commit to user
SISTEM DAN PROSEDUR PELAYANAN IZIN USAHA
INDUSTRI (IUI) DI KABUPATEN KARANGANYAR
Oleh:
DINAR IMAS MAHARANI D 0108054
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
(S-1) Program Studi Ilmu Administrasi Negara
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
iv MOTTO
To know how to waits the great secret of success.
(Tahu bagaimana menunggu adalah merupakan rahasia besar untuk mencapai sukses)
Ameil
To climb step hill, require slow pace at first.
(Untuk memanjat bukit yang curam, mula-mula diperlukan langkah perlahan-lahan)
Shakespeare
In omnibus negetiis prima quam aggrediare, adhibenda es praeparatie deligens.
(Dalam segala hal, sebelum memulainya terlebih dahulu harus dilengkapi dengan persiapan)
Cicero
Sabar, semangat, doa dan usaha adalah kunci dari keberhasilan.
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT karya ini kupersembahkan kepada :
Mama dan Papaku tersayang. Terima kasih atas kesabaran, doa, serta dukungan
dan kasih sayang yang kalian berikan.
Kakak dan adikku, kalian selalu sabar dan memberi semangat.
Sahabat-sahabatku yang selalu memberi motivasi dan semangat serta
kebersamaannya.
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim,
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan pada kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya serta kemudahan jalan
yang diberikan kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi dengan judul
“Sistem dan Prosedur Pelayanan Izin Usaha Industri (IUI) di Kabupaten
Karanganyar”. Penyusunan skripsi ini dijadikan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi S1 di Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Jurusan Ilmu
Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Sebelas
Maret Surakarta (UNS).
Penulis menyadari bahwa kelancaran dan keberhasilan dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari semua pihak yang telah
membantu, memberikan bimbingan, dukungan serta doa kepada penulis. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. Priyanto Susiloadi, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan
sabar membimbing, mengarahkan dan banyak memberikan masukan
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini;
2. Dra. Retno Suryawati, M.Si selaku pembimbing akademis yang telah
memberikan bimbingan dan saran yang sangat berguna bagi penulis
selama menempuh masa studi;
3. Purwanto, ST selaku Kepala Bidang Penelitian dan Administrasi yang
telah memberikan waktu dan informasi kepada penulis dalam penyusunan
commit to user
vii
4. Endang Widowati, SE selaku Kepala Sub Bagian Informasi dan
Pendaftaran yang telah berkenan memberikan waktu, data dan informasi
kepada penulis;
5. Warsito selaku pegawai perizinan bidang IUI yang telah berkenan
memberikan waktu dan informasi untuk penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini;
6. Seluruh informan yang telah memberikan waktu dan informasi untuk
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;
7. Mama, papa, kakak dan adikku yang telah memberikan motivasi,
kesabaran dan doa kepada penulis;
8. Keluarga besar mahasiswa Ilmu Administrasi Negara khususnya angkatan
2008 untuk setiap motivasi, pengalaman dan kebersamaannya selama ini;
9. Semua pihak yang tidak dapat sebutkan satu per satu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu diharapkan saran dan kritik yang membangun. Sebagai
penutup, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membaca.
Surakarta, Juni 2012
commit to user
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 14
A. Tinjauan Pustaka ... 14
1. Sistem dan Prosedur ... 14
2. Pelayanan Izin Usaha Industri (IUI) ... 21
3. Izin Usaha Industri (IUI) di Kabupaten Karanganyar ... 33
commit to user
1. Keadaan Geografis Kabupaten Karanganyar ... 52
2. Sejarah Singkat Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) .. 54
3. Visi, Misi dan Motto ... 56
9. Sarana dan Prasarana Pendukung Pelayanan ... 69
10.Jadwal Kerja BPPT Kabupaten Karanganyar ... 71
B. HASIL PENELITIAN ... 72
1. Kesederhanaan ... 73
2. Transparansi ... 84
3. Akuntabilitas ... 96
4. Dukungan Sarana dan Prasarana ... 100
commit to user
x
DAFTAR BAGAN
Halaman
Gambar 1.1 : Gambaran Umum Suatu Sistem ... 21
Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran ... 45
Gambar 3.1 : Teknik Analisis Data ... 51
Gambar 4.1 : Struktur Organisasi BPPT Kabupaten Karanganyar ... 60
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 : Data IUI Berdasarkan SK yang Diterbitkan dan Proses
Penyelesaiannya Tahun 2011 ... 8
Tabel 1.2 : Data Pemohon IUI dan SK yang Diterbitkan per Januari
s.d Desember 2011 ... 9
Tabel 4.1 : Keadaan Pegawai Berdasarkan Golongan/ Kepangkatan
per April 2012 ... 65
Tabel 4.2 : Keadaan Pegawai Berdasarkan Jenjang Pendidikan per
April 2012 ... 66
Tabel 4.3 : Jenis Perizinan, Dasar Hukum dan Waktu Penyelesaian ... 68
Tabel 4.4 : Data Barang Inventaris BPPT Kabupaten Karanganyar per
April 2012 ... 69
commit to user
xii ABSTRAK
Dinar Imas Maharani. D0108054. Sistem dan Prosedur Pelayanan Izin Usaha Industri (IUI) di Kabupaten Karanganyar. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2012
Birokrasi selama ini belum mampu menunjukkan kondisi prima sesuai dengan harapan masyarakat. Terlihat adanya anggapan masyarakat mengenai proses pengurusan perizinan yang berbelit-belit, tidak transparan, tidak ada kejelasan besarnya biaya dan kepastian waktu, serta keluhan masyarakat umum maupun swasta/ dunia usaha. Penyelenggaraan pelayanan publik yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat akan berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat dan dapat menghambat masuknya investasi serta perkembangan perekonomian daerah. Penelitian ini memfokuskan pada Izin Usaha Industri (IUI) dan bertujuan untuk mengetahui sistem dan prosedur pelayanan IUI di Kabupaten Karanganyar.
Penelitian ini dilakukan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Karanganyar. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan informan yang dipilih secara purposif dan pencatatan dokumen. Validitas data menggunakan teknik triangulasi data. Teknik analisis data menggunakan teknik penelitian kualitatif.
commit to user
xiii ABSTRACT
Dinar Imas Maharani. D0108054. Systems and Procedures of Industrial Business License Service in Karanganyar. Faculty of Social and Politic. Sebelas Maret University. Surakarta. 2012.
Bureaucracy has not been able to indicate the best condition in accordance with public’s expectations. It can be seen from the public’s perception dealing with the process of managing the complicated and not transparent license, no clarity for cost and time of license managing, and also certain complaints of public and private sector/ business about that case. The unintended public service would decrease the public trust and may inhibit the entry of investments and regional economy progress. This research focuses on describing the systems and procedures of Industrial Business License Service in Karanganyar.
The research was conducted in Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Karanganyar. The type of research is descriptive qualitative. The data is taken from interviewing the informants and documents recording. The technique of validity of data using triangulation of data and the data analysis is using qualitative.
commit to user
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Organisasi publik merupakan penyelenggara pemerintahan dan pelayanan
bagi warga negara. Organisasi publik sangat berperan dalam sistem pemerintahan
yang berhubungan langsung dengan masyarakat dalam hal pemberian pelayanan
publik. Ruang lingkup pelayanan publik sangat luas dan kompleks. Kinerja
organisasi yang baik sangat berpengaruh terhadap pelayanan publik untuk kepuasan
masyarakat.
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/ atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggaraan pelayanan publik. Pelayanan
publik terdiri dari berbagai macam, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan,
transportasi dan perizinan.
