• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berita Biologi merupakan Jurnal Ilmiah ilmu-ilmu hayati yang dikelola oleh Pusat Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Berita Biologi merupakan Jurnal Ilmiah ilmu-ilmu hayati yang dikelola oleh Pusat Penelitian"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

B

erita Biologi merupakan Jurnal Ilmiah ilmu-ilmu hayati yang dikelola oleh Pusat Penelitian

Biologi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), untuk menerbitkan hasil karya-penelitian (original research) dan karya-pengembangan, tinjauan kembali (review) dan ulasan topik khusus dalam bidang biologi. Disediakan pula ruang untuk menguraikan seluk-beluk peralatan laboratorium yang spesifik dan dipakai secara umum, standard dan secara intemasional. Juga uraian tentang metode-metode berstandar baku dalam bidang biologi, baik laboratorium, lapangan maupun pengolahan koleksi biodiversitas. Kesempatan menulis terbuka untuk umum meliputi para peneliti lembaga riset, pengajar perguruan tinggi maupun pekarya-tesis sarjana semua strata. Makalah harus dipersiapkan dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan penulisan yang tercantum dalam setiap nomor.

Diterbitkan 3 kali dalam setahun yakni bulan April, Agustus dan Desember. Setiap volume terdiri dari 6 nomor.

Surat Keputusan Ketua LIPI

Nomor: 1326/E/2000, Tanggal 9 Juni 2000

Dewan Pengurus

Pemimpin Redaksi

B Paul Naiola

Anggota Redaksi

Andria Agusta, Dwi Astuti, Hari Sutrisno, Iwan Saskiawan Kusumadewi Sri Yulita, Edi Mirmanto

Redaksi Pelaksana Marlina Ardiyani Desain dan Komputerisasi

Muhamad Ruslan, Yosman

Sekretaris Redaksi/Korespondensi Umum (berlangganan, surat-menyurat dan kearsipan)

Enok, Ruswenti, Budiarjo

Pusat Penelitian Biologi-LIPI

Kompleks Cibinong Science Center (CSC-LIPI) Jln Raya Jakarta-Bogor Km 46,

Cibinong 16911, Bogor - Indonesia Telepon (021) 8765066 - 8765067

Faksimili (021) 8765059 e-mail: berita.biologi@mail.lipi.go.id

ksama_p2biologi@yahoo.com herbogor@indo.net.id

Keteranganfoto cover depart: Cephalothorax semispherical dan bagian tubuh dari Lernaea cyprinacea, merupakan ektoparasit ikan yang dieksplorasi dan difoto dengan SEM, sesuai makalah di halaman 807

(Foto: koleksi Kementerian Kelautan dan Perikanan RI dan Universitas Gadjah Mada - Dikry N Shatrie)

(3)

ISSN 0126-1754

Volume 10, Nomor 6, Desember 2011

Terakreditasi A

Nomor 180/AU1/P2MBI/08/2009

Diterbitkan oleh

(4)

Berita Biologi 10(6) - Desember 2011

Ketentuan-ketentuan untuk Penulisan dalam Jurnal Berita Biologi

1. Makalah berupa karangan ilmiah asli, berupa hasil penelitian (original paper), komunikasi pendek atau tinjauan ulang (review) dan belum pernah diterbitkan atau tidak sedang dikirim ke media lain. 2. Bahasa: Indonesia baku. Penulisan dalam bahasa Inggris atau lainnya, dipertimbangkan.

3. Makalah yang diajukan tidak boleh yang telah dipublikasi di jurnal manapun ataupun tidak sedang diajukan ke jurnal lain. Makalah yang sedang dalam proses penilaian dan penyuntingan, tidak diperkenankan untuk ditarik kembali, sebelum ada keputusan resmi dari Dewan Redaksi.

4. Masalah yang diliput berisikan temuan penting yang mengandung aspek 'kebaruan' dalam bidang biologi dengan pembahasan yang mendalam terhadap aspek yang diteliti, dalam bidang-bidang: • Biologi dasar (pure biology), meliputi turunan-turunannya (mikrobiologi, fisiologi, ekologi,

genetika, morfologi, sistematik/ taksonomi dan sebagainya).

