• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung

Ayam diklasifikasikan ke dalam kelas Aves, ordo Galliformes dan famili Phasianidae (Sulandari et al., 2007a). Dijelaskan lebih lanjut bahwa ayam mempunyai jengger (comb) di atas kepala dan dua gelambir (wattles) di bawah dagu. Spesies lain yang masih hidup secara liar di hutan dari genus Gallus diantaranya Gallus gallus (Red Jungle Fowl) yang menyebar di Cina, India dan Asia Tenggara. Gallus varius (Green Jungle Fowl) yang menyebar di Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Gallus lafayetti (Sri Lanka Jungle Fowl) menyebar hanya di Sri Lanka, sedangkan Gallus sonneratii (Grey Jungle Fowl) menyebar di India bagian selatan dan barat. Oluyemi dan Roberts (1979) mendeskripsikan lebih lanjut empat spesies nenek moyang ayam yang disajikan pada Tabel 1.

Nataamijaya (2010) menyatakan bahwa ayam lokal di Indonesia digolongkan sebagai tipe pedaging (ayam Pelung, ayam Nagrak, ayam Gaok dan ayam Sedayu), petelur (ayam Kedu Hitam, ayam Kedu Putih, ayam Nusa Penida, ayam Nunukan, ayam Merawang, ayam Wareng dan ayam Sumatra) dan dwiguna (ayam Sentul, ayam Bangkalan, ayam Olagan, ayam Kampung, ayam Ayunai, ayam Melayu dan ayam Siem). Selain itu, terdapat pula tipe ayam petarung (ayam Banten, ayam Ciparage, ayam Tolaki dan ayam Bangkok) dan ayam tipe hias (ayam Pelung, ayam Gaok, ayam Tukung, ayam Burgo, ayam Bekisar dan ayam Walik). Dinyatakan lebih lanjut bahwa ayam lokal sebagai sumber daya genetik ternak mampu beradaptasi dengan lingkungan. Ayam lokal di Indonesia sangat beragam, baik merupakan ayam asli maupun hasil adaptasi yang telah terjadi puluhan bahkan ribuan tahun.

Rasyaf (1992) menyatakan bahwa ayam Kampung merupakan jenis ayam tradisional yang telah beradaptasi baik di Indonesia selama ratusan tahun. Hal ini dapat dibuktikan dengan sejarah yang menyatakan bahwa ayam Kampung sudah didomestikasi sejak jaman Kerajaan Kutai dan telah menjadi makanan lezat dan sumber uang serta sebagai tabungan hidup. Menurut Sulandari et al. (2007b) ayam Kampung merupakan jenis ayam yang tidak memiliki ciri khusus, sehingga masih memiliki keragaman fenotip yang tinggi. Secara umum, pengamatan terhadap ayam Kampung dapat dilakukan berdasarkan sifat kuantitatif seperti bentuk tubuh yang

(2)

4 ramping, kaki yang panjang dan pengamatan sifat kualitatif seperti warna bulu yang masih beragam. Keunggulan ayam Kampung dibanding dengan jenis ayam lain adalah ketahanan tinggi terhadap penyakit. Ayam Kampung banyak berkeliaran di desa-desa di seluruh wilayah Indonesia. Menurut Mansjoer (1985) ayam Kampung yang berasal dari Indonesia memiliki jarak genetik yang paling dekat dengan ayam hutan merah Sumatera (Gallus gallus gallus) dan ayam hutan merah Jawa (Gallus gallus javanicus).

Tabel 1. Rekapitulasi Empat Spesies Nenek Moyang Ayam

No Nama Persebaran Beberapa Karateristik

1 Gallus gallus,

G. bankiva

atau G. ferru-gineus (Ayam Hutam Merah)

India utara, tengah dan timur laut; Bur-ma, Thailand, Cina, Malay Peninsula, Fi-lipina dan Sumatra

Bulu pada betina menyerupai Brown Leghorn, pejantan memiliki bulu jingga kemerahan pada leher, terkadang dada berwarna hitam. Telur berwarna kekuningan atau berkilap. Kedua kaki ditutupi warna dan jengger berwarna merah

2 Gallus

lafayetti (Ayam Hutan Ceyl-onese)