Dari sisi pola penyelenggaraannya, pelayanan publik masih memiliki
beberapa kelemahan, antara lain :
a. Kurang responsif.
Kondisi ini terjadi pada hampir semua tingkatan unsur pelayanan, mulai dari
petugas pelayanan (front line staff) sampai dengan penanggungjawab
instansi. Respon terhadap berbagai keluhan, aspirasi, maupun harapan
commit to user b. Kurang informatif.
Berbagai informasi yang seharusnya disampaikan kepada masyarakat,
lambatnya penyampaian, atau bahkan tidak sampai sama sekali kepada
masyarakat.
c. Kurang accessible.
Berbagai unit pelaksana pelayanan terletak jauh dari jangkauan masyarakat,
sehingga menyulitkan bagi mereka yang memerlukan pelayanan.
d. Kurang koordinasi.
Berbagai unit pelayanan yang terkait satu dengan yang lainnya kurang
berkoordinasi. Akibatnya, sering terjadi tumpang tindih ataupun pertentangan
kebijakan antara satu instansi pelayanan dengan instansi pelayanan lain yang
terkait.
e. Terlalu birokratis.
Pelayanan, khususnya pelayanan perizinan, pada umumnya dilakukan dengan
melalui proses yang terdiri dari beberapa meja yang harus dilalui, sehingga
menyebabkan penyelesaian pelayanan yang terlalu lama.
f. Kurang mau mendengar keluhan/ saran/ aspirasi masyarakat.
Pada umumnya aparat pelayanan kurang peduli terhadap keluhan saran/
aspirasi dari masyarakat. Akibatnya pelayanan yang diberikan apa adanya,
tanpa ada perbaikan dari waktu ke waktu.
g. Inefisien.
Berbagai persyaratan yang diperlukan, khususnya dalam pelayanan perizinan,
seringkali tidak relevan dengan pelayanan yang diberikan.
commit to user
Selama ini birokrasi di Indonesia belum mampu menunjukkan kondisi prima
sesuai dengan harapan masyarakat. Terlihat dari beberapa kelemahan di atas, dan
juga proses pelayanan perizinan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang
berbelit-belit, tidak transparan, tidak ada kejelasan besarnya biaya dan kepastian
waktu dalam proses dan penyelesaian, lokasi atau tempat yang tersebar dan adanya
biaya ekstra yang dikeluarkan tersebut menjadi sorotan dan keluhan masyarakat
umum dan swasta/ dunia usaha baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional.
Penyelenggaraan pelayanan publik yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat
akan berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat dan dapat menghambat
masuknya investasi serta perkembangan perekonomian daerah.
Perubahan paradigma kebijakan otonomi daerah, menjadi keharusan untuk
ditindaklanjuti oleh daerah. Oleh karena itu, pemerintah semakin dituntut untuk lebih
profesional, efektif dan efisien dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Pelayanan
yang prima dan consumen oriented akan turut mendukung terwujudnya prinsip good
governance.
Untuk menyelenggarakan good governance tersebut diperlukan adanya
pembagian tugas dan peran yang jelas antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Hal ini terkait dengan pemberlakuan otonomi daerah yang berdasarkan UU
No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah pusat telah memberikan kewenangan yang
luas kepada pemerintah daerah untuk mengelola penyelenggaraan pemerintah di
daerah masing-masing, termasuk dalam bidang penyelenggaraan pelayanan publik.
Dengan begitu, pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan di daerah
commit to user
Berbekal semangat otonomi daerah yang seharusnya dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat, Bupati Karanganyar menerapkan
reformasi birokrasi di Kabupaten Karanganyar dengan melakukan beberapa langkah
untuk membangun sebuah sistem pelayanan publik yang lebih baik dan berkualitas
termasuk pelayanan perizinan dan non perizinan yang cepat, murah, dan transparan
namun tertib administrasi. Salah satu sistem pelayanan publik yang diterapkan
adalah sistem pelayanan satu pintu (One Stop Service) atau biasa disebut dengan
pelayanan terpadu satu pintu, artinya kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan
non perizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari
lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan non perizinan yang
proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbit
dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.
Pelayanan terpadu satu pintu yang berada di Kabupaten Karanganyar adalah
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT). BPPT awalnya dibentuk dengan nama
Kantor Pelayanan Terpadu (KPT) berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Karanganyar Nomor 23 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Pelayanan Terpadu Kabupaten Karanganyar, yang kemudian diubah atas dasar
penyempurnaan struktur organisasi menjadi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
(BPPT) dengan dasar hukum Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 3
Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten
Karanganyar.
Tugas pokok Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) sebagaimana
commit to user
tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Karanganyar adalah
membantu Bupati dalam melaksanakan tugas dan fungsi pemerintahan dalam hal
memberikan pelayanan perizinan terpadu dan non perizinan serta penanaman modal.
Sesuai dengan tugas pokok BPPT Kabupaten Karanganyar pelayanan publik
yang diberikan sangat beragam. Adapun Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang
diberikan oleh BPPT Kabupaten Karanganyar sebagai berikut :
a. Jenis pelayanan meliputi :
1. Pelayanan perizinan;
2. Pelayanan non perizinan; dan
3. Penanaman modal.
b. Pelayanan perizinan, meliputi :
1. Izin Lokasi;
2. Izin Gangguan (HO);
3. Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
4. Izin Penggilingan Padi (Huller);
5. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);
6. Tanda Daftar Perusahaan (TDP);
7. Tanda Daftar Gudang (TDG);
8. Izin Industri, meliputi Izin Usaha Industri (IUI), Tanda Daftar Industri
(TDI);
9. Izin Usaha Bidang Pariwisata (Izin Perhotelan, Izin Restoran, Izin
Pemondokan, Izin Salon Kecantikan, Izin Hiburan Umum, Izin Usaha
commit to user 10.Izin Reklame;
11.Pemakaian Kekayaan Daerah;
12.Izin/ Rekomendasi Mendirikan Perusahaan Angkutan;
13.Izin Trayek (SK Izin Trayek, Penerbitan KP Hilang/ Rusak, Izin
Insidentil);
14.Izin Sarana Kesehatan Swasta dan Sarana Umum Lainnya;
15.Izin Usaha Jasa Konstruksi; dan
16.Izin Penyelenggaraan Menara Telekomunikasi.
c. Pelayanan Non Perizinan
Akta catatan sipil, seperti :
1. Perkawinan,
2. Perceraian,
3. Kematian,
4. Pengakuan dan Pengesahan Anak,
5. Pengangkatan Anak, dan lain-lain.
Dari jenis pelayanan di atas, per Oktober tahun 2011 jenis pelayanan non
perizinan yang sebelumnya dilayani oleh BPPT ditarik kembali oleh Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Karanganyar, hal ini
dilaksanakan berdasarkan Surat No. 800/ 618.5 tentang Penarikan Pegawai
Disdukcapil yang berada di BPPT Kabupaten Karanganyar.
Adanya anggapan bahwa pengurusan perizinan berbelit-belit, waktu yang
diperlukan lama, dan tingginya biaya pengurusan perizinan. Banyak perizinan yang
waktu penyelesaiannya tidak sesuai dengan prosedur atau peraturan yang telah
commit to user
pelayanan Izin Usaha Industri (IUI). Setiap pendirian perusahaan industri wajib
memiliki Izin Usaha Industri (IUI). lUI yaitu untuk industri yang siap berproduksi
komersial dengan nilai investasi diatas Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Untuk memperoleh IUI harus melalui tahap lzin Prinsip (Perda Kab. Karanganyar
No. 8 Tahun 2002). IUI dapat diperoleh setelah mendapatkan Izin Prinsip dan sudah
dinyatakan siap untuk berproduksi. Izin prinsip bukan merupakan izin untuk
melakukan produksi komersial, namun diberikan kepada perusahaan industri untuk
melakukan persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan/ instalasi
peralatan dan kesiapan lain yang diperlukan. Tetapi dalam kenyataannya, banyak
industri yang hanya memiliki izin prinsip namun, sudah melakukan kegiatan
produksi. Di sisi lain, masih ada juga perusahaan industri yang tidak memiliki IUI.
