• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM DAN PROSEDUR PELAYANAN IZIN USAHA INDUSTRI (IUI) DI KABUPATEN KARANGANYAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SISTEM DAN PROSEDUR PELAYANAN IZIN USAHA INDUSTRI (IUI) DI KABUPATEN KARANGANYAR"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

SISTEM DAN PROSEDUR PELAYANAN IZIN USAHA

INDUSTRI (IUI) DI KABUPATEN KARANGANYAR

Oleh:

DINAR IMAS MAHARANI D 0108054

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

(S-1) Program Studi Ilmu Administrasi Negara

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv MOTTO

To know how to waits the great secret of success.

(Tahu bagaimana menunggu adalah merupakan rahasia besar untuk mencapai sukses)

Ameil

To climb step hill, require slow pace at first.

(Untuk memanjat bukit yang curam, mula-mula diperlukan langkah perlahan-lahan)

Shakespeare

In omnibus negetiis prima quam aggrediare, adhibenda es praeparatie deligens.

(Dalam segala hal, sebelum memulainya terlebih dahulu harus dilengkapi dengan persiapan)

Cicero

Sabar, semangat, doa dan usaha adalah kunci dari keberhasilan.

(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT karya ini kupersembahkan kepada :

Mama dan Papaku tersayang. Terima kasih atas kesabaran, doa, serta dukungan

dan kasih sayang yang kalian berikan.

Kakak dan adikku, kalian selalu sabar dan memberi semangat.

Sahabat-sahabatku yang selalu memberi motivasi dan semangat serta

kebersamaannya.

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim,

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan pada kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya serta kemudahan jalan

yang diberikan kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi dengan judul

“Sistem dan Prosedur Pelayanan Izin Usaha Industri (IUI) di Kabupaten

Karanganyar”. Penyusunan skripsi ini dijadikan sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi S1 di Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Jurusan Ilmu

Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Sebelas

Maret Surakarta (UNS).

Penulis menyadari bahwa kelancaran dan keberhasilan dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari semua pihak yang telah

membantu, memberikan bimbingan, dukungan serta doa kepada penulis. Oleh

karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Priyanto Susiloadi, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan

sabar membimbing, mengarahkan dan banyak memberikan masukan

dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini;

2. Dra. Retno Suryawati, M.Si selaku pembimbing akademis yang telah

memberikan bimbingan dan saran yang sangat berguna bagi penulis

selama menempuh masa studi;

3. Purwanto, ST selaku Kepala Bidang Penelitian dan Administrasi yang

telah memberikan waktu dan informasi kepada penulis dalam penyusunan

(7)

commit to user

vii

4. Endang Widowati, SE selaku Kepala Sub Bagian Informasi dan

Pendaftaran yang telah berkenan memberikan waktu, data dan informasi

kepada penulis;

5. Warsito selaku pegawai perizinan bidang IUI yang telah berkenan

memberikan waktu dan informasi untuk penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini;

6. Seluruh informan yang telah memberikan waktu dan informasi untuk

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

7. Mama, papa, kakak dan adikku yang telah memberikan motivasi,

kesabaran dan doa kepada penulis;

8. Keluarga besar mahasiswa Ilmu Administrasi Negara khususnya angkatan

2008 untuk setiap motivasi, pengalaman dan kebersamaannya selama ini;

9. Semua pihak yang tidak dapat sebutkan satu per satu yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu diharapkan saran dan kritik yang membangun. Sebagai

penutup, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

yang membaca.

Surakarta, Juni 2012

(8)

commit to user

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 14

A. Tinjauan Pustaka ... 14

1. Sistem dan Prosedur ... 14

2. Pelayanan Izin Usaha Industri (IUI) ... 21

3. Izin Usaha Industri (IUI) di Kabupaten Karanganyar ... 33

(9)

commit to user

1. Keadaan Geografis Kabupaten Karanganyar ... 52

2. Sejarah Singkat Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) .. 54

3. Visi, Misi dan Motto ... 56

9. Sarana dan Prasarana Pendukung Pelayanan ... 69

10.Jadwal Kerja BPPT Kabupaten Karanganyar ... 71

B. HASIL PENELITIAN ... 72

1. Kesederhanaan ... 73

2. Transparansi ... 84

3. Akuntabilitas ... 96

4. Dukungan Sarana dan Prasarana ... 100

(10)

commit to user

x

DAFTAR BAGAN

Halaman

Gambar 1.1 : Gambaran Umum Suatu Sistem ... 21

Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran ... 45

Gambar 3.1 : Teknik Analisis Data ... 51

Gambar 4.1 : Struktur Organisasi BPPT Kabupaten Karanganyar ... 60

(11)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 : Data IUI Berdasarkan SK yang Diterbitkan dan Proses

Penyelesaiannya Tahun 2011 ... 8

Tabel 1.2 : Data Pemohon IUI dan SK yang Diterbitkan per Januari

s.d Desember 2011 ... 9

Tabel 4.1 : Keadaan Pegawai Berdasarkan Golongan/ Kepangkatan

per April 2012 ... 65

Tabel 4.2 : Keadaan Pegawai Berdasarkan Jenjang Pendidikan per

April 2012 ... 66

Tabel 4.3 : Jenis Perizinan, Dasar Hukum dan Waktu Penyelesaian ... 68

Tabel 4.4 : Data Barang Inventaris BPPT Kabupaten Karanganyar per

April 2012 ... 69

(12)

commit to user

xii ABSTRAK

Dinar Imas Maharani. D0108054. Sistem dan Prosedur Pelayanan Izin Usaha Industri (IUI) di Kabupaten Karanganyar. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2012

Birokrasi selama ini belum mampu menunjukkan kondisi prima sesuai dengan harapan masyarakat. Terlihat adanya anggapan masyarakat mengenai proses pengurusan perizinan yang berbelit-belit, tidak transparan, tidak ada kejelasan besarnya biaya dan kepastian waktu, serta keluhan masyarakat umum maupun swasta/ dunia usaha. Penyelenggaraan pelayanan publik yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat akan berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat dan dapat menghambat masuknya investasi serta perkembangan perekonomian daerah. Penelitian ini memfokuskan pada Izin Usaha Industri (IUI) dan bertujuan untuk mengetahui sistem dan prosedur pelayanan IUI di Kabupaten Karanganyar.

Penelitian ini dilakukan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Karanganyar. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan informan yang dipilih secara purposif dan pencatatan dokumen. Validitas data menggunakan teknik triangulasi data. Teknik analisis data menggunakan teknik penelitian kualitatif.

(13)

commit to user

xiii ABSTRACT

Dinar Imas Maharani. D0108054. Systems and Procedures of Industrial Business License Service in Karanganyar. Faculty of Social and Politic. Sebelas Maret University. Surakarta. 2012.

Bureaucracy has not been able to indicate the best condition in accordance with public’s expectations. It can be seen from the public’s perception dealing with the process of managing the complicated and not transparent license, no clarity for cost and time of license managing, and also certain complaints of public and private sector/ business about that case. The unintended public service would decrease the public trust and may inhibit the entry of investments and regional economy progress. This research focuses on describing the systems and procedures of Industrial Business License Service in Karanganyar.

The research was conducted in Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Karanganyar. The type of research is descriptive qualitative. The data is taken from interviewing the informants and documents recording. The technique of validity of data using triangulation of data and the data analysis is using qualitative.

(14)

commit to user

(15)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Organisasi publik merupakan penyelenggara pemerintahan dan pelayanan

bagi warga negara. Organisasi publik sangat berperan dalam sistem pemerintahan

yang berhubungan langsung dengan masyarakat dalam hal pemberian pelayanan

publik. Ruang lingkup pelayanan publik sangat luas dan kompleks. Kinerja

organisasi yang baik sangat berpengaruh terhadap pelayanan publik untuk kepuasan

masyarakat.

Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi

setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/ atau pelayanan

administratif yang disediakan oleh penyelenggaraan pelayanan publik. Pelayanan

publik terdiri dari berbagai macam, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan,

transportasi dan perizinan.