• Ilmu serumpun dengan biologi: pertanian, kehutanan, peternakan, perikanan air tawar dan biologi kelautan, agrobiologi, limnologi, agrobioklimatologi, kesehatan, kimia, lingkungan, agroforestri. • Aspek/pendekatan biologi harus tampak jelas.

5. Deskripsi masalah: harus jelas adanya tantangan ilmiah (scientific challenge). 6. Metode pendekatan masalah: standar, sesuai bidang masing-masing.

7. Hasil: hasil temuan harus jelas dan terarah. 8. Tipe makalah

Makalah Lengkap Hasil Penelitian (original paper).

Makalah lengkap berupa hasil penelitian sendiri (original paper). Makalah ini tidak lebih dari 15 halaman termasuk gambar dan tabel. Pencantuman \zmpiranlappendix seperlunya. Redaaksi berhak mengurangi atau meniadakan lampiran.

Komunikasi pendek (short communication)

Komunikasi pendek merupakan makalah pendek hasil riset yang oleh penelitinya ingin cepat dipublikasi karena hasil temuan yang menarik, spesifik dan baru, agar lebih cepat diketahui umum. Berisikan pembahasan yang mendalam terhadap topik yang dibahas. Artikel yang ditulis tidak lebih dari 10 halaman. Dalam Komunikasi Pendek Hasil dan Pembahasan boleh disatukan.

Tinjauan kembali (Review)

Tinjauan kembali yakni rangkuman tinjauan ilmiah yang sistematis-kritis secara ringkas namun mendalam terhadap topik riset tertentu. Segala sesuatu yang relevan terhadap topik tinjauan sehingga memberikan gambaran ""state of the art" meliputi kemajuan dan temuan awal hingga terkini dan kesenjangan dalam penelitian, perdebatan antarpeneliti dan arah ke mana topik riset akan diarahkan. Perlihatkan kecerdasanmu dalam membuka peluang riset lanjut oleh diri sendiri atau orang lain melalui review ini.

9. Format makalah

a. Makalah diketik menggunakan huruf Times New Roman 12 point, spasi ganda (kecuali abstrak dan abstract 1 spasi) pada kertas A4 berukuran 70 gram.

b. Nomor halaman diletakkan pada sisi kanan bawah

c. Gambar dan foto maksimum berjumlah 4 buah dan harus bermutu tinggi. Gambar manual pada kertas kalkir dengan tinta cina, berukuran kartu pos. Foto berwarna akan dipertimbangkan, apabila dibuat dengan computer harus disebutkan nama programnya.

d. Makalah diketik dengan menggunakan program Word Processor. 10. Urutan penulisan dan uraian bagian-bagian makalah

a. Judul

Judul harus ringkas dan padat, maksimum 15 kata, dalam dwibahasa (Indonesia dan Inggris). Apabila ada subjudul tidak lebih dari 50 kata.

b. Nama lengkap penulis dan alamat koresponden

Nama dan alamat penulis(-penulis) lengkap dengan alamat, nomor telpon, fax dan email. Pada nama penulis(-penulis), diberi nomor superskrip pada sisi kanan yang berhubungan dengan alamatnya; nama penulis korespondensi (correspondent author), diberi tanda envelop (El) superskrip. Lengkapi pula dengan alamat elektronik.

(5)

Ketentuan Penulisan

Abstrak dan kata kunci ditulis dalam dwibahasa (Indonesia dan Inggris), maksimum 200 kata, spasi tunggal, tanpa referensi.

d. Pendahuluan

Berisi latar belakang, masalah, hipotesis dan tujuan penelitian. Ditulis tanpa subheading. e. Bahan dan cara kerja

Apabila metoda yang digunakan sudah baku dan merupakan ulangan dari metoda yang sudah ada, maka hanya ditulis sitiran pustakanya. Apabila dilakukan modifikasi terhadap metoda yang sudah ada, maka dijelaskan bagian mana yang dimodifikasi.