Semua izin usaha tergantung kepala daerah masing-masing. Terkadang ada biaya
tambahan lain yang digunakan untuk mempercepat bisnis, bagi industri besar
kepengurusannya bisa lebih cepat dan bagi industri kecil kepengurusannya lebih
lama.
Setiap izin usaha industri yang dilayani di Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP) sebelumnya tetap menyelesaikan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) di dinas
terkait. Untuk hasil akhir sebuah izin, terlebih dahulu dilengkapi dengan syarat izin
yang lain, seperti izin lokasi dan izin gangguan. Izin-izin lain yang dimaksud, tetap
menjadi kewenangan dinas.
Berdasarkan kebijakan Menteri Perindustrian No. 41/M-IND/PER/6/2008
yang memberikan batasan besaran investasi diatas dan sampai dengan Rp 10 milyar
untuk Izin Usaha Industri (IUI) dapat membingungkan investor. Kebijakan ini dari
commit to user
jalur birokrasi pelayanan penanaman modal dan membingungkan investor. Kendala
lain yang akan dihadapi adalah pada sisi pengawasan, pembinaan dan pengendalian
penanaman modal akan kurang efektif dibandingkan bila dilakukan langsung oleh
kabupaten/ kota.
Banyak anggapan dan keluhan masyarakat umum dan swasta/ dunia usaha
baik ditingkat lokal, nasional maupun internasional dalam pelayanan perizinan
memerlukan waktu dan proses yang lama. Dari data yang diperoleh di tahun 2011
terdapat 14, 29% (4 izin) penyelesaian pelayanan IUI tidak sesuai dengan waktu
yang ditentukan yaitu 5 hari setelah berkas lengkap serta masih terdapat pula izin
yang tidak dapat diterbitkan. Data-data tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.1
Data IUI Berdasarkan SK yang Diterbitkan dan Proses Penyelesaiannya
Tahun 2011
commit to user
Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa masih ada 14, 29% (4 izin) dari
jumlah SK IUI yang diterbitkan proses penyelesaiannya tidak sesuai dengan
prosedur maupun ketentuan yang telah ditetapkan sesuai dengan Perda Kabupaten
Karanganyar Nomor 8 Tahun 2002, 4 izin tersebut teridiri dari perusahaan yang
bergerak dibidang mebel dari kayu, sabun cair antiseptic, pengecoran logam, dan
penyempurnaan kain. Hal ini terlihat bahwa pelayanan perizinan IUI berdasarkan
waktu penyelesaian yang diberikan kepada masyarakat ada yang belum sesuai
dengan harapan dari masyarakat, meskipun sebagian besar dari SK IUI yang
diterbitkan yaitu 85, 71% telah dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Tabel 1.2
Data pemohon IUI dan SK IUI yang Diterbitkan per Januari s/d Desember 2011
No. Bulan Pemohon SK IUI yang
commit to user
Dari data di atas, masih terdapat adanya perbedaan antara jumlah pemohon
IUI dengan SK IUI yang diterbitkan oleh BPPT Kabupaten Karanganyar. Ada
sejumlah 15, 15% atau 5 IUI yang tidak diterbitkan dari 33 pemohon yang
mengajukan pelayanan IUI.
Berdasarkan dari uraian di atas, menunjukkan bahwa masih ada waktu
penyelesaian pelayanan IUI di BPPT Kabupaten Karanganyar yang tidak sesuai
dengan prosedur, aturan atau standar yang telah ditentukan. Menurut Keputusan
MENPAN Nomor 81/ 1995, ciri-ciri pelayanan yang berkualitas/ bermutu yang
harus dimiliki oleh Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat meliputi :
a. Kesederhanaan
Dalam arti bahwa prosedur/ tata cara pelayanan diselenggarakan secara
mudah, lancar, cepat dan tidak berbelit-belit serta mudah dipahami dan
dilaksanakan.
b. Kejelasan dan kepastian
Hal ini menyangkut prosedur/ tata cara pelayanan umum, persyaratan
pelayanan umum baik teknis maupun administratif, rincian biaya/ tarif
pelayanan umum dan tata cara pembayarannya, jadwal waktu penyelesaian
pelayanan, dan lain-lain.
c. Keamanan
Dalam arti bahwa proses serta hasil pelayanan umum dapat memberikan
keamanan dan kenyamanan serta dapat memberikan kepastian hukum.
commit to user
Prosedur/ tata cara, persyaratan, satuan kerja/ pejabat penanggungjawab
pemberi pelayanan umum, waktu penyelesaian dan rincian biaya/ tarif dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib
diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh
masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta.
e. Efisien
Meliputi persyaratan pelayanan umum hanya dibatasi pada hal-hal yang
berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap
memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan
umum yang diberikan dan dicegah adanya pengulangan pemenuhan
kelengkapan persyaratan, dalam hal proses pelayanannya mempersyaratkan
kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/ instansi pemerintah lain yang
terkait.
f. Ekonomis
Dalam arti pengenaan biaya pelayanan umum harus ditetapkan secara wajar
dengan memperhatikan yaitu nilai barang atau jasa pelayanan umum dengan
tidak menuntut biaya yang tinggi diluar kewajaran, kondisi dan kemampuan
pelanggan (masyarakat) untuk membayar secara umum serta ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
g. Keadilan yang merata
Cakupan atau jangkauan pelayanan umum harus diusahakan seluas mungkin
commit to user h. Ketepatan waktu
Dalam arti pelaksanaan pelayanan umum dapat diselesaikan dalam kurun
waktu yang telah ditentukan.
Oleh karena itu, hal ini menjadi tugas pemerintah, dalam penelitian ini adalah
pemerintah Kabupaten Karanganyar dalam memberikan pelayanan yang sesuai
dengan harapan masyarakat khususnya dalam hal pelayanan administrasi. Penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang sistem dan prosedur pelayanan Izin
Usaha Industri (IUI) di Kabupaten Karanganyar, karena sistem dan prosedur yang
digunakan sangat berpengaruh terhadap pelayanan yang prima dan consumen
oriented untuk mendukung terselenggaranya Good Governance.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
“Bagaimana sistem dan prosedur pelayanan Izin Usaha Industri (IUI) di
Kabupaten Karanganyar ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Operasional
Untuk mengetahui sistem dan prosedur pelayanan Izin Usaha Industri (IUI)
di Kabupaten Karanganyar.
2. Tujuan Fungsional
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
commit to user
maupun semua pihak yang memerlukannya sebagai pengetahuan maupun
bahan pemikiran dalam merumuskan kebijakan.
3. Tujuan Individual
Untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar kesarjanaan pada
Jurusan Ilmu Administrasi Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi instansi terkait
khususnya Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten
Karanganyar dalam meningkatkan pelayanan khususnya pelayanan perizinan.
2. Sebagai sarana untuk menerapkan pengetahuan yang penulis peroleh selama
di bangku kuliah dan menambah perbendaharaan bagi ilmu pengetahuan
commit to user
14 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Sistem dan Prosedur
Dalam praktek administrasi perkantoran telah dikenal istilah “system and
procedure” dalam kaitannya dengan perencanaan sistem perkantoran tersebut. Setiap
sistem perkantoran mencakup sejumlah prosedur perkantoran (office procedures) dan
sesuatu prosedur perkantoran biasanya meliputi sejumlah metode perkantoran (office
methods).
