1
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS TERHADAP
MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI
DI KELAS X SMK NEGERI 2 BANAWA
Alwin1, Samsurizal M. Suleman dan I Nengah Kundera2
alwinlawasa@yahoo.co.id
1 (Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Tadulako) 2 (Staf Pengajar Program Studi Magister Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Tadulako)
Abstract
This study aims to find out the dfferences between motivation and learning outcomes of the students who get STAD learning model and conventional learning on Biology lesson of the Ten grade students of SMK 2 Banawa. The sample consisted of 64 students in two groups: 32 students as the experimental group and 32 students as the control group. The data were drawn from questionnaires, tests, and observation of teachers and students as well as record of events. The primary data were taken from the questionnaire and written test. The questionnaire was used to get the students’ motivation and the test was used to assess the students’ learning outcomes. The observation sheets, record of events and interview guide were used to get supporting data. The primary data were analyzed by using N-gain test of pre-test and post-test. The significance was deterinined by using t-test of the two independent samples. The experimental and control groups were divided into upper, middle and bottom based on the pre-test and each group was determined by the N-gain learning aoutcomes. It was found that the middle group of the experimental class obtained the highest N-gain while the lower group of the control class obtained the highest N- gain. Based on the result of the t-test using a significance of 0.05 for Df = 62, it is concluded that 1) there is a significant difference of motivation between the students who got STAD learning and those who had conventional learning, 2) there is a significant difference of learning outcomes between the students who got STAD learning and those who had conventional learning.
Keywords: STAD Learning, Motivation and Learning Outcomes
Kurikulum yang diterapkan dalam pendidikan di Indonesia saat ini adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum bercirikan pengembangan dan
pengelolaan pembelajaran dominan
diserahkan pada satuan pendidikan masing-masing. Hal ini berarti bahwa masing - masing guru dalam musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) diberikan kewenangan dan keleluasaan untuk berpartisipasi aktif dalam mengembangkan kurikulum khususnya yang berkaitan langsung dengan model pembelajaran. Berdasarkan hal ini, maka pembelajaran di kelas harus dikembangkan secara kontinu dan konsisten oleh guru agar lebih efektif dan efisien (Dimyati dan Mudjiono, 1999).
Peningkatan mutu pendidikan formal di sekolah, tidak terlepas dari berhasil tidaknya proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar tersebut dipengaruhi oleh beberapa komponen utama yang saling berkaitan,
diantaranya guru, siswa dan model
pembelajaran. Komponen-komponen tersebut
memegang peranan penting dalam
menentukan keberhasilan proses belajar mengajar, sehingga akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Selain itu hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh faktor - faktor yang lain, misalnya motivasi belajar, tingkat intelegensi siswa, fasilitas belajar yang tersedia, kurikulum, media pembelajaran, dan sebagainya (Cohen, 2000).
Masalah utama dalam pembelajaran biologi adalah bagaimana fakta yang pernah dilihat dan dialami oleh siswa dihubungkan dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep biologi, sehingga menjadikan pengetahuan yang bermakna bagi siswa. Selama ini siswa hanya terpaku pada jabaran konsep biologi yang ada pada buku, tanpa memahami apa dan bagaimana makna yang terkandung.
Disisi lain lingkungan menyediakan
fenomena alam yang menarik dan penuh misteri. Sehingga anak mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi. Masih banyak guru mengajar hanya menggunakan model konvensional. Guru merupakan satu-satunya sumber utama pengetahuan. Pembelajaran cenderung berorientasi pada buku (text book
oriented) dan tidak terkait dengan kehidupan
sehari-hari siswa (Anni, 2004).
