• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Mohammad Basit1, Sukarlan2, Fitria Raudatul Jannah* 1

STIKES Sari Mulia Banjarmasin 2

RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

*Korespondensi Penulis. Telp: 081250777799, E-mail: fitriaraudhatuljannah@gmail.com ISSN: 2086-3454

ABSTRAK

Latar Belakang: Meningkatnya kasus Hipertensi menjadi masalah yang cukup besar. Penanggulangan Hipertensi dan pencegahan juga dilakukan berbagai upaya seperti pemerintah Indonesia. Umumnya dalam sehari seseorang bekerja selama 6-8 jam. Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar mempertahankan status, kesehatan pada tingkat yang optimal. Selain itu proses tidur dapat memperbaiki berbagai sel dalam tubuh. Bekerja yang berlebihan dan istirahat yang kurang dapat meningkatkan tekanan darah dari jantung ke seluruh tubuh.

Tujuan: Menganalisa hubungan lama kerja dan pola istirahat dengan derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua pasien hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin. Sampel sebagian dari populasi yang berjumlah 30 orang. Pengambilan sampel dengan teknik purposive

sampling. Pengumpulan data dengan metode kuesioner dan dianalisis menggunakan uji korelasi

Spearman Rank dengan taraf signifikan 95% (0,05).

Hasil: Sebagian besar responden dengan lama kerja normal sebanyak 19 orang (63,3%), Pola Istirahat tidak normal berjumlah 23 orang (86,7%).

Simpulan: Ada hubungan pola istirahat dan lama kerja dengan derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin.

(2)

PENDAHULUAN

Hipertensi adalah gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal yaitu 140/90 mmHg. Kecenderungan peningkatan prevalensi menurut peningkatan usia. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa sebagai proses degeneratif, Hipertensi hanya ditemukan pada golongan orang dewasa. Banyak penderita Hipertensi diperkirakan sebesar 15 juta penduduk Indonesia yang kontrol hanya 4%. Terdapat 50% penderita Hipertensi tidak menyadari dirinya sebagai penderita Hipertensi. Terdiri dari 70% adalah Hipertensi ringan dan 90% Hipertensi esensial, Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Pikir; dkk, 2013).

Umumnya dalam sehari seseorang bekerja selama 6-8 jam dan sisanya 14-18 jam digunakan untuk beristirahat atau berkumpul dengan keluarga dan berkumpul dengan masyarakat. Adanya penambahan jam kerja yang dapat menurunkan efisiensi pekerja, menurunkan produktivitas, timbulnya

kelelahan dan dapat mengakibatkan penyakit seperti Hipertensi (Widuri, 2010).

Peran pemerintah sangat penting didukung juga oleh tingkat pengetahuan keluarga maupun pasien dalam tindakan pencegahan komplikasi Hipertensi dengan cara mengatur lama kegiatan dan pola istirahat yang baik diharapkan dapat mengontrol tekanan darah yaitu mengurangi konsumsi garam, membatasi lemak, olahraga teratur, tidak merokok dan tidak minum alkohol, menghindari kegemukan atau obesitas, bekerja sesuai jam dan jadwal, menghindari stress, istirahat yang cukup, tidur siang selama 30 menit perhari, tidur malam minimal 6-8 jam perhari (Widuri, 2010).

Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar mempertahankan status, kesehatan pada tingkat yang optimal. Selain itu proses tidur dapat memperbaiki berbagai sel dalam tubuh. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat penting bagi orang yang sedang sakit agar lebih cepat sembuh memperbaiki kerusakan pada sel. Apabila kebutuhan istirahat dan tidur tersebut

(3)

cukup, maka jumlah energi yang diharapkan dapat memulihkan status kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi. Selain itu, orang yang mengalami kelelahan juga memerlukan istirahat dan tidur lebih dari biasanya (Widuri, 2010).

Durasi dan kualitas tidur yang kurang baik akan lebih banyak memicu aktivitas sistem saraf simpatik dan menimbulkan stressor fisik dan psikologis. Perubahan kuantitas dan kualitas tidur sering dialami oleh berbagai pekerja laki-laki ditambah dengan adanya tuntutan kebutuhan hidup yang semakin meningkat serta berbagai masalah tanggungan yang berhubungan dengan masa depan keluarga, anak dan orang tua termasuk biaya pendidikan, jaminan kesehatan, jaminan hari tua serta kualitas dan kuantitas hidup yang lebih baik (Widuri, 2010).