Sistem dan prosedur merupakan faktor yang sangat penting dalam
melaksanakan tugas atau pekerjaan, tidak hanya dalam bidang/ lapangan kegiatan
operasionil, tetapi juga dalam bidang pekerjaan perkantoran. Bicara mengenai sistem
dan prosedur akan lebih banyak berhadapan dengan bidang pekerjaan administratif
perkantoran daripada di bidang lain, sebab dalam kegiatan perkantoranlah sistem dan
prosedur itu dibuat atau diciptakan, untuk digunakan dalam setiap langkah kegiatan.
Sebelum membahas mengenai sistem dan prosedur lebih jauh, perlu mengetahui apa
yang dimaksud dengan kedua istilah tersebut.
Secara sederhana, sistem adalah suatu cara yang ditempuh atau diambil oleh
seseorang (suatu badan atau organisasi) untuk mencapai salah satu sasaran, baik di
dalam maupun sasaran keluar. Cara-cara yang diistilahkan sistem hanya yang berada
di lingkungan organisasi, bukan cara yang diambil oleh seseorang dalam menempuh
salah satu tujuan hidupnya. Jadi lapangan tempat berperannya sistem (dan juga
prosedur) adalah di dalam organisasi tegasnya dalam manajemen, sesuai dengan
commit to user
“First, let us establish the fact that the field of system and procedures is in integral part of the job of every manager. By this is meant that every person who supervises direct, or administrates the activities of subordinates (few or many) has a responsibility inherent in this job for the system and procedures that he and his subordinates employ the how of getting things done the ways and means used to accomplish the task assigned, and the methodology of the work processes used.
System and procedures, than is a field of endeavor that should be classified as one of the several elements of management.”
Sistem menurut George R. Terry adalah ….a system is a network of procedures
which are integrated and designed to carry out a major activity. Menurut Webster
….a system is a regularly interdependent group of items forming a unified whole.
Sistem sebagai suatu aturan tidak timbul sendiri melainkan harus diciptakan.
Sebagai suatu aturan yang berhubungan erat dengan efisiensi usaha, maka harus
diciptakan oleh orang yang memiliki cukup pengetahuan sebagai “system men”.
Sistem terdiri dari subsistem yang berhubungan dengan prosedur yang
membantu pencapaian tujuan. Saat prosedur diperlukan untuk melengkapi pekerjaan,
maka metode berisi tentang aktivitas operasional atau teknis yang akan
menjelaskannya. Organisasi sebagai sebuah sistem merupakan kesatuan, bagian
terkecil dari sistem (metode atau prosedur maupun subsistem) merupakan penjabaran
dari sistem organisasi yang digunakan.
Prosedur terkadang diterjemahkan menjadi tata kerja atau tata cara, adalah
suatu rangkaian tindakan, langkah atau perbuatan yang harus dilakukan oleh
seseorang untuk dapat mencapai suatu tahap tertentu dalam hubungan pencapaian
tujuan akhir. Terry (dalam Liang Gie, 1988: 39) memberikan penegasan arti sebagai
berikut :
commit to user
tetap dalam menjalankan suatu tahap aktivitas perkantoran yang penting dan menyeluruh. Prosedur diperoleh dengan pra-perencanaan berbagai langkah yang dianggap perlu untuk menyelesaikan pekerjaan.
Istilah metode menunjuk pada cara pelaksanaan kerja dari suatu tugas yang terdiri dari satu atau lebih tindakan ketatausahaan oleh seorang pegawai. Sampai suatu derajat, metode-metode menjadi sangat rutin di bawah suatu pengaturan otomasi. Serangkaian metode yang terhimpun dan terpadukan membentuk suatu prosedur. Dan untuk mengulangi, beberapa prosedur yang bertalian dan terpadukan membentuk suatu sistem.
Jerry FitzGerald, Ardra F. FitzGerald dan Warren D. Stallings, Jr.
mendefinisikan prosedur sebagai berikut : Suatu prosedur adalah urut-urutan yang
tepat dari tahapan-tahapan instruksi yang menerangkan apa (what) yang harus
dikerjakan, siapa (who) yang mengerjakan dan bagaimana (how) mengerjakannya.
(Jogiyanto, 2005: 1-2)
Louis A. Allen mengatakan bahwa suatu prosedur ialah suatu metode yang
dinormalisasikan untuk melakukan pekerjaan yang telah diperinci. Begitu juga
dengan Harold Koontz dan Cyril O’Donnell menyatakan procedures are plans in
that they establish a customary method of handling future activities.
Sistem dan prosedur tidak berdiri sendiri, artinya ia tidak dapat diketemukan
sebagai suatu aturan tersendiri, melainkan hampir selalu berkait dengan aturan
pokoknya. Sistem dan prosedur merupakan dwitunggal dalam usaha-usaha untuk
mencapai tujuan organisasi. Di mana ada sistem di situ harus ada prosedur, dan di
mana ada prosedur di situ pasti ada sistem.
Sistem dan prosedur secara implisit tercantum di dalam aturan-aturan pokok
atau umum. Kemudian untuk memudahkan semua pihak yang berkepentingan, sering
dibuat petunjuk prosedur secara tersendiri, terutama apabila hal itu menyangkut
pekerjaan-pekerjaan yang penting dan tidak berulang, seperti halnya dalam
commit to user
Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri (Peraturan Menteri
Perindustrian Republik Indonesia No. 41/M-IND/PER/6/2008). Pada dasarnya
semua jenis prosedur dinyatakan dalam petunjuk khusus dengan menggunakan
bentuk-bentuk diagram, gambar, sketsa dan lain-lain, sehingga memperjelas dan
mempermudah dalam pelaksanaan.
Berbagai metode, prosedur, dan sistem dalam setiap organisasi perlu
direncanakan sebaik-baiknya, karena dapat meningkatkan efisiensi organisasi yang
bersangkutan dalam mencapai tujuannya. J.C Denyer (The Liang Gie, 1988: 41)
menyebutkan pentingnya sistem direncanakan secara baik karena berbagai manfaat
berupa :
a. Kelancaran pekerjaan perkantoran, dan mencegah kemungkinan kesalahan
dalam pekerjaan;
b. Pengurangan keterlambatan;
c. Kontrol yang lebih baik terhadap pekerjaan;
d. Penghematan tenaga kerja dan biaya tatausaha;
e. Koordinasi berbagai seksi;
f. Kemudahan dalam melatih para pegawai.
Senada dengan itu, beberapa manfaat penggunaan sistem menurut Quible
(Sukoco, 2007: 31) adalah :
a. Mengoptimalkan hasil dari penggunaan sumber daya yang efisien;
b. Salah satu alat pengendali biaya;
c. Untuk mengefisiensikan aktivitas yang dilakukan dalam kantor;
d. Alat bantu pencapaian tujuan organisasi;
commit to user Adapun kerugiannya adalah :
a. Pengoperasian yang kurang fleksibel akan menjadikan sistem tidak berfungsi
secara optimal;
b. Tuntutan lingkungan untuk mengubah sebuah metode atau prosedur akan
menyebabkan perubahan pada metode atau prosedur bagian atau departemen
yang lain. Begitu juga, jika sistem atau subsistem diubah maka seluruh
metode dan prosedur akan ikut berubah;
c. Perlunya waktu sosialisasi bagi sebuah metode, prosedur, atau sistem baru
yang akan diterapkan;
d. Kemungkinan terdapat resistensi dari anggota organisasi.
