• Tidak ada hasil yang ditemukan

) (SDN Sukapura Kec. Cibiru Kota Bandung) ABSTRAK - MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN DI KELAS II SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan ") (SDN Sukapura Kec. Cibiru Kota Bandung) ABSTRAK - MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN DI KELAS II SEKOLAH DASAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

84

MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN DI KELAS II SEKOLAH DASAR

Windy Andriyanti 1)

(SDN Sukapura Kec. Cibiru Kota Bandung)

ABSTRAK

Pembelajaran menulis sering kali dianggap sebagai hal yang membosankan, karena prose spembelajarannya hanya dilakukan di dalamkelas. Hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya nilai belajar siswa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti menggunakan model pembelajaran CTL. Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui proses pembelajaran, aktivitas, dan hasil belajar siswadengan menggunakan model pembelajaran CTL.. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan berfokuskan pada situasi kelas yang dikenal dengan sebutan penelitian tindakan kelas (classroom activity research). Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, selama proses pembelajaran ditemukan beberapa hal penting. Siswa dapat melalui proses pembelajaran sesuai dengan tahap-tahap pembelajaran CTL. Siswa menjadi lebih semangat dan aktif, baik bersama kelompoknya ataupun secara individu. Hasil belajar siswa juga terus meningkat pada setiap siklusnya. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata siswa mulai dari siklus I sampai siklus III yang mengalami kemajuan. Nilai rata-rata siswa siklus I yaitu 77,00, nilai rata-rata siklus II yaitu 84,76, dan nilai rata-rata siklus III yaitu 96,30. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pembelajaran menulis permulaan dengan menggunakan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan proses pembelajaran, aktivitas, dan hasil belajar siswa.

Kata kunci: Model CTL, Pembelajaran menulis

_____________________ 1

(2)

85 A. Pendahuluan

Padaha kekatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu pembelajaran Bahasa Indonesia

diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun secara tertulis. Pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat SD mencakup aspek menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek

tersebut merupakan keterampilan

berbahasa yang harus dikuasai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dalam

pengembangan pembelajaran Bahasa

Indonesia, tentu saja keempat

keterampilan berbahasa ini tidak dapat dipisah-pisahkan, karena keempatnya merupakan catur tunggal yang saling berkaitan dan saling mengisi.

Hal ini sesuai dengan pendapat

Tarigan (1994:1) bahwa setiap

keterampilan berbahasa itu erat sekali hubungannya dengan ketiga keterampilan yang lainnya dengan cara beraneka ragam. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan dan caturt unggal. Berdasarkan pendapat tersebut, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia guru tidak boleh hanya mengajarkan salah satu keterampilan berbahasa saja tetapi harus dilatihkan secara bersama-sama.

Dari keempat keterampilan

berbahasa, keterampilan menulis

merupakan aspek terakhir yang dikuasai siswa setelah aspek-aspek yang lain. Menulis tampaknya sederhana namun

mengandung makna yang sangat

mendalam, karena keterampilan menulis sangat diperlukan untuk membangun kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan memberikan pendapat serta ide-idenya.

Berorientasi pada pendapat Piaget (Muchit, 2007:64), bahwa siswa yang berada pada rentang usia 7-11 tahun berada pada tahap operasionalkongkrit dimana pada tahap ini ditandai dengan

adanya kemampuan menggunakan aturan-aturan yang sistematis, logis dane mpiris. Tahap ini adalah tahap melakukan transformasi informasi kedalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif. Tahap ini diharapkan tidak ada proses coba-coba cenderung membuat kesalahan, tahap ini anak diasumsikan sudah dapat berpikir

dengan menggunakan model

“kemungkinan” dalam melakukan

kegiatan tertentu.

Berdasarkan pendapat tersebut diharapkan permasalahan yang ditemui di lapangan, dapat segera ditangani dan siswa terbiasa mengaplikasikannya dalam setiap pembelajaran menulis. Agar dapat mewujudkan pembelajaran menulis yang menyenangkan, sudah barang tentu guru sebagai fasilitator pembelajaran dituntut untuk mencari prosedur pengembangan pembelajaran yang lebih baik, yaitu dengan menggunakan metode, teknik, media dans umber belajar yang sesuai dengan karakteristik siswa. Salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan menulis dan memotivasi gairah belajar siswa

dalam suasana yang menyenangkan

adalah dengan menggunakan model

pembelajaran yang menarik. Salah satu model yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kontekstual yang dikenal dengan sebutan Contextual Teaching and Learning (CTL).