Sri Lanka Bulu pada betina sama dengan G. gallus, tetapi pada pejantan terdapat warna jingga pada dada. Bulu sekunder terkadang lurik. Jengger berwarna kuning pada bagian tengah dan berwana merah di sekitarnya. Telur berbintik

3 Gallus

sonneratii (Ayam Hutan Hijau)

India barat daya Spesies ini membawa gen S silver yang bersifat dominan hasilkan warna perak di bagian tertentu. Corak telur terkadang berbintik. Suara kokok G. lafayetii berbeda dari G. gallus

4 G. varius, G.

furcatus (Ayam Hutan Hitam atau Hijau)

Jawa, Lombok Bulu leher pendek dan bulat. Pial berwarna merah, kuning dan biru kehijauan dan jengger berwarna hijau dan merah keunguan. Pejantan secara dominan berwarna hijau kemilau

Sumber: Oluyemi dan Roberts (1979)

Morfologi dan Ukuran-Ukuran Tubuh Ayam Kampung

Pertumbuhan merupakan proses pertambahan berat hidup sejak pembuahan dan lahir hingga mencapai berat dan ukuran dewasa. Pertumbuhan merupakan hasil interaksi antara bibit, ransum, manajemen pemeliharaan, lingkungan dan penyakit. Banyak faktor yang mampu mempengaruhi proses pertumbuhan, terutama faktor

(3)

5 interaksi antara potensi genetik (breed) dengan faktor lingkungan (Mulyatini, 2011). Herren (2012) menyatakan bahwa secara umum pertumbuhan adalah suatu peningkatan ukuran atau volume bahan hidup. Dijelaskan lebih lanjut bahwa terdapat dua fase utama pada pertumbuhan ternak yaitu prenatal dan posnatal. Prenatal merupakan fase pertumbuhan sebelum ternak lahir, sedangkan posnatal merupakan fase pertumbuhan setelah ternak lahir. Selama pertumbuhan prenatal terjadi pembentukan organ-organ tubuh ternak. Selain itu, selama pertumbuhan prenatal dan posnatal terjadi peningkatan jumlah sel-sel (hyperplasia) dan ukuran sel-sel (hypertrophy).

Pertumbuhan pada ayam dimulai secara perlahan-lahan kemudian berlangsung cepat sampai pertumbuhan maksimum, kemudian menurun kembali hingga terhenti (Mulyantini, 2011). Herren (2012) menyatakan bahwa ternak mengalami pertumbuhan secara cepat dari waktu ternak tersebut lahir sampai mencapai dewasa kelamin. Pertumbuhan berlangsung relatif pelan setelah ternak lahir untuk mengatur fungsi organ saat ternak di luar plasenta induk. Ternak lalu mengalami pertumbuhan secara cepat saat tulang dan jaringan otot tumbuh secara stabil. Selama tahapan ini, ternak mencapai laju pertumbuhan dan efisiensi pakan terbaik. Ukuran dari seekor ternak tergantung pada ukuran dan jumlah otot dan jaringan pada tubuh ternak tersebut. Hormon juga memberikan peranan terhadap pertumbuhan ternak. Kelenjar berperanan penting dalam mensekresi hormon yang selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan. Kelenjar tersebut adalah pituitari, tiroid, testis, ovari dan adrenal. Testosteron berperan sebagai steroid dari androgen yang memicu pertumbuhan yang lebih cepat pada jantan. Hormon testostron pada dosis rendah mampu meningkatkan pelebaran dari epiphysis tulang dan membantu kerja hormon pertumbuhan, sedangkan hormon estrogen justru menghambat pertumbuhan kerangka.

Heritabilitas merupakan proporsi dari total variasi suatu sifat akibat pengaruh genetik yang dapat diwariskan ke generasi berikutnya (Noor, 2000). Dijelaskan lebih lanjut bahwa nilai heritabilitas diperoleh dari prinsip bahwa ternak yang memiliki hubungan kekeluargaan memiliki performa yang mirip dibandingkan dengan ternak yang tidak memiliki kekeluargaan. Hartl (2011) menyatakan bahwa nilai heritabilitas dapat digunakan untuk memprediksi besar dan kecepatan perkembangan populasi.