Dari sisi pola penyelenggaraannya, pelayanan publik masih memiliki

beberapa kelemahan, antara lain :

a. Kurang responsif.

Kondisi ini terjadi pada hampir semua tingkatan unsur pelayanan, mulai dari

petugas pelayanan (front line staff) sampai dengan penanggungjawab

instansi. Respon terhadap berbagai keluhan, aspirasi, maupun harapan

(16)

commit to user b. Kurang informatif.

Berbagai informasi yang seharusnya disampaikan kepada masyarakat,

lambatnya penyampaian, atau bahkan tidak sampai sama sekali kepada

masyarakat.

c. Kurang accessible.

Berbagai unit pelaksana pelayanan terletak jauh dari jangkauan masyarakat,

sehingga menyulitkan bagi mereka yang memerlukan pelayanan.

d. Kurang koordinasi.

Berbagai unit pelayanan yang terkait satu dengan yang lainnya kurang

berkoordinasi. Akibatnya, sering terjadi tumpang tindih ataupun pertentangan

kebijakan antara satu instansi pelayanan dengan instansi pelayanan lain yang

terkait.

e. Terlalu birokratis.

Pelayanan, khususnya pelayanan perizinan, pada umumnya dilakukan dengan

melalui proses yang terdiri dari beberapa meja yang harus dilalui, sehingga

menyebabkan penyelesaian pelayanan yang terlalu lama.

f. Kurang mau mendengar keluhan/ saran/ aspirasi masyarakat.

Pada umumnya aparat pelayanan kurang peduli terhadap keluhan saran/

aspirasi dari masyarakat. Akibatnya pelayanan yang diberikan apa adanya,

tanpa ada perbaikan dari waktu ke waktu.

g. Inefisien.

Berbagai persyaratan yang diperlukan, khususnya dalam pelayanan perizinan,

seringkali tidak relevan dengan pelayanan yang diberikan.

(17)

commit to user

Selama ini birokrasi di Indonesia belum mampu menunjukkan kondisi prima

sesuai dengan harapan masyarakat. Terlihat dari beberapa kelemahan di atas, dan

juga proses pelayanan perizinan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang

berbelit-belit, tidak transparan, tidak ada kejelasan besarnya biaya dan kepastian

waktu dalam proses dan penyelesaian, lokasi atau tempat yang tersebar dan adanya

biaya ekstra yang dikeluarkan tersebut menjadi sorotan dan keluhan masyarakat

umum dan swasta/ dunia usaha baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional.

Penyelenggaraan pelayanan publik yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat

akan berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat dan dapat menghambat

masuknya investasi serta perkembangan perekonomian daerah.

Perubahan paradigma kebijakan otonomi daerah, menjadi keharusan untuk

ditindaklanjuti oleh daerah. Oleh karena itu, pemerintah semakin dituntut untuk lebih

profesional, efektif dan efisien dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Pelayanan

yang prima dan consumen oriented akan turut mendukung terwujudnya prinsip good

governance.

Untuk menyelenggarakan good governance tersebut diperlukan adanya

pembagian tugas dan peran yang jelas antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah. Hal ini terkait dengan pemberlakuan otonomi daerah yang berdasarkan UU

No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah pusat telah memberikan kewenangan yang

luas kepada pemerintah daerah untuk mengelola penyelenggaraan pemerintah di

daerah masing-masing, termasuk dalam bidang penyelenggaraan pelayanan publik.

Dengan begitu, pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan di daerah

(18)

commit to user

Berbekal semangat otonomi daerah yang seharusnya dapat memberikan

pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat, Bupati Karanganyar menerapkan

reformasi birokrasi di Kabupaten Karanganyar dengan melakukan beberapa langkah

untuk membangun sebuah sistem pelayanan publik yang lebih baik dan berkualitas

termasuk pelayanan perizinan dan non perizinan yang cepat, murah, dan transparan

namun tertib administrasi. Salah satu sistem pelayanan publik yang diterapkan

adalah sistem pelayanan satu pintu (One Stop Service) atau biasa disebut dengan

pelayanan terpadu satu pintu, artinya kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan

non perizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari

lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan non perizinan yang

proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbit

dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.

Pelayanan terpadu satu pintu yang berada di Kabupaten Karanganyar adalah

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT). BPPT awalnya dibentuk dengan nama

Kantor Pelayanan Terpadu (KPT) berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten

Karanganyar Nomor 23 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor

Pelayanan Terpadu Kabupaten Karanganyar, yang kemudian diubah atas dasar

penyempurnaan struktur organisasi menjadi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

(BPPT) dengan dasar hukum Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 3

Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Badan

Pelayanan Perizinan Terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

Karanganyar.

Tugas pokok Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) sebagaimana

(19)

commit to user

tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Badan Pelayanan

Perizinan Terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Karanganyar adalah

membantu Bupati dalam melaksanakan tugas dan fungsi pemerintahan dalam hal

memberikan pelayanan perizinan terpadu dan non perizinan serta penanaman modal.

Sesuai dengan tugas pokok BPPT Kabupaten Karanganyar pelayanan publik

yang diberikan sangat beragam. Adapun Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang

diberikan oleh BPPT Kabupaten Karanganyar sebagai berikut :

a. Jenis pelayanan meliputi :

1. Pelayanan perizinan;

2. Pelayanan non perizinan; dan

3. Penanaman modal.

b. Pelayanan perizinan, meliputi :

1. Izin Lokasi;

2. Izin Gangguan (HO);

3. Izin Mendirikan Bangunan (IMB);

4. Izin Penggilingan Padi (Huller);

5. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);

6. Tanda Daftar Perusahaan (TDP);

7. Tanda Daftar Gudang (TDG);

8. Izin Industri, meliputi Izin Usaha Industri (IUI), Tanda Daftar Industri

(TDI);

9. Izin Usaha Bidang Pariwisata (Izin Perhotelan, Izin Restoran, Izin

Pemondokan, Izin Salon Kecantikan, Izin Hiburan Umum, Izin Usaha

(20)

commit to user 10.Izin Reklame;

11.Pemakaian Kekayaan Daerah;

12.Izin/ Rekomendasi Mendirikan Perusahaan Angkutan;

13.Izin Trayek (SK Izin Trayek, Penerbitan KP Hilang/ Rusak, Izin

Insidentil);

14.Izin Sarana Kesehatan Swasta dan Sarana Umum Lainnya;

15.Izin Usaha Jasa Konstruksi; dan

16.Izin Penyelenggaraan Menara Telekomunikasi.

c. Pelayanan Non Perizinan

Akta catatan sipil, seperti :

1. Perkawinan,

2. Perceraian,

3. Kematian,

4. Pengakuan dan Pengesahan Anak,

5. Pengangkatan Anak, dan lain-lain.

Dari jenis pelayanan di atas, per Oktober tahun 2011 jenis pelayanan non

perizinan yang sebelumnya dilayani oleh BPPT ditarik kembali oleh Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Karanganyar, hal ini

dilaksanakan berdasarkan Surat No. 800/ 618.5 tentang Penarikan Pegawai

Disdukcapil yang berada di BPPT Kabupaten Karanganyar.

Adanya anggapan bahwa pengurusan perizinan berbelit-belit, waktu yang

diperlukan lama, dan tingginya biaya pengurusan perizinan. Banyak perizinan yang

waktu penyelesaiannya tidak sesuai dengan prosedur atau peraturan yang telah

(21)

commit to user

pelayanan Izin Usaha Industri (IUI). Setiap pendirian perusahaan industri wajib

memiliki Izin Usaha Industri (IUI). lUI yaitu untuk industri yang siap berproduksi

komersial dengan nilai investasi diatas Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Untuk memperoleh IUI harus melalui tahap lzin Prinsip (Perda Kab. Karanganyar

No. 8 Tahun 2002). IUI dapat diperoleh setelah mendapatkan Izin Prinsip dan sudah

dinyatakan siap untuk berproduksi. Izin prinsip bukan merupakan izin untuk

melakukan produksi komersial, namun diberikan kepada perusahaan industri untuk

melakukan persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan/ instalasi

peralatan dan kesiapan lain yang diperlukan. Tetapi dalam kenyataannya, banyak

industri yang hanya memiliki izin prinsip namun, sudah melakukan kegiatan

produksi. Di sisi lain, masih ada juga perusahaan industri yang tidak memiliki IUI.