Apabila terdapat uraian lokasi maksi diberikan 2 macam peta, peta besar negara sebagai inzet dan peta detil lokasi.

f. Hasil

Bagian ini menyajikan hasil utama dari penelitian. Hasil dipisahkan dari Pembahasan g. Pembahasan

Pembahasan dibuat terpisah dari hasil tanpa pengulangan penyajian hasil penelitian. Dalam Pembahasan hindari pengulangan subjudul dari Hasil, kecuali dipandang perlu sekali. h. Kesimpulan

Kesimpulan harus menjawab pertanyaan dan hipotesis yang diajukan di bagian pendahuluan. i. Ucapan Terima Kasih

Ditulis singkat dan padat. j. Daftar pustaka

Cara penulisan sumber pustaka: tuliskan nama jurnal, buku, prosiding atau sumber lainnya secara lengkap, jangan disingkat. Nama inisial pengarang tidak perlu diberi tanda titik pemisah.

i. Jurnal

Premachandra GS, H Saneko, K Fujita and S Ogata. 1992. Leaf Water Relations, Osmotic

Adjustment, Cell Membrane Stability, Epicuticular Wax Load and Growth as Affected by Increasing Water Deficits in Sorghum. Journal of Experimental Botany 43, 1559-1576.

ii. Buku

Kramer PJ. 1983. Plant Water Relationship, 76. Academic, New York.

iii. Prosiding atau hasil Simposium/Seminar/Lokakarya dan sebagainya

Hamzah MS dan SA Yusuf. 1995. Pengamatan Beberapa Aspek Biologi Sotong Buluh

(Sepioteuthis lessoniana) di Sekitar Perairan Pantai Wokam Bagian Barat, Kepulauan Am,

Maluku Tenggara. Prosiding Seminar Nasional Biologi XI, Ujung Pandang 20-21 Juli 1993. M Hasan, A Mattimu, JG Nelwan dan M Litaay (Penyunting), 769-777. Perhimpunan Biologi Indonesia.

iv. Makalah sebagai bagian dari buku

Leegood RC and DA Walker. 1993. Chloroplast and Protoplast. In: Photosynthesis and

Production in a Changing Environment. DO Hall, JMO Scurlock, HR Bohlar Nordenkampf,

RC Leegood and SP Long (Eds), 268-282. Champman and Hall. London. 11. Lain-lain menyangkut penulisan

a. Gambar.

Lebar gambar maksimal 8,5 cm. Judul gambar menggunakan huruf Times New Roman ukuran 8 point.

b. Grafik

Untuk setiap perhitungan rata-rata, selalu diberikan standar deviasi. Penulis yang menggunakan program Excell harus memberikan data mentahnya.

c. Foto

Untuk setiap foto, harap diberikan skala bila perlu, dan berikan anak panah untuk menunjukkan suatu objek.

d. Tabel

Judul tabel harus ringkas dan padat. Judul dan isi tabel diketik menggunakan huruf Times New Roman ukuran 8 point. Seluruh penjelasan mengenai tabel dan isinya harus diberikan setelah judul tabel.

(6)

Berita Biologi 10(6) - Desember 2011

f. Semua nama biologi pada makluk hidup yang dipakai, pada Judul, Abstrak dan pemunculan pertama dalam Badan teks, harus menggunakan nama yang valid disertai author/descriptor. (Burung Maleo - Macrocephalon maleo S. Miiller, 1846; Cendana - Santalum album L.), atau yang tidak memiliki nama author Escherichia coli. Selanjutnya nama-nama biologi disingkat (M. maleo, S. album, E. coli).

g. Proofreading

Proofreading akan dikirim lewat e-mail/fax, atau bagi yang berdinas di Bogor dan Komplek Cibinong Science Center (CSC-LIPI) dan sekitarnya, akan dikirim langsung; dan harus dikembalikan kepada dewan redaksi paling lambat dalam 3 hari kerja.

h. Reprint/ cetak lepas

Penulis akan menerima satu copy jurnal dan 3 reprint/cetak lepas makalahnya.