(4)

6 Menurut Soeroso et al. (2009) nilai heritabilitas menunjukkan kekuatan pewarisan dari tetua pada keturunannya. Seleksi individu merupakan metode yang tepat dalam perbaikan mutu genetik ternak yang memiliki nilai heritabilitas tinggi dan berkorelasi genetik positif. Dalton (1981) menyatakan bahwa ukuran-ukuran permukaan tubuh ayam seperti panjang tarsometatrsus (shank) memiliki heritabilitas sebesar 0,40-0,55.

Morfometrik

Morfometrik merupakan ilmu yang mempelajari tentang bentuk atau ukuran. Secara umum untuk memperlihatkan karakteristik eksternal, digunakan sinonim dengan kata anatomi (Campbell dan Lack, 1985). Pengukuran secara morfometrik merupakan suatu metode yang lebih baik untuk membedakan bentuk tubuh pada populasi. Metode morfometrik ini dapat dilakukan untuk membedakan strain atau spesies atau populasi, menentukan jarak genetik dan mencari indikator morfologi untuk tujuan seleksi (Kusrini et al., 2009). Menurut Nugraha (2007) beberapa variabel yang digunakan untuk pengukuran morfometrik ayam adalah femur, tibia, tarsometatarsus, sayap, maxilla, jengger dan tulang jari ketiga.

Sifat kuantitatif memiliki peranan penting dalam bidang peternakan terutama yang berkaitan dengan sifat produksi (Warwick et al., 1995). Beberapa sifat kuantitatif yang bernilai ekonomis adalah bobot badan, panjang paha (femur), panjang betis (tibia), panjang cakar atau shank (tarsometatarsus) dan lingkar shank. Sifat-sifat tersebut dapat dijadikan indikator dalam pertumbuhan ayam (Mansjoer, 1985). Nishida et al. (1982) menggunakan panjang femur, panjang tibia, panjang tarsometatarsus, lebar tarsometatarsus, panjang tulang jari ketiga, panjang sayap, panjang maxilla atas dan tinggi jengger; sebagai variabel ukuran linear permukaan tubuh yang digunakan untuk menentukan ukuran dan bentuk tubuh pada ayam Kampung Indonesia.

Fradson (1992) menyatakan bahwa skeleton ayam disusun dengan tulang yang merupakan struktur hidup yang berfungsi utama untuk melindungi tubuh, memberikan kekerasan dan bentuk pada tubuh, sebagai pengungkit, tempat cadangan mineral dan sebagai tempat untuk pembentukan darah. Suryaman (2001) menyatakan bahwa pendugaan bobot badan ayam (produktivitas) dapat dilakukan peternak melalui ukuran kerangka.

(5)

7 Tabel 2. Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung

Variabel Ayam Kampung

♂ ♀

---(mm)---

Panjang Femur 125,45 ± 17,63 105,43 ± 10,14

Panjang Tibia 148,56 ± 16,37 116,29 ± 13,52

Panjang Tarsometatarsus (Shank) 111,12 ± 13,89 84,16 ± 7,23 Lingkar Tarsometatarsus (Shank) 19,42 ± 12,18 11,18 ± 1,82

Panjang Sayap 166,77 ± 17,40 143,97 ± 9,71

Panjang Maxilla 33,03 ± 4,48 30,37 ± 2,18

Tinggi Jengger 36,50 ± 22,59 15,06 ± 9,80

Panjang Jari Ketiga 65,85 ± 17,75 50,85 ± 4,40 Keterangan: ♂ = jantan, ♀ = betina

Sumber: Fastasqi (2012)

Tulang Femur. Tulang femur disebut juga tulang paha (Campbell dan Lack, 1985). McLelland (1990) menyatakan bahwa tulang femur merupakan tulang yang terdapat antara tulang pelvis pada bagian atas dan tulang tibia pada bagian bawah. Bagian ujung distal dari femur miring secara kranioternal yang membawa banyak anggota badan bagian belakang mendekat ke pusat gravitasi tubuh.

Tulang Tibia. Tulang tibia merupakan bagian anggota badan yang sering disebut drumstick. Tulang tibia bersama dengan fibula tergabung dengan baris proksimal dari tulang tarsal ke bentuk tibiotarsus (McLelland, 1990).