Suprijono (2014:79) pembelajaran kontekstual atau yang sering disebut

dengan Contextual Teaching and

Learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang membantu siswa mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Adapun tujuan dari

(3)

86 bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat. Teori konstruktivisme menjadi landasan utama pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran Contextual Teaching and Learning, siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri secara aktif. Pada konstruktivisme, pengetahuan bukanlan seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Tetapi harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Terdapat beberapa prinsip dasar

dalam pengembangan pembelajaran

dengan menggunakan pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL)

ini diantaranya yaitu saling

ketergantungan, diferensiasi, pengaturan diri, memusatkan pada bagaimna siswa mengerti makna dari apa dan manfaat apa

yang mereka pelajari, merupakan

pembelajaran yang autentik,

mengembangkan level kognitif tingakat tinggi, memusatkan pada proses dan hasil (Suprijono, 2014:81-82).

Terdapat beberapa komponen

pembelajaran CTL yang dapat

dikembangkan dalam proses pembelajaran diantaranya, yaitu; 1) Konstruktivisme (constructivism), 2) Menemukan (Inquiry), 3) Bertanya (Questioning), 4)

Masyarakat Belajar (Learning

community), 5) Pemodelan (Modeling), 6) Refleksi (Reflection), 7) Penilaian yang

Sebenarnya (Authentic

Assessment(Depdiknas, 2002:10).

Berdasarkan penjelasan di atas sangat jelas terlihat apabila model CTL merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat digunakan dalam

rangka menyelesaikan berbagai

permasalahan pembelajaran, hal ini dikarenakan apabila dlihat dari fitur-fitur yang ada pada model CTL ini lebih

banyak memberikan kesempatan pada

siswa untuk mengembangkan

pengetahuannya secara langsung lalu mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat membuat proses pembelajaran lebih bermakna sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama.

Berdasarkan paparan latang

belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan

penerapan model CTL terhadap

peningkatan kemampuan menulis siswa di SDN Sukapura Kec. Cibiru Kota Bandung

mengingat rendahnya kemampuan

menulis yang dimiliki oleh siswa.

B.Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research (CAR). Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja guru sehingga hasil

belajar siswa menjadi meningkat.

Penelitian tindakan kelas ini

mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan subtantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins, 1933 :4 dalam

Rochiati, 2008). Senada dengan

penjelasan sebelumnya menurut (Dasna 2008:25) Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) merupakan ragam penelitian

pembelajaran yang berkonteks kelas,

dilaksanakan oleh guru untuk

memecahkan masalah-masalah

pembelajaran, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran, dan mencobakan

hal-halbaru dalam pembelajaran untuk

peningkatan mutu dan hasilbelajar.

(4)

87 kelas sehingga dapat menganalisis berbagai macam kekurangan dan kendala

selama pembelajaran berlangsung.

Dengan analisis yang dilakuan pada

setiap tindakan, peneliti dapat

mengadakan perbaikan-perbaikan pada tindakan selanjutnya dengan membuat

perencanaan yang matang untuk

meningkatkan pemahaman siswa yang dijadikan objek penelitian.

Penelitian ini menekankan pada pembelajaran yang melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan menulis yang merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran bahasa Indonesia. Adapun tempat penelitian pada penelitian ini yaitu di SDN Sukapura Kecamatan Cibiru Kota Bandung dengan subjek penelitiannya yaitu siswa siswi kelas II SDN Sukapura Kecamatan Cibiru Kota Bandung.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan utama kegiatan yaitu: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi, dan (d) refleksi. Model pelaksanaan PTK ini menggunakan acuan model siklus PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Secara rinci, tahapan-tahapan penelitian ini diuraikan sebagai berikut :

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan dimulai dengan

mengidentifikasi masalah yang terjadi di kelas II SDN Sukapura Kec. Cibiru Kota Bandung untuk diidentifikasi dan diperbaiki.

