• Tidak ada hasil yang ditemukan

bio.unsoed.ac.id II.KUALITAS FAKTOR FISIK PERAIRAN KOLAM IKAN KUALITAS FAKTOR FISIK PERAIRAN KOLAM IKAN I.PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "bio.unsoed.ac.id II.KUALITAS FAKTOR FISIK PERAIRAN KOLAM IKAN KUALITAS FAKTOR FISIK PERAIRAN KOLAM IKAN I.PENDAHULUAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS

FAKTOR FISIK PERAIRAN

KOLAM

IKAN

Oleh:

Dra.Erie Kolya Nasution.M.Si

I.PENDAHULUAN

Jumlah wilayah desa dan kota

di

Indonesia

di

dominasi oleh desa,

namun

masyarakat

pedesaan lebih tertinggal dari pada masyarakat perkotaan dari beberapa segi yang ada. Beberapa cara untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarkat di pedesaan antara lain perubahan prilaku kearah kebaikan, perbaikan sanitasi lingkungan dan hygiene, perbaikkan mutu upaya pelayanan,

dan perbaik an gizi keluarga (Suj ionoha di, 2A02).

Perabaikan

gizi

keluarga antara

lain

usaha berupa budidaya ikan. Usaha

ini

memerlukan kuantitas dan kualitas air, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari masalah utama tentang air kolam.

Kuantitas dan kualitas

air

perlu

diperhatikan apabila

kita

menginginkan

air

kolam memenuhi syarat untuk kehidupan organisme air, termasuk

ikan

yang

kita

budidayakan.

Hal

ini

perlu kita persiapkan secara matang, sehingga panen ikan yang kita harapkan akan tinggi.

II.KUALITAS

FAKTOR FISIK PERAIRAN

KOLAM IKAN

Warna

air

umumnya disebabkan

oleh

senyawa-senyawa

yang

berasal

dari

organisme nabati, seperti tanin, gambut, asam humus, plankton, tanaman air, dan disebabkan karena ion-ion logam seperti besi, mangan, tembaga, bromium dan sebagainya. Warna air buangan atau air

di

alam sangat bervariasi, misalnya berwarna kuning, coklat atau kehijauan, air sungai atau kolam yang mengandung lumpur akan berwama kecoklatan, dan air yang banyak mengandung besi atau

tannin berwama coklat kemerahan.

Air

yang mempunyai warna normal menunjukkan bahwa air tersebut mengandung bahan-bahan asing yang biasanya dianggap

tidak

berbahaya. Warna air

(2)

dapat

dinilai

secara visual suatu perairan dapat diduga tingkat pencemarannya. Warna perairan

biru

digolongkan kelas

I

termassuk perairan bersih, warna hijau digolongkan kelas

II

termasuk perairan

belum

tercemar, warna

kuning

digolongkan

kelas

III

tyermasuk tercemar sedang,

danwarna merah digolongkan kelas

IV

termasuk perairan tercemar berat dan dapat meracuni ikan

serta kehdupan perairan lainnya.

Bau

air

kebanyakan berbau

tidak

enak

terjadi

pada perairan

yang

disebabkan karena adanya senyawa organik dan anorganik yang mengandung Nitrogen

(N),

Sulfur (S), Posfor (p)

serta berasal dari hasil pembusukan protein ataupun bahan-bahan organik lainnya. Selain

itu

bau yang

tidak

dikehendaki dalam suatu perairan dapat

juga timbul

akibat adanya pertumbuhan ganggang, plankton, tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan lainnya yang

mati

atau yang hidup dalam perairan bersangkutan. Keluasan dari pada gangguan bau tergantung pada besamya nilai pH dari pada perairan dan konsentrasi Sulfida (S) terlarut yang didapat didalam perairan. Jika pH

rendah maka

jumlah

dari pada HzS Lrebas yang dikeluarkan dan tingkatan populasi ke atmosfir

(udara) akan

terjadi lebih tinggi. Bau

busuk

disebabkan

oleh

HzS,

bau

seperti

bau

ikan disebabkan oleh adanay ikatan amonia radikal, bau cacing disebabkan oleh persenyawaan posfor,

dan bau tanah disebabkan oleh humus.

Kedalaman dan substrat dasar perairan mempengaruhi

jumlah

dan

jenis

organisma yang ada.