Selain memiliki berbagai manfaat, sistem juga memiliki karakteristik.
Menurut McLeod dan Schell (2001) dalam Sukoco, 2007: 32, sistem yang baik
memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Fleksibel
Walaupun sistem yang efektif adalah sistem yang terstruktur dan terorganisir
dengan baik, namun sebaiknya cukup fleksibel agar lebih mudah disesuaikan
dengan keadaan yang sering berubah;
2. Mudah diadaptasikan.
Sistem yang baik juga harus cepat dan mudah diadaptasikan dengan kondisi
baru tanpa mengubah sistem yang lama maupun mengganggu fungsi
utamanya;
3. Sistematis
Agar berfungsi secara efektif, hendaknya sistem yang ada bersifat logis dan
sistematis, yaitu sistem yang dibuat tidak akan mempersulit aktivitas
commit to user 4. Fungsional
Sistem yang efektif harus dapat membantu mencapai tujuan yang telah
ditentukan;
5. Sederhana
Sebuah sistem seharusnya lebih sedehana sehingga lebih mudah dipahami
dan dilaksanakan;
6. Pemanfaatan sumber daya yang optimal
Sistem yang dirancang dengan baik akan menjadikan penggunaan sumber
daya yang dimiliki organisasi dapat dioptimalkan pemanfaatannya.
Di samping sistem dan prosedur harus memiliki karakteristik, suatu sistem yang
ideal harus memiliki unsur (Laudon dan Laudon, 2004; Odgers, 2005) sebagai
berikut :
1. Input
Dalam area kerja, jenis input yang biasa dijumpai adalah data, informasi, dan
material yang diperoleh baik dari dalam maupun luar organisasi. Kelancaran
aliran input akan ditunjang oleh keterampilan dan pengetahuan karyawan,
serta peralatan kantor yang memadai guna menjalankan metode dan prosedur
dalam sistem. Dalam beberapa instansi, output dari sistem menjadi input
untuk sistem yang lain.
2. Processing
Perubahan dari input menjadi output pada saat pemrosesan melibatkan
metode dan prosedur dalam sistem. Biasanya aktivitas ini akan secara
otomatis mengklasifikasikan, mengkonversikan, menganalisis, serta
commit to user 3. Output
Output berupa informasi pada sebuah kertas atau dokumen yang tersimpan
secara elektronik. Output akan didistribusikan pada bagian atau pegawai yang
membutuhkan. Kualitas output mempunyai dampak yang signifikan terhadap
kinerja bagian yang berkaitan, karena bisa jadi output pada suatu sistem
(departemen atau bagian) tertentu merupakan input dari sistem (departemen
atau bagian) yang lain.
4. Feedback
Pemberian umpan balik mutlak diperlukan oleh sebuah sistem, karena akan
membantu organisasi untuk mengevaluasi dan memperbaiki sistem yang ada
menjadi lebih baik lagi. Umpan balik akan membuat sistem mengevaluasi
efektivitas output yang dihasilkan agar lebih bernilai tambah bagi organisasi.
Umpan balik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu umpan balik positif dan
umpan balik negatif. Umpan balik positif berarti reaksi yang menunjukkan
adanya persetujuan dengan sistem yang dijalankan. Umpan balik negatif
berarti reaksi yang menunjukkan adanya ketidaksepakatan terhadap sistem
karena diketahui adanya penyimpangan. Umpan balik yang harus
diperhatikan adalah umpan balik negatif dengan harapan timbulnya perbaikan
pada masa berikutnya.
5. Pengawasan
Seperti elemen sistem yang lain, pengawasan juga memiliki dimensi internal
dan eksternal. Dimensi internal adalah kebijakan organisasi dan prosedur
sistem yang harus ditaati. Dimensi eksternal melibatkan negara, peraturan
pemerintah, dan regulasi yang berdampak pada kebijakan sistem begitu juga
commit to user Gambar 1.1
Gambaran umum suatu sistem
Dari beberapa pendapat di atas, penulis berpendapat bahwa sistem dan
prosedur adalah serangkaian tindakan, langkah, maupun kegiatan yang menjadi satu
kesatuan yang saling berkaitan, saling mempengaruhi dan saling melengkapi dalam
mencapai tujuan organisasi yang biasanya tercantum dalam aturan-aturan pokok atau
umum. Sistem dan prosedur merupakan satu kesatuan yang utuh yang juga memiliki
fungsi dan tujuan tertentu, yaitu mengefektifkan dan mengefisiensikan aktivitas
dalam hal kepengurusan penyelenggaraan publik, yang diantaranya adalah
memperlancar pekerjaan, menghemat tenaga, biaya dan waktu dalam proses
pekerjaan. Dengan demikian, semakin baik suatu prosedur, maka suatu sistem akan
dapat berjalan dengan lancar.
2. Pelayanan Izin Usaha Industri (IUI)
Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat
kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara
konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan
pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/
pelanggan (Ratminto, 2010:2). Pelayanan dapat diartikan sebagai aktivitas yang Output
Pengawasan
Input Proses
commit to user
diberikan untuk membantu, menyiapkan dan mengurus baik itu berupa barang atau
jasa dari satu pihak ke pihak lain. Pelayanan adalah melayani suatu jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat dalam segala bidang.
Menurut Thoha (Sedarmayanti, 2009: 243) Pelayanan masyarakat yaitu usaha
yang dilakukan oleh seseorang dan atau kelompok orang atau instansi tertentu untuk
memberi bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam mencapai tujuan.
Pelayanan umum adalah kegiatan yang dilakukan seseorang atau kelompok orang
dengan landasan faktor materiil melalui sistem, prosedur, dan metode tertentu dalam
rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.
Pelayanan publik pada dasarnya mencakup aspek kehidupan masyarakat luas.
Dalam kehidupan bernegara, pemerintah memiliki fungsi melayani publik, dalam
bentuk mengatur maupun menerbitkan perizinan dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam segala bidang (Syukri, 2009: 1). Pelayanan umum yang harus
diberikan pemerintah terbagi dalam tiga kelompok, yaitu pelayanan administratif,
pelayanan barang dan pelayanan jasa.
a. Pelayanan Administratif
Pelayanan administratif adalah pelayanan berupa penyediaan berbagai bentuk
dokumen yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pembuatan KTP, BPKB,
STNK, Sertifikat Tanah, Akta Kelahiran, Akta Kematian, Izin Mendirikan
Bangunan (IMB), dan sebagainya termasuk Izin Usaha Industri (IUI) dalam
penelitian ini.
b. Pelayanan Barang
Pelayanan barang adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/
jenis barang yang menjadi kebutuhan publik, misalnya jaringan telepon,
commit to user c. Pelayanan Jasa
Pelayanan jasa adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa
yang dibutuhkan publik, misalnya pendidikan tinggi dan menengah,
penyelenggaraan transportasi, jasa pos, pelayanan sosial dan sebagainya.
