• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PJKR 1104568 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PJKR 1104568 Chapter1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistic dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosi. Pendidikan jasmani merupakan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total dari pada hanya mengagapnya sebagai yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya, Mahendra (2012, hlm. 3) Keterampilan sikap sehat jasmani dan rohani merupakan aspek yang mendasar dan tidak kalah penting, karena merupakan modal individu khususnya siswa untuk dapat melakukan kegiatan dalam berbagai persoalan belajar. siswa yang memiliki keterampilan sikap sehat jasmani dan rohani dapat mengarahkan diri ke berbagai keterampilan baru dan mampu mengembangkan kapasitasnya untuk terus hidup melalui kreativitas sepanjang masa dan mampu lebih optimis dalam belajar karena memiliki keadaan jasmani dan rohani yang sehat. Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswi dari sisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar dalam perumusan kompetensi dasar tiap mata pelajaran, sehingga kompetensi dasar tiap mata pelajaran mencakup kompetensi dasar kelompok sikap, kompetensi dasar kelompokpengetahuan, dan kompetensi dasar kelompok keterampilan.

(2)

keterampilan dalam melakukan gerak jasmani dalam berolahraga dan menjaga kesehatannya, serta sikap perilaku yang dituntut dalam berolahraga dan menjaga kesehatan sebagai suatu kesatuan yang utuh. Sehingga terbentuk peserta didik yang sadar kebugaran jasmani, sadar olahraga, dan sadar kesehatan. Pembelajarannya dirancang berbasis aktivitas terkait dengan sejumlah jenis gerak jasmani/olahraga dan usaha-usaha menjaga kesehatan yang sesuai untuk peserta didik Kelas VII SMP/MTs. Aktivitas-aktivitas tersebut dirancang untuk membuat peserta didik terbiasa melakukan gerak jasmani dan berolahraga dengan senang hati karena merasa perlu melakukannya dan sadar akan pentingnya menjaga kesehatan jasmani baik melalui gerak jasmani dan olahraga maupun dengan memperhatikan faktor-faktor kesehatan yang memengaruhinya.

Sebagai mata pelajaran yang mengandung unsur muatan lokal, tambahan materi yang digali dari kearifan lokal dan relevan dengan mata pelajaran ini sangat diharapkan untuk ditambahkan sebagai pengayaan dari buku ini. Buku ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan siswa untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum 2013, siswi diajak menjadi berani untuk mencari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Peran guru dalam meningkatkan dan menyesuaikan daya serap siswi dengan ketersediaan kegiatan pada buku ini sangat penting. Guru dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam. Sebagai edisi pertama, buku ini sangat terbuka dan perlu terus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Untuk itu, kami mengundang para pembaca memberikan kritik, saran dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya. Atas kontribusi tersebut, kami ucapkan terima kasih. Mudah-mudahan kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan dalam rangka mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia. Nuh (2013, hlm. III)

(3)

bagian integral dari sistem pendidikan nasional yang berproses pada memanfaatkan aktivitas fisik yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, emosional dan pembentukan watak. Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, kognitif, afektif, penalaran, penghayatan nilai (sikap, mental, emosional, spiritual, sosial) dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang. Ruang lingkup pendidikan jasmani berupa permainan, olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam, aktivitas ritmik, aktivitas air, pendidikan luar kelas, dan kesehatan. Seiring perkembangan pendidikan jasmani, model-model dalam pembelajarannyapun semakin beragam. ‘’Joyce & Weil (dalam Juliantine, 2013, hlm. 8) berpendapat Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas’’. Penjelasannya Model-model pembelajaran dalam pendidikan jasmani menurut Joyce & Weil (dalam Juliantine, 2013, hlm. 14) terbagi dalam empat rumpun model yaitu: (1) model pemrosesan informasi; (2) model pribadi; (3) model interaksi sosial; dan (4) model perilaku.