Di

daerah

litoral

adalah daerah yang jumlah

jenis

dan

individu

hewannya paling banyak,

jika

dibandingkan dengan sublitoral atau profundal. Kedalaman yang baik 0,5

-

1,5 meter. Tipe substrat dasar suatu perairan menentukan kelimpahan dan komposisi organisme perairan yang bersangkutan. Habitat yang baik bagi kehidupan hidrobiota yaitu batu dan partikel tanah halus,

sedang pasir dan

kerikil

kurang baik bagi tempat hidup biota perairan. Substrat dasar dibedakan

atas enam macam yaitu lumpur, pasir liat,

kerikil,

batu, liat berpasir.

(3)

Bau air

kebanyakan berbau

tidak

enak

terjadi

pada perairan

yang

disebabkan karena adanya senyawa organik dan anorganik yang mengandung Nitrogen

(N)'

Sulfur

(S)'

Posfor (P)

serta berasal dari hasil pembusukan protein ataupun bahan-bahan organik lainnya' Selain

itu

bau yang

tidak

dikehendaki dalam suatu perairan dapat

juga

timbul

akibat

adanya pertumbuhan

ganggang, plankton, tumbuh{umbuhan dan hewan-hewan lainnya yang

mati

atau yang hidup dalam perairan bersangkutan. Keluasan dari pada gangguan bau tergantung pada besarnya

nilai

pH dari pada perairan dan konsentrasi Sulfida (S) terlarut yang didapat didalam perairan' Jika pH rendah maka

jumlah

dari pada Hzs bebas yang dikeluarkan dan tingkatan populasi ke atmosfir

(udara)

akan

terjadi lebih tinggi. Bau

busuk

disebabkan

oleh Hzs' bau

seperti

bau

ikan disebabkan oleh adanay ikatan amonia radikal, bau cacing disebabkan oleh persenyawaan posfor,

dan bau tanah disebabkan oleh humus'

Temperatur atau suhu

air

merupakan salah

faktor

yang sangat penting

bagi

lingkungan akuatik (perairan) yang mempunyai banyak pengaruh langsung atau

tidak

langsung, antara lain mempengaruhi

sifat fisika-kimia

perairan maupun

ikan'

Pada suhu yang

terlalu

rendah

atau terlalu

tinggi

dapat mengganggu kahidupan ikan, karena

itu

suhu perlu mendapat perhatian dan perlu diketahui. Disamping itu suhu air penting jug

a

utinya dalam beberapa analisa air' misalnya

dlam

penentuan oksigen

terlarut,

BOD

dan lain-lain.

Hal

ini

disebabkan terutama karena kelarutan oksigen

di

dal;am

air

berbeda-beda tergantung pada suhu perairan' Setiap organisme mempunyai batas toleransi yang berbeda-beda terhadap suhu untuk hidupnya, serta mempunyai pula kemampuan untuk menyesuaikan

diri

terhadap

faktor

suhu sampai

titk

tertentu' Ikan dan organisme perairan

lainnya yang hdup

secara

lami

disuatu perairan adalah

jenis-jenis

atau

individu-individu

yang mampu menyesuaikan

diri

dengan suhu dan

sifat sir

lainnya. Jika suhu

tinggi

air akan lekas kenyang dengan oksigen. Efek ekologis dari temperatur atau suhu terhadap

(4)

Bau air

kebanyakan berbau

tidak

enak

terjadi

pada perairan

yang

disebabkan karena

adanya senyawa organik dan anorganik yang mengandung Nitrogen

(N),

Sulfur (S), Posfor (P)

serta berasal dari hasil pembusukan protein ataupun bahan-bahan organik lainnya. Selain itu bau yang

tidak

dikehendaki dalam suatu perairan dapat

juga timbul

akibat adanya pertumbuhan ganggang, plankton, tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan lainnya yang

mati

atau yang hidup dalam perairan bersangkutan. Keluasan dari pada gangguan bau tergantung pada besarnya nilai pH dari pada perairan dan konsentrasi Sulfida (S) terlarut yang didapat didalam perairan. Jika pH rendah maka

jumlah

dari pada HzS bebas yang dikeluarkan dan tingkatan populasi ke atmosfir

(udara) akan

terjadi lebih

tinggi. Bau

busuk

disebabkan

oleh

HzS,

bau

seperti

bau

ikan disebabkan oleh adanay ikatan amonia radikal, bau cacing disebabkan oleh persenyawaan posfor,

dan bau tanah disebabkan oleh humus.

Temperatur atau suhu

air

merupakan salah

faktor

yang sangat penting

bagi

lingkungan akuatik (perairan) yang mempunyai banyak pengaruh langsung atau

tidak

langsung, antara lain mempengaruhi

sifat fisika-kimia

perairan maupun

ikan.