2. Pelaksanaan (action) dan Pengamatan Pelaksanaan merupakan tindakan yang harus dilakukan peneliti dalam

upaya meningkatkan kemampuan

menulis siswa. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini menggunakan model CTL. Masing-masing tindakan membahas satu sub pokok bahasan. 3. Pengamatan atau observasi, dilakukan

dengan tujuan untuk mengamati

aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran dengan pendekatan realistik dan aktivitas guru selama proses pembelajaran.

4. Refleksi (reflection)

Refleksi merupakan sebuah kegiatan

yang dilakukan untuk meninjau

kembali apa yang sudah dilakukan oleh guru maupun siswa selama pembelajaran dalam suatu tindakan. Hasil refleksi tersebut digunakan untuk mengevaluasi dan memperbaiki kelebihan serta kekurangan pada pembelajaran di siklus sebelumnya.

Pada penelitian ini, rancangan awal akan dilakukan dua siklus, tetapi apabila hasil refleksi menghendaki tindakan lanjutan maka akan dilakukan perbaikan pada siklus selanjutnya sampai tujuan penelitian tercapai.

Gambar 1. Desain Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggart.

Instrument penelitian yang

digunakan dan dikembangkan untuk pemerolehan data dalam pelaksanaan penelitian ini terdiri dari instrument tes dan non tes. Instrumen tes menggunakan butir soal untuk mengukur kemampuan menulis siswa, sedangkan instrumen tes

yaitu dengan menggunakan lembar

observasi. Lembar observasi ini

(5)

88 secara lebih lengkap dan diisi oleh pengamat yang menjadi mitra peneliti pada setiap proses pembelajaran di setiap siklusnya.

C. Hasil Penelitian

Pada proses pembelajaran siklus I tindakan I berjalan dengan baik. Semua

siswa dapat mengikuti tahapan

pembelajaran. Siswa telah dapat membuat

kalimat sederhana dari apa yang

dilihatnya secara langsung. Siswa terlihat sangat antusias ketika sedang melakukan aktivitas, baik ketika sedang bekerja bersama kelompoknya maupun ketika

mengerjakan tugas individu. Guru

mengkondisikan siswa dengan penuh semangat. Cerita yang disampaikan guru pun sangat menarik perhatian siswa.

Siswa merasa senang akan tema

pembelajaran yang disampaikan. Siswa sangat menyukai belajar di luar kelas. Siswa merasa senang tampil di depan

kelas. Begitu pula ketika siswa

memberikan pendapat dan tanggapan atas pekerjaan kelompok yang lain. Mereka begitu bersemangat memberikan pendapat atas pekerjaan temannya. Siswa sepertinya mengerti apa yang telah dipelajarinya. Siswa juga senang akan rewards yang diberikan guru karena rewards tersebut berupa tambahan “bintang gemilang” dan dinilai tepat sasaran.

Keempat keterampilan berbahasa yang ingin dikembangkan oleh peneliti

sudah terlihat selama proses

pembelajaran. Guru terlihat

mengembangkan kemampuan menyimak

siswa melalui kegiatan menyimak

prosedur pembelajaran dan menyimak presentasi yang dilakukan oleh siswa lain.

Guru juga telah mengembangkan

kemampuan berbicara siswa melalui kegiatan bertanya, menjawab pertanyaan, bercerita, dan mengemukakan pendapat. Kemampuan membaca siswa juga terlihat

melalui kegiatan membaca nyaring

kalimat yang telah ditulis sebelumnya

oleh siswa. Begitu pula kemampuan menulis siswa dikembangkan oleh guru melalui kegiatan menulis nama tempat umum yang ditemui dan menulis kalimat sederhana dari nama tempat umum yang ditemui, baik secara berkelompok maupun secara individu.Namun demikian masih terdapat kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran. Menurut observer guru tidak memunculkan kompetensi yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran. Guru kurang menekankan pemahaman tentang materi yang dibahas. Guru juga kurang memunculkan penguatan terhadap

perbaikan-perbaikan. Siswa kurang

memperhatikan tata cara menjawab

pertanyaan dan mengemukakan pendapat. Siswa terlihat masih takut serta malu-malu dalam mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan. Beberapa siswa

cenderung mempermainkan atau

mengolok-olok pekerjaan temannya. Ada satu orang siswa yang tidak mau menyelesaikan tugasnya. Seorang siswa lagi berlari jauh dari kelompoknya karena ingin mencari tempat umum yang berbeda dari kelompok yang lain. Ada tiga orang siswa yang lupa cara penulisan beberapa huruf kapital.