12. Seluruh makalah yang masuk ke meja redaksi Berita Biologi akan dinilai oleh dewan editor untuk kemudian dikirim kepada reviewer/mitra bestari yang tertera pada daftar reviewer BB.

Redaksi berhak menjajagi pihak lain sebagai reviewer undangan.

13. Kirimkan 2 (dua) eksemplar makalah ke Redaksi (lihat alamat pada cover depan-dalam). Satu eksemplar tanpa nama dan alamat penulis (-penulis)nya. Sertakan juga softcopy file dalam CD untuk kebutuhan Referee/Mitra bestari. Kirimkan juga filenya melalui alamat elektronik (e-mail) resmi Berita Biologi: berita.biologi@mail.lipi.go.id dan di-Cc-kan kepada: ksama_p2biologi@yahoo.com, herbogor@indo.net.id

14. Sertakan alamat Penulis (termasuk elektronik) yang jelas, juga meliputi nomor telepon (termasuk HP) yang dengan mudah dan cepat dihubungi.

(7)

Referee/Mitra Bestari

Anggota Referee / Mitra Bestari

Mikrobiologi

Dr Bambang Sunarko (Pusat Penelitian Biologi-LIPI) Prof Dr Feliatra (Universitas Riau)

Dr Heddy Julistiono (Pusat Penelitian Biologi-LIPI) Dr I Nengah Sujaya (Universitas Udayana) Dr Joko Sulistyo (Pusat Penelitian Biologi-LIPI) Dr Joko Widodo (Universitas Gajah Mada) Dr Lisdar I Sudirman (Institut Pertanian Bogor) Dr Ocky Kama Radjasa (Universitas Diponegoro) Mikologi

Dr Dono Wahyuno (BB Litbang Tanaman Rempah dan Obat-Kemtan)

Dr Kartini Kramadibrata (Pusat Penelitian Biologi-LIPI) Genetika

Prof Dr Alex Hartana (Institut Pertanian Bogor) Dr Warid Ali Qosim (Universitas Padjadjaran)

Dr Yuyu Suryasari Poerba (Pusat Penelitian Biologi-LIPI) Taksonomi

Dr Ary P Keim (Pusat Penelitian Biologi-LIPI) Dr Daisy Wowor (Pusat Penelitian Biologi-LIPI)

Prof (Ris) Dr Johanis P Mogea (Pusat Penelitian Biologi-LIPI) Dr Rosichon Ubaidillah (Pusat Penelitian Biologi-LIPI) Biologi Molekuler

Prof (Ris) Dr Eni Sudarmonowati (Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI) Dr Endang Gati Lestari (BB Litbang Bioteknologi dan

Sumberdaya Genetik Pertanian-Kemtan) Dr Hendig Winarno (Badan Tenaga Atom Nasional)

Prof (Ris) Dr I Made Sudiana (Pusat Penelitian Biologi-LIPI) Dr Nurlina Bermawie (BB Litbang Tanaman Rempah

dan Obat-Kemtan) Dr Yusnita Said (Universitas Lampung) Bioteknologi

Dr Nyoman Mantik Astawa (Universitas Udayana)

Dr Endang T Margawati (Pusat Penelitian Bioteknologi-LlPI) Dr Satya Nugroho (Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI) Veteriner

Prof Dr Fadjar Satrija (FKH-IPB) Biologi Peternakan

Prof (Ris) Dr Subandryo (Pusat Penelitian Ternak-Kemtan)

Ekologi

Dr Didik Widyatmoko (Pusat Konservasi Tumbuhan-LIPI) Dr Dewi Malia Prawiradilaga (Pusat Penelitian Biologi-LIPI) Dr Frans Wospakrik (Universitas Papua)

Dr Herman Daryono (Pusat Penelitian Hutan-Kemhui) Dr Istomo (Institut Pertanian Bogor)

Dr Michael L Riwu Kaho (Universitas Nusa Cendana) Dr Sih Kahono (Pusat Penelitian Biologi-LIPI) Biokimia

Prof Dr Adek Zamrud Adnan (Universitas Andalas) Dr Deasy Natalia (Institut Teknologi Bandung) Dr Elfahmi (Institut Teknologi Bandung)