Pada suhu yang

terlalu

rendah

atau

terlalu

tinggi

dapat mengganggu kahidupan ikan, karena

itu

suhu perlu mendapat perhatian dan perlu diketahui. Disamping itu suhu air penting juga artinya dalam beberapa analisa air, misalnya

dlam

penentuan oksigen

terlarut,

BOD

dan lain-lain.

Hal

ini

disebabkan terutama karena kelarutan oksigen

di

dal;am

air

berbeda-beda tergantung pada suhu perairan. Setiap organisme mempunyai batas toleransi yang berbeda-beda terhadap suhu untuk hidupnya, serta mempunyai pula kemampuan untuk menyesuaikan

diri

terhadap

faktor

suhu sampai

titk

tertentu. Ikan dan organisme perairan

lainnya yang hdup

secara

lami

disuatu perairan adalah

jenis-jenis

atau

individu-individu

yang mampu menyesuaikan

diri

dengan suhu dan

sifat sir

lainnya. Jika suhu

tinggi

air akan lekas kenyang dengan oksigen. Efek ekologis dari temperatur atau suhu terhadap

(5)

komunitas invertebrata adalah sangat komplek. Invertebrata merupakan hewan yang hidup pada kisaran suhu yang sangat luas, dan oleh karena itu jumlahnya akan menurun dengan terlepasnya panas, dan efeknya

tidak

dratis

bila

suhu

tidak

melebihi 300C, dan

bila

suhu diatas 300C serta pada suhu 200C

-

27aC tidakmengalami pergoncangan untuk lingkungan hidupnya.

Kekeruhan

air

pada perairan alami merupakan salah satu faktor penting yang mengontrol produktivitasnya.

Oleh

karenanya kekeruhan mempengaruhi penetrasi catraya matahari dan membatasi proses fotosintesa dan produktivitas primer. Dengan kondisi

air

yang keruh kurang

disukai

oleh flora

maupun

flora

perairan. Kekeruhan dapat disebabkan

oleh

bahan organik maupun anorganik.

III.PENUTUP

pengetahuan tentang kualitas faktor

fisik

air kolam diperluksn dalam rangka menunjang informasi masalah

air

kolam. Informasi tentang kualitas faktor

fisik

air tentu tidak terlepas dari masalah air yang berhubungan dengan makanan ikan'

IV,

REFERENSI

Anderson,

C.R.

1995. Petunjuk Modern Kepada Masyarakat. Indonesia Publishing House, Bandung.

Ahyar,

N.

19?9. Perikanan Darat.Seri lndonesia Membangun No.7. Penerbit N-V- Masa Baru Bandung

-

Jakarta.

Susanto.H. 2003. Budidaya lkan di Pekarangan' Penebar Swadaya Jakarta.

Zonneveld.

N

;

Huisman.E.A dan Boon J.H.1991. Prinsip- Prinsip Budidaya

lkan.

Penerbit PT.Gramedia Pustaka Utama,

bio.unsoed.ac.id

Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Judul Laporan Tugas Akhir : Aplikasi Interaktif 3D untuk Promosi Perumahan.. Dengan sebenarnya penulis menyatakan bahwa laporan tugas akhir

Jumlah Sel Darah Merah (Eritrosit) Mencit Hasil pengamatan terhadap jumlah sel darah merah dengan perlakuan ekstrak segar daun rosela dengan perbedaan konsentrasi telah

Dengan demikian, orang atau kelompok lain –yang masih satu agama sekalipun dengan pihak yang berbeda tersebut– harus menyadari bahwa setiap orang mempunyai kebebasan

Informasi keuangan di atas diambil dari laporan keuangan PT Bank China Construction Bank Indonesia (“Bank”) tanggal 31 Desember 2019 dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal

Studi juga dilakukan terhadap pengaruh beban pendingin terhadap performansi mesin pendingin tipe chiller untuk cold storage dan indoor menggunakan ethylene glycol

Tingkat peserta didik yang putus sekolah (drop-out) lumayan tinggi dan hasil ujian nasional terintegrasi ujian sekolah sangat jelek. Keadaaan bangunan, peralatan, dan bahan

Oleh : Rifta Andria Pratiwi NIM. Menyadari akan pentingnya suatu kampus maka sudah sewajarnya kampus terencana dalam suatu sistem dan pola pengaturan yang tertata

Hasil belajar yang dilakukan pada kelas eksperimen dengan menggunakan model Course Review Horay (CRH) maka dihasilkan rata-rata nilai pretest sebesar 59,20 serta