Beberapa jenis model pembelajaran pendidikan jasmani yaitu PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan), model pembelajaran langsung (direct instruction), model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran inkuiri, model pembelajaran pendidikan olahraga (sport education models), model pendekatan taktis, model pembelajaran personal

(personal models), dan model pembelajaran peer teaching.

(4)

memiliki keunikan masing-masing dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan. Guru pendidikan jasmani diharapkan mampu mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai (kognitif, afektif, dan psikomotor).

Pembelajaran pendidikan jasmani seharusnya disampaikan kepada siswa dalam bentuk pelatihan, pengulangan dan pembiasaan yang diharapkan siswa mampu menguasai keterampilan bermain yang utuh. Pada kenyataannya, guru pendidikan jasmani hanya seperti melatih suatu cabang olahraga yang hanya menekankan pada keterampilan dasar saja. Keterampilan dasar yang diberikan tidaklah cukup untuk menciptakan hasil belajar yang optimal karena siswa juga memerlukan keterampilan bergerak. Salah satunya adalah dalam pembelajaran olahraga senam lantai.

Menurut Mahendra (2001, hlm. 1) menyatakan bahwa:

Senam adalah Aktivitas jasmani yang efektif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Gerakan-gerakan senam sangat sesuai untuk mengisi program pendidikan jasmani. Gerakannya merangsang perkembangan komponen kebugaran jasmani, seperti kekuatan otot dari seluruh tubuh.

Pembelajaran keterampilan memang penting dalam jenis olahraga seperti senam lantai, namun keterampilan dasar saja tidak cukup untuk menciptakan suatu gerakan yang cantik dan menarik. Keterampilan lain yang tidak kalah penting adalah keterampilan dalam bergerak roll depan dan belakang yang dibarengi dengan kerjasama tim yang kuat dan yang mampu menghasilkan hasil keterampilan yang baik. Menurut Mahendra (2012, hlm 211) menyatakan bahwa:Roll depan adalah gerak berguling yang halus dengan menggunakan tubuh bagian tubuh yang berbeda untuk kontak dengan lantai, dimulai kedua kaki, ke dua tangan, ke tengkuk, lalu ke bahu, ke punggung, pinggang dan pantat, sebelum ke kaki kembali.

(5)

Roll belakang adalah gerakan dengan urutan gerak yang merupakan kebalikan dari guling depan.dimulai dari kontak kedua kaki, ke pantat, ke pinggang, ke punggung, ke bahu (tidak ke kepala), ke tangan yang bertumpu, dan kembali ke kedua kaki. Selama bagian pertama gerakan ini, kedua tangan di simpan di atas bahu dengan kedua telapak tangan menghadap ke atas dan ibu jari dekat telinga.

Untuk menopang pembelajaran senam yang harus di tuntut mempunyai keterampilan yang tinggi, harus juga di barengi dengan model yang baik. Keberagaman model-model pembelajaran menjadikan seorang guru pendidikan jasmani untuk mampu menguasai pengetahuan serta pemahaman berkenaan dengan konsep dan cara-cara pengimplementasian model-model tersebut dalam pembelajaran, namun kenyataannya masih banyak yang kurang memahaminya sehingga guru terkadang menerapkan model pembelajaran yang konvensional (guru lebih dominan dalam pembelajaran). Padahal dengan penerapan model pembelajaran yang beragam sangat mendukung terbentuknya pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan siswa agar selalu aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan terlebih pada pembelajaran pendidikan jasmani sehingga tujuan pembelajaran jasmani tercapai dan berjalan dengan baik.

Upaya dalam mengatasi berbagai permasalahan tersebut intinya bergantung dari guru pendidikan jasmani sendiri. Guru pendidikan jasmani harus paham dan cermat dalam menerapkan model pembelajaran. Berbagai model pembelajaran dapat digunakan oleh guru pendidikan jasmani sebagai cara dalam memunculkan dan meningkatkan hasil belajar siswi saat terlibat aktif dalam pembelajaran seperti senam.

