• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pejabat Perempuan Struktural dalam Persp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pejabat Perempuan Struktural dalam Persp"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Trias Setiawati_FEUII Yogyakarta_Pejabat Struktural dalam Perspektif Gender ……… 1 PEJABAT STRUKTURAL PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF GENDER

Oleh. Trias Setiawati ( Fak Ekonomi UII Yogyakarta)

LATAR BELAKANG

Keberhasilan gerakan reformasi menghasilkan berbagai tuntutan di masyarakat. Desentralisasi dan demokratisasi menjadi tema utama dalam berbagai tuntutan tersebut. Desentralisasi mengidealkan adanya pembagian kewenangan yang cukup adil antara pemerintah pusat dan daerah. Sedangkan demokratisasi mengidealkan adanya proses transaparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada publik. Di samping itu juga terbukanya partisipasi publik yang semakin baik. Adanya tuntutan desentralisasi dan demokratisasi tersebut mengharuskan adanya peningkatan kapasitas penyelenggara pemerintah baik di pusat maupun di daerah.

Salah satu aspek penting dalam implementasi otonomi daerah adalah peningkatan kapasitas aparat pemerintah daerah. Hal ini menjadi penting mengingat otonomi daerah juga membutuhkan sumber daya yang berkualitas, termasuk di dalamnya pemberdayaan kualitas Pegawai Negeri Sipill (PNS)

perempuan. Perhatian terhadap pemberdayaan PNS perempuan sangat penting dan mendesak agar terjadi pengarusutamaan gender dan terjadi keseimbangan dan

keadilan di dalamnya. Hal ini mengingat juga GBHN tahun 1999 dan UU No 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional mengamanatkan pentingnya pengembangan kebijakan yang responsif gender.

(2)

Trias Setiawati_FEUII Yogyakarta_Pejabat Struktural dalam Perspektif Gender ……… 2 perempuan lebih banyak jumlahnya dari laki-laki, yang akan menjadi beban pembangunan apabila perempuan tidak mau maju, karena dengan kualitas hidup perempuan yang prima akan menjadi asset pembangunan nasional yang potensial dan memberikan kontribusi yang positif dan signifikan terhadap pelaksanaan pembangunan yang berkesetaraan dan berkeadilan gender.

Pengarusutamaan gender merupakan strategi untuk mewujudkan

kesetaraan dan keadilan gender dengan memperbaiki kondisi dan posisi perempuan dapat setara di berbagai sektor pembangunan. Hal ini mengingat perempuan lebih banyak jumlahnya dari laki-laki, yang akan menjadi beban pembangunan apabila perempuan tidak mau maju, karena dengan kualitas hidup perempuan yang prima akan menjadi asset pembangunan nasional yang potensial dan memberikan kontribusi yang positif dan signifikan terhadap pelaksanaan pembangunan yang berkesetaraan dan berkeadilan gender.

Perhatian dan komitmen pemerintah nasional dalam rangka pemberdayaan perempuan dalam pembangunan perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak. Adanya perhatian dan pelibatan masyarakat perempuan melalui pemberdayaan diharapkan akan mendukung sikap responsive masyarakat perempuan dalam meningkatkan perannya di berbagai bidang pembangunan. Mengingat hal tersebut maka dipandang perlu untuk mengetahui bagaimana keadaan pejabat Struktural dalam perspektif gender.di Kabupaten Bantul.

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana kebijakan Pemerintah Daerah tentang pejabat struktural? Bagaimana perspektif gender dalam pengangkatan pejabat struktural tersebut? Serta

bagaimana kinerja pejabat Struktural perempuan disbanding pejabat Struktural laki-laki?