Semua izin usaha tergantung kepala daerah masing-masing. Terkadang ada biaya

tambahan lain yang digunakan untuk mempercepat bisnis, bagi industri besar

kepengurusannya bisa lebih cepat dan bagi industri kecil kepengurusannya lebih

lama.

Setiap izin usaha industri yang dilayani di Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(PTSP) sebelumnya tetap menyelesaikan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) di dinas

terkait. Untuk hasil akhir sebuah izin, terlebih dahulu dilengkapi dengan syarat izin

yang lain, seperti izin lokasi dan izin gangguan. Izin-izin lain yang dimaksud, tetap

menjadi kewenangan dinas.

Berdasarkan kebijakan Menteri Perindustrian No. 41/M-IND/PER/6/2008

yang memberikan batasan besaran investasi diatas dan sampai dengan Rp 10 milyar

untuk Izin Usaha Industri (IUI) dapat membingungkan investor. Kebijakan ini dari

(22)

commit to user

jalur birokrasi pelayanan penanaman modal dan membingungkan investor. Kendala

lain yang akan dihadapi adalah pada sisi pengawasan, pembinaan dan pengendalian

penanaman modal akan kurang efektif dibandingkan bila dilakukan langsung oleh

kabupaten/ kota.

Banyak anggapan dan keluhan masyarakat umum dan swasta/ dunia usaha

baik ditingkat lokal, nasional maupun internasional dalam pelayanan perizinan

memerlukan waktu dan proses yang lama. Dari data yang diperoleh di tahun 2011

terdapat 14, 29% (4 izin) penyelesaian pelayanan IUI tidak sesuai dengan waktu

yang ditentukan yaitu 5 hari setelah berkas lengkap serta masih terdapat pula izin

yang tidak dapat diterbitkan. Data-data tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.1

Data IUI Berdasarkan SK yang Diterbitkan dan Proses Penyelesaiannya

Tahun 2011

(23)

commit to user

Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa masih ada 14, 29% (4 izin) dari

jumlah SK IUI yang diterbitkan proses penyelesaiannya tidak sesuai dengan

prosedur maupun ketentuan yang telah ditetapkan sesuai dengan Perda Kabupaten

Karanganyar Nomor 8 Tahun 2002, 4 izin tersebut teridiri dari perusahaan yang

bergerak dibidang mebel dari kayu, sabun cair antiseptic, pengecoran logam, dan

penyempurnaan kain. Hal ini terlihat bahwa pelayanan perizinan IUI berdasarkan

waktu penyelesaian yang diberikan kepada masyarakat ada yang belum sesuai

dengan harapan dari masyarakat, meskipun sebagian besar dari SK IUI yang

diterbitkan yaitu 85, 71% telah dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku.

Tabel 1.2

Data pemohon IUI dan SK IUI yang Diterbitkan per Januari s/d Desember 2011

No. Bulan Pemohon SK IUI yang

(24)

commit to user

Dari data di atas, masih terdapat adanya perbedaan antara jumlah pemohon

IUI dengan SK IUI yang diterbitkan oleh BPPT Kabupaten Karanganyar. Ada

sejumlah 15, 15% atau 5 IUI yang tidak diterbitkan dari 33 pemohon yang

mengajukan pelayanan IUI.

Berdasarkan dari uraian di atas, menunjukkan bahwa masih ada waktu

penyelesaian pelayanan IUI di BPPT Kabupaten Karanganyar yang tidak sesuai

dengan prosedur, aturan atau standar yang telah ditentukan. Menurut Keputusan

MENPAN Nomor 81/ 1995, ciri-ciri pelayanan yang berkualitas/ bermutu yang

harus dimiliki oleh Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat meliputi :

a. Kesederhanaan

Dalam arti bahwa prosedur/ tata cara pelayanan diselenggarakan secara

mudah, lancar, cepat dan tidak berbelit-belit serta mudah dipahami dan

dilaksanakan.

b. Kejelasan dan kepastian

Hal ini menyangkut prosedur/ tata cara pelayanan umum, persyaratan

pelayanan umum baik teknis maupun administratif, rincian biaya/ tarif

pelayanan umum dan tata cara pembayarannya, jadwal waktu penyelesaian

pelayanan, dan lain-lain.

c. Keamanan

Dalam arti bahwa proses serta hasil pelayanan umum dapat memberikan

keamanan dan kenyamanan serta dapat memberikan kepastian hukum.

(25)

commit to user

Prosedur/ tata cara, persyaratan, satuan kerja/ pejabat penanggungjawab

pemberi pelayanan umum, waktu penyelesaian dan rincian biaya/ tarif dan

hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib

diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh

masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta.

e. Efisien

Meliputi persyaratan pelayanan umum hanya dibatasi pada hal-hal yang

berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap

memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan

umum yang diberikan dan dicegah adanya pengulangan pemenuhan

kelengkapan persyaratan, dalam hal proses pelayanannya mempersyaratkan

kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/ instansi pemerintah lain yang

terkait.

f. Ekonomis

Dalam arti pengenaan biaya pelayanan umum harus ditetapkan secara wajar

dengan memperhatikan yaitu nilai barang atau jasa pelayanan umum dengan

tidak menuntut biaya yang tinggi diluar kewajaran, kondisi dan kemampuan

pelanggan (masyarakat) untuk membayar secara umum serta ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

g. Keadilan yang merata

Cakupan atau jangkauan pelayanan umum harus diusahakan seluas mungkin

(26)

commit to user h. Ketepatan waktu

Dalam arti pelaksanaan pelayanan umum dapat diselesaikan dalam kurun

waktu yang telah ditentukan.

Oleh karena itu, hal ini menjadi tugas pemerintah, dalam penelitian ini adalah

pemerintah Kabupaten Karanganyar dalam memberikan pelayanan yang sesuai

dengan harapan masyarakat khususnya dalam hal pelayanan administrasi. Penulis

tertarik untuk melakukan penelitian tentang sistem dan prosedur pelayanan Izin

Usaha Industri (IUI) di Kabupaten Karanganyar, karena sistem dan prosedur yang

digunakan sangat berpengaruh terhadap pelayanan yang prima dan consumen

oriented untuk mendukung terselenggaranya Good Governance.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Bagaimana sistem dan prosedur pelayanan Izin Usaha Industri (IUI) di

Kabupaten Karanganyar ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Operasional

Untuk mengetahui sistem dan prosedur pelayanan Izin Usaha Industri (IUI)

di Kabupaten Karanganyar.

2. Tujuan Fungsional

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

(27)

commit to user

maupun semua pihak yang memerlukannya sebagai pengetahuan maupun

bahan pemikiran dalam merumuskan kebijakan.

3. Tujuan Individual

Untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar kesarjanaan pada

Jurusan Ilmu Administrasi Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi instansi terkait

khususnya Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten

Karanganyar dalam meningkatkan pelayanan khususnya pelayanan perizinan.

2. Sebagai sarana untuk menerapkan pengetahuan yang penulis peroleh selama

di bangku kuliah dan menambah perbendaharaan bagi ilmu pengetahuan

(28)

commit to user

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Sistem dan Prosedur

Dalam praktek administrasi perkantoran telah dikenal istilah “system and

procedure” dalam kaitannya dengan perencanaan sistem perkantoran tersebut. Setiap

sistem perkantoran mencakup sejumlah prosedur perkantoran (office procedures) dan

sesuatu prosedur perkantoran biasanya meliputi sejumlah metode perkantoran (office

methods).