Pada proses pembelajaran siklus II

tindakan Isudah terdapat banyak

perbaikan dari tindakan sebelumnya. Guru

menyampaikan kompetensi secara

lengkap dan jelas. Walaupun materi inti pembelajaran merupakan pengulangan

dari pertemuan sebelumnya, namun

karena dikemas dengan tema yang berbeda siswa tetap antusias mengikuti

proses pembelajaran.Pada proses

pembelajaran pada siklus II tindakan I ini terlihat telah ada perbaikan.

Pada tindakan ini telah terlihat

adanya perkembangan dari segi

pengembangan keterampilan berbahasa.

Perkembangan ini terlihat dari

keterampilan berbicara siswa, yaitu ketika

siswa menjawab pertanyaan dan

(6)

89 tidak merasa takut dan malu-malu lagi. Hampir semua siswa mau menjawab dan mengemukakan pendapatnya. Tata cara yang digunakan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat pun sudah

lebih baik daripada pertemuan

sebelumnya. Apalagi dengan keterampilan menulisnya. Siswa terlihat telah memiliki kemampuan dan kepercayaan diri yang lebih dalam menulis kalimat yang dibuatnya. Hal ini terlihat dari kecepatan menulis kalimat dan kualitas hasil tulisan. Sedangkan untuk keterampilan menyimak dan membaca hasilnya hampir sama dengan pertemuan sebelumnya.

Pada proses pembelajaran siklus III tindakan I terlihat banyak peningkatan baik dari segi proses pembelajaran,

aktivitas siswa maupun hasil

pembelajaran.Pada kegiatan awal, ketika

guru mengkondisikan siswa, siswa

langsung duduk dengan tertib. Siswa antusias mendengarkan cerita guru. Siswa bersorak dan bertepuk tangan ketika guru

menyampaikan tema dan tujuan

pembelajaran. Siswa mengangkat

tangannya terlebih dahulu ketika ingin menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Siswa menyimak prosedur pembelajaran yang disampaikan guru. Ketika guru mengelompokkan siswa, siswa langsung berkumpul bersama kelompoknya. Dalam

pengembangan kemampuan

berbahasanya, siswa juga telah

memperlihatkan perkembangan yang baik. Siswa berusaha untuk mengembangkan

dan merealisasikan berbagai keterampilan berbahasa selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa telah dapat menyimak petunjuk dan penyampaian guru dengan baik, sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar. Dalam

keterampilan berbicaranya, siswa telah mampu menerapkan tata cara bertanya dan menjawab dengan baik. Tidak ditemui lagi siswa yang berteriak secara serempak ataupun malu ketika akan mengemukakan pendapatnya. Pada keterampilan menulis, hampir semua siswa dapat menulis dengan baik sesuai dengan aturan yang telah

dibakukan. Begitu pula dengan

keterampilan membacanya, siswa dapat

membaca nyaring kalimat dengan

memperhatikan penggunaan lafal dan intonasi.

Melihat hasil deskripsi, analisis, dan refleksi selama proses pembelajaran darisiklus I tindakan I sampai siklus III tindakan I, dapat dikatakan proses pembelajaran menulis kalimat permulaan

dengan menggunakan model

pembelajaran CTL telah berhasil. Hal ini dapat terlihat dari adanya peningkatan kualitas dan kuantitas, baik selama proses pembelajaran, aktivitas siswa maupun dalam hasil belajarnya.Berikut ini merupakan tabel rekapitulasi nilai evaluasi hasil pada setiap siklus:

Tabel 1. Perolehan Nilai Evaluasi Hasil Individu Setiap Siklus

(7)

90

No Nama Siklus

I II III

8 X8 66,7 77,7 100

9 X9 55,5 88,9 100

10 X10 - 88,9 100

11 X11 77,7 77,7 88,9

12 X12 - 100 100

13 X13 88,9 88,9 100

14 X14 - 77,7 100

15 X15 77,7 88,9 88,9

16 X16 - 77,7 88,9

17 X17 88,9 - 100

18 X18 100 - 100

19 X19 55,5 77,7 88,9

20 X20 88,9 88,9 100

21 X21 88,9 88,9 88,9

Jumlah 1.155,2 1.610,5 2.022,3 Rata-rata 77,00 84,76 96,30

Tabel 2.