TUJUAN PENELITIAN

(3)

Trias Setiawati_FEUII Yogyakarta_Pejabat Struktural dalam Perspektif Gender ……… 3 Mengetahui bagaimana kinerja pejabat struktural perempuan dan pejabat Struktural laki-laki

MANFAAT

Bagi pemerintah daerah dapat mengetahu bagaimana perkembangan kebijakan pengangkatan jabatan Struktural yang perspektif gender dan bagi PNS perempuan pada umumnya dapat mengetahui berbagai peluang dan tantangan serta hambatan

menjadi pejabat struktural

KAJIAN PUSAKA DAN LANDASAN TEORI

Beberapa kajian dan penelitian tentang kedudukan dan peran perempuan sudah banyak dilakukan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Tim Pusat Studi Wanita (PSW) Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan Direktorat Pembangunan Desa Propinsi DIY (1996) tentang Profil Kedudukan dan Peran Wanita di Propinsi DIY diperoleh hasil antara lain :1 Posisi puncak di bidang pemerintahan yang dipegang perempuan adalah Asekwilda I. Ini merupakan prestasi yang cukup penting bila dibandingkan daerah lain di pulau Jawa. Posisi tertinggi pucuk pemerintahan di Sumatera dipimpin oleh perempuan ada dua orang, yaitu sebagai pimpinan Kabupaten/Kota (Bupati dan Walikota). Kesadaran perempuan untuk terjun di bidang politik praktis masih sangat kurang sehingga partisipasinya dalam memutuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang penting bagi P2W masih kurang. Peran perempuan di bidang ekonomi semakin besar, hal ini terlihat dari permintaan terhadap TKW yang semakin besar, terutama untuk industri. Meskipun demikian masih terjadi pembedaan pemberian upah bagi tenaga kerja perempuan dan laki-laki untuk pekerjaan yang sama. Di bidang

hukum terlihat adanya peningkatan tindak kekerasan terhadap perempuan. Hal ini dimungkinkan karena adanya kesadaran perempuan untuk melaporkan perlakuan

yang menimpa dirinya atau mungkin banyaknya laki-laki yang memandang perempuan bukan sebagai mitra sejajar. Perempuan yang berprofesi di bidang hukum lebih kecil dibandingkan laki-laki. Di bidang aparatur negara, meskipun

1 Mary Astuti dkk (1996). “Profil Kedudukan dan Peran Wanita di Propinsi DIY”. Laporan

(4)

Trias Setiawati_FEUII Yogyakarta_Pejabat Struktural dalam Perspektif Gender ……… 4 secara formal tidak ada pembedaan jenjang karier antara laki-laki dan perempuan, namun dalam kenyataannya ada kecenderungan laki-laki lebih diprioritaskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang karier yang lebih tinggi. Semakin tinggi pendidikan jenjang karier, semakin rendah partisipasi perempuan.

Tesis yang ditulis oleh Abdullah Faiq (2003)2 mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya dengan judul “Analisis Terhadap

Kepemimpinan Perempuan Dalam Birokrasi Pemerintahan” (Studi Terhadap

Kepemimpinan Perempuan Di Kabupaten Tuban Jawa Timur). Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan perempuan dengan prestasi kerja karyawan dalam birokrasi pemerintahan kabupaten Tuban Jawa Timur. Jurnal yang ditulis oleh Vincenza Priola (2004)3

“Gender and Feminine Identities-Women as Managers in a UK Academic

Institution”. Studi tersebut menyatakan bahwa pemimpin-pemimpin perempuan pada institusi ini menggunakan stereotypical yang terdiri dari multi- tasking, supporting and nurturing, people and communication skills, dan team-work.

Wanita pemimpin umumnya lebih berorientasi pada pendukung. Penelitan mengungkapkan bahwa wanita pemimpin memberdayakan para pendukung dengan memberi kesempatan kepada orang-orang yang mereka pimpin untuk menyatakan pendapat dan memberi masukan. Para wanita pemimpin ini juga melakukan berbagai upaya untuk pengembangan diri. Selain memberdayakan pengikut mereka, para wanita pemimpin lebih banyak yang bertindak sebagai

mentor daripada sebagai ”bos”. Wanita pemimpin memberi petunjuk dan

bimbingan yang diperlukan kepada para pendukung untuk melakukan pekerjaan yang ditugaskan. Selain bertindak sebagai mentor, para wanita pemimpin juga

cenderung untuk memimpin dengan memberi teladan kepemimpinan pada para pendukunng melalui sikap dan tindakan mereka. Jika mereka menginginkan

2 Faiq, Abdullah. (2003). Analisis Terhadap Kepemimpinan Perempuan Dalam Birokrasi

Pemerintahan (Studi Terhadap Kepemimpinan Perempuan Di Kabupaten Tuban Jawa Timur). Tesis (Tidak Dipublikasikan). Surabaya: Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya.

