Sumber Buku :
Anonim. (2004). Atlas Indonesia dan dunia, edisi 33 provinsi. Jakarta: Pustaka Ilmu.
Cahyono, H. dkk. (2008). Konflik Kalbar dan Kalteng: Jalan panjang meretas perdamaian.. Jakarta: P2P-LIPI.
Coomans, M. (1987). Manusia Daya dahulu, sekarang, masa depan. Jakarta: PT Gramedia.
Garna, J. K. (1996). Ilmu-ilmu sosial dasar-konsep-posisi. Program Pasca Sarjana Universitas Padjajaran: Bandung.
Gottschalk, L. (2008). Mengerti sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Hadiningrat, K. (1971). Sedjarah operasi-operasi gabungan dalam rangka dwikora.
Jakarta: Departemen Pertahanan – Keamanan Pusat Sedjarah ABRI.
Heidhues, M.S. (2008). Penambang emas, petani, dan pedagang di distrik Tionghoa Kalimantan Barat. Jakarta: Yayasan Nabil.
Hendropriyono, A.M. (2013). Operasi sandi yudha menumpas gerakan klandestin.
Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Hidayat, M. (1991). TNI dalam politik luar negeri : Studi kasus penyelesaian konfrontasi Indonesia-Malaysia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Hulten, H.J.V. (1992). Catatan seorang misionaris: Hidupku diantara suku Daya.
Jakarta: Gramedia.
Kartodirdjo, S. (1992). Pendekatan ilmu sosial dalam metodologi sejarah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Klinken, G.V. (2007). Perang kota kecil: Kekerasan komunal dan demokratisasi di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Koentjaraningrat. (2011). Pengantar antropologi 1. Rineka Cipta: Jakarta.
La Ode, M.D. (1997). Tiga muka etnis Cina-Indonesia fenomena di Kalimantan Barat. Yogyakarta: Biograf Publishing.
Leifer, M. (1989). Politik luar negeri Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
Listiana, D. (2013). Tumbuh dan berkembangnya sebuah pasar kota: Pasar Cina Pontianak abad ke-19 sampai abad ke-20. Jakarta: Direktorat Sejarah Dan Nilai Budaya Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan.
Madu, L. dkk. (2010). Mengelola perbatasan Indonesia di dunia tanpa batas: Isu, permasalahan dan pilihan kebijakan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Mangandalaram, S. (1987). Mengenal dari dekat Malaysia negara tetangga kita dalam ASEAN. Bandung: Remadja Karya.
Marzali, A, dkk. (1989). Pola-pola hubungan sosial antar golongan etnik di Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Sejarah Dan Nilai Tradisional – Proyek Inventarisasi Dan Pembinaan Nilai – Nilai Budaya.
Maunati, Y. (2004). Identitas Dayak : Komodifikasi dan politik kebudayaan. LKiS: Yogyakarta.
Moedjianto, G. (1988). Indonesia abad ke-20. Yogyakarta: Kanisius.
Mulyana dan Darmiasti. (2009). Historiografi di Indonesia dari magis-religius hingga strukturis. Bandung: PT Refika Aditama.
Nazsir, N. (2008). Teori-teori sosiologi. Bandung: Widya Padjadjaran.
Petebang, E. (2005). Dayak sakti: Ngayau, tariu, mangkok merah. Pontianak: Institut Dayakology.
Poerwanto, H. (2005). Orang Cina khek dari Singkawang. Depok: Komunitas bumbu.
Poloma, M.M. (1984). Sosiologi kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers.
Ricklefs, M.C. (2009). Sejarah Indonesia modern 1200 – 2008. Jakarta: Serambi.
Riwut, T. (1979). Kalimantan membangun. Jakarta: Jayakarta Agung Offset.
Santoso, I. (2014). Tionghoa dalam sejarah kemiliteran sejak Nusantara sampai Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
SEMDAM XII/Tanjungpura. (1970). Tandjungpura berdjuang. Pontianak: Kodam XII Tandjungpura.
Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Soemadi. (1974). Peranan Kalimantan Barat dalam menghadapi subversi komunis Asia Tenggara. Pontianak: Yayasan Tanjungpura.
Soekanto, S. (2007). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Tan, M.G. (2008). Etnis Tionghoa di Indonesia: Kumpulan tulisan. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Sumber Dokumen Atau Laporan:
LP3S-Institute of Dayakology Research and Development. (1994). “Kebudayaan Dayak: Aktualisasi Dan Transformasi”. Jakarta: Gramedia.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Jurnal :
Arkanuddin. (2006). Menelusuri akar konflik antaretnik di Kalimantan Barat. Jurnal: Mediator, 7 (2), hlm. 185-194.
Pranadji, T. (2004). Perspektif pengembangan nilai-nilai sosial budaya bangsa.
Jurnal: AKP, 2 (4), hlm. 324-339.
Purwana, B.H.S. (2014). Tamu diberi makan, Melayu diberi beras: Tradisi penyajian
makanan pada masyarakat Dayak. Jurnal: Jantra (Jurnal Sejarah dan
Budaya), 9 (1), hlm. 39-53.
Singarimbun, M. (1991). Beberapa aspek kehidupan masyarakat Dayak. Jurnal
Humaniora: Jurnal Budaya, Sastra, dan Bahasa Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Gadjah Mada, (03), hlm. 139-151.
Sulistyorini, P. (2004). Pemberontakan PGRS/PARAKU di Kalimantan Barat. Jurnal: Sejarah Dan Budaya Kalimantan, edisi 03/2004. Pontianak : Balai Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional.
Suparlan, P. (2003). Kesukubangsaan dan posisi orang China dalam masyarakat
Sumber Skripsi :
Dianti, M. E. (2007). Mangkok merah sebagai tanda perang: Konflik Dayak – Madura tahun 1996/1997 di Kalimantan Barat. (Skripsi). Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Hanta, J. (2013). Konflik antar etnis (Dayak-Madura) di Samalantan, Kalimantan Barat pada tahun 1996-1997. (Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Sudrajat, S.I. (2011). Politik luar negeri Indonesia terhadap pembentukan negara federasi Malaysia dan dampaknya bagi hubungan Indonesia-Amerika Serikat tahun 1961-1963. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Sumber Internet :
Binaul, W. (2015). Adat mangkok merah. [Online]. Diakses dari http://tattoo-motif-dayak.blogspot.co.id/2015/07/adat-mangkok-merah.html
Setiaji, F. (2015). Budaya yang tersembunyi dari suku-suku. [Online]. Diakses dari
http://fajarsetiajiparawali.blogspot.co.id/2015/04/budaya-yang-tersembunyi-dari-suku-suku.html
Surya, A. (2012). Filosofi perang Dayak. [Online]. Diakses dari
http://www.kompasiana.com/suryakelana/filosofi-perang-dayak_550e83eea33311b82dba830d
Wikipedia. (2015). Oevaang Oeray. [Online]. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Oevaang_Oeray