Hasil studi pendahuluan penderita Hipertensi di RSUD Ulin Banjarmasin pada tanggal 27 November hingga 2 Desember 2015 dilaporkan dari bagian rekaman medis RSUD Ulin Banjarmasin bahwa penderita

Hipertensi yang dirawat berdasarkan beberapa jenis komplikasi penyakit (Stroke, Diabetes Mellitus, Poli Penyakit Dalam dan Unit Ginekologi) selalu mengalami peningkatan. Tercatat tahun 2010 sebanyak 5.408 kasus, tahun 2011 sebanyak 5.466 kasus, tahun 2012 sebanyak 6.027 kasus, tahun 2013 sebanyak 6.786 kasus dan tahun 2014 sebanyak 7.472 kasus. Pada tahun 2015 jumlah kunjungan pasien Hipertensi di Poli Penyakit dalam sebanyak 308 pasien. Dari 10 penyakit teratas yang ditangani Pihak RSUD Ulin Banjarmasin, Hipertensi menjadi penyakit urutan kedua setelah diabetes mellitus (Rekam Medik RSUD Ulin Banjarmasin, 2015).

Hasil tanya jawab singkat dan observasi tanggal 5 Desember 2015, diketahui bahwa pada 10 pasien laki-laki dengan Hipertensi yang berkunjung di Poli Umum, 4 orang (40%) memiliki riwayat keturunan Hipertensi dengan kisaran usia 35-45 tahun, sementara 6 orang (60%) mengalami Hipertensi sejak usia menginjak 45 tahun. Semua pasien Hipertensi yang ditemui memiliki pekerjaan tetap, 6 orang diantaranya

(4)

bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan 4 orang bekerja sebagai karyawan perusahaan swasta. 8 orang (80%) mengatakan bekerja ≥12 jam perhari. sedangkan 2 orang (20%) mengatakan bekerja sekitar 8-10 jam perhari. 8 orang (80%) mengatakan tidak dapat tidur nyenyak setiap malam hari atau hanya dapat beristirahat <6 jam perhari dan tidur malam hanya sekita 2-3 jam perhari semetara 2 orang lainnya mengatakan tidur 6-7 jam perhari. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan lama kerja dan pola istirahat dengan derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin

BAHAN DAN METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dengan riwayat Hipertensi pada tanggal 1-28 Mei tahun 2016 dengan jumlah 90 orang di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin.

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling

sebanyak 30 orang pada tanggal 1-28 Mei tahun 2016 di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dianalisis dengan menggunakan teknik rank Spearman dengan nilai kepercayaan 95% (0,05)

HASIL

1. Uji Analisis Data Secara Univariat

a. Gambaran lama kerja pada pasien Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin

Adapun gambaran lama kerja pada pasien Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian tersaji dalam tabel 1:

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Lama Kerja Pasien Hipertensi di RSUD Ulin Banjarmasin

Lama Kerja f %

Normal 19 63,3

Tidak Normal 11 36,7

(5)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan lama kerja normal sebanyak 19 orang (63,3%).

b. Gambaran Pola Istirahat Pasien Hipertensi di RSUD Ulin Banjarmasin

Adapun gambaran Pola Istirahat Pasien Hipertensi di RSUD Ulin Banjarmasin yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian tersaji dalam tabel 2:

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pola Istirahat Pasien Hipertensi

Pola Istirahat f %

Normal 4 13,3

Tidak Normal 23 86,7

Jumlah 30 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan Pola Istirahat tidak normal berjumlah 23 orang (86,7%).

c. Gambaran Derajat Hipertensi pada Pasien Hipertensi di RSUD Ulin Banjarmasin

Adapun gambaran derajat hipertensi pada pasien Hipertensi di RSUD Ulin Banjarmasin yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian tersaji dalam tabel 3:

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Derajat Hipertensi pada Pasien Hipertensi Derajat Hipertensi f % Derajat I (sistolik 140-159 Atau diastolik 90-99) 16 53,3 Derajat II (sistolik ≥ 160 atau diastolik ≥ 100) 14 46,7 Jumlah 30 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan Derajat I hipertensi (sistolik 140-159 atau diastolik 90-99) berjumlah 16 orang (53,3%).