Permasalahannya adalah bagaimana
upaya guru menciptakan pembelajaran
dengan komunikasi multiarah, meningkatkan
aktifitas, meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah dan meningkatkan
prestasi belajar siswa. Upaya-upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa diantaranya adalah
memilih dan menggunakan model
pembelajaran yang relevan. Model
pembelajaran yang menempatkan siswa
sebagai pusat belajar diantaranya adalah
pembelajaran kooperatif. Model ini
merupakan model pembelajaran yang menitik beratkan pada pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda
kedalam kelompok–kelompok kecil
(Saptono, 2003). Menurut Zanaton (2007), penggunaan model pembelajaran kooperatif pada Matematika dan ilmu Sains sangat efektif. Banyak tipe dan model pembelajaran kooperatif diantaranya yaitu: student team
achievement divisions (STAD), group
investigation (GI), jigsaw, thinkpair and share, dan make a match.
Mewujudkan pola pembelajaran yang mengacu pada tujuan pembelajaran Biologi, perlu suatu pembelajaran yang berlangsung
dua arah, yaitu adanya aktivitas yang dinamis antara guru dan siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Melalui STAD siswa dapat belajar bersama, saling membantu dan berdiskusi bersama-sama dalam menemukan
dan menyelesaikan masalah. Model
pembelajaran kooperatif dapat
mengembangkan tingkah laku kooperatif yang baik dengan hasil belajar (Slavin, 2008).
Siswa dapat belajar kepada temannya lebih banyak dari pada gurunya. Hal ini dapat memacu terbentuknya ide dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif
dapat memaksimalkan belajar siswa.
Pembelajaran model kooperatif tipe STAD adalah untuk menuntaskan materi belajar, siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu. Tipe STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Disamping itu, merupakan tipe yang paling baik untuk permulaan bagi
guru yang baru menggunakan model
kooperatif (Slavin, 2008).
Sanjaya (2006), menjelaskan bahwa paradigma pembelajaran perlu dirubahdan guru sebagai pusat pembelajaran (teacher
centre) menjadi siswa sebagai pusat
pembelajaran (student centre). Siswa adalah subjek didik bukan objek didik sehingga merekalah yang seharusnya menjadi sentral dalam proses pembelajaran bukan diajar tapi mereka melakukan proses belajar. Sementara guru bukan lagi nara sumber yang serba tahu tetapi guru lebih dominan berperan sebagai motivator dan fasilitator.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yaitu penelitian eksperimen yang tidak memungkinkan mengontrol secara
keseluruhan variabel–variabel yang
berpengaruh. Penelitian ini termasuk
Alwin, dkk. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team ………3
ekivalen yang dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Data yang diperoleh dan penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yaitu data dan hasil evaluasi pembelajaran dan skala Likert hasil pengisian angket sedangkan data kualitatif berupa hasil observasi, hasil rekaman dan hasil angket. Selain itu catatan peristiwa saat pemberian treatment pada kelas eksperimen menjadi data
pelengkap yang penting untuk lebih
menyempurnakan. Data yang diperoleh
langsung dan subjek penelitian baik berupa hasil angket, maupun hasil belajar adalah data primer, sedangkan data dan dokumen merupakan data sekunder.
Sumber data utama pada penelitian ini adalah siswa sebagai subjek dan objek penelitian. Sumber data yang lain adalah guru
yang juga merupakan subjek dalam
penelitian. Selain itu, dokumen pribadi guru berupa hasil ulangan harian dan hasil ulangan semester juga menjadi sumber data yang berbeda.
Teknik yang digunakan adalah teknik pengisian angket, wawancara semi terstruktur, observasi dan tes tertulis. Teknik pengisian angket digunakan untuk memperoleh data tentang motivasi siswa balk pada pretes maupun posttes. Wawancara semi terstruktur dilakukan sebagai cara untuk memperoleh data pelengkap untuk data motivasi dan
angket, sedangkan observasi dilakukan
dengan observasi terstruktur. Angket yang digunakan untuk memperoleh data motivasi kedua kelompok baik pretes maupun posttes adalah angket yang sama. Data hasil belajar dikumpulkan dengan menggunakan teknik tes tertulis. Tes tertulis yang sama akan diberikan kepada responden baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol sebelum perlakuan
(pretes) dan sesudah perlakuan (posttes) pada
kelompok eksperimen. Instrumen tes tertulis yang digunakan berbentuk tes objektif yang divalidasi dengan dua langkah yaitu validasi konten oleh tim ahli dan validasi melalui uji
coba lapangan. Uji coba lapangan dilakukan pada sekolah yang berbeda dengan tujuan agar objektivitas penelitian tetap terjaga.
