• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PKN 1104090 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PKN 1104090 Chapter1"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan merupakan aspek yang sangat penting bagi perkembangan sumber daya manusia (SDM), sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan untuk membebaskan manusia dari keterbelakangan, kebodohan dan kemiskinan. Selain itu, pendidikan juga merupakan salah satu cara manusia untuk mengembangkan potensi yang ada, baik itu potensi yang ada dalam dirinya seperti kemampuan atau sikap dan juga dari luar dirinya seperti lingkungan untuk mengembangkan kemampuan baik itu pengetahuan, sikap maupun keterampilan dalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan pendidikan akan meningkatkan kualitas kehidupan manusia, baik itu secara pribadi maupun secara sosial di masyarakat.

Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas sumber daya manusia bergantung pada mutu pendidikan. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara khususnya oleh guru dan kepala sekolah.

Kurikulum sendiri harus selalu disusun dan disempurnakan sesuai dengan kondisi sekarang dan sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh sebab itu, sejalan dengan perkembangan zaman pendidikan akan semakin banyak menghadapi tantangan, salah satunya dalam menghadapi era globalisasi yang akan dihadapkan pada perubahan-perubahan yang tidak menentu dan menuntut untuk selalu peka dan tanggap terhadap setiap perubahan. Maka dari itu, pemerintah selalu menyempurnakan kurikulum, hal ini bertujuan untuk mewujudkan sistem pendidikan nasional yang kompetitif dan selalu relevan dengan perkembangan zaman yang senantiasa menjadi tuntutan. Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 35 dan 36

(2)

acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan

pendidikan nasional”.

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (19) “kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelanggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Hal ini berarti kurikulum merupakan seperangkat perencanaan program dalam pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Apabila berbicara mengenai sejarah perjalanan kurikulum pendidikan di Indonesia, Indonesia telah menerapkan 10 kurikulum, yaitu “kurikulum tahun 1947 (Rentjana Pelajaran 1947), kurikulum 1952 (Rentjana Peladjaran Terurai 1952), rentjana peladjaran 1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum berbasis kompetensi (KBK) 2004, kurikulum

tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006” (Kurniasih dan Sani, 2014, hlm. 10-21). Hubungannya dengan perubahan kurikulum, berbagai pakar dunia pendidikan menganalisis dan melihat perlunya diterapkan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter (Competency and Character Based

Curriculum), yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan

kemampuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi. Maka dari itu pemerintah menerapkan kurikulum yang terbaru yaitu kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 ini diharapkan dapat menyempurnakan kekurangan-kekurangan dari kurikulum sebelumnya. Mengenai kekurangan-kekurangan atau kelemahan kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Mulyasa (2013, hlm. 60) yang diadaptasi dari materi sosialisasi kurikulum 2013 mengungkapkan bahwa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006 diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi keluasan dan kesukarannya melampui tingkat perkembangan usia anak.

(3)

3. Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik (pengetahuan, keterampilan, dan sikap).

4. Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat, seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, pendekatan dan metode pembelajaran konstruktifistik, keseimbangan soft

skills and hard skills, serta jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi di

dalam kurikulum.

5. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.

6. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

7. Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi, serta belum tegas memberikan layanan remedial dan pengayaan secara berkala.

Apabila melihat kelemahan-kelemahan dari KTSP yang dikemukakan oleh Mulyasa di atas, dunia pendidikan Indonesia dihadapkan pada permasalahan yang sangat kompleks, seperti kompetensi yang dikembangkan masih didominasi oleh aspek pengetahuan, belum sepenuhnya menekankan pendidikan karakter, proses pembelajaran masih berpusat pada guru dan kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial. Sehingga Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) belum bisa mengembangkan kompetensi peserta didik untuk mengahadapi berbagai masalah dan tantangan masa depan.

Masih berkaitan dengan kelemahan KTSP, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Basyah (2010, hlm. 34) dengan judul Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran PKN di SMP Negeri Kota Banda Aceh mengemukakan bahwa dalam penerapan KTSP mengalami kendala-kendala, kendala tersebut diantaranya:

1. Kurangnya sarana pendukung pembelajaran,

2. Keadaan peserta didik yang melebihi kapasitas dan motivasi peserta didik rendah,

3. Belum maksimalnya dukungan masyarakat, dan 4. Masih kurang tersedianya dana.

(4)

Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2012) mengenai Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di SMA Negeri Se-Kabupaten Kulon Progo, penelitian tersebut menunjukan bahwa:

1. Sebagian besar pemahaman guru mata pelajaran PKn di SMA Negeri Se-Kabupaten Kulon Progo tentang KTSP masih belum memadai,