(Hardiyansyah, 2011: 23)
Menurut Keputusan MENPAN Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 pelayanan
publik dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri dan sifat-sifat kegiatan dalam proses
pelayanan serta produk pelayanan yang dihasilkan. Pengelompokkan pelayanan
publik tersebut sebagai berikut :
a. Kelompok Pelayanan Administratif
Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang
dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat
kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan
sebagainya. Contoh kelompok pelayanan ini adalah pelayanan sertifikat
tanah, pelayanan IMB, pelayanan administrasi kependudukan (KTP, akta
kelahiran/ kematian).
b. Kelompok Pelayanan Barang
Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/ jenis barang yang
digunakan oleh publik, misalnya jaringan listrik, penyediaan air bersih,
jaringan telepon dan sebagainya.
c. Kelompok Pelayanan Jasa
Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan
commit to user
kesehatan, pelayanan perbankan, pelayanan pos, pendidikan, dan pelayanan
pemadaman kebakaran. (Jurnal, Susiloadi Vol: 2 2006: 82-23)
Dalam penelitian ini, IUI termasuk pada pelayanan administratif sebab Izin
Usaha Industri (IUI) merupakan pelayanan dalam bentuk dokumen resmi yang
dibutuhkan oleh masyarakat khususnya dalam hal ini perusahaan, sebagai bukti
pendirian usaha yang memiliki kepastian hukum yang sah. Pelayanan administratif
pemerintahan sering dipergunakan secara bersama-sama atau dipakai sebagai
sinonim dari konsepsi pelayanan perizinan dan pelayanan umum, serta pelayanan
publik. Administrasi pemerintahan dipakai secara silih berganti dan dipergunakan
sebagai sinonim dari pelayanan perizinan, yang merupakan terjemahan dari
administrative service.
Pelayanan administrasi pemerintahan atau pelayanan perizinan didefinisikan
sebagai segala bentuk jasa pelayanan yang pada prinsipnya menjadi tanggungjawab
dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, di Lingkungan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), baik dalam
rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan, yang bentuk produk pelayanannya adalah
izin atau warkat. (Ratminto, 2010: 5)
Pelayanan publik atau pelayanan umum dan pelayanan administrasi
pemerintahan atau pelayanan perizinan tersebut dilakukan sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan masyarakat, seperti halnya dalam penelitian ini, pelayanan Izin Usaha
Industri (IUI) dengan memberikan jaminan kepastian hukum atas kepemilikan tanah
dan usaha. Pelayanan publik atau pelayanan umum dan pelayanan administrasi
pemerintahan atau pelayanan perizinan juga diselenggarakan sebagai pelaksanaan
commit to user
bahwa setiap pendirian perusahaan industri wajib memiliki IUI, maka
diselenggarakan pelayanan perizinan IUI.
Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan,
sebagai jaminan adanya kepastian bagi pemberi di dalam pelaksanaan tugas dan
fungsinya dan bagi penerima pelayanan dalam proses pengajuan permohonannya.
Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan
pelayanan publik sebagai pedoman yang wajib ditaati dan dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan, dan menjadi pedoman bagi penerima pelayanan dalam
proses pengajuan permohonan, serta sebagai alat kontrol masyarakat dan/ atau
penerima layanan atas kinerja penyelenggara pelayanan.
Sebelum mengetahui standar pelayanan, terlebih dahulu harus mengetahui
petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan publik. Petunjuk pelaksanaan
penyelenggaraan publik digunakan sebagai landasan penyusunan standar pelayanan
oleh masing-masing pimpinan unit penyelenggara pelayanan. Berdasarkan
Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 petunjuk pelaksanaan tersebut
sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut :
a. Landasan Hukum Pelayanan Publik
Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar penyelenggaraan
pelayanan.
b. Maksud dan Tujuan Pelayanan Publik
Hal-hal yang akan dicapai dari penyelenggaraan pelayanan.
c. Sistem dan Prosedur Pelayanan Publik
Sistem dan prosedur pelayanan publik sekurang-kurangnya memuat :
i. Tata cara pengajuan permohonan pelayanan;
commit to user
iii. Tata cara penyampaian hasil pelayanan; dan
iv. Tata cara penyampaian pengaduan pelayanan.
d. Persyaratan Pelayanan Publik
Persyaratan teknis dan administratif harus dipenuhi oleh masyarakat
penerima pelayanan.
e. Biaya Pelayanan Publik
Besaran biaya dan rincian biaya pelayanan publik.
f. Waktu Penyelesaian
Jangka waktu penyelesaian pelayanan publik.
g. Hak dan Kewajiban
Hak dan kewajiban pihak pemberi dan penerima pelayanan publik.
h. Pejabat Penerima Pengaduan Pelayanan Publik
Penunjukan pejabat yang menangani pengaduan pelayanan publik.
(Ratminto, 2010: 31)
Dari petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan publik di atas, dapat ditentukan
standar pelayanan dalam penyelenggaraan pelayanan. Menurut Keputusan MENPAN
Nomor 63 Tahun 2003, standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi :
a. Prosedur pelayanan
Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima
pelayanan termasuk pengaduan.
b. Waktu penyelesaian
Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan
commit to user c. Biaya pelayanan
Biaya/ tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses
pemberian pelayanan.
d. Produk pelayanan
Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
e. Sarana dan prasarana
Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh
penyelenggara pelayanan publik.
f. Kompetensi petugas pemberi pelayanan
Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat
berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku
yang dibutuhkan.
Setiap sistem dan prosedur yang digunakan harus memperhatikan adanya
prinsip-prinsip dalam penyelenggaraan pelayanan, agar sistem dan prosedur yang
ada sesuai dengan harapan publik (consumen oriented). Seperti yang dikutip dari The
Electronic Journal of e-Government Vol. 6 Issue 1 2008 diakses pada
www.ejeg.com berikut: “Ruekert defines customer orientation as “the degree to
which the organization obtains and uses information from customers, develops a
strategy which will meet customer needs, and implements that strategy by being
responsive to customer needs and wants.” (Ruekert mendefinisikan orientasi
pelanggan sebagai “tingkat dimana organisasi memperoleh dan menggunakan
informasi dari pelanggan, mengembangkan strategi yang akan memenuhi kebutuhan
commit to user
dan keinginan pelanggan”). Beberapa prinsip yang harus diperhatikan menurut
Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 sebagai berikut :
a. Kesederhanaan
Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah
dilaksanakan.
b. Kejelasan
Kejelasan ini mencakup kejelasan dalam hal :
i. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik;
ii. Unit kerja/ pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam
memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan/
sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik;
iii. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.
c. Kepastian waktu
Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang
telah ditentukan.
d. Akurasi
Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah.
e. Keamanan
Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian
hukum.
f. Tanggungjawab
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk
bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian
commit to user g. Kelengkapan sarana dan prasarana
Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung
lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi
dan informatika (telematika).
h. Kemudahan akses
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau
oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan
informasi.
i. Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan
Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta
memberikan pelayanan dengan ikhlas.
j. Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang
nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi
dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah,
dan lain-lain.
Senada dengan hal di atas, ciri-ciri dari pelayanan yang berkualitas/ bermutu
yang harus dimiliki oleh Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat berdasarkan Keputusan MENPAN Nomor 81/ 1995, meliputi :
a. Kesederhanaan
Dalam arti bahwa prosedur/ tata cara pelayanan diselenggarakan secara
mudah, lancar, cepat dan tidak berbelit-belit serta mudah dipahami dan
commit to user b. Kejelasan dan kepastian
Hal ini menyangkut prosedur/ tata cara pelayanan umum, persyaratan
pelayanan umum baik teknis maupun administratif, rincian biaya/ tarif
pelayanan umum dan tata cara pembayarannya, jadwal waktu penyelesaian
pelayanan, dan lain-lain.
c. Keamanan
Dalam arti bahwa proses serta hasil pelayanan umum dapat memberikan
keamanan dan kenyamanan serta dapat memberikan kepastian hukum.
d. Keterbukaan
Prosedur/ tata cara, persyaratan, satuan kerja/ pejabat penanggungjawab
pemberi pelayanan umum, waktu penyelesaian dan rincian biaya/ tarif dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib
diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh
masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta.
e. Efisien
Meliputi persyaratan pelayanan umum hanya dibatasi pada hal-hal yang
berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap
memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan
umum yang diberikan dan dicegah adanya pengulangan pemenuhan
kelengkapan persyaratan, dalam hal proses pelayanannya mempersyaratkan
kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/ instansi pemerintah lain yang
terkait.
f. Ekonomis
Dalam arti pengenaan biaya pelayanan umum harus ditetapkan secara wajar
commit to user
tidak menuntut biaya yang tinggi diluar kewajaran, kondisi dan kemampuan
pelanggan (masyarakat) untuk membayar secara umum serta ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
g. Keadilan yang merata
Cakupan atau jangkauan pelayanan umum harus diusahakan seluas mungkin
dengan distribusi yang merata dan diperlakukan secara adil.
h. Ketepatan waktu
Dalam arti pelaksanaan pelayanan umum dapat diselesaikan dalam kurun
waktu yang telah ditentukan.