Penelitian ini dilakukan dengan
langkah-langkah secara umum mencakup pra penelitian, pelaksanaan dan analisis data. Kegiatan pra mencakup kegiatan perumusan masalah, penentuan subjek penelitian dan pembuatan instrumen serta desain proses pembelajaran. Kegiatan penelitian yaitu
seluruh kegiatan utama dalam rangka
pegumpulan data penelitian yang
dikumpulkan pada penerapan model
pembelajaran STAD di kelas eksperimen dan penerapan pembelajaran konvensional di kelas kontrol. Kegiatan akhir adalah kegiatan analisis data hasil peneltian dan penarikan kesimpulan. Hasil tes tertulis pada pretes selain sebagai data primer juga dijadikan
patokan dasar untuk membagi kelas
berdasarkan tingkat kecerdasan sehingga terdapat kelompok atas dan kelompok bawah. Kedua kelompok ini menjadi pelengkap dalam analisis data. Selain itu, menjadi bagian yang dapat dibandingkan berdasarkan analisis statistik untuk melihat pengaruh pembelajaran STAD dengan lebih konstruktif dan lebih
detail. Pengaruh pembelajaran STAD
terhadap kelompok atas dan kelompok bawah menurut tingkat kecerdasan dapat terlihat pada analisis ini. Data lain yang dikumpulkan adalah observasi guru dan siswa, catatan kejadian, rekaman dan wawancara siswa.
Data tersebut diambil selama proses
perlakuan berlangsung. Khusus untuk
observasi guru dan siswa serta rekaman dilakukan oleh partisipan yaitu rekan guru serumpun yang berkesempatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data utama yang diperoleh dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar. Motivasi dan hasil belajar terdiri atas 2 jenis yaitu data awal dan data akhir. Hasil perhitungan berupa nilai maksimum, nilai minimum dan nilai rata-rata.
Tabel 1. Hasil Analisis Tes Awal Motivasi Belajar Siswa skala 0-100 Kelas Jumlah Siswa Nilai Maksimum Nilai Minimum Rerata Eksperimen 32 73,4 57,7 65,8
Kontrol 32 71,8 64,3 67,7
Data tes awal hasil belajar merupakan gambaran kemampuan dasar siswa sebelum pelaksanaan tindakan baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Tabel 2. Tes Awal Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Jumlah Siswa Nilai Maksimum Nilai Minimum Rerata
Eksperimen 32 39 11 27,97
Kontrol 32 54 16 29,375
Hasil analisis tes akhir motivasi belajar siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 3. Hasil Tes Akhir Motivasi Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. Kelas Jumlah Siswa Nilai Maksimum Nilai Minimum Rerata Eksperimen 32 81,2 60,4 70,7
Kontrol 32 75,7 59,9 67,9
Pada bagian akhir penelitian diberikan tes hasil belajar sejumlah 22 soal yang telah melalui proses validasi dan uji coba lapangan. Data tes akhir hasil belajar berupa nilai
maksimum, nilai minimum, dan nilai rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 4. Data Tes Akhir Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. Kelompok Jumlah Siswa Nilai Maksimum Nilai Minimum Rerata
Eksperimen 32 94 51 71,25
Kontrol 32 74 51 62,34
Pengolahan dan analisis data dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan riil subjek penelitian sebagai pengaruh dari perlakuan terhadap kelompok eksperimen. Hasil pengolahan data ini selanjutnya akan
diinterpretasi dan dianalisis guna
pengambilan kesimpulan dan generalisasi
berdasarkan hipotesis yang dirumuskan
sebelumnya. Responden yang dipilih sebagai
kelas eksperimen dan kelas kontrol
diasumsikan semula sebagai sampel setara atau memiliki tingkat pengetahuan yang seragam. Asumsi ini akan dibuktikan dengan statistik, yaitu dengan melakukan uji-t sampel bebas tes awal hasil belajar kedua kelompok.
Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05 ( 0,05) dengan ketentuan bahwa jika
< < + atau berada antara - dan + berarti hipotesis nol diterima. Sebalikhya jika + atau - berarti hipotesis nol ditolak dengan demikian hipotesis alternatif yang diterima.
Uji homogenitas dan uji normalitas data perlu dilakukan sebagai prasyarat dapat tidaknya uji statistik dilakukan. Ketentuannya adalah data harus homogen dan terdistribusi normal.
Alwin, dkk. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team ……… 5
Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas Tes Awal Hasil Belajar.
Levene Statistic df1 df2 Sig. F
0,616 1 62 0,436 0,672
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Tes Awal Hasil Belajar
Kelas Shapiro - Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig. Tes Awal Eksperimen 0,151 32 0,061 0,952 32 0,165
Kontrol 0,149 32 0,067 0,950 32 0,145 Signifikansi yang diperlihatkan pada uji
homogenitas sebesar 0,436 dan signifikansi kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov sebesar
0,061 dan 0,067. Nilai signifikansi uji normalitas maupun uji homogenitas lebih besar dari 0,05 sehingga dapat diambil
keputusan bahwa data tes awal hasil belajar baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol terdistribusi normal dan homogen. Responden yang dipilih sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diuji kesetaraan tingkat pengetahuan awalnya dengan melakukan uji-t 2 sampel bebas tes awal hasil belajar.
Tabel 7. Hasil Uji-t 2 Sampel Bebas Tes Awal Hasil Belajar
Kelas N Rata-rata Std. Deviasi Toleransi Hasil
belajar
Eksperimen 32 29,8438 9,20066 2,097
0,82 2,00
Kontrol 32 28,1250 7,48655 2,097 Nilai yang diperoleh ternyata
lebih kecil dari + dan lebih besar dari -
sehingga dapat diputuskan bahwa
hipotesis nol diterima atau tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai tes
awal hasil belajar antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol. Hasil uji statistik ini membuktikan bahwa kedua
kelompok sampel sebelum perlakuan
memiliki tingkat pengetahuan yang setara
atau seragam sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat digeneralisasikan berlaku untuk populasi. Responden penelitian, dibagi dalam kelompok atas, kelompok tengah dan
kelompok bawah menurut tingkat
kecerdasannya. Pembagian kelompok ini ditentukan berdasarkan hasil tes awal. Selanjutnya masing-masing kelompok akan dianalisis tingkat N-gain yang dicapai baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Tabel 8. Nilai N-gain Tingkat Kecerdasan Kelas Eksperimen dan Kontrol Kelompok
Nilai N-gain Kelas Eksperimen Nilai N-gain Kelas Kontrol N. Maks. N. Min. Rerata N.Maks. N.Min. Rerata
Atas 82 50 61,9 58 9 40
Tengah 87 57 65,39 62 20 36
Bawah 69 38 49,26 63 38 41
Nilai N-gain perolehan kelas
eksperimen dan kelas kontrol memperlihatkan perbedaan yang menarik. Kelas eksperimen
mendapat nilai N-gain terbesar pada
kelompok tengah sedangkan pada kelas kontrol nilai N-gain terbesar justru pada
kelompok bawah. Nilai N-gain terendah pada kelas eksperimen adalah kelompok bawah sedangkan pada kelas kontrol nilai terendah pada kelompok tengah. Kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki selisih rerata nilai total yang cukup besar.