(6)

190) menjelaskan:Peerteaching adalah model belajar dengan menggunakan suatu pendekatan diaman seorang anak menjelaskan suatu materi kepada teman lainnya yang rata-rata usianya sebaya, dimana anak yang lainnya.

Dalam peerteaching di kenal juga crossage teaching (pembelajran lintas usia)Untuk yang di rasakan di sekolah SMP 5 ini siswinya merasa banyak yang takut untuk melakukan roll tersebut. Baik itu mau di bantuin olah guru penjas mereka, maupun teman sekelas mereka. Salah satu faktor yang menjadi penghambat jalannya pembelajaran. Di karenakan sisswa masih menyimpan rasa ragu terhadap teman, ataupun mereka punya pengalaman yang kurang mengenakn tentang senam. Salah satu hal yang diharapkan dari pengajaran dengan model pembelajaran pearteaching adalah Model pembelajaran dengan menggunakan suatu pendekatan dimana seorang anak menjelaskan suatu materi kepada teman lainnya yang rata-rata usia sebaya, dimana anak yang menjelaskan ini memiliki pengetahuan yang lebih di bandingkan teman lainnya. Dalam model peerteaching ini siswa di tuntun lebih mengkiatkan kalitas belajar, dan saling bekerjasama untuk mencapai pembelajara yang maksimal.

(7)

menganalisa data serta dapat menarik kesimpulan. Berdasarkan rasional di atas maka penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Bandung dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Peerteaching dan inkuiri terhadap hasil belajar Pada Pembelajaran Senam siswi di SMPN 5 Bandung.

B.Identifikasi Masalah Penelitian

Dari latar belakang masalah di atas terdapat beberapa permasalahan yang ditemui oleh peniliti saat di lapangan diantaranya yaitu :

1. Minimnya pengetahuan guru Penjas mengenai model pembelajaran

2. Jarang ditemukan guru penjas yang menggunakan model pembelajaran pearteaching

3. Jarang di temukan guru penjas yang menggunakan model pembelajaran inkuiri 4. Kurang aktifnya siswa, sehingga suasana belajar yang monoton

5. Hasil belajar yang kurang dalam pembelajaran

Dari kelima permasalahan yang muncul di atas, selanjutnya penulis mengemukakan masalah yang teridentifikasi yaitu: Model Apakah yang digunakan guru Penjas saat proses pembelajaran Penjas berlangsung? Bagaimana pemahaman Guru Penjas tentang model-model pembelajaran Penjas? Bagaimana hasl belajar siswi saat pembelajaran Penjas ? Model apakah yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswi dalam mengikuti pembelajaran Penjas ? Model pembelajaran apa yang digunakan oleh mayoritas guru dalam pembelajaran Penjas ? Model pembelajaran apa yang dapat memberikan pengaruh dalam hasil belajar siswi pada pembelajaran senam ?

(8)

pembelajaran penjas yang akan diberikan dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran pearteaching dan inkuiri

C.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah,

maka peneliti mencoba menjabarkan kembali permasalahan yang timbul sehingga peneliti betul-betul merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut.

Dengan ini peneliti merumuskan masalah penelitian ini ke dalam pertanyaan berikut :

1. Apakah model pembelajaran peerteaching berpengaruh pada hasil belajar senam siswi ?

2. Apakah model pembelajaran inkuiri berpengaruh pada hasil belajar senam siswi ?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara model pembelajaran peerteaching dan model inkuiri terhadap senam siswi ?