2. Uji Analisis Data Secara Bivariat

a. Hubungan Lama Kerja Dengan Derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin

Adapun hubungan lama kerja dengan derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin

(6)

Banjarmasin berdasarkan hasil penelitian tersaji dalam tabel 4: Tabel 4 Hubungan Lama Kerja Dengan Derajat

Hipertensi Di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin Lama Kerja Derajat Keparahan Hipertensi f % I II f % f % Normal (6-12 jam/hari) 7 36,8 12 63,2 19 100 Tidak Normal (>12 jam/hari) 9 81,8 2 18,2 11 100 Jumlah 16 53,3 14 46,7 30 100 Correlation (r): -0,434; p=0,016 (<α=0,05)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang lama kerja tidak normal dengan derajat keparahan hipertensi II sebanyak 12 orang (63,2%). Hasil analisis dengan uji korelasi rank spearman diperoleh hasil bahwa nilai p=0,016 < α=0,05 atau dapat dikatakan bahwa ada hubungan lama kerja dengan derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin.

Nilai Correlation (r) (-0,434) bernilai negatif artinya kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna (membentuk garis lurus)

negatif. Korelasi sempurna ini mempunyai makna jika nilai lama kerja naik, maka derajat keparahan hipertensi turun dan jika nilai lama kerja turun, maka derajat keparahan hipertensi naik.

b. Hubungan Pola Istirahat Dengan Derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin

Adapun hubungan pola istirahat dengan derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin berdasarkan hasil penelitian tersaji dalam tabel 5: Tabel 5 Hubungan Pola Istirahat Dengan Derajat Hipertensi Di Poli

Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin

Pola Istirahat Derajat Keparahan Hipertensi f % I II f % f % Normal (6-8 jam/hari) 15 93,8 1 6,3 19 100 Tidak Normal (<6jam/>8jam/hari) 1 7,1 13 92,9 11 100 n 16 53,3 14 46,7 30 100 Correlation (r): 0,866; p=0,000 (<α=0,05)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki pola istirahat tidak normal dengan derajat keparahan hipertensi II sebanyak 13 orang (92,9%). Hasil

(7)

analisis dengan uji korelasi rank spearman diperoleh hasil bahwa nilai p=0,000 < α=0,05 atau dapat dikatakan bahwa ada hubungan pola istirahat dengan derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin.

Nilai Correlation (r) (0,866) bernilai positif artinya kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna (membentuk garis lurus) positif. Korelasi sempurna ini mempunyai makna jika nilai pola istiraha

t naik, maka derajat keparahan hipertensi naik.

PEMBAHASAN

1. Gambaran Lama Kerja Pasien Hipertensi Di Poli Penyakit Dalam Rsud Ulin Banjarmasin.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan lama kerja normal sebanyak 19 orang (63,3%) dan

responden dengan lama kerja normal sebanyak 11 orang (36,7%).

Umumnya dalam sehari seseorang bekerja selama 6-8 jam dan sisanya 14-18 jam digunakan untuk beristirahat atau berkumpul dengan keluarga dan berkumpul dengan masyarakat. Adanya penambahan jam kerja yang dapat menurunkan efisiensi pekerja, menurunkan produktivitas, timbulnya kelelahan dan dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan (Anoraga, 2014).

Seseorang biasanya bekerja selama 40-50 jam dalam seminggu. Lamanya kerja seseorang dapat meningkatkan stres yang diduga berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah. Seseorang mengalami stres katekolamin yang ada di dalam tubuh akan meningkat sehingga mempengaruhi mekanisme aktivitas saraf simpatis, dan terjadi peningkatan saraf simpatis, ketika saraf simpatis meningkat maka akan terjadi peningkatan kontraktilitas otot jantung sehingga menyebabkan curah jantung meningkat,

(8)

keadaan inilah yang cenderung menjadi faktor mencetus hipertensi.

2. Gambaran Pola Istirahat pasien Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan Pola Istirahat tidak normal berjumlah 23 orang (86,7%) dan responden dengan pola istirahat normal berjumlah 4 orang (13,3%).

Istirahat yang baik untuk tubuh adalah tidur nyenyak tanpa gangguan atau jeda. Seseorang yang memasuki masa dewasa hingga lansia (>20 tahun hingga 65 tahun) membutuhkan tidur 6 hingga 8 jam perhari dikatakan normal baik akumulasi dari tidur siang dan tidur malam. Tidur yang sehat siang sebaiknya minimal 30 menit dan waktu terbaik 1 jam dan untuk tidur malam minimal 6 jam maksimal 8 jam perhari. Karena tubuh memerlukan aktifitas fisik untuk menyeimbangkan kadar elektrolit dalam tubuh serta tubuh bermanfaat untuk melepasan zat beracun dalam tubuh.