N-gain yang diperoleh, baik motivasi belajar maupun hasil belajar adalah salah satu data hasil penelitian yang merupakan bagian yang terpenting dalam proses pengolahan data pada penelitian ini. Hasil N-gain motivasi dan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 9. N-gain Motivasi Belajar Siswa Kelompok Jumlah Siswa N-gain
Terendah Tertinggi Rata-rata
Eksperimen 32 -6 48 15
Kontrol 32 -28 19 1
Tabel 10. N-gain Hasil Belajar Siswa Kelompok Jumlah Siswa N-gain
Terendah Tertinggi Rata-rata
Eksperimen 32 38 87 60,49
Kontrol 32 9 67 45,9
Tabel 11. Uji Homogenitas N-gain Motivasi Belajar Siswa Data Kelas Sig Keterangan N-gain Tes
Akhir dan Awal
Eksperimen
20,489 0,718 Sebab Sig 0,718 > 0,05 berarti data homogen
Kontrol
Tabel 12. Uji Normalitas N-gain Motivasi Belajar Siswa Data Kolmogorov – Keterangan
Statistic Df Sig.
Motivasi belajar 0,100 64 0,186 Sebab Sig 0,186 > 0,05 berarti data homogen
Berdasarkan ketentuan bahwa jika hasil uji homogenitas dan normalitas ternyata taraf signifikansi hitung lebih besar dari 0.05 berarti data terdistribusi normal dan homogen. Signifikansi hitung homogenitas adalah 0,718
dan signifikan hitung normalitas
Kolmogorov-Smirnov adalah 0,186 sehingga dapat
dinyatakan bahwa data homogen dan
terdistribusi normal.
Tabel 13. Uji Homogenitas N-gain Hasil Belajar Siswa Data Kelas Sig Keputusan
N-gain Tes Akhir dan Awal
Eksperimen
36,315 0,496
Sebab Sig 0,496 > 0,05 berarti data homogen
Kontrol
Tabel 14. Uji Normalitas N-gain Hasil Belajar Siswa Data Shapiro - Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig. N-gain
Alwin, dkk. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team ……… 7
Keputusan yang dapat diambil
berdasarkan data uji homogenitas dan normalitas hasil belajar di atas adalah bahwa data homogen dan terdistribusi normal. Data homogen karena signifikansi hitung 0,496 lebih besar dari 0,05 dan data terdistribusi
normal karena signifikansi hitung
Kolmogorov-Smirnov sebesar 0.094 juga
lebih besar dari pada 0,05. Data yang telah
dihitung N.gain tes awal dan tes akhir motivasi dan hasil belajar dianalisis dengan uji t-2 sampel bebas. Pengolahan dan analisis data dengan uji t-2 sampel bebas ini dilakukan
untuk mengambil kesimpulan tentang
signifikansi pengaruh perlakuan terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas
eksperimen dibandingkan dengan kelas
kontrol.
Tabel 15. Hasil Uji-t 2 Sampel Bebas Data N-gain Motivasi Belajar Siswa Kelas N Rata-
rata
Std.
Deviasi Toleransi Motivasi belajar Eksperimen 32 14,9375 13,20786 2,33484 4,524 2,00
Kontrol 32 0,6563 12,01775 2,12446
Data yang terlihat ternyata = 4,52 lebih besar dari pada ( >
) untuk Df = 62 dan taraf signifikansi 0,05. Berarti bahwa Ho ditolak sehingga H alternatif (H1) yang diterima. Jadi, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara motivasi belajar siswa yang mengikuti penerapan pembelajaran STAD dibandingkan dengan
siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional pada mata pelajaran Biologi di kelas X SMK Negeri 2 Banawa.