Sistem dan prosedur merupakan faktor yang sangat penting dalam

melaksanakan tugas atau pekerjaan, tidak hanya dalam bidang/ lapangan kegiatan

operasionil, tetapi juga dalam bidang pekerjaan perkantoran. Bicara mengenai sistem

dan prosedur akan lebih banyak berhadapan dengan bidang pekerjaan administratif

perkantoran daripada di bidang lain, sebab dalam kegiatan perkantoranlah sistem dan

prosedur itu dibuat atau diciptakan, untuk digunakan dalam setiap langkah kegiatan.

Sebelum membahas mengenai sistem dan prosedur lebih jauh, perlu mengetahui apa

yang dimaksud dengan kedua istilah tersebut.

Secara sederhana, sistem adalah suatu cara yang ditempuh atau diambil oleh

seseorang (suatu badan atau organisasi) untuk mencapai salah satu sasaran, baik di

dalam maupun sasaran keluar. Cara-cara yang diistilahkan sistem hanya yang berada

di lingkungan organisasi, bukan cara yang diambil oleh seseorang dalam menempuh

salah satu tujuan hidupnya. Jadi lapangan tempat berperannya sistem (dan juga

prosedur) adalah di dalam organisasi tegasnya dalam manajemen, sesuai dengan

(29)

commit to user

“First, let us establish the fact that the field of system and procedures is in integral part of the job of every manager. By this is meant that every person who supervises direct, or administrates the activities of subordinates (few or many) has a responsibility inherent in this job for the system and procedures that he and his subordinates employ the how of getting things done the ways and means used to accomplish the task assigned, and the methodology of the work processes used.

System and procedures, than is a field of endeavor that should be classified as one of the several elements of management.”

Sistem menurut George R. Terry adalah ….a system is a network of procedures

which are integrated and designed to carry out a major activity. Menurut Webster

….a system is a regularly interdependent group of items forming a unified whole.

Sistem sebagai suatu aturan tidak timbul sendiri melainkan harus diciptakan.

Sebagai suatu aturan yang berhubungan erat dengan efisiensi usaha, maka harus

diciptakan oleh orang yang memiliki cukup pengetahuan sebagai “system men”.

Sistem terdiri dari subsistem yang berhubungan dengan prosedur yang

membantu pencapaian tujuan. Saat prosedur diperlukan untuk melengkapi pekerjaan,

maka metode berisi tentang aktivitas operasional atau teknis yang akan

menjelaskannya. Organisasi sebagai sebuah sistem merupakan kesatuan, bagian

terkecil dari sistem (metode atau prosedur maupun subsistem) merupakan penjabaran

dari sistem organisasi yang digunakan.

Prosedur terkadang diterjemahkan menjadi tata kerja atau tata cara, adalah

suatu rangkaian tindakan, langkah atau perbuatan yang harus dilakukan oleh

seseorang untuk dapat mencapai suatu tahap tertentu dalam hubungan pencapaian

tujuan akhir. Terry (dalam Liang Gie, 1988: 39) memberikan penegasan arti sebagai

berikut :

(30)

commit to user

tetap dalam menjalankan suatu tahap aktivitas perkantoran yang penting dan menyeluruh. Prosedur diperoleh dengan pra-perencanaan berbagai langkah yang dianggap perlu untuk menyelesaikan pekerjaan.

Istilah metode menunjuk pada cara pelaksanaan kerja dari suatu tugas yang terdiri dari satu atau lebih tindakan ketatausahaan oleh seorang pegawai. Sampai suatu derajat, metode-metode menjadi sangat rutin di bawah suatu pengaturan otomasi. Serangkaian metode yang terhimpun dan terpadukan membentuk suatu prosedur. Dan untuk mengulangi, beberapa prosedur yang bertalian dan terpadukan membentuk suatu sistem.

Jerry FitzGerald, Ardra F. FitzGerald dan Warren D. Stallings, Jr.

mendefinisikan prosedur sebagai berikut : Suatu prosedur adalah urut-urutan yang

tepat dari tahapan-tahapan instruksi yang menerangkan apa (what) yang harus

dikerjakan, siapa (who) yang mengerjakan dan bagaimana (how) mengerjakannya.

(Jogiyanto, 2005: 1-2)

Louis A. Allen mengatakan bahwa suatu prosedur ialah suatu metode yang

dinormalisasikan untuk melakukan pekerjaan yang telah diperinci. Begitu juga

dengan Harold Koontz dan Cyril O’Donnell menyatakan procedures are plans in

that they establish a customary method of handling future activities.

Sistem dan prosedur tidak berdiri sendiri, artinya ia tidak dapat diketemukan

sebagai suatu aturan tersendiri, melainkan hampir selalu berkait dengan aturan

pokoknya. Sistem dan prosedur merupakan dwitunggal dalam usaha-usaha untuk

mencapai tujuan organisasi. Di mana ada sistem di situ harus ada prosedur, dan di

mana ada prosedur di situ pasti ada sistem.

Sistem dan prosedur secara implisit tercantum di dalam aturan-aturan pokok

atau umum. Kemudian untuk memudahkan semua pihak yang berkepentingan, sering

dibuat petunjuk prosedur secara tersendiri, terutama apabila hal itu menyangkut

pekerjaan-pekerjaan yang penting dan tidak berulang, seperti halnya dalam

(31)

commit to user

Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri (Peraturan Menteri

Perindustrian Republik Indonesia No. 41/M-IND/PER/6/2008). Pada dasarnya

semua jenis prosedur dinyatakan dalam petunjuk khusus dengan menggunakan

bentuk-bentuk diagram, gambar, sketsa dan lain-lain, sehingga memperjelas dan

mempermudah dalam pelaksanaan.

Berbagai metode, prosedur, dan sistem dalam setiap organisasi perlu

direncanakan sebaik-baiknya, karena dapat meningkatkan efisiensi organisasi yang

bersangkutan dalam mencapai tujuannya. J.C Denyer (The Liang Gie, 1988: 41)

menyebutkan pentingnya sistem direncanakan secara baik karena berbagai manfaat

berupa :

a. Kelancaran pekerjaan perkantoran, dan mencegah kemungkinan kesalahan

dalam pekerjaan;

b. Pengurangan keterlambatan;

c. Kontrol yang lebih baik terhadap pekerjaan;

d. Penghematan tenaga kerja dan biaya tatausaha;

e. Koordinasi berbagai seksi;

f. Kemudahan dalam melatih para pegawai.

Senada dengan itu, beberapa manfaat penggunaan sistem menurut Quible

(Sukoco, 2007: 31) adalah :

a. Mengoptimalkan hasil dari penggunaan sumber daya yang efisien;

b. Salah satu alat pengendali biaya;

c. Untuk mengefisiensikan aktivitas yang dilakukan dalam kantor;

d. Alat bantu pencapaian tujuan organisasi;

(32)

commit to user Adapun kerugiannya adalah :

a. Pengoperasian yang kurang fleksibel akan menjadikan sistem tidak berfungsi

secara optimal;

b. Tuntutan lingkungan untuk mengubah sebuah metode atau prosedur akan

menyebabkan perubahan pada metode atau prosedur bagian atau departemen

yang lain. Begitu juga, jika sistem atau subsistem diubah maka seluruh

metode dan prosedur akan ikut berubah;

c. Perlunya waktu sosialisasi bagi sebuah metode, prosedur, atau sistem baru

yang akan diterapkan;

d. Kemungkinan terdapat resistensi dari anggota organisasi.

Selain memiliki berbagai manfaat, sistem juga memiliki karakteristik.