Perolehan Nilai Evaluasi Hasil Kelompok Setiap Siklus

No Kelompok Siklus

I II III

1 I 44,4 77,7 88,9

2 II 55,5 88,9 100

3 III 66,7 88,9 100

4 IV 88,9 100 100

5 V 100 100 100

(8)

91 Grafik 1.

Perolehan Nilai Evaluasi Hasil Kelompok Setiap Siklus

Berdasarkan table dan grafik di atas, terlihat bahwa perolehan nilai rata-rata dari siklus I kesiklus II baik untuk evaluasi individu ataupun kelompok mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada nilai evaluasi individu terdapat lima orang siswa yang mendapat nilai 55,5, namun pada siklus II, siswa tersebut mendapatkan nilai yang lebih baik lagi. Begitu pula dengan evaluasi

kelompok, ada kelompok yang

mendapatkan nilai 44,4dan 55,5. Pada siklus II, nilai kelompok tersebut dapat meningkat menjadi lebh baik.Pada siklus III terdapat peningkatan kembali. Pada evaluasi individu, tidak ada siswa yang mendapatkan nilai kurang baik. Semua siswa mendapatkan nilai antara 88,9 sampai 100, begitu pula dengan hasil evaluasi kelompoknya, untuk evaluasi

kelompok, siklus I tindakan I

mendapatkan rata-rata nilai 71,10, siklus II tindakan I mendapatkan rata-rata 91,10, dan rata-rata nilaisiklus III tindakan I mendapatkan rata-rata nilai 97,78. Pada evaluasi individu, nilai rata-rata sikus I tindakan I adalah 77,00, siklus II tindakan I menjadi 84,76, pada siklus III tindakan I akhirnya menjadi 96,30.

D. Pembahasan

Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang dipelajarinya,

bukan sekedar mengetahuinya. CTL

merupakan konsep belajar yang

mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi di dunia nyata siswa dan

mendorong siswa menghubungkan

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Penyajian materi pada siklus I

adalah menulis kalimat permulaan

memperhatikan penggunaan huruf kapital dan tanda baca titik dengan tema tempat umum. Materi siklus II adalah menulis

kalimat permulaan memperhatikan

penggunaan huruf kapital dan tanda baca titik dengan tema makanan. Sedangkan materi pada siklus III adalah menulis

kalimat permulaan memperhatikan

penggunaan huruf kapital dan tanda baca titik dengan tema lingkungan.

Pada setiap siklus peneliti menggunakan lingkungan di sekitar siswa untuk dijadikan sumber belajarnya dan contoh penulisan huruf kapital yang sudah

dibakukan sebagai media

pembelajarannya. Siswa harus mampu membuat kalimat sederhana sesuai dengan

Siklus 1

Perolehan Nilai Evaluasi Hasil Kelompok Setiap Siklus

(9)

92

tema yang ditentukan, kemudian

menuliskannya menggunakan huruf

kapital dan tanda baca dengan tepat. Siswa bekerja dengan kelompoknya, kemudian diaplikasikan oleh individunya masing-masing setelah melalui kegiatan presentasi dan diskusi. Penilaian tidak hanya pada hasil tulisan, akan tetapi pada

proses pembelajarannya merupakan

bagian evaluasi yang paling penting. Pada akhir pembelajaran siswa beersama guru selalu mengadakan refeksi pembelajaran

untuk mengetahui kekurangan dan

kelebihan yang ditemukan selama proses pembelajaran berlangsung. Pernyataan ini sesuai dengan komponen pembelajaran

CTL, yaitu; 1) Konstruktivisme

(constructivism), 2) Menemukan (Inquiry), 3) Bertanya (Questioning), 4)

Masyarakat Belajar (Learning

community), 5) Pemodelan (Modeling), 6) Refleksi (Reflection), 7) Penilaian yang

Sebenarnya (Authentic

Assessment.(Depdiknas, 2002:10).