Dari hasil penelitian sebelumnya, dalam Syukri (2009: 42) untuk
mewujudkan komitmen Pemerintah Kabupaten Sragen dalam meningkatkan mutu
dari pelayanan publik, sistem pelayanan satu pintu di Kabupaten Sragen didukung
oleh sarana dan prasarana yang memadai seperti ruang pelayanan yang aman dan
nyaman, online system yang menghubungkan semua kantor pemerintah termasuk
KPT, Bupati dan semua dinas, video conference sebagai sarana komunikasi dan
untuk memantau program di setiap dinas atau bagian Pemkab, software perizinan
yang terkomputerisasi, dan lain-lain. Bahkan proses perizinan yang dilakukan KPT
Kabupaten Sragen sudah menggunakan sistem Online Tracking yang memungkinkan
masyarakat melihat sejauhmana proses perizinan yang mereka ajukan. Nantinya,
pengembangan yang kini tengah mereka lakukan adalah penerapan sistem interaktif
yang menjamin kemudahan akses masyarakat untuk langsung masuk dengan
pelayanan yang lebih personal.
Dalam Jurnal Spirit Publik, Priyono, Vol. 2, 2006: 70 menyebutkan, dinas/
instansi daerah sebagai pelaksana kebijakan pelayanan publik senantiasa berupaya
commit to user
yaitu transparan, tidak diskriminatif, terjangkau, proses mudah dan mempunyai
akuntabilitas publik tinggi. Keluhan masyarakat penting untuk dicermati sebagai
masukan untuk meningkatkan kineja sistem dan standar layanan publik.
Dalam penelitian tentang sistem dan prosedur pelayanan IUI di Kabupaten
Karanganyar dapat diukur menggunakan kriteria-kriteria sebagai berikut :
1. Kesederhanaan, digunakan sebagai kriteria karena suatu sistem dan prosedur
yang baik itu diupayakan harus sederhana agar mudah dipahami dan
dilaksanakan oleh pihak yang berkepentingan. Sehingga dapat memperlancar
kegiatan dalam pengurusan pelayanan perizinan.
2. Transparansi yang terdiri dari kejelasan, keterbukaan dan kepastian
digunakan sebagai kriteria karena semua bentuk pelayanan serta mekanisme
dan prosedur pelayanan diinformasikan secara luas dan terbuka agar mudah
diketahui dan dipahami pihak yang berkepentingan. Serta persyaratan baik
teknis maupun administratif, rincian biaya, dan waktu penyelesaian harus
jelas sehingga tidak terjadi diskriminatif antara pemohon yang satu dengan
yang lain dan dapat memberikan kepastian hukum yang sah, memberikan
keamanan bagi pemohon izin dan pengurangan keterlambatan terhadap
proses pelayanan perizinan.
3. Akuntabilitas, digunakan sebagai kriteria karena tanggungjawab dari para
pengambil keputusan dan penyelenggara publik sangat diperlukan dalam
sebuah instansi agar dapat mengontrol pekerjaan, melakukan koordinasi
berbagai seksi dan dapat diawasi oleh penyelenggara publik instansi di
atasnya. Senada dengan itu, berbagai pihak yang berkepentingan dapat
melakukan tindak lanjut dan mengambil keputusan dalam penyelesaian
commit to user
4. Dukungan sarana dan prasarana, digunakan sebagai kriteria karena dengan
adanya sarana dan prasarana atau peralatan kerja yang memadai dapat
memperlancar kegiatan kepengurusan pelayanan perizinan dan memberikan
kepastian penyelesaian perizinan. Selain itu, dengan di dukung penggunaan
teknologi informasi yang berkembang sekarang ini proses pelayanan dapat
lebih mudah dan dapat diakses oleh semua pihak, baik pemberi pelayanan
maupun penerima pelayanan.
3. Izin Usaha Industri (IUI) di Kabupaten Karanganyar
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih
tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
industri. Perusahaan Industri adalah perusahaan yang melakukan kegiatan di bidang
usaha industri yang dapat berbentuk perorangan, badan usaha, atau badan hukum
yang berkedudukan di Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 41/
M-IND/ PER/ 6/ 2008, setiap pendirian Perusahaan Industri wajib memiliki Izin Usaha
Industri (IUI), kecuali bagi Industri Kecil. IUI adalah izin tetap usaha industri yang
diberikan kepada perusahaan yang telah memperoleh izin prinsip. IUI diberikan
sepanjang jenis industri dinyatakan tertutup atau terbuka dengan persyaratan untuk
penanaman modal sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan
Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal dan
atau perubahannya. Pemberian IUI dilakukan melalui Persetujuan Prinsip atau Tanpa
commit to user
IUI Melalui Persetujuan Prinsip diberikan kepada Perusahaan Industri yang :
a. berlokasi di luar Kawasan Industri/ Kawasan Berikat;
b. jenis industrinya tidak tercantum dalam Surat Keputusan Menteri
Perindustrian Nomor 148/M/SK/7/1995 dan atau perubahannya;
c. jenis industrinya tercantum dalam Lampiran I huruf G Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 dan atau perubahannya;
atau
d. lokasi industrinya berbatasan langsung dengan kawasan lindung sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 11 Tahun 2006 dan atau perubahannya.
IUI Melalui Persetujuan Prinsip diberikan kepada Perusahaan Industri yang telah
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. memiliki IMB;
b. memiliki Izin Lokasi;
c. Izin Undang-Undang Gangguan;
d. memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL);
dan
e. telah selesai membangun pabrik dan sarana produksi.
Persetujuan Prinsip diberikan kepada Perusahaan Industri untuk melakukan
persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan/ instalasi peralatan dan
kesiapan lain yang diperlukan. Persetujuan Prinsip bukan merupakan izin untuk
commit to user
Perusahaan industri yang telah memiliki IUI atau TDI, dalam jangka waktu 3
(tiga) bulan terhitung mulai tanggal diterbitkan IUI/ TDI wajib mendaftarkan dalam
Daftar Perusahaan sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982
tentang Wajib Daftar Perusahaan.
1) Industri Kecil yang wajib memiliki TDI, meliputi jenis industri yang tercantum
dalam Lampiran huruf D Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 07/ M-IND/
PER/ 5/ 2005 dan atau perubahannya dengan nilai investasi perusahaan
seluruhnya sampai dengan Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2) Industri Kecil dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya sebagai berikut :
a. Sampai dengan Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha, tidak wajib memiliki TDI, kecuali
perusahaan yang bersangkutan menghendaki TDI;
b. Di atas Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, wajib memiliki TDI.
3) Jenis industri dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya di atas Rp
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, wajib memiliki IUI.
IUI, Izin Perluasan dan TDI berlaku selama perusahaan industri yang bersangkutan
beroperasi sesuai dengan jenis industri dan ketentuan yang tercantum dalam IUI/ Izin
Perluasan/ TDI-nya.