2. Perencanaan guru mengenai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran PKn telah mempersiapkan perangkat pembelajaran mulai dari program tahunan, program semester, program mingguan dan harian, program pengayaan dan remidi, meskipun dalam penyusunan silabus dan RPP sebagian besar guru mata pelajaran PKn belum menyusun sendiri dan masih mengadopsi dari Dinas Pendidikan,

3. Pelaksanaan guru mengenai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam proses pembelajaran mata pelajaran PKn, sebagian besar masih menggunakan media pembelajaran sederhana,

4. Evaluasi/hasil pelaksanaan KTSP mata pelajaran PKn di SMA Negeri Se-Kabupaten Kulon Progo sebagian besar standarisasi penilaian yang digunakan adalah penilaian berbasis kelas.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2012) yang pada intinya menjelaskan bahwa sebagian besar guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di daerah Kabupaten Kulon Progo belum paham akan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hal tersebut terlihat dalam penyusunan silabus dan RPP masih mengadopsi dari dinas pendidikan dan dalam proses pembelajaran masih menggunakan media pembelajaran yang sederhana.

Keberhasilan suatu kurikulum sangat bergantung kepada kinerja guru. Berbicara mengenai guru, guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Figur seorang guru akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa “guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Hal ini berarti tugas

(5)

Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Kinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, merupakan faktor utama dalam pencapaian tujuan pengajaran, keterampilan penguasaan proses pembelajaran ini sangat erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar dan pendidik. Secara sempit dapat di interprestasikan sebagai pembimbing atau fasilitator belajar siswa.

Apabila berbicara mengenai tugas dan tanggung jawab guru, menurut Gage and Berliner (dalam Hendriana, 2003, hlm. 48) mengemukakan bahwa tugas dan tanggung jawab guru adalah sebagai berikut:

1. Planner, yaitu perencana yang harus mempersiapkan apa yang akan

dilakukan di dalam proses belajar mengajar;

2. Organizer, yaitu pelaksana yang harus menciptakan situasi, memimpin,

merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana;

3. Evaluator, yaitu penilai yang harus mengumpulkan, menganalisis,

menafsirkan, dan akhirnya harus memberikan pertimbangan atas tingkat keberhasilan belajar mengajar tersebut berdasarkan criteria yang ditetapkan baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya.

Hubungannya dengan tugas dan tanggung jawab guru di atas, kinerja merupakan suatu hal yang paling esensial dari kehidupan guru yang menuntut kemampuan profesionalismenya, sehingga kinerja akan memberikan isi dan makna dari kehidupan guru sebagai pelayan anak didiknya. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk meningkatkan kinerja guru dan kemampuan profesionalismenya tidak terlepas dari pengaruh faktor internal dan eksternal. Pengaruh dari faktor eksternal seperti motivasi kepala sekolah dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, selain gurunya sendiri yang berusaha meningkatkan kualitas kerjanya, pihak sekolah juga berusaha mengupayakan pemberdayaan gurunya agar memiliki kinerja yang baik dan profesional dalam menjalankan tugasnya.

(6)

Faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalisme dan kinerja guru SMA 1, 5, 9 dan 14 Kota Makasar dilihat dari perspektif masukan (input) lingkungan yaitu mencakup faktor-faktor kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis, iklim kerja di sekolah kondusif, dukungan positif dari anggota keluarga di rumah terhadap aktivitas mengajar di sekolah, komite sekolah, peserta didik, masyarakat dan pemerintah, dan dukungan berbagai sumber daya pendidikan lainnya dari stakeholder pendidikan di sekolah.

Dari penelitian yang dilakukan Nurhayati dapat disimpulkan bahwa profesionalisme dan kinerja guru sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah, iklim kerja dan dukungan dari semua aspek, baik itu di lingkungan keluarga, masyarakat, pemerintah maupun di lingkungan sekolah itu sendiri.

Hal tersebut senada seperti yang dikemukakan oleh Sedarmayanti (dalam Supardi, 2013, hlm 19) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja

guru antara lain: “(1) sikap mental (motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja); (2)

pendidikan; (3) keterampilan; (4) manajemen kepemimpinan; (5) tingkat penghasilan; (6) gaji dan kesehatan; (7) jaminan sosial; (8) iklim kerja; (9) sarana

dan prasarana; (10) teknologi; (11) kesempatan berprestasi”. Berdasarkan hal

tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru salah satunya yaitu sikap mental seorang guru.