3 Priola. Vincenza. (2004). Gender and feminine identities - women as managers in a UK

(5)

Trias Setiawati_FEUII Yogyakarta_Pejabat Struktural dalam Perspektif Gender ……… 5 disiplin untuk diterapkan oleh anak buah, maka mereka pun akan menunjukkan sikap disiplin. Jika mereka ingin agar anak buah bersikap jujur dan terbuka, mereka pun akan memberikan teladan yang sama. (www.sinarharapan.com).

Isu dan kajian Gender. Isu-isu gender akhir-akhir ini sudah menyentuh

ke hampir semua sektor, antara lain sektor politik, ekonomi, hukum dan sosial budaya (termasuk bidang pendidikan). Fenomena itu muncul antara lain karena di

hampir semua sektor, telah terjadi ketidakadilan dan diskriminasi terhadap kaum perempuan. Hal ini mengakibatkan kaum perempuan berada dalam kondisi subordinat dan terpinggirkan atas kaum lelaki. Situasi tersebut pada akhirnya telah memicu munculnya suatu tuntutan dan gugatan untuk segera mengakhiri dan menghilangkan ketidakadilan dan diskriminasi terhadap kaum perempuan tersebut.

Gugatan yang didasarkan pada rasa ketidakadilan dan diskriminasi terhadap perempuan tersebut sebenarnya diilhami oleh suatu teori dan analisis

baru yang dikenal dengan „analisis gender‟. Analisis gender memberikan kerangka untuk memahami bagaimana ketidakadilan sosial dan diskriminasi dalam masyarakat dapat terjadi yaitu disebabkan oleh karena adanya keyakinan

atau „ideologi gender‟ yang dianut baik secara perorangan maupun sekelompok masyarakat (Faqih, 1999: 1). Dilihat dari perspektif analisis gender ini, salah satu penyebab yang dianggap menimbulkan ketidakadilan dan diskriminasi sosial, ekonomi, maupun politik adalah tidak adanya kepekaan gender seorang atau kelompok pengambil keputusan dalam suatu instansi, lembaga atau organisasi yang memutuskan kebijakan sosial. Oleh karena itu kepekaan gender pada suatu organisasi sangat menentukan dalam melanggengkan ataupun menghentikan salah

satu diskriminasi sosial dalam masyarakat, terutama terhadap kaum perempuan. Sejarah perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan terjadi melalui

(6)

Trias Setiawati_FEUII Yogyakarta_Pejabat Struktural dalam Perspektif Gender ……… 6 Menurut Kanter (1976, hlm. 233-236) ada empat faktor yang berpengaruh dalam kepemimpinan perempuan, yaitu :4 Pertama yakni The mother (keibuan). Pemimpin perempuan cenderung bersikap sebagaimana layaknya seorang ibu, misalnya sewaktu anak sakit, sang ibu akan menyediakan obat. Nantinya akan timbul asumsi bahwa pemimpin perempuan mempunyai sifat simpatik, pendengar yang baik, dan mudah untuk mencurahkan permasalahan. Kedua yaitu The pet

(kesayangan). Pemimpin perempuan cenderung menjadi kesayangan bagi bawahannya, sehingga bawahan akan lebih menjaganya. Dalam hal ini karyawan akan menganggap pemimpin perempuan sebagai orang dekat, sehingga tidak terdapat rasa canggung. Ketiga The sex object (obyek seksual). Pemimpin perempuan cenderung menjadi penyemangat kerja bagi karyawannya. Dalam hal ini, pemimpin perempuan dianggap sebagai sebuah faktor yang memotivasi karyawan untuk bekerja lebih giat, akan tetapi kemauan yang timbul dari karyawan untuk bekerja lebih giat bukan karena perintah yang diberikan, tetapi karena ada dorongan dari dalam. Keempat The iron maiden (wanita besi). Pemimpin perempuan cenderung bersikap tegas dalam memimpin bawahannya, sehingga timbul kesan tegas. Dengan adanya sikap ini, maka pemimpin digambarkan sebagai sosok pemimpin yang keras.