Menurut McLeod dan Schell (2001) dalam Sukoco, 2007: 32, sistem yang baik

memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Fleksibel

Walaupun sistem yang efektif adalah sistem yang terstruktur dan terorganisir

dengan baik, namun sebaiknya cukup fleksibel agar lebih mudah disesuaikan

dengan keadaan yang sering berubah;

2. Mudah diadaptasikan.

Sistem yang baik juga harus cepat dan mudah diadaptasikan dengan kondisi

baru tanpa mengubah sistem yang lama maupun mengganggu fungsi

utamanya;

3. Sistematis

Agar berfungsi secara efektif, hendaknya sistem yang ada bersifat logis dan

sistematis, yaitu sistem yang dibuat tidak akan mempersulit aktivitas

(33)

commit to user 4. Fungsional

Sistem yang efektif harus dapat membantu mencapai tujuan yang telah

ditentukan;

5. Sederhana

Sebuah sistem seharusnya lebih sedehana sehingga lebih mudah dipahami

dan dilaksanakan;

6. Pemanfaatan sumber daya yang optimal

Sistem yang dirancang dengan baik akan menjadikan penggunaan sumber

daya yang dimiliki organisasi dapat dioptimalkan pemanfaatannya.

Di samping sistem dan prosedur harus memiliki karakteristik, suatu sistem yang

ideal harus memiliki unsur (Laudon dan Laudon, 2004; Odgers, 2005) sebagai

berikut :

1. Input

Dalam area kerja, jenis input yang biasa dijumpai adalah data, informasi, dan

material yang diperoleh baik dari dalam maupun luar organisasi. Kelancaran

aliran input akan ditunjang oleh keterampilan dan pengetahuan karyawan,

serta peralatan kantor yang memadai guna menjalankan metode dan prosedur

dalam sistem. Dalam beberapa instansi, output dari sistem menjadi input

untuk sistem yang lain.

2. Processing

Perubahan dari input menjadi output pada saat pemrosesan melibatkan

metode dan prosedur dalam sistem. Biasanya aktivitas ini akan secara

otomatis mengklasifikasikan, mengkonversikan, menganalisis, serta

(34)

commit to user 3. Output

Output berupa informasi pada sebuah kertas atau dokumen yang tersimpan

secara elektronik. Output akan didistribusikan pada bagian atau pegawai yang

membutuhkan. Kualitas output mempunyai dampak yang signifikan terhadap

kinerja bagian yang berkaitan, karena bisa jadi output pada suatu sistem

(departemen atau bagian) tertentu merupakan input dari sistem (departemen

atau bagian) yang lain.

4. Feedback

Pemberian umpan balik mutlak diperlukan oleh sebuah sistem, karena akan

membantu organisasi untuk mengevaluasi dan memperbaiki sistem yang ada

menjadi lebih baik lagi. Umpan balik akan membuat sistem mengevaluasi

efektivitas output yang dihasilkan agar lebih bernilai tambah bagi organisasi.

Umpan balik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu umpan balik positif dan

umpan balik negatif. Umpan balik positif berarti reaksi yang menunjukkan

adanya persetujuan dengan sistem yang dijalankan. Umpan balik negatif

berarti reaksi yang menunjukkan adanya ketidaksepakatan terhadap sistem

karena diketahui adanya penyimpangan. Umpan balik yang harus

diperhatikan adalah umpan balik negatif dengan harapan timbulnya perbaikan

pada masa berikutnya.

5. Pengawasan

Seperti elemen sistem yang lain, pengawasan juga memiliki dimensi internal

dan eksternal. Dimensi internal adalah kebijakan organisasi dan prosedur

sistem yang harus ditaati. Dimensi eksternal melibatkan negara, peraturan

pemerintah, dan regulasi yang berdampak pada kebijakan sistem begitu juga

(35)

commit to user Gambar 1.1

Gambaran umum suatu sistem

Dari beberapa pendapat di atas, penulis berpendapat bahwa sistem dan

prosedur adalah serangkaian tindakan, langkah, maupun kegiatan yang menjadi satu

kesatuan yang saling berkaitan, saling mempengaruhi dan saling melengkapi dalam

mencapai tujuan organisasi yang biasanya tercantum dalam aturan-aturan pokok atau

umum. Sistem dan prosedur merupakan satu kesatuan yang utuh yang juga memiliki

fungsi dan tujuan tertentu, yaitu mengefektifkan dan mengefisiensikan aktivitas

dalam hal kepengurusan penyelenggaraan publik, yang diantaranya adalah

memperlancar pekerjaan, menghemat tenaga, biaya dan waktu dalam proses

pekerjaan. Dengan demikian, semakin baik suatu prosedur, maka suatu sistem akan

dapat berjalan dengan lancar.

2. Pelayanan Izin Usaha Industri (IUI)

Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat

kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara

konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan

pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/

pelanggan (Ratminto, 2010:2). Pelayanan dapat diartikan sebagai aktivitas yang Output

Pengawasan

Input Proses

(36)

commit to user

diberikan untuk membantu, menyiapkan dan mengurus baik itu berupa barang atau

jasa dari satu pihak ke pihak lain. Pelayanan adalah melayani suatu jasa yang

dibutuhkan oleh masyarakat dalam segala bidang.

Menurut Thoha (Sedarmayanti, 2009: 243) Pelayanan masyarakat yaitu usaha

yang dilakukan oleh seseorang dan atau kelompok orang atau instansi tertentu untuk

memberi bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam mencapai tujuan.

Pelayanan umum adalah kegiatan yang dilakukan seseorang atau kelompok orang

dengan landasan faktor materiil melalui sistem, prosedur, dan metode tertentu dalam

rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.

Pelayanan publik pada dasarnya mencakup aspek kehidupan masyarakat luas.

Dalam kehidupan bernegara, pemerintah memiliki fungsi melayani publik, dalam

bentuk mengatur maupun menerbitkan perizinan dalam rangka memenuhi kebutuhan

masyarakat dalam segala bidang (Syukri, 2009: 1). Pelayanan umum yang harus

diberikan pemerintah terbagi dalam tiga kelompok, yaitu pelayanan administratif,

pelayanan barang dan pelayanan jasa.

a. Pelayanan Administratif

Pelayanan administratif adalah pelayanan berupa penyediaan berbagai bentuk

dokumen yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pembuatan KTP, BPKB,

STNK, Sertifikat Tanah, Akta Kelahiran, Akta Kematian, Izin Mendirikan

Bangunan (IMB), dan sebagainya termasuk Izin Usaha Industri (IUI) dalam

penelitian ini.

b. Pelayanan Barang

Pelayanan barang adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/

jenis barang yang menjadi kebutuhan publik, misalnya jaringan telepon,

(37)

commit to user c. Pelayanan Jasa

Pelayanan jasa adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa

yang dibutuhkan publik, misalnya pendidikan tinggi dan menengah,

penyelenggaraan transportasi, jasa pos, pelayanan sosial dan sebagainya.

(Hardiyansyah, 2011: 23)

Menurut Keputusan MENPAN Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 pelayanan

publik dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri dan sifat-sifat kegiatan dalam proses

pelayanan serta produk pelayanan yang dihasilkan. Pengelompokkan pelayanan

publik tersebut sebagai berikut :

a. Kelompok Pelayanan Administratif

Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang

dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat

kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan

sebagainya. Contoh kelompok pelayanan ini adalah pelayanan sertifikat

tanah, pelayanan IMB, pelayanan administrasi kependudukan (KTP, akta

kelahiran/ kematian).

b. Kelompok Pelayanan Barang

Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/ jenis barang yang

digunakan oleh publik, misalnya jaringan listrik, penyediaan air bersih,

jaringan telepon dan sebagainya.

c. Kelompok Pelayanan Jasa

Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan

(38)

commit to user

kesehatan, pelayanan perbankan, pelayanan pos, pendidikan, dan pelayanan

pemadaman kebakaran. (Jurnal, Susiloadi Vol: 2 2006: 82-23)

Dalam penelitian ini, IUI termasuk pada pelayanan administratif sebab Izin

Usaha Industri (IUI) merupakan pelayanan dalam bentuk dokumen resmi yang

dibutuhkan oleh masyarakat khususnya dalam hal ini perusahaan, sebagai bukti

pendirian usaha yang memiliki kepastian hukum yang sah. Pelayanan administratif

pemerintahan sering dipergunakan secara bersama-sama atau dipakai sebagai

sinonim dari konsepsi pelayanan perizinan dan pelayanan umum, serta pelayanan

publik. Administrasi pemerintahan dipakai secara silih berganti dan dipergunakan

sebagai sinonim dari pelayanan perizinan, yang merupakan terjemahan dari

administrative service.