Apabila dikaitkan dengan pembelajaran, menurut Supardi (2013, hlm. 23) mengemukakan bahwa:

kinerja guru merupakan kemampuan dan keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran yang ditunjukkan oleh dimensi: (1) kemampuan menyusun rencana pembelajaran dengan indikator: (a) merencanakan pengelolaan pembelajaran, (b) merencanakan pengorganisasian bahan pelajaran, (c) merencanakan pengelolaan kelas, (d) merencanakan penilaian hasil belajar; (2) dimensi kemampuan melaksanakan pembelajaran dengan indikator: (a) memulai pembelajaran, (b) mengelola pembelajaran, (c) mengorganisasikan pembelajaran, (c) melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar, (d) mengakhiri

pembelajaran… .

(7)

professional dalam implementasi kurikulum memiliki ciri-ciri: mendesain program pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan menilai hasil belajar

peserta didik”.

Masih berkaitan dengan kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran, menurut Kemp (dalam Supardi, 2013, hlm. 59) mengemukakan bahwa kemampuan merencanakan pembelajaran meliputi tujuh hal, yaitu:

1. Memahami tujuan pembelajaran, dan mengidentifikasi topik-topik pembelajaran, dan menetapkan tujuan umum untuk setiap topik pembelajaran.

2. Mengenal karakteristik utama peserta didik.

3. Membuat tujuan pembelajaran menjadi spesifik dalam bentuk tingkah laku peserta didik sehingga memungkinkan untuk pengukuran secara langsung.

4. Mengenali subjek dan isi setiap materi hingga mendukung bagi pencapaian tujuan.

5. Mengembangkan alat ukur awal guna mengetahui latar belakang peserta didik serta pengetahuannya mengenali topik yang diajarkan.

6. Menjaring kegiatan-kegiatan pembelajaran beserta sumber-sumbernya hingga peserta didik dapat mencapai tujuan.

7. Menggerakkan layanan-layanan yang mampu mendukung (dana, alat); dan mengembangkan alat-alat evaluasi.

Proses perencanaan pembelajaran sangat penting dilakukan oleh guru, karena perencanaan menunjukkan suatu pertanggungjawaban guru terhadap profesi yang disandangnya. Selain itu perencanaan merupakan kompetensi yang penting yang harus dimiliki oleh guru. Berkaitan dengan hal tersebut, dengan perencanaan yang baik, guru akan memiliki bekal yang cukup untuk melaksanakan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang direncanakan dengan seksama diharapkan akan berlangsung secara efektif dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

(8)

pembelajaran (RPP) dapat terlihat dari indikator pencapaian kompetensi yang dirumuskan oleh guru, tujuan pembelajaran yang dirumuskan belum mencantumkan aspek pengembangan sikap, sumber belajar yang digunakan hanya mengandalkan buku dari Kemendikbud, metode atau model pembelajaran yang dipilih oleh guru belum yang kontekstual, media pembelajaran yang dipilih oleh guru masih monoton dan evaluasi atau penilaian yang dibuat oleh guru belum sepenuhnya sesuai dengan yang diamanatkan oleh kurikulum 2013.

Sedangkan berdasarkan angket yang disebar kepada siswa kelas X di SMA Negeri 1 Ciamis dan SMA Negeri 2 Ciamis dengan jumlah responden sebanyak 80 siswa, data tersebut terungkap bahwa (1) siswa masih merasa kesulitan dalam memahami materi pembelajaran PKn, (2) siswa kurang bersemangat dan kurang senang dalam proses pembelajaran di kelas serta (3) siswa merasa kesulitan dalam menyesuaikan diri mengikuti cara belajar di kelas.

Apabila masalah itu dibiarkan tanpa adanya suatu solusi, maka akan menimbulkan dampak yang akan menghambat dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu, pentingnya kinerja guru yang baik dalam perencanaan pembelajaran sangatlah diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam pembelajaran tersebut.

Berangkat dari pemaparan di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti secara mendalam yang akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul: ANALISIS KINERJA GURU DALAM MENYUSUN PERENCANAAN

PEMBELAJARAN PKN (Studi Deskriptif di SMA N 1, 2 dan SMA N 3

Ciamis).

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Sebelum melaksanakan kegiatan penelitian ini, perlu mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti, identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:

(9)

2. Banyaknya teori atau konsep-konsep baru yang berkaitan dengan pembelajaran dalam kurikulum 2013 sehingga guru merasa kesulitan dalam merencanakan pembelajaran.

3. Guru mata pelajaran PKn belum maksimal dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berbasis kurikulum 2013.

4. Belum tersedianya buku sumber yang diterbitkan oleh pemerintah untuk mata pelajaran PKn jenjang SMA kelas X, baik itu untuk pegangan guru maupun untuk pegangan siswa.