Tabel 16. Hasil Uji-t 2 Sampel Bebas N-gain Hasil Belajar Kelas N Rata-
rata Std. Deviasi Toleransi Hasil belajar Eksperimen 32 60,5625 12,10155 2,13927 4,479 2,00
Kontrol 32 45,9688 13,90401 2,45791 Berdasarkan pengolahan data tersebut
dapat dilihat bahwa ternyata 4,479 lebih besar dari pada ( > ) untuk Df = 62 dan taraf signifikansi 0,05 yaitu = 2,00. Berarti H0 ditolak dan H1 (alternatif) yang diterima. Jadi, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikansi antara hasil belajar siswa yang mengikuti penerapan pembelajaran STAD dibandingkan dengan
siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional pada mata pelajaran Biologi di kelas X SMK Negeri 2 Banawa. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chotimah, H. (2007). Hal ini dapat dibuktikan dengan fakta bahwa
baik motivasi belajar maupun sikap serta prestasi belajar dan hasil belajar mengalami peningkatan yang signifikan. Pengolahan yang dilakukan dengan cara membandingkan hasil tes awal dan tes akhir kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran STAD dengan kelompok kontrol yang
mengikuti pembelajaran konvensional.
Chotimah, H. (2007), membuktikan bahwa rata-rata aritmetik yang diperoleh siswa kelompok penelitian adalah 12,76 dan siswa kelompok kontrol adalah 10,12. Hal ini membuktikan bahwa ada perbedaan nilai sebesar 2,64 dan nilai p lebih atau kurang dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada interval kepercayaan 0,05. Hasil ini menunjukkan
bahwa penerapan model pembelajaran STAD berpengaruh terhadap peningkatan prestasi akadernik. Boking, H. (2012) menyatakan lebih lanjut bahwa ketika nilai pre-tes dan post-tes pada kelompok penelitian dan kelompok kontrol dibandingkan sama dengan yang lainnya, ada peningkatan keberhasilan pada kedua kelompok itu. Akan tetapi, kenaikan prestasi belajar lebih tinggi pada kelompok penelitian menunjukkan bahwa model pembelajran STAD yang diterapkan dalam kelompok lebih berhasil dari pada model tradisional. Hasil ini memverifikasi hipotesis yang dibuat pada awal penelitian, pengajaran sains di kelas X SMK melalui pembelajaran STAD mempunyai pengaruh pada prestasi siswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan analisis dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Ada perbedaan yang signifikan antara
motivasi belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran STAD dan yang
mengikuti pembelajaran konvensional.
Siswa yang mengikuti model pembelajaran STAD lebih baik motivasi belajarnya dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
2) Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran STAD dan yang mengikuti pembelajaran konvensional. Siswa yang mengikuti model pembelajaran STAD lebih baik hasil belajarnya dari pada siswa
yang mengikuti pembelajaran
konvensional.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis haturkan atas anugrah yang berlimpah dari Allah SWT,
sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan artikel ini. Penyusunan artikel ini tak lepas dari dukungan berbagai pihak. Olehnya itu penulis menghaturkan terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada
pembimbing I dan pembimbing II serta para penyunting naskah yang telah memberikan saran dan masukkan yang bermanfaat.
DAFTAR RUJUKAN
Anni, C. T. 2004. Psikologi Belajar. Surabaya: UNESA University Press.
Boking, H. 2012. Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Kemampuan Penalaran terhadap
Hasil Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Fisika Di SMA Negeri 3 Poso. Tesis. Palu: Program Studi
Pendidikan Sains, Pogram Pascasarjana Universitas Tadulako.
Chotimah, H. 2007. Peningkatan Proses dan
Hasil Belajar Biologi dalam
pendekatan Kontekstual melalui Model Pembelajaran STAD pada Peserta Didik kelas X-6 SMA Laboratorium UM. Tesis. Malang: SMA Lab. UM.
Cohen, L. 2000. Educational Research in
Classrooms and Schools. J.
Departement of Education. Indiana
University Bloomington. Indiana, 1(1); 143-151.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Saptono. 2003. Pengembangan Model
Pembelajaran Inkuiri Akrab
Lingkungan untuk Mengembangkan
Ketrampilan Berpikir dan
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Dalam Bidang Sains di Sekolah Dasar Tesis PTK. Bandung: IKIP Bandung.
Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning,
Teori, Riset dan Praktek. Bandung:
Nusa Media.
Zanaton, I. 2007. Promoting Cooperative Learning in Science and Matematic Education. J. A Malaysian perspective, 1(2); 156-163.