Tulang Tarsometatarsus (Shank). Tulang tarsometatarsus merupakan bagian dari kaki yang pada jenis burung dibentuk sebagai akibat penyatuan antara elemen tarsal dan metatarsal (Campbell dan Lack, 1985). Menurut Marshall (1960) tulang tarsometatarsus pada burung dewasa terdiri atas bagian tarsal pada ujung depan dan penyatuan tiga metatarsal yaitu pada jari kedua, ketiga dan keempat. Tarsometatarsus merupakan shank pada ayam.

Tulang Sayap. Sayap terletak pada bagian depan badan tubuh burung yang dimodifikasi untuk terbang. Sayap pada burung digunakan untuk keseimbangan, terutama saat bertengger dan berpindah tempat (Campbell dan Lack, 1985). Sayap pada unggas berperan penting dalam sistem pernapasan dan digunakan untuk

(6)

8 mengeluarkan panas saat unggas terengah-engah (Jacob et al., 2011). Marshall (1960) menyatakan bahwa pendukung utama tulang sayap pada unggas adalah tulang lengan atas dan dan lengan bawah. Gambar 1 mengilustrasikan bagian-bagian tulang sayap. McLelland (1990) menyatakan bahwa pergerakan yang terjadi pada tulang ini termasuk elevasi, depresi, protaksi dan retraksi. Elevasi merupakan gerakan mengangkat atau menaikkan bahu sebesar 450, sedangkan depresi merupakan gerakan menurunkan atau menggerakkan bahu ke bawah sebesar 700. Protaksi merupakan gerakan menggerakkan bahu ke anterior sebesar 300 dan retraksi merupakan gerakan menarik bahu ke posterior sebesar 300.

Sumber: Pennycuick (2008)

Gambar 1. Tulang Sayap pada Burung

Tulang Maxilla. Secara ilmu osteologi, tulang maxilla merupakan tulang yang kecil pada bagian tengkorak dan terletak antara bagian jugal dan premaxilla. Tulang ini merupakan rahang bawah paling atas (Campbell dan Lack, 1985). Rusdin (2007) menambahkan bahwa salah satu fungsi terpenting dari paruh pada unggas adalah untuk mengambil pakan. Ukuran panjang paruh yang terlalu panjang pada ayam petelur tidak terlalu diinginkan, karena dapat mempengaruhi efisiensi dan efektivitas pakan yang dikonsumsi serta untuk menghindari kanibalisme. Paruh juga memiliki peran khusus pada ayam tipe tertentu, misalnya ayam Pelung yaitu berhubungan dengan aktivitas berkokok karena berkaitan dengan sistem respirasi, karena pada saat berkokok, paruh dalam keadaan terbuka.

Humerus

Radius

Ulna

Carpus Metacarpus

(7)

9 Jengger. Jengger terletak di atas mata pada unggas jantan dan berwarna merah (Campbell dan Lack, 1985). Tinggi jengger merupakan salah satu indikator perbandingan morfometrik pada ayam Kampung (Chandrawati, 2007). Beberapa bangsa ayam lokal umumnya memiliki jengger dengan bentuk yang dijadikan sebagai karakteristik pembeda yang cukup kontras (Stevens, 1991). Williams (2011) menyatakan bahwa tipe jengger dapat digunakan untuk mengidentidikasi bangsa ayam tertentu. Jengger pada ayam berperan sebagai pengantar dingin (termoregulasi) karena ayam tidak memiliki kelenjar keringat. Proses sirkulasi darah ayam melalui kepala dan jengger, sehingga jengger dapat mendinginkan darah panas dan mengembalikannya ke bagian posisi tubuh yang lebih rendah. Selain itu, jengger yang merah dan besar pada jantan digunakan untuk menarik perhatian betina karena betina menyukai warna merah.

Tulang Jari (Tulang Digit). Tulang jari merupakan salah satu indikator dalam pengukuran morfometrik pada ayam Kampung. Tulang jari yang diukur pada pengamatan morfometrik adalah panjang tulang jari ketiga (Nishida et al., 1982). McLelland (1990) menyatakan bahwa mayoritas burung termasuk ayam lokal mempunyai digit I sampai IV (dengan jumlah tulang jari sebanyak dua, tiga, empat dan lima). Posisi jari pertama tepat pada bagian paling belakang kaki. Tulang ini memperlihatkan variasi yang baik dalam struktur. Posisi jari-jari menunjukkan kepentingan dalam taksonomi yang dihubungkan dengan posisi burung saat bertengger ataupun tidak bertengger.