Dr Herto Dwi Ariesyadi (Institut Teknologi Bandung) Dr Tri Murningsih (Pusat Penelitian Biologi-LIPI) Fisiologi

Prof Dr Bambang Sapto Purwoko (Institut Pertanian Bogor) Prof (Ris) Dr Gono Semiadi (Pusat Penelitian Biologi-LIPI) Dr Irawati (Pusat Konservasi Tumbuhan-LIPI)

Dr Nuril Hidayati (Pusat Penelitian Biologi-LIPI) Dr Wartika Rosa Farida (Pusat Penelitian Biologi-LIPI) Biostatistik

Ir Fahren Bukhari, MSc (Institut Pertanian Bogor) Biologi Perairan Darat/Limnologi

Dr Cynthia Henny (Pusat Penelitian Limnologi-LIPI) Dr Fauzan Ali (Pusat Penelitian Limnologi-LIPI) Dr Rudhy Gustiano (Balai Riset Perikanan Budidaya

Air Tawar-KKP) Biologi Tanah

Dr Rasti Saraswati (BB Sumberdaya Lahan Pertanian-Kemtan)

Biodiversitas dan Iklim

Dr Rizaldi Boer (Institut Pertanian Bogor) Dr. Tania June (Institut Pertanian Bogor) Biologi Kelautan

Prof Dr Chair Rani (Universitas Hasanuddin) Dr Magdalena Litaay (Universitas Hasanuddin) Prof (Ris) Dr Ngurah Nyoman Wiadnyana (Pusat Riset

Perikanan Tangkap-KKP) Dr Nyoto Santoso (Lembaga Pengkajian dan

Pengembangan Mangrove)

(8)

Berita Biologi 10(6) - Desember2011

Berita Biologi menyampaikan terima kasih

kepada para Mitra Bestari/ Penilai (Referee) nomor ini

10(6)-Desember 2011

Dr. Chyntia Henny - Pusat Penelitian Limnologi - LIPI

Prof. Dr. Feliatra - Universitas Riau

Dr. Dewi Malia Prawiradilaga - Pusat Penelitian Biologi - LIPI

Dr. Nuril Hidayati - Pusat Penelitian Biologi - LIPI

Dr. Yuyu Suryasari Poerba - Pusat Penelitian Biologi - LIPI

Referee/ Mitra Bestari Undangan

Dr. Achmad Dinoto - Pusat Penelitian Biologi - LIPI

Dr. Darman M. Arsyad, APU - Balai Besar Pengkajian &

Pengembangan Teknologi Pertanian - Kementan

Dr. Diah Iswantini - FMIPA - IPB

Dr. Diah Ratnadewi - FMIPA - IPB

Drs. Haryono, M.Si - Pusat Penelitian Biologi - LIPI

Dr. Iman Hidayat - Pusat Penelitian Biologi - LIPI

Dr. Inggrid S. Surono - Fak. Kedokteran Universitas Indonesia

Dr. Lazarus Agus Soekamto - Pusat Penelitian Biologi - LIPI

Dr. Puspita Lisdiyanti - Puslit Bioteknologi - LIPI

(9)

Berita Biologi 10(6) - Desember 2011

DAFTAR ISI

MAKALAH HASIL RISET (ORIGINAL PAPERS)

KEEFEKTIFAN BAHAN PELINDUNG ALAMI DALAM MEMPERTAHANKAN INFEKTIVITAS Spodoptera exigua NUCLEOPOLYHEDROVIRUS (SeNPV) [The Effectiveness of Natural Protectant to Maintain the Spodoptera exigua Nucleopolyhedrovirus (SeNPV) Infectivity]

Samsudin, Teguh Santoso, Aunu Rauf dan Yayi Munara Kusumah 689

PENGARUH PEMUPUKAN BEREMBANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KENTANG {Solatium tuberosum L.) VARIETAS GRANOLA

[Effect of Balanced Fertilizer on the Growth dnd Yield of Potato

(Solatium tuberosum L.) Granola Variety]