Seks dan Gender. Kenyataannya wanita banyak mengalami masalah

dalam kehidupannya, baik itu berkaitan dengan dirinya, keluarganya (anak, suami, mertua), lingkungan sosial maupun berbagai masalah sepanjang kehidupannya. Secara awam orang sering mengatakan bahwa bolehlah wanita menjadi apa saja asal tidak meninggalkan kodratnya sebagai ibu, sebagai istri dan sebagai anggota masyarakat. Benarkah menjadi ibu-istri-anggota masyarakat adalah kodrat

wanita? Apakah yang disebut kodarat itu ? Kodrat adalah suatu pemberian Allah SWT yang diberikan kepada manusia yang tidak dapat diubah oleh teknologi

yang paling canggih sekalipun.5 Hal yang kodrati pada wanita adalah apa yang dimiliki oleh wanita dan tidak dapat dipertukarkan dengan kaum pria.

4

Kanter, M. S. (1976). Men and Women of the Corporation. Collin Publisher. New York.

5 Astuti, Mary., (1997), Gender dan Pembagunan, makalah Penataran Metodologi Kajian Wanita

(7)

Trias Setiawati_FEUII Yogyakarta_Pejabat Struktural dalam Perspektif Gender ……… 7 Ketika kita membicarakan kodrat inilah kita mengenal istilah seks atau jenis kelamin yaitu kodrat Tuhan yang tidak dapat dipertukarkan dan tidak dapat

diubah oleh manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan meskipun teknologi

kedokteran telah maju dengan pesat 6 Dari istilah seks atau jenis kelamin inilah

akhirnya kita mengenal ada „jenis kelamin‟ secara kodrati, tetapi ada „jenis kelamin‟ secara kultural atau piskologis yang disebut gender. Gender merupakan sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial

budaya atau sering disebut kodrat budaya 7

Peran gender adalah peran yang berkaitan dengan sifat maskulinitas-feminitas yang melekat pada pria wanita yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural8. Sejarah perbedaan gender antara pria dan wanita terjadi melalui proses yang sangat panjang. Perbedaan itu dibentuk, disosialisasikan, diperkuat bahkan dikonstruksikan secara sosial, kultural melalui ajaran agama bahkan oleh negara. Dengan demikian konsep tentang gender ini terkadang telah menjadi satu stereotipi yang sangat mempengaruhi seorang individu dalam bersikap serta bertingkah laku dalam lingkungannya.9

Bem (Cook, 1982) mengemukakan sebuah fenomena yang disebut

androgini. Androgini merupakan percampuran antara karakteristik maskulin dan feminin yang seimbang dalam taraf yang tergolong cukup tinggi pada diri seseorang.10 Menurut Spence dan Helmreich (Donelson & Gullahom, 1977), individu androgin memiliki harga diri yang lebih tinggi, lebih fleksibel dan lebih efektif dalam hubungan interpersonal.11

Setiap individu sesungguhnya memiliki kedua karakteristik maskulin dan feminin. Jung memperkenalkan melalui konsepnya tentang arketipe yaitu anima

dan animus. Anima adalah prinsip kewanitaan tak sadar pada pria, sedangkan

animus adalah prinsip kepriaan tak sadar pada wanita. Perwujudan arketipe

6 Ibid. 7 Ibid

8 Fakih, M. (1995). Menggeser konsep gender dan transformasi sosial, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

9 Ibid

10 Cook, EP (1982). Psychological Androgyny. New York: Pergamon Press.

11

(8)

Trias Setiawati_FEUII Yogyakarta_Pejabat Struktural dalam Perspektif Gender ……… 8 tersebut dipengaruhi oleh faktor budaya dan psikologis. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi perwujudan karakteristik maskulin-feminin pada diri individu (Barnhause, 1988).12 Akibat perbedaan peran gender sering mengakibatkan ketidak adilan gender yang tercermin dalam beberapa hal beriku yakni marginalisasi, stereotipi, beban ganda dan kekerasan.