Pelayanan administrasi pemerintahan atau pelayanan perizinan didefinisikan

sebagai segala bentuk jasa pelayanan yang pada prinsipnya menjadi tanggungjawab

dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, di Lingkungan Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), baik dalam

rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan

ketentuan peraturan perundang-undangan, yang bentuk produk pelayanannya adalah

izin atau warkat. (Ratminto, 2010: 5)

Pelayanan publik atau pelayanan umum dan pelayanan administrasi

pemerintahan atau pelayanan perizinan tersebut dilakukan sebagai upaya pemenuhan

kebutuhan masyarakat, seperti halnya dalam penelitian ini, pelayanan Izin Usaha

Industri (IUI) dengan memberikan jaminan kepastian hukum atas kepemilikan tanah

dan usaha. Pelayanan publik atau pelayanan umum dan pelayanan administrasi

pemerintahan atau pelayanan perizinan juga diselenggarakan sebagai pelaksanaan

(39)

commit to user

bahwa setiap pendirian perusahaan industri wajib memiliki IUI, maka

diselenggarakan pelayanan perizinan IUI.

Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan,

sebagai jaminan adanya kepastian bagi pemberi di dalam pelaksanaan tugas dan

fungsinya dan bagi penerima pelayanan dalam proses pengajuan permohonannya.

Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan

pelayanan publik sebagai pedoman yang wajib ditaati dan dilaksanakan oleh

penyelenggara pelayanan, dan menjadi pedoman bagi penerima pelayanan dalam

proses pengajuan permohonan, serta sebagai alat kontrol masyarakat dan/ atau

penerima layanan atas kinerja penyelenggara pelayanan.

Sebelum mengetahui standar pelayanan, terlebih dahulu harus mengetahui

petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan publik. Petunjuk pelaksanaan

penyelenggaraan publik digunakan sebagai landasan penyusunan standar pelayanan

oleh masing-masing pimpinan unit penyelenggara pelayanan. Berdasarkan

Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 petunjuk pelaksanaan tersebut

sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut :

a. Landasan Hukum Pelayanan Publik

Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar penyelenggaraan

pelayanan.

b. Maksud dan Tujuan Pelayanan Publik

Hal-hal yang akan dicapai dari penyelenggaraan pelayanan.

c. Sistem dan Prosedur Pelayanan Publik

Sistem dan prosedur pelayanan publik sekurang-kurangnya memuat :

i. Tata cara pengajuan permohonan pelayanan;

(40)

commit to user

iii. Tata cara penyampaian hasil pelayanan; dan

iv. Tata cara penyampaian pengaduan pelayanan.

d. Persyaratan Pelayanan Publik

Persyaratan teknis dan administratif harus dipenuhi oleh masyarakat

penerima pelayanan.

e. Biaya Pelayanan Publik

Besaran biaya dan rincian biaya pelayanan publik.

f. Waktu Penyelesaian

Jangka waktu penyelesaian pelayanan publik.

g. Hak dan Kewajiban

Hak dan kewajiban pihak pemberi dan penerima pelayanan publik.

h. Pejabat Penerima Pengaduan Pelayanan Publik

Penunjukan pejabat yang menangani pengaduan pelayanan publik.

(Ratminto, 2010: 31)

Dari petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan publik di atas, dapat ditentukan

standar pelayanan dalam penyelenggaraan pelayanan. Menurut Keputusan MENPAN

Nomor 63 Tahun 2003, standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi :

a. Prosedur pelayanan

Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima

pelayanan termasuk pengaduan.

b. Waktu penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan

(41)

commit to user c. Biaya pelayanan

Biaya/ tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses

pemberian pelayanan.

d. Produk pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan.

e. Sarana dan prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh

penyelenggara pelayanan publik.

f. Kompetensi petugas pemberi pelayanan

Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat

berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku

yang dibutuhkan.

Setiap sistem dan prosedur yang digunakan harus memperhatikan adanya

prinsip-prinsip dalam penyelenggaraan pelayanan, agar sistem dan prosedur yang

ada sesuai dengan harapan publik (consumen oriented). Seperti yang dikutip dari The

Electronic Journal of e-Government Vol. 6 Issue 1 2008 diakses pada

www.ejeg.com berikut: “Ruekert defines customer orientation as “the degree to

which the organization obtains and uses information from customers, develops a

strategy which will meet customer needs, and implements that strategy by being

responsive to customer needs and wants.” (Ruekert mendefinisikan orientasi

pelanggan sebagai “tingkat dimana organisasi memperoleh dan menggunakan

informasi dari pelanggan, mengembangkan strategi yang akan memenuhi kebutuhan

(42)

commit to user

dan keinginan pelanggan”). Beberapa prinsip yang harus diperhatikan menurut

Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 sebagai berikut :

a. Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah

dilaksanakan.

b. Kejelasan

Kejelasan ini mencakup kejelasan dalam hal :

i. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik;

ii. Unit kerja/ pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam

memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan/

sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik;

iii. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.

c. Kepastian waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang

telah ditentukan.

d. Akurasi

Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah.

e. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian

hukum.

f. Tanggungjawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk

bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian

(43)

commit to user g. Kelengkapan sarana dan prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung

lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi

dan informatika (telematika).

h. Kemudahan akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau

oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan

informasi.

i. Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan

Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta

memberikan pelayanan dengan ikhlas.

j. Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang

nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi

dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah,

dan lain-lain.

Senada dengan hal di atas, ciri-ciri dari pelayanan yang berkualitas/ bermutu

yang harus dimiliki oleh Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat berdasarkan Keputusan MENPAN Nomor 81/ 1995, meliputi :

a. Kesederhanaan

Dalam arti bahwa prosedur/ tata cara pelayanan diselenggarakan secara

mudah, lancar, cepat dan tidak berbelit-belit serta mudah dipahami dan

(44)

commit to user b. Kejelasan dan kepastian

Hal ini menyangkut prosedur/ tata cara pelayanan umum, persyaratan

pelayanan umum baik teknis maupun administratif, rincian biaya/ tarif

pelayanan umum dan tata cara pembayarannya, jadwal waktu penyelesaian

pelayanan, dan lain-lain.

c. Keamanan

Dalam arti bahwa proses serta hasil pelayanan umum dapat memberikan

keamanan dan kenyamanan serta dapat memberikan kepastian hukum.

d. Keterbukaan

Prosedur/ tata cara, persyaratan, satuan kerja/ pejabat penanggungjawab

pemberi pelayanan umum, waktu penyelesaian dan rincian biaya/ tarif dan

hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib

diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh

masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta.

e. Efisien

Meliputi persyaratan pelayanan umum hanya dibatasi pada hal-hal yang

berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap

memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan

umum yang diberikan dan dicegah adanya pengulangan pemenuhan

kelengkapan persyaratan, dalam hal proses pelayanannya mempersyaratkan

kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/ instansi pemerintah lain yang

terkait.

f. Ekonomis

Dalam arti pengenaan biaya pelayanan umum harus ditetapkan secara wajar

(45)

commit to user

tidak menuntut biaya yang tinggi diluar kewajaran, kondisi dan kemampuan

pelanggan (masyarakat) untuk membayar secara umum serta ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

g. Keadilan yang merata

Cakupan atau jangkauan pelayanan umum harus diusahakan seluas mungkin

dengan distribusi yang merata dan diperlakukan secara adil.

h. Ketepatan waktu

Dalam arti pelaksanaan pelayanan umum dapat diselesaikan dalam kurun

waktu yang telah ditentukan.