5. Guru mata pelajaran PKn hanya berpaku pada satu sumber belajar yaitu buku teks sehingga kesulitan dalam menyusun materi pembelajaran. 6. Guru mata pelajaran PKn jenjang SMA merasa kesulitan dalam

menerapkan pendekatan Scientific dalam proses pembelajaran.

7. Guru mata pelajaran PKn jenjang SMA merasa kesulitan dalam proses penilaian karena berbeda dengan proses penilaian dengan kurikulum sebelumnya

Masalah diidentifikasi berdasarkan kajian teoretis dan fakta yang terjadi di lapangan sehingga tampak permasalahan yang perlu segera ditangani dan dapat dirumuskan.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Bertolak dari identifikasi masalah di atas rumusan masalah secara umum penelitian ini adalah bagaimana kinerja guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran PKn di SMA Negeri 1 Ciamis, SMA Negeri 2 Ciamis dan SMA Negeri 3 Ciamis?.

Untuk memudahkan pembahasan hasil penelitian ini, maka masalah pokok tersebut dijabarkan dalam beberapa sub-sub masalah. Secara khusus rumusan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses penyusunan RPP yang dilakukan oleh guru mata pelajaran PKn?

2. Hambatan apa yang dialami oleh guru PKn dalam penyusunan RPP? 3. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh guru PKn dalam mengatasi

(10)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Berdasarkan fokus atau masalah penelitian yang telah diungkapkan di atas, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan kinerja guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran PKn di SMA Negeri 1 Ciamis, SMA Negeri 2 Ciamis dan SMA Negeri 3 Ciamis.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui gambaran proses penyusunan RPP yang dilakukan oleh guru mata pelajaran PKn.

b. Mengidentifikasi hambatan yang dialami oleh guru PKn dalam penyusunan RPP.

c. Mengidentifikasi upaya yang dilakukan oleh guru PKn dalam mengatasi hambatan dalam penyusunan RPP.

E. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan konsep mengenai kinerja atau perilaku guru dalam perencanaan pembelajaran PKn.

2. Secara praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Menambah wawasan pengetahuan penulis tentang kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran PKn di SMA Negeri 1 Ciamis, SMA Negeri 2 Ciamis dan SMA Negeri 3 Ciamis.

b. Mendapatkan rumusan panduan kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran PKn.

(11)

d. Memberikan kontribusi kepada mata kuliah perencanaan pembelajaran PKn.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Keseluruhan penulisan isi skripsi ini disusun dengan membagi ke dalam 5 bab, yang masing-masing berisikan hal-hal sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, Identifikasi masalah dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

BAB II : Tinjauan Pustaka. Pada bab ini diuraikan dokumen- dokumen atau data-data yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teori-teori yang mendukung penelitian penulis.

BAB III : Metode Penelitian. Pada bab ini penulis menjelaskan metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis dan teknik pengujian keabsahan data serta tahapan penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran PKn..

BAB IV : Temuan dan Pembahasan. Dalam bab ini penulis menganalisis hasil temuan data tentang kinerja guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran pada mata pelajaran PKn, hambatan dan upaya dalam proses penyusunan RPP yang dilakukan oleh guru berkaitan dengan kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran PKn.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa latihan lompat tali memberikan pengaruh yang sangat positif terhadap tingkat kesegaran jasmani siswa kelas XI putra MA

Kode lima Roland Barthes yang terdiri dari hermeneutik, proeuretik, semantik, simbolik dan kebudayaan dapat menjadi alat dalam proses pembacaan detail rancang panggung

sedang $uti3 maka pemegang saham maka pemegang saham perus perusahaan meminta anda ahaan meminta anda untuk menggan untuk menggantikann tikann"a. Pekerjaan

Dinkes Kota Surabaya melakukan pemantauan secara periodik mengenai pelaporan data yang dilakukan puskesmas agar mengetahui puskesmas mana yang pelaporan datanya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran Pemerintah Daerah dalam rehabilitasi hutan man- grove Tanjung Bila, dan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan adalah rendah. Hal

2) Pelaku birokrasi adalah semua insan yang bekerja demi kepentingan negara dan dibayar/digaji dengan uang yang berasal dari anggaran pemerintah, yaitu anggota DPR RI/DPRD,

Pada Tabel 3 ditunjukkan SNR dan kapasitas kanal dari sistem dengan masing-masing kombinasi channel coding , teknik modulasi, dan skema MIMO saat pengguna bergerak dengan

Berdasarkan dari hasil pengujian analisis pada penelitian ini menghasilkan bahwa variabel Struktur Modal itu memiliki nilai signifikansi 0,559 yang artinya nilai