Analisis Diskriminan

Analisis diskriminan (Discriminant Analysis) merupakan analisis yang dapat digunakan untuk menentukan variabel penciri yang membedakan kelompok populasi yang diamati. Selain itu, analisis ini juga dapat digunakan sebagai kriteria pengelompokan (Gaspersz, 1992). Dijelaskan lebih lanjut bahwa analisis diskriminan dilakukan berdasarkan perhitungan statistik terhadap kelompok-kelompok yang terlebih dahulu telah diketahui secara jelas perbedaannya. Ronald A. Fisher merupakan orang pertama yang mengembangkan metode fungsi diskriminan pada tahun 1936, sehingga fungsi diskriminan yang dibangun ini sering pula disebut sebagai fungsi diskriminan linear Fisher. Fungsi diskriminan merupakan fungsi pembeda terbaik untuk dua atau lebih populasi yang diukur dalam beberapa karakter.

(8)

10 Dalam bidang genetika populasi, fungsi diskriminan dipergunakan sebagai salah satu alat untuk seleksi.

Interaksi Genetik dan Lingkungan

Fenotip merupakan hasil dan berbagai produk gen yang diekspresikan dalam suatu lingkungan tertentu. Lingkungan mencakup faktor internal seperti hormon dan enzim dan faktor eksternal seperti suhu dan kualitas cahaya (Elrod dan Stansfield, 2002). Fenotipik suatu ternak dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan interaksi antara genetik-lingkungan (Warwick et al., 1995). Mathur (2003) menyatakan bahwa interaksi antara genetik dan lingkungan terhadap suatu fenotipik, ditemukan berbeda pada lingkungan yang satu dengan lingkungan lain. Interaksi genetik dan lingkungan yang signifikan tidak hanya disebabkan perbedaan genotip (bangsa), tetapi juga disebabkan efek utama dari gen. Penciri genetik dan lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap ukuran interaksi genetik dan lingkungan. Interaksi genetik dan lingkungan terjadi lebih tinggi pada sifat dengan heritabilitas rendah, seperti reproduksi dan efisiensi pakan; tetapi lebih rendah pada sifat lain dengan heritabilitas tinggi seperti pertumbuhan dan bobot badan. Tiga hal penting yang harus dipertimbangkan berkaitan dengan interaksi antara genetik dan lingkungan adalah pemilihan bangsa atau garis keturunan yang tepat, seleksi untuk pengembangan lebih lanjut dalam bangsa atau garis keturunan yang terpilih dan pengembangan lebih lanjut pada genotip yang terpilih seperti ukuran tubuh atau penggunaan gen utama.

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi Empat Spesies Nenek Moyang Ayam

Referensi

Dokumen terkait

kolom komentar, serta (3) Menguraikan makna dari ujaran kebencian dalam akun instagram yang disampaikan warganet pada kolom komentar. Penelitian terdahulu dengan penelitian

pengaruh yang signifikan terhadap perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Inflasi

Pada sistem satu dimensi seperti yang terlihat pada gambar 1-2. Jika sistem dalam keadaan stabil. Sebagai contoh temperatur tidak berubah, penyelesaianya

Lantaran itu, program atau aktiviti gerakan Islam ABIM khususnya aspek ekonomi juga dapat dilaksanakan melalui pendekatan ini dan penglibatan gerakan Islam ABIM ini

ngan lingkungan. keterampilan sosial bukan sesuatu yang dibawa dari lahir tetapi perilaku yang dipelajari dari kehidupan sehari-hari anak. Pelajaran yang diperoleh baik

Pensyarah yang mempunyai pengalaman mengajar 1 – 2 tahun, 6 – 10 tahun dan 16 tahun ke atas menunjukkan tahap sederhana dalam semua komponen persepsi persekitaran pengajaran,

Data pada Tabel 1 juga menunjukkan kecenderungan peningkatan rendemen bubuk ekstrak selada laut dengan meningkatnya suhu, akan tetapi terjadi penurunan pada suhu

 OS android versi v4.4 sampai dengan v4.4.4 Dirilis pertama pada tanggal 31 bulan Oktober tahun 2013 di namakan dengan Android kitkat .os android kitkat memiliki tampilan 100%