METODE PENELITIAN

Metoda pelaksanaan kegiatan ini berupa survey dan observasi dengan sasaran PNS perempuan di lingkungan Pemkab Bantul. Ruang lingkup mencakup: Identifikasi pemetaan kedudukan dan posisi serta peran gender di lingkungan kerja Pemerintah Kabupaten Bantul. Pengumpulan data sekunder yang berasal dari bagian-bagian yang ada di lingkungan kabupaten Bantul. Dalam pelaksanaanya digunakan teknik pengumpulan data yang meliputi: Studi dokumentasi/kepustakaan, wawancara mendalam (in-depth interview) dengan responden serta observasi atau pengamatan langsung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi PNS perempuan masih lebih rendah dibanding PNS laki-laki dalam masalah kepegawaian. Meskipun kontrol PNS perempuan lebih besar namun merupakan kontrol yang negatif. Manfaat yang diperoleh PNS perempuan dalam pengembangan karir mereka belum optimal. Masih terdapat pandangan yang diskriminatif, bias dan sterotip pada PNS perempuan sehingga ada perbedaan pandangan antara PNS laki-laki pada hal berikut: adan perbedaan persyaratan fisik/akademik untuk laki-laki dan perempuan untuk menjadi PNS, Penempatan

PNS di suatu institusi berdasarkan jenis kelamin, ada jabatan yang khas untuk laki-laki dan perempuan dalam PNS, ada Perbedaan dalam pola pikir kerja antara

PNS Laki-laki dan Perempuan, kondisi PNS perempuan masih mengalami beban ganda yang tinggi dibanding PNS laki-laki dalam masalah tugas domestik. Kondisi PNS perempuan masih mengalami beban ganda yang tinggi dibanding PNS laki-laki dalam masalah tugas domestik mengurus. Sementara ketika anak

12

(9)

Trias Setiawati_FEUII Yogyakarta_Pejabat Struktural dalam Perspektif Gender ……… 9 sudah SMP keatas peran PNS laki-laki lebih tinggi dibanding PNS perempuan.Kondisi PNS perempuan dalam masalah kesehatan reproduksinya, yakni haid, kehamilan, pemeliharaan kesehatan dan keluarga berencana dapat dikatakan kesejahteraannya tinggi. Namun semakin rendah pada kesadaran, akses dan partisipasinya, dan paling rendah pada kontrol artinya untuk masalah reproduksi diri mereka sendiri PNS perempuan tidak punya kuasa atas dirinya

sendiri. Paradigma pembagunan untuk pemberdayaan perempuan masih beragam belum sampai pada kesepahaman dan kesatuan tindak untuk menjadi PUG (pengarusutamaan gender dalam Pembangununan) dimana ada perlakuan khusus untuk memberdayakan perempuan (affirmative action).

Pejabat struktural perempuan memiliki hampir semua unsur yang positif yakni: prestasi kerja, Kepemimpinan, kematangan emosi, kedisiplinan, kecepatan dan keberanian dalam mengambil keputusan, perubahan perilaku yang positif setelah menjadi penajabat struktural, PNS laki-laki tidak merasa tersaingi, dan peningkatan kinerja setelah menjadi pejabat struktural. Sementara yang menjadi pro-kontra adalah pada keharmonisan rumah tangganya dan minat karirnya. PNS perempuan memiliki masa stagnasi karir dalam perkembangan karir yang berbeda dengan PNS laki-laki, maka perlu pemberdayaan yang proporsional dan adil gender sesuai dengan tahapannya

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan. Kebijakan pemerintah daerah yang tercermin dalam berbagai aturan tentang pengangkatan pejabat Struktural sudah berperspektif gender. Namun dalam pelaksanaannya masih terapat bias gender dan ketidakadilan

gender. Kinerja pejabat struktural perempuan dan pejabat struktural laki-laki sesungguhnya memiliki hampir semua unsur yang diperlukan untuk menjadi

seorang pejabat Struktural, namun sering dipertanyakan keharmonisan rumah tangga dan minat karirnya, suatu hal yang tidak dipertanyakan bagi pejabat struktural laki-laki.