Seseorang dengan tidur yang kurang ataupun terlalu lama cenderung mengalami ketidakseimbangan tubuh yang ditandai dengan sering sakit, loyo, tidak bersemangat, sering sakit-sakitan dan dapat berimplikasi menjadi Hipertensi akibat racun yang mengganggu proses aliran oksigen dalam darah sehingga membebani kerja jantung.

Ada pun yang mempengaruhi kondisi tidur pada kelompok penderita hipertensi antara lain yaitu adanya faktor ekonomi, pekerjaan, sedang sakit dan mengasuh anak. Sedangkan pada kelompok yang tidak hipertensi lebih banyak yang kondisi tidurnya nyenyak sebanyak 26 orang (86,7%), hal ini terlihat dalam seminggu kondisi tidur pada kelompok tidak hipertensi tidak adanya keluhan maupun gangguan dalam kondisi tidurnya (Marice, 2010).

3. Gambaran Derajat Hipertensi pada pasien Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin

(9)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan Derajat I hipertensi (sistolik 140-159 atau diastolik 90-99) berjumlah 16 orang (53,3%) dan responden dengan Derajat II hipertensi (sistolik ≥ 160 atau diastolik ≥ 100) berjumlah 14 orang (46,7%).

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume darah akan menurunkan tekanan darah.

4. Hubungan Lama Kerja dengan Derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin.

Aktifitas fisik yang berlebihan meningkatkan risiko menderita hipertensi. Orang yang terlalu aktif hingga stress akibat beban kerja yang terlalu tinggi juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot

jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.

Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah ketika beristirahat. Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh.

Hasil penelitian dari 30 orang responden diketahui bahwa pasien hipertensi yang memiliki lama kerja tidak normal dengan derajat keparahan hipertensi II sebanyak 12 orang (63,2%). Hasil analisis dengan uji korelasi rank spearman diperoleh hasil bahwa nilai

(10)

p=0,016 < α=0,05 atau dapat dikatakan bahwa ada hubungan lama kerja dengan derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin.

Pikir, dkk (2013) menyatakan bahwa pekerjaan hingga berlebihan atau hingga larut malam perlu mendapat perhatian karrna irama faal manusia (circadian ritme) terganggu, metabolism tubuh tidak dapat beradaptasi, kelelahan, kurang tidur, alat pencernaan kurang berfungsi secara normal timbul rekreasi psikologis dan pengaruh kumulatif.

Nilai Spearman’s rho (-0,434) bernilai negatif dengan nilai signifikan (0,016) bernilai positif mempunyai makna bahwa hubungan kedua variabel sangat kuat, signifikan dan tidak searah.

Bekerja yang berlebihan dan istirahat yang kurang dapat meningkatkan tekanan darah dari jantung ke seluruh tubuh. Saat tekanan darah meningkat. hormon epinefrin atau adrenalin akan dilepaskan. Adrenalin akan meningkatkan tekanan darah melalui kontraksi arteri

(vasokonstriksi) dan peningkatan denyut jantung dengan demikian orang akan mengalami stress. Jika stres berlanjut, tekanan darah akan tetap tinggi sehingga orang tersebut mengalami Hipertensi (Widuri, 2010).

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Marice (2010) menemukan bahwa orang yang tidak biasa melakukan aktivitas fisik memiliki risiko terkena hipertensi sebesar 4,73 kali dibanding orang yang aktif melakukan aktivitas fisik. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Orang yang kurang melakukan aktivitas fisik berisiko untuk terkena hipertensi sebesar 1,05 kali dibandingkan dengan orang yang melakukan aktivitas fisik cukup.

5. Hubungan Pola Istirahat Dengan Derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin

Hasil penelitian dari 30 orang responden diketahui bahwa pasien

(11)

hipertensi yang memiliki pola istirahat tidak normal dengan derajat keparahan hipertensi II sebanyak 13 orang (92,9%). Hasil analisis dengan uji korelasi rank spearman diperoleh hasil bahwa nilai p=0,000 < α=0,05 atau dapat dikatakan bahwa hubungan pola istirahat dengan derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin.

Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar mempertahankan status, kesehatan pada tingkat yang optimal. Selain itu proses tidur dapat memperbaiki berbagai sel dalam tubuh. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat penting bagi orang yang sedang sakit agar lebih cepat sembuh memperbaiki kerusakan pada sel. Apabila kebutuhan istirahat dan tidur tersebut cukup, maka jumlah energi yang diharapkan dapat memulihkan status kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi. Selain itu, orang yang mengalami

kelelahan juga memerlukan istirahat dan tidur lebih dari biasanya.

