu Piring : Garu ini dapat digunakan sebelum pembajakan untuk memotong rumput-rumput pada permukaan tanah, untuk rnenghancurkan permukaan tanah sehingga keratan tanah ( furrow slice) lebih berhubungan dengan tanah dasar.

- Garu Bergigi Paku : Digunakan untuk menghaluskan dan meratakan tanah setelah pembajakan. Juga dapat digunakan untuk penyiangan pada tanainan yang baru tumbuh.

- Garu Bergigi Per : Garu pegas sangat cocok untuk digunakan pada lahan yang mempunyai banyak batu atau akar-akar, karena gigi-giginya yang dapat indenting (memegas) apabila mengenai gangguan.

5.2 Saran

Untuk mahasiswa sebaiknya memanfaatkan waktu yang ada untuk melakukan pengenalan alat pengolahan tanah dengan baik sehingga lebih effisien. Selain itu, referensi tentang alat pengolahan tanah baik yang primer maupun sekunder lebih diperbanyak lagi agar wawasan kita juga bertambah.

(21)

http://dyahisworo.blogspot.co.id/2015/12/pengenalan-alat-pengolahan-tanah-primer.html

http://fanyaalfacia.blogspot.co.id/2015/04/alat-pengolahan-tanah-sekunder-garu.html

http://foctarina.blogspot.co.id/2014/02/macam-macam-bajak.html

http://istiqomah1022.blogspot.co.id/2013/02/laporan-praktikum-pengenalan-alat.html

http://lutfiblurry.blogspot.co.id/2012/01/alat-mesin-pengolahan-tanah-dan-padi.html

http://nurhashifah-agriani.blogspot.co.id/2014/08/alat-alat-pengolahan-tanah-pertama.html

http://rikomasdap.blogspot.co.id/2015/12/pengenalan-alat-pengolahan-tanah-primer.html

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil perhitungan nilai signifikansi sebesar 0,00 &lt; 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan ada pengaruh intelegensi siswa dan

Dimana hasil dari penelitian yang didapat penulis selama penelitian berlangsung masih ada beberapa pasien yang tidak puas terhadap kualitas pelayanan dan fasilitas

Adapun model atau perumpamaan yang digunakan dalam paradigma fungsionalisme atau disebut juga fungsionalisme struktural adalah organisme atau mahluk hidup namun berbeda dengan

Proteksi overload dikembangkan jika dalam semua hal rangkaian listrik diputuskan sebelum terjadi overheating. Jadi disini overload action relatif lebih lama dan mempunyai fungsi

• Obesitas merupakan salah satu faktor resiko penyebab terjadinya stroke, karena obesitas dapat mengganggu sistem sirkulasi darah yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh

Tahap keempat merupakan lanjutan dari tahap ketiga, yaitu bimbingan konseling kelompok menggunakan musik. Tahap ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan mengenali

Dalam kenyataannya berdasarkan hasil penelitian pada variabel bebas pendidikan dan latihan yang dilakukan bahwa pegawai di lingkungan Balai Pelatihan Kesehatan

Pada grouting semen ini kadang kala dilakukan tambahan bahan grout berupa tanah lempung atau pasir halus yang dilakukan sesuai dengan kondisi batuan yang menempati lokasi