Pada proses pembelajarannya, guru memulai dengan mendorong agar siswa mau mengemukakan pengetahuan awal tentang materi yang akan dibahas, memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan penginterprestasian data, menjelaskan dan memberikan solusi berdasarkan hasil observasinya, serta memotivasi siswa untuk membuat keputusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, serta mengajukan saran baik secara individu maupun secara berkelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah. Pernyataan tersebut sesuai dengan langkah-langkah atau tahapan model pembelajaran CTL, yang meliputi tahap invitasi, tahap eksplorasi, tahap penjelasan dan solusi, serta tahap aplikasi. (Sutardi dan Sudirjo, 2008: 106).

E.Simpulan

Contextual Teaching and Learning (CTL) atau pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang mengaitkan materi yang diajarkan dengan realitas dunia siswa sehingga siswa dapat membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimiliki dengan

penerapannya. Pembelajaran bahasa

bukan hanya memberikan pemahaman berupa definisi melainkan siswa dituntut untuk dapat menemukan pengetahuannya sendiri. Guru harus memiliki strategi yang memacu siswa untuk dapat berpikir kritis dan kreatif.Implementasi CTL pada

pembelajaran membaca, berbicara,

menulis, dan mendengarkan dapat

membuat pembelajaran lebih kreatif, dan menuntut siswa untuk lebih berpikir kritis.

Artinya siswa dipacu untuk

menghubungkan antara materi yang

diajarkan dengan kehidupan sehari-hari.

F. Daftar Rujukan

Baharudindan Wahyuni, E. N.

(2008).Teori

Belajar&Pembelajaran. Jogyakarta: Ar-ruzz Media.

Bakar, Z., Ernalis, dan Harun, A., H. (2007). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di KelasRendah. Bandung: UPI KampusCibiru.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas.

DepartemenPendidikan Nasional. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas.

(10)

93 pada FIP UPI Bandung: tidakditerbitkan.

Muchith, S. (2008). Pembelajaran

Kontekstual. Semarang: Rasail.

Nurgiantoro, B. (2001). Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa da Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPFE.

Purwaningtyas, S. (2008). Pengaruh Pendekatan CTL terhadap Keterampilan

Menulis Karangan Deskripsi Ditinjaudari Motivasi Belajar Siswa. Skripsi

Sarjana Pendidikan pada FIP UPI

Bandung: tidakditerbitkan.

Resmini, N., Churiyah, Y., danSundori, N. (2006). Membacadan Menulis di SD :Teoridan Pengajarannya. Bandung: UPI Press.

Sugiyono.(2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Erlangga.

Suprijono, A. (2014). Cooperative learning teori dan aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gambar

Gambar 1. Desain Penelitian Tindakan  Kelas Kemmis dan Mc Taggart.
Tabel 2.
Grafik 1.  Perolehan Nilai Evaluasi Hasil Kelompok Setiap Siklus

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: adanya peningkatan hasil belajar IPA materi tumbuhan dengan menggunakan metode CTL pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Petung

Rumusan masalah secara umum dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Apakah model pembelajara n Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan menggunakan

Begitu pula dengan hasil observasi siswa menunjukkan adanya peningkatan pada partisipasi dan aktivitas siswa dengan memperoleh nilai pada siklus pertama yaitu

Berikut ini akan dipaparkan hasil penelitian peningkatan kualitas pembelajaran yang terdiri atas keterampilan guru, aktivitas siswa, respon siswa, dan hasil belajar siswa

2010.. Penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN 01 Pododadi Karanganyar Pekalongan ”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan apakah peningkatan kemampuan pemahaman instrumental, relasional dan kemampuan pehamanan matematik

Hal ini diperkuat dengan adanya data yang menunjukkan peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa sebagai berikut: (1)Hasil belajar siswa kelas II SDN

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,