Nilai Spearman’s rho (0,866) bernilai positif dengan signifikan (0,016) bernilai positif mempunyai makna bahwa ada hubungan antara variabel lama kerja dengan derajat keparahan hipertensi sangat kuat, signifikan dan searah.

Durasi dan kualitas tidur yang kurang baik akan lebih banyak memicu aktivitas sistem saraf simpatik dan menimbulkan stressor fisik dan psikologis. Perubahan kuantitas dan kualitas tidur sering dialami oleh berbagai pekerja laki-laki ditambah dengan adanya tuntutan kebutuhan hidup yang semakin meningkat serta berbagai masalah tanggungan yang berhubungan dengan masa depan keluarga, anak dan orang tua termasuk biaya pendidikan, jaminan kesehatan, jaminan hari tua serta kualitas dan kuantitas hidup yang lebih baik.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Marice (2010), bahwa lama waktu tidur yang baik dalam sehari adalah

(12)

selama 8 jam setiap malamnya. Tidur malam yang tidak mencukupi juga diketahui lebih tingginya kadar hormon cortisol yang mempengaruhi tingkat stres. Kurang tidur berkaitan dengan mood atau suasana hati yang lebih buruk dan penurunan fungsi kognitif sehingga seseorang tidur kurang dari 8 jam setiap malamnya akan memicu timbulnya hipertensi.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih kami ucapkan kepada Ketua STIKES yang telah memberikan dukungan dalam melakukan penelitian Direktur RSUD Ulin Banjarmasin yang telah memfasilitasi tempat penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P. 2014. Psikologi Kerja. Bandung: Rineka Cipta.

Brunner dan Suddarth. 2015. Keperawatan

Medikal-Bedah Brunner dan Suddarth Edisi 12. Jakarta: EGC.

Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. 2015.

Survei Angka Kejadian Penyakit Tidak Menular di Banjarmasin. Banjarmasin:

Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. Khotimah, 2013. Stres sebagai faktor

terjadinya peningkatan tekanan darah

pada penderita hipertensi. Jurnal

Eduhealth [Internet] tersedia dalam:

http//:www.healthy.co.id. [diakses 8 Februari 2016].

Marice, S. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit asma. media litbang kesehatan volume 20 nomor 1 tahun 2010 [Internet] tersedia dalamhttp//:www.healthy.co.id. [diakses: 8 Februari 2016].

Morton, Patricia Gonce, Dkk. 2013.

Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi 8 volume 2. Jakarta: EGC.

Pikir S. B, dkk. 2013. Hipertensi Manajemen

Komprehensif. Surabaya: Airlangga

University Press.

Rekam Medik RSUD Ulin Banjarmasin. 2015.

Angka Kejadian Hipertensi.

Banjarmasin: RSUD Ulin Banjarmasin. Tim Penulis. 2015. Paduan Tugas Akhir:

Akademi Kebidanan Sari Mulia dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari

Mulia Banjarmasin. Banjarmasin:

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat.

Widuri, H. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia

(Aspek Mobilitas dan Istirahat Tidur).

Referensi

Dokumen terkait

Proses sosialisasi yang panjang yang membentuk ikatan yang kuat dengan partai politik dan menimbulkan iden- tifikasi tanpa disadari (Nursal 2004: 59-60).

Analisis terhadap data yang diperoleh dalam melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Pinjaman Modal dan Teknologi Terhadap Perkembangan UMKM Menurut Perspektif

Pada penelitian ini dilakukan perhitungan mengenai pengaruh rain fading terhadap kualitas layanan HSDPA pada penggunaan video conference , berdasarkan parameter

Hasil penelitian sidik lintas antara komponen hasil dengan hasil biji kedelai yang dilakukan oleh Pandey dan Torrie (1973) menunjukkan bahwa jumlah polong per unit area panen dan

Apabila ada dua orang/lebih, PNS yang berpangkat sama dan diangkat dalam pangkat itu dalam waktu yang sama dan memangku jabatan yang sama dan memiliki masa kerja yang sama, maka

Normalitas Rata-rata Diameter Pori Berdasarkan Perlakuan.. Tests

(4) Pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat anak bermain, wajib memperingatkan pelanggar dan mengambil tindakan atas laporan yang disampaikan oleh pengguna

Pengujian aktivitas 5 isolat bakteri endofit terhadap kedua bakteri tersebut tidak menunjukkan adanya zona bening yang menandakan isolat bakteri endofit dari daun