Dari hasil penelitian sebelumnya, dalam Syukri (2009: 42) untuk

mewujudkan komitmen Pemerintah Kabupaten Sragen dalam meningkatkan mutu

dari pelayanan publik, sistem pelayanan satu pintu di Kabupaten Sragen didukung

oleh sarana dan prasarana yang memadai seperti ruang pelayanan yang aman dan

nyaman, online system yang menghubungkan semua kantor pemerintah termasuk

KPT, Bupati dan semua dinas, video conference sebagai sarana komunikasi dan

untuk memantau program di setiap dinas atau bagian Pemkab, software perizinan

yang terkomputerisasi, dan lain-lain. Bahkan proses perizinan yang dilakukan KPT

Kabupaten Sragen sudah menggunakan sistem Online Tracking yang memungkinkan

masyarakat melihat sejauhmana proses perizinan yang mereka ajukan. Nantinya,

pengembangan yang kini tengah mereka lakukan adalah penerapan sistem interaktif

yang menjamin kemudahan akses masyarakat untuk langsung masuk dengan

pelayanan yang lebih personal.

Dalam Jurnal Spirit Publik, Priyono, Vol. 2, 2006: 70 menyebutkan, dinas/

instansi daerah sebagai pelaksana kebijakan pelayanan publik senantiasa berupaya

(46)

commit to user

yaitu transparan, tidak diskriminatif, terjangkau, proses mudah dan mempunyai

akuntabilitas publik tinggi. Keluhan masyarakat penting untuk dicermati sebagai

masukan untuk meningkatkan kineja sistem dan standar layanan publik.

Dalam penelitian tentang sistem dan prosedur pelayanan IUI di Kabupaten

Karanganyar dapat diukur menggunakan kriteria-kriteria sebagai berikut :

1. Kesederhanaan, digunakan sebagai kriteria karena suatu sistem dan prosedur

yang baik itu diupayakan harus sederhana agar mudah dipahami dan

dilaksanakan oleh pihak yang berkepentingan. Sehingga dapat memperlancar

kegiatan dalam pengurusan pelayanan perizinan.

2. Transparansi yang terdiri dari kejelasan, keterbukaan dan kepastian

digunakan sebagai kriteria karena semua bentuk pelayanan serta mekanisme

dan prosedur pelayanan diinformasikan secara luas dan terbuka agar mudah

diketahui dan dipahami pihak yang berkepentingan. Serta persyaratan baik

teknis maupun administratif, rincian biaya, dan waktu penyelesaian harus

jelas sehingga tidak terjadi diskriminatif antara pemohon yang satu dengan

yang lain dan dapat memberikan kepastian hukum yang sah, memberikan

keamanan bagi pemohon izin dan pengurangan keterlambatan terhadap

proses pelayanan perizinan.

3. Akuntabilitas, digunakan sebagai kriteria karena tanggungjawab dari para

pengambil keputusan dan penyelenggara publik sangat diperlukan dalam

sebuah instansi agar dapat mengontrol pekerjaan, melakukan koordinasi

berbagai seksi dan dapat diawasi oleh penyelenggara publik instansi di

atasnya. Senada dengan itu, berbagai pihak yang berkepentingan dapat

melakukan tindak lanjut dan mengambil keputusan dalam penyelesaian

(47)

commit to user

4. Dukungan sarana dan prasarana, digunakan sebagai kriteria karena dengan

adanya sarana dan prasarana atau peralatan kerja yang memadai dapat

memperlancar kegiatan kepengurusan pelayanan perizinan dan memberikan

kepastian penyelesaian perizinan. Selain itu, dengan di dukung penggunaan

teknologi informasi yang berkembang sekarang ini proses pelayanan dapat

lebih mudah dan dapat diakses oleh semua pihak, baik pemberi pelayanan

maupun penerima pelayanan.

3. Izin Usaha Industri (IUI) di Kabupaten Karanganyar

Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,

barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih

tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan

industri. Perusahaan Industri adalah perusahaan yang melakukan kegiatan di bidang

usaha industri yang dapat berbentuk perorangan, badan usaha, atau badan hukum

yang berkedudukan di Indonesia.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 41/

M-IND/ PER/ 6/ 2008, setiap pendirian Perusahaan Industri wajib memiliki Izin Usaha

Industri (IUI), kecuali bagi Industri Kecil. IUI adalah izin tetap usaha industri yang

diberikan kepada perusahaan yang telah memperoleh izin prinsip. IUI diberikan

sepanjang jenis industri dinyatakan tertutup atau terbuka dengan persyaratan untuk

penanaman modal sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan

Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal dan

atau perubahannya. Pemberian IUI dilakukan melalui Persetujuan Prinsip atau Tanpa

(48)

commit to user

IUI Melalui Persetujuan Prinsip diberikan kepada Perusahaan Industri yang :

a. berlokasi di luar Kawasan Industri/ Kawasan Berikat;

b. jenis industrinya tidak tercantum dalam Surat Keputusan Menteri

Perindustrian Nomor 148/M/SK/7/1995 dan atau perubahannya;

c. jenis industrinya tercantum dalam Lampiran I huruf G Peraturan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 dan atau perubahannya;

atau

d. lokasi industrinya berbatasan langsung dengan kawasan lindung sebagaimana

tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor 11 Tahun 2006 dan atau perubahannya.

IUI Melalui Persetujuan Prinsip diberikan kepada Perusahaan Industri yang telah

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. memiliki IMB;

b. memiliki Izin Lokasi;

c. Izin Undang-Undang Gangguan;

d. memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Upaya

Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL);

dan

e. telah selesai membangun pabrik dan sarana produksi.

Persetujuan Prinsip diberikan kepada Perusahaan Industri untuk melakukan

persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan/ instalasi peralatan dan

kesiapan lain yang diperlukan. Persetujuan Prinsip bukan merupakan izin untuk

(49)

commit to user

Perusahaan industri yang telah memiliki IUI atau TDI, dalam jangka waktu 3

(tiga) bulan terhitung mulai tanggal diterbitkan IUI/ TDI wajib mendaftarkan dalam

Daftar Perusahaan sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982

tentang Wajib Daftar Perusahaan.

1) Industri Kecil yang wajib memiliki TDI, meliputi jenis industri yang tercantum

dalam Lampiran huruf D Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 07/ M-IND/

PER/ 5/ 2005 dan atau perubahannya dengan nilai investasi perusahaan

seluruhnya sampai dengan Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2) Industri Kecil dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya sebagai berikut :

a. Sampai dengan Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha, tidak wajib memiliki TDI, kecuali

perusahaan yang bersangkutan menghendaki TDI;

b. Di atas Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp

200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha, wajib memiliki TDI.

3) Jenis industri dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya di atas Rp

200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha, wajib memiliki IUI.

IUI, Izin Perluasan dan TDI berlaku selama perusahaan industri yang bersangkutan

beroperasi sesuai dengan jenis industri dan ketentuan yang tercantum dalam IUI/ Izin

Perluasan/ TDI-nya.

Kewenangan pemberian :

a. IUI, Izin Perluasan dan TDI berada pada Bupati/ Walikota setempat sesuai

(50)

commit to user

10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha, kecuali jenis industri yang menjadi kewenangan Menteri;

b. IUI dan Izin Perluasan berada pada :

1. Gubernur setempat bagi jenis industri dengan skala investasi di atas Rp.

10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat, kecuali jenis industri yang menjadi kewenangan

Menteri;

2. Gubernur setempat bagi jenis industri dengan skala investasi sampai

dengan Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) yang berlokasi pada

lintas kabupaten/kota dalam satu provinsi, kecuali jenis industri yang

menjadi kewenangan Menteri;

c. IUI dan Izin Perluasan berada pada Menteri bagi jenis industri sebagai

berikut :

1. industri yang mengolah dan menghasilkan Bahan Beracun dan Berbahaya

(B3);

2. industri minuman beralkohol;

3. industri teknologi tinggi yang strategis;

4. industri kertas berharga;

5. industri senjata dan amunisi; dan

6. industri yang lokasinya lintas provinsi.