Syafri Edi dan Endrizal 699

KORELASIANTAR-KARAKTER DAN SIDK LINTAS ANTARA

KARAKTER AGRONOMI DENGAN HASIL KEDELAI {Glycine max (L.) Merrill} [Correlation Among Characters and Path Analyses Between Agronomic Traits with Grain Yield on Soybean {Glycine max (L.) Merrill}]

Lukman Hakim 709

HIDROLISIS KITES MELALUI FERMENT ASI SEMI PAD AT UNTUK PRODUKSI N-ASETILGLUKOSAMINA

[Production of N-acetyl-D-glucosamine by Submerged Fermentation from Chitin]

Iwan Saskiawan dan Rini Handayani 721

SIMTOMATOLOGI DAN WAKTU KEMATIAN RAYAP Macrotermes gilvus Hagen (ISOPTERA: FAMILI TERMITIDAE) SETELAH INFEKSI CENDAWAN

Metarhizium brunneum Petch

[Symptomatology and Lethal Time of Termite Macrotermes gilvus Hagen (Isoptera: Family Termitidae) after Fungus Infection of Metarhizium brunneum Petch]

Muhammad Sayuthi, Teguh Santoso, Idham Sakti Harahap dan Utomo Kastosuwondo 729

REKAYASA EKSPRESI GEN PEMBUNGAAN Hd3a DIBAWAH KENDALI PROMOTER ROL C PADA JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

[Engineering of Expression of Hd3a Flowering Gene driven by rol C Promoter on Physic nut (Jatropha curcas L.)l

Yohana C Sulistyaningsih, Alex Hartana, Utut Widyastuti, Hamim dan Suharsono 737

ANALISIS TEVGKAT PENCEMARAN AIR DENGAN METODE INDEKS PENCEMARAN DI TELUK YOUTEFA, JAYAPURA, PROVINSI PAPUA

[Analyze of Water Pollution Level in Youtefa Bay Jayapura, Papua Using Pollution Indeks Method]

Janviter Manalu, I Wayan Nurjaya, Surjono HS dan Kholil 749

SIFAT PROTEKSI EKSTRAK AIR PANAS TEH {Camellia sinensis (LJ Kuntze} HIJAU PADA KHAMER Candida tropicalis YANG DEPERLAKUKAN

DENGAN PARACETAMOL

[Protection Property of Hot Water Extract of Green Tea {Camellia sinensis (LJ Kuntze} on Yeast Candida tropicalis Treated with Paracetamol]

Heddy Julistiono 763

(10)

Dqftar isi

INFEKSI Salmonella enteritidis PADA TELUR AYAM DAN MANUSIA SERTA RESISTENSINYA TERHADAP ANTIMIKROBA

{Salmonella enteritidis infection in chicken eggs and human and its antimicrobial resistance profiles]

Anni Kusumaningsih dan M Sudarwanto 771 IDENTIFIKASI GEN PENYANDI PIREN DIOKSIGENASE

PADA ISOLAT BAKTERIPENDEGRADASI PIREN [Identification of the Piren Dioxygenase Encoding Gene in Bacteria Isolates Degrading Piren]

FA Febria, Jamsari, N Nasir dan N Nurhidayat 781 KAJIAN OZONISASI (O3) TERHADAP KARAKTERISTIK KUBIS BUNGA (Brassica

oleracea var. botrytis) SEGAR SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU DINGIN [Evaluation of Ozonization (O3) on the Characteristics of Fresh Cauliflower

{Brassica oleraceae var. botrytis) during Cold Storage]

AliAsgar, A TSugiarto, Sumartini dan D Ariani 787 POLA KECENDERUNGAN PENANGKAPAN BURUNG-BURUNG LIAR BERNILAI

EKONOMIS DAN IMPLIKASI KONSERVASINYA: STUDI KASUS DITANAH GROGOT, KABUPATEN PASER, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

[Capture Trend of Economically Wild Birds and its Conservation Implication: Case Study in Tanah Grogot, Paser District, East Kalimantan Province]