(10)

Trias Setiawati_FEUII Yogyakarta_Pejabat Struktural dalam Perspektif Gender ……… 10 manajemen Resiko, Pelatihan pengambilan keputusan, Pelatihan komunikasi massa, Studi lanjut. Juga perlu pelatihan untuk pengembangan sikap mental/kepribadian dengan pelatihan Achievement Motivation Training, Goal setting training, Pelatihan pengembangan kepribadian, Pelatihan pengembangan karir dan pelatihan sikap lainnya yang mendukung pengembangan karir. Disamping memerlukan penambahan ketrampilan (diklat fungsional) seperti

Pelatihan teknologi komunikasi, Pelatihan software untuk kelancaran kerja, Pelatihan teknis lainnya yang mendukung pengembangan karir. Pasangan pejabat stuktural perempuan juga perlu diberi kesempatan untuk di ruang public pasangannya. Pemerintah daerah sendiri perlu mengadakan Badan khusus pemberdayaan perempuan dan berbagai perangkat pendukungnya.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Mary., (1997), Gender dan Pembagunan, makalah Penataran Metodologi Kajian Wanita Berperspektif Gender, tidak diterbitkan, Dirjen Dikti, Yogyakarta

Barnhause, R. T. (1988). Identitas Wanita. Yogyakarta : Kanisius

Cook, EP (1982). Psychological Androgyny. New York: Pergamon Press.

Donelson, E., & Gullahom, J.E. (1977), Women: A Psychological perspective. New York : John Wilwy and Sons, Inc.

Faiq, Abdullah. (2003). Analisis Terhadap Kepemimpinan Perempuan Dalam

Birokrasi Pemerintahan (Studi Terhadap Kepemimpinan Perempuan Di Kabupaten Tuban Jawa Timur). Tesis (Tidak Dipublikasikan). Surabaya: Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya.

Fakih, M. (1995). Menggeser konsep gender dan transformasi sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kanter, M. S. (1976). Men and Women of the Corporation. Collin Publisher. New York.

Mary Astuti dkk (1996). “Profil Kedudukan dan Peran Wanita di Propinsi DIY”. Laporan Penelitian. Pusat Studi Wanita UGM Bekerjasama dengan Direktorat Pembangunan Desa Prop. DIY. 1995/1996

Priola. Vincenza. (2004). Gender and feminine identities - women as managers in

Referensi

Dokumen terkait

Untuk kemudahan administratif di Desa Simaninggir, maka pada tahun 1993 desa ini telah disatukan dengan Desa Hutari Pusuk II dengan nama baru yaitu Pusuk II Simaninggir. Karena

Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya upaya pembiasaan karakter cinta tanah air oleh siswa melalui program sekolah yang bertujuan untuk menguatkan dentitas bangsa. Bentuk

Dari hasil pembahasan tes bisa diambil kesimpulan bahwa siswa tidak memahami materi peluang dalam bentuk soal cerita dengan baik, siswa masih banyak salah dalam memasukkan

3) Hasil pengujian menunjukkan nilai Cronbach’s alpha dari keseluruhan variabel adalah lebih besar dari 0,600, dapat disimpulkan bahwa semua item pertanyaan adalah reliabel

Berdasarkan analisa pada penelitian ini didapatkan bahwa rasio prevalensi variabel kadar albumin darah adalah 1,3, sedangkan rentang kepercayaannya adalah 1,09 s/d 1,7 (melebihi

CMIFed dapat merubah lingkungan penyajian multimedia yang berisi gabungan komponen multimedia ditambah dengan interaksi pengguna.Berdasarkan pemaparan tersebut, dibangunlah

Manfaat yang diharapkan dari penelitian eksperimen tentang efektivitas penggunaan media gambar seri untukmeningkatkan keterampilan bercerita siswa pada pembelajaran Tematik

Ayat 2 Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi penyelenggara adalah peraturan yang mengatur penyelenggara, misalnya pegawai negeri sipil diatur