Jenis industri yang mengolah dan menghasilkan B3 dan industri teknologi tinggi

(51)

commit to user Pelayanan Penerbitan IUI, Izin Perluasan dan TDI

1) Pemberian IUI dan Izin Perluasan yang ditandatangani oleh Menteri,

Gubernur atau Bupati/ Walikota serta TDI yang ditandatangani oleh Bupati/

Walikota atau pejabat yang ditunjuk diselenggarakan dengan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu sesuai dengan kewenangan masing-masing.

2) Pelayanan Terpadu Satu Pintu dilakukan sesuai dengan ketentuan dan tata

cara sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri (Peraturan

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 41/ M-IND/ PER/ 6/ 2008)

dan peraturan perundang - undangan terkait.

3) Penerbitan IUI, Izin Perluasan dan TDI dilakukan apabila telah memenuhi

dokumen yang dipersyaratkan dan kesiapan produksi komersial yang

dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP).

4) Pemeriksaan dokumen yang dipersyaratkan dan kesiapan produksi komersial

dilakukan oleh Tim Teknis yang dibentuk dan diketuai oleh Kepala Dinas

Kabupaten/ Kota.

Pelaksanaan pemberian IUI, Izin Perluasan dan TDI dapat dikenakan biaya

administrasi 1 (satu) kali pada waktu penerbitan dengan besaran biaya sebagai

berikut:

a. TDI yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota paling banyak Rp.

(dua ratus ribu rupiah);

b. Persetujuan Prinsip tanpa biaya atau Rp. 0, (nol rupiah);

c. IUI yang diterbitkan oleh Bupati/ Walikota paling banyak Rp 500.000,- (lima

ratus ribu rupiah);

d. IUI yang diterbitkan oleh Menteri/Gubernur paling banyak Rp.750.000,-

(52)

commit to user

e. Izin Perluasan yang diterbitkan Menteri/ Gubernur/ Bupati atau Walikota

paling banyak Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah).

Besaran pengenaan biaya di atas merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah, Provinsi

atau Pemerintah Kabupaten/ Kota dalam menentukan besaran biaya.

Dalam penelitian ini, batasan ruang lingkup penelitian hanya memfokuskan

pada penyelenggaraan pelayanan pembuatan atau penerbitan Izin Usaha Industri

(IUI) saja, sedangkan Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri (TDI) tidak akan

peneliti bahas. Hal tersebut disebabkan selain sebagai pembatasan ruang lingkup,

peneliti juga hanya memfokuskan pada perusahaan industri besar yang baru dan

belum melakukan perluasan.

IUI di Kabupaten Karanganyar berpedoman pada Peraturan Menteri

Perindustrian Republik Indonesia No. 41/ M-IND/ PER/ 6/ 2008 di atas, selain itu

juga menggunakan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 8 tahun 2002

tentang Retribusi Izin Usaha Industri.

Dalam Perda Kabupaten Karanganyar Nomor 8 tahun 2002 tersebut, bahwa

yang disebut IUI adalah izin tetap usaha industri yang diberikan kepada perusahaan

industri yang telah memperoleh Izin Prinsip. Izin Prinsip adalah izin yang diberikan

kepada perusahaan industri yang akan mendirikan industri dengan investasi di atas

Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan merupakan rekomendasi bahwa

komoditi yang akan diproduksi masih terbuka untuk investasi.

Setiap orang atau badan yang mendirikan industri wajib memiliki Izin Industri dari

Kepala Dinas. Izin industri sebagaimana yang dimaksud meliputi :

a. TDI untuk Industri dengan nilai investasi Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah)

(53)

commit to user

b. Izin prinsip untuk Industri dengan nilai investasi diatas Rp.

200.000.000,-(dua ratus juta rupiah);

c. IUI untuk industri yang siap berproduksi komersial dengan nilai investasi

diatas Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Untuk memperoleh IUI harus melalui tahap Izin Prinsip. Bagi perusahaan

industri yang telah memiliki izin industri yang memperluas kapasitas produksinya

lebih dari 30% dari kapasitas semula wajib mengajukan Izin Perluasan. Tata cara dan

prasyaratan pengajuan permohonan izin industri diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Struktur dan besarnya tarif Retribusi ditetapkan sebagai berikut:

a. Izin Prinsip Industri dikenakan retribusi sebesar 0,5 o/oo (nol koma lima per

mil) dari nilai investasi.

b. Izin Usaha Industri dikenakan retribusi sebesar 1 o/oo (satu per mil) dari nilai

investasi.

c. Izin Perluasan Industri dikenakan retribusi sebesar 1 o/oo (satu per mil) dari

nilai investasi perluasan.

d. Registrasi (daftar ulang) dikenakan retribusi sebesar 0,5 o/oo (nol koma lima

per mil) dari nilai investasi.

e. Biaya balik nama dikenakan retribusi sebesar 1 o/oo (satu per mil) dari nilai

investasi.

f. Penggantian Izin Usaha Industri karena hilang atau rusak dikenakan retribusi

(54)

commit to user 4. Definisi Konseptual

Definisi konseptual bertujuan untuk memberi batasan–batasan yang jelas

mengenai konsep yang digunakan dalam penelitian sehingga tidak terjadi perbedaan

pemahaman antara penulis dan pembaca. Definisi konseptual dalam penelitian ini

adalah :

1. Sistem dan Prosedur

Sistem dan prosedur adalah serangkaian tindakan, langkah, maupun kegiatan

yang menjadi satu kesatuan yang saling berkaitan, saling mempengaruhi dan

saling melengkapi dalam mencapai tujuan organisasi yang biasanya

tercantum dalam aturan-aturan pokok atau umum.

2. Pelayanan

Pelayanan diartikan sebagai aktivitas yang diberikan untuk membantu,

menyiapkan dan mengurus baik itu berupa barang atau jasa dari satu pihak ke

pihak lain.

3. Pelayanan Administratif

Pelayanan administratif adalah pelayanan dalam bentuk dokumen resmi yang

dibutuhkan oleh masyarakat khususnya dalam hal ini perusahaan, sebagai

bukti pendirian usaha yang memiliki kepastian hukum yang sah.

4. Izin Usaha Industri (IUI) di Kabupaten Karanganyar

IUI adalah izin tetap usaha industri yang diberikan kepada perusahaan

industri yang telah memperoleh Izin Prinsip. Izin Prinsip adalah izin yang

diberikan kepada perusahaan industri yang akan mendirikan industri dengan

investasi di atas Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan merupakan

rekomendasi bahwa komoditi yang akan diproduksi masih terbuka untuk

Gambar

Gambar 1.1 : Gambaran Umum Suatu Sistem  ............................................
Tabel 1.1 : Data IUI Berdasarkan SK yang Diterbitkan dan Proses
Tabel 1.1 Data IUI Berdasarkan SK yang Diterbitkan dan Proses Penyelesaiannya
Tabel 1.2 Data pemohon IUI dan SK IUI yang Diterbitkan per Januari s/d Desember 2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Madrasah Ibtidaiyah , Jurnal Ilmiah PGMI, Vol.. 1 مادختساب طشنلا ةعتملما ميلعتلا نم ىدحإ يه يئاوشعلا صنلا ةيجيتاترسا ،يئاوشع ق في صنلا نم ةلصفنم ةعطق بترت ةبعل .ةلماك ةدحاو

Kuadran B yang menunjukkan tingkat harapan terhadap dimensi tinggi namun tingkat persepsi yang ditunjukkan oleh dimensi layanan rendah tidak ada sehingga perbaikan

Dalam penelitian ini mempunyai rumusan masalah yaitu “ Apakah kinerja keuangan pada Bank Bukopin tahun 2010-2012 dengan menggunakan metode CAMEL ada pada predikat

Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (10/346) menjelaskan, “Dan tidak ada juga hadits (yang shahih) tentang sunnahnya memotong kuku pada hari kamis.” Demikian pula hadits

Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan

Peraturan Bupati Pati Nomor 24 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 14 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Administrasi

Penggunaan IT dalam proses penyelenggaraan manajemen telah dirasakan manfaatnya yaitu cepat, jelas, mudah dan transparan dan terhindar dari gratifikasi, suap,