D.Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh model pembelajaran peerteaching dan inkuiri terhadap hasil belajar pada pembelajaran senam siswi di SMPN 5 Bandung Tahun Ajaran 2014-2015. Adapun tujuan khusus adalah memperoleh gambaran empirik mengenai :

1. Terdapat pengaruh model peerteaching pada pembelajaran senam siswi 2. Terdapat pengaruh model inkuiri pada pembelajaran senam siswi

3. Terdapat perbedaan hasil belajar model peerteaching dan model inkuiri pada pembelajaran senam siswi

E.Manfaat Penelitian

(9)

Secara teoretis, hasil penelitian membantu memperkaya dan mengembangkan hasil belajar siswa dan melengkapi berbagai model pembelajaran pendidikan jasmani dalam hasil belajar siswi pada pembelajaran senam

2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi sekolah untuk mengembangkan model pembelajaran dan meningkatkan kualitas hidup siswa melalui pendidikan jasmani.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian diharapkan menjadi pedoman praktis dan dapat dipergunakan oleh guru pendidikan jasmani di sekolah sebagai rujukan serta menjadi bahan informasi dan sumbangan bahan pemikiran maupun pelatihan mengenai pentingnya pemilihan model pembelajaran yang cocok dalam menunjang hasil belajar sisiwa pada senam

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya baik mengenai kerjasama dan keterampilan belajar senam lantai siswa maupun mengenai metode pembelajaran peerteaching dan inkuiri serta memperluas berbagai alternatif model pemelajaran sebagai treatment/perlakuan lainnya.

F. Batasan Penelitian

Untuk menghindari timbulnya penafsiran-penafsiran yang luas dan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penelitian ini, makapeneliti membatasi masalah yang berkenaan dengan pengaruh model pembelajaran Peerteaching dan inkuiri Pada Pembelajaran Senam Lantai sebagai berikut:

Pelitian ini di lakukan di SMP Negeri 5 Bandung, Kota Bandung

1. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi SMP 5 Bandung, dan sampelnya adalah siswi kelas VII A bandung. Kota bandung.

(10)

3. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen.

4. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model peerteaching dan model inkuiri Sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar dalam pembelajaran senam.

G. Struktur Organisasi Penelitian.

BAB I. Latar Belakang Penelitian, dalam Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian, batasan penelitian.

BAB II. Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian, dalam

Bab ini mengemukakan konsep atau teori yang relevan dengan judul penelitian serta diuraikan mengenai kerangka pemikiran penelitian dan hipotesis penelitian.

BAB III. Metode Penelitian, dalam Bab ini mengemukakan mengemukakan mengenai metodologi penelitian yang dilakukan oleh penulis yang meliputi:, metode penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data.

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam Bab ini mengemukakan mengenai deskripsi dari hasil penelitian yang meliputi gambaran umum objek penelitian, gambaran variabel yang diamati, analisis data, dan pengujian hipotesis serta pembahasannya.

BAB V. Kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi, dalam Bab ini

Referensi

Dokumen terkait

Mekanika kontak adalah ilmu yang membahas tentang pergerakan relatif, gaya interaktif dan perilaku tribologi dari dua benda rigid atau deformable yang hanya bersentuhan

Metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

Formalitas Penetapan Pimpinan DPRD kabupaten/kota berdasar Pasal 376 ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (8) dan Ayat (9) Undang-Undang Nomor 17

mengelola diri (regulasi diri) terhadap kualitas hafalan Al- Qur‟an santri Pondok Pesantren Al-Ghurobaa ‟ Tumpang Krasak, Jati, Kudus. Bagi

Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimen Design yang bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran TTW pada

9 menyatakan terdapat hubungan positif antara likuiditas dengan struktur modal, karena semakin tinggi tingkat kemampuan perusahaan melinasi kewajiban-kewajiban

Berdasarkan permasalahan di atas, maka muncullah gagasan yang bertujuan untuk mengetahui volume sampah yang dihasilkan tps (tempat pengumpulan sampah) pasar kemuning,

Pada tabel ANOVA dalam uji regresi dijelaskan pula bahwa motivasi intrinsik dan kualitas hubungan dengan orang tua berpengaruh bersama-sama terhadap self regulation siswa full