Kewenangan pemberian :
a. IUI, Izin Perluasan dan TDI berada pada Bupati/ Walikota setempat sesuai
commit to user
10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, kecuali jenis industri yang menjadi kewenangan Menteri;
b. IUI dan Izin Perluasan berada pada :
1. Gubernur setempat bagi jenis industri dengan skala investasi di atas Rp.
10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat, kecuali jenis industri yang menjadi kewenangan
Menteri;
2. Gubernur setempat bagi jenis industri dengan skala investasi sampai
dengan Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) yang berlokasi pada
lintas kabupaten/kota dalam satu provinsi, kecuali jenis industri yang
menjadi kewenangan Menteri;
c. IUI dan Izin Perluasan berada pada Menteri bagi jenis industri sebagai
berikut :
1. industri yang mengolah dan menghasilkan Bahan Beracun dan Berbahaya
(B3);
2. industri minuman beralkohol;
3. industri teknologi tinggi yang strategis;
4. industri kertas berharga;
5. industri senjata dan amunisi; dan
6. industri yang lokasinya lintas provinsi.
Jenis industri yang mengolah dan menghasilkan B3 dan industri teknologi tinggi
commit to user Pelayanan Penerbitan IUI, Izin Perluasan dan TDI
1) Pemberian IUI dan Izin Perluasan yang ditandatangani oleh Menteri,
Gubernur atau Bupati/ Walikota serta TDI yang ditandatangani oleh Bupati/
Walikota atau pejabat yang ditunjuk diselenggarakan dengan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu sesuai dengan kewenangan masing-masing.
2) Pelayanan Terpadu Satu Pintu dilakukan sesuai dengan ketentuan dan tata
cara sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri (Peraturan
Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 41/ M-IND/ PER/ 6/ 2008)
dan peraturan perundang - undangan terkait.
3) Penerbitan IUI, Izin Perluasan dan TDI dilakukan apabila telah memenuhi
dokumen yang dipersyaratkan dan kesiapan produksi komersial yang
dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP).
4) Pemeriksaan dokumen yang dipersyaratkan dan kesiapan produksi komersial
dilakukan oleh Tim Teknis yang dibentuk dan diketuai oleh Kepala Dinas
Kabupaten/ Kota.
Pelaksanaan pemberian IUI, Izin Perluasan dan TDI dapat dikenakan biaya
administrasi 1 (satu) kali pada waktu penerbitan dengan besaran biaya sebagai
berikut:
a. TDI yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota paling banyak Rp.
(dua ratus ribu rupiah);
b. Persetujuan Prinsip tanpa biaya atau Rp. 0, (nol rupiah);
c. IUI yang diterbitkan oleh Bupati/ Walikota paling banyak Rp 500.000,- (lima
ratus ribu rupiah);
d. IUI yang diterbitkan oleh Menteri/Gubernur paling banyak Rp.750.000,-
commit to user
e. Izin Perluasan yang diterbitkan Menteri/ Gubernur/ Bupati atau Walikota
paling banyak Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah).
Besaran pengenaan biaya di atas merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah, Provinsi
atau Pemerintah Kabupaten/ Kota dalam menentukan besaran biaya.
Dalam penelitian ini, batasan ruang lingkup penelitian hanya memfokuskan
pada penyelenggaraan pelayanan pembuatan atau penerbitan Izin Usaha Industri
(IUI) saja, sedangkan Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri (TDI) tidak akan
peneliti bahas. Hal tersebut disebabkan selain sebagai pembatasan ruang lingkup,
peneliti juga hanya memfokuskan pada perusahaan industri besar yang baru dan
belum melakukan perluasan.
IUI di Kabupaten Karanganyar berpedoman pada Peraturan Menteri
Perindustrian Republik Indonesia No. 41/ M-IND/ PER/ 6/ 2008 di atas, selain itu
juga menggunakan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 8 tahun 2002
tentang Retribusi Izin Usaha Industri.
Dalam Perda Kabupaten Karanganyar Nomor 8 tahun 2002 tersebut, bahwa
yang disebut IUI adalah izin tetap usaha industri yang diberikan kepada perusahaan
industri yang telah memperoleh Izin Prinsip. Izin Prinsip adalah izin yang diberikan
kepada perusahaan industri yang akan mendirikan industri dengan investasi di atas
Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan merupakan rekomendasi bahwa
komoditi yang akan diproduksi masih terbuka untuk investasi.
Setiap orang atau badan yang mendirikan industri wajib memiliki Izin Industri dari
Kepala Dinas. Izin industri sebagaimana yang dimaksud meliputi :
a. TDI untuk Industri dengan nilai investasi Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah)
commit to user
b. Izin prinsip untuk Industri dengan nilai investasi diatas Rp.
200.000.000,-(dua ratus juta rupiah);
c. IUI untuk industri yang siap berproduksi komersial dengan nilai investasi
diatas Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Untuk memperoleh IUI harus melalui tahap Izin Prinsip. Bagi perusahaan
industri yang telah memiliki izin industri yang memperluas kapasitas produksinya
lebih dari 30% dari kapasitas semula wajib mengajukan Izin Perluasan. Tata cara dan
prasyaratan pengajuan permohonan izin industri diatur lebih lanjut oleh Bupati.
Struktur dan besarnya tarif Retribusi ditetapkan sebagai berikut:
a. Izin Prinsip Industri dikenakan retribusi sebesar 0,5 o/oo (nol koma lima per
mil) dari nilai investasi.
b. Izin Usaha Industri dikenakan retribusi sebesar 1 o/oo (satu per mil) dari nilai
investasi.
c. Izin Perluasan Industri dikenakan retribusi sebesar 1 o/oo (satu per mil) dari
nilai investasi perluasan.
d. Registrasi (daftar ulang) dikenakan retribusi sebesar 0,5 o/oo (nol koma lima
per mil) dari nilai investasi.
e. Biaya balik nama dikenakan retribusi sebesar 1 o/oo (satu per mil) dari nilai
investasi.
f. Penggantian Izin Usaha Industri karena hilang atau rusak dikenakan retribusi
commit to user 4. Definisi Konseptual
Definisi konseptual bertujuan untuk memberi batasan–batasan yang jelas
mengenai konsep yang digunakan dalam penelitian sehingga tidak terjadi perbedaan
pemahaman antara penulis dan pembaca. Definisi konseptual dalam penelitian ini
adalah :
1. Sistem dan Prosedur
Sistem dan prosedur adalah serangkaian tindakan, langkah, maupun kegiatan
yang menjadi satu kesatuan yang saling berkaitan, saling mempengaruhi dan
saling melengkapi dalam mencapai tujuan organisasi yang biasanya
tercantum dalam aturan-aturan pokok atau umum.
2. Pelayanan
Pelayanan diartikan sebagai aktivitas yang diberikan untuk membantu,
menyiapkan dan mengurus baik itu berupa barang atau jasa dari satu pihak ke
pihak lain.
3. Pelayanan Administratif
Pelayanan administratif adalah pelayanan dalam bentuk dokumen resmi yang
dibutuhkan oleh masyarakat khususnya dalam hal ini perusahaan, sebagai
bukti pendirian usaha yang memiliki kepastian hukum yang sah.
4. Izin Usaha Industri (IUI) di Kabupaten Karanganyar
IUI adalah izin tetap usaha industri yang diberikan kepada perusahaan
industri yang telah memperoleh Izin Prinsip. Izin Prinsip adalah izin yang
diberikan kepada perusahaan industri yang akan mendirikan industri dengan
investasi di atas Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan merupakan
rekomendasi bahwa komoditi yang akan diproduksi masih terbuka untuk