Rachmat Budiwijaya Suba, Aditya Rakhman dan Rustam 797 IDENTIFIKASI Lernaea sp. YANG MENGINFEKSI IKAN ARWANA IRIAN {{Scleropages

jardinii (Saville-Kent, 1892)} DI MERAUKE, JAKARTA, BOGOR DAN DEPOK

[Identification of Lernaea sp. which infected Anvana irian fish {Scleropages jardinii (Saville-Kent, 1892)} in Merauke, Jakarta, Bogor and Depok]

Dikry N Shatrie, Kurniasih Imamudin, Wisnu Nurcahyo dan Triyanto 807 KERAGAMAN GENETIK HIBRIDA BEBERAPA STRAIN IKAN NILA

(Oreochromis niloticus Bleeker)

[Genetic Variability of Tilapia {Oreochromis niloticus Bleeker) Hybrid]

Rudhy Gustiano, Dinar Soelistyowati, Agung Luthfl Fauzan, dan Otong Zenal Arifin 819 HETEROSIS, HETEROBELTIOSIS DAN TINDAK GEN

KARAKTER AGRONOMIK KEDELAI {Glycine max (L.) Merrill} [Heterosis, Heterobeltiosis and Gene Action of the Agronomic Characters in Soybean (Glycine max (L.) Merrill]

Ayda Krisnawati dan MM Adie 827

(11)

Berita Biologi 10(6) - Desember 2011

KORELASIANTAR-KARAKTER DAN SIDIK LINTAS ANTARA

KARAKTER AGRONOMIDENGAN HASIL KEDELAI {Glycine max (L.) Merrill}

1

[Correlation Among Characters and Path Analyses Between Agronomic Traits

with Grain Yield on Soybean {Glycine max (L.) Merrill}]

Lukman Hakim

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Jin Merdeka 147, Bogor 16111

e-mail: puslitbangtan@gmail.com ABSTRACT

A total of 27 soybean {Glycine max (L.) Merrill} genotypes including check variety (Kawi) were evaluated on dry land at Ngale Experimental Farm, Ngawi, East Java during early rainy season of 2009/2010. The experiment was conducted in a randomized complete block design with three replications. Plot size was 4 m x 5 m, plant spacing was 40cmx20cm, each hill contained two plants. A correlation and path coefficient analyses were used in order to determine the association among characters and quantify the direct and indirect effects of agronomic traits on seed yield. The study has identified 3 varieties, i.e. Kaba, Wilis and Tanggamus produced the highest yield (>1.6 t/ha) and had good adaptation on dry land. Two varieties (Grobogan and Argomulyo) having large seed size (>15 g/100 seeds), and four varieties, i.e. Tidar, Grobogan, Gepak Ijo and SHR-W60 had early maturity (81days). Therefore, these varieties can be used as source of parents on breeding program. Among the agronomic characters, plant height, number of pods per plant and harvest index were positively and significantly correlated with grain yield. The direct effect of plant height, number of pods per plant and harvest index to grain yield as indicated by path coefficient were the highest, while other causal effects to grain yield were small or negative. Based on both analyses, soybean genotypes with high grain yield should have sufficient plant height, high number of pods per plant and high harvest index. Therefore, plant height, number of pods per plant and harvest index can be suggested for selection criteria in selecting high yield soybean genotypes on dry land.

Key words: Soybean, correlation, path analyses, agronomic characters.

ABSTRAK

Sebanyak 27 genotipe kedelai {Glycine max (L.) Merrill} termasuk varietas Kawi sebagai pembanding dievaluasi pada lahan kering tegalan Kebun Percobaa Ngale, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, pada awal musim hujan, MH 2009/2010. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok lengkap, 3 ulangan. Ukuran petak 4mx5m, jarak tanam 40cmx20cm, 2 tanaman per rumpun. Analisis korelasi dan analisis sidik lintas diterapkan pada penelitian ini untuk mengetahui hubungan antar-karakter dan mengidentifikasi karakter agronomi yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap hasil biji. Hasil penelitian diperoleh 3 varietas, yaitu Kaba, Wilis dan Tanggamus yang berdaya hasil tinggi (>1,6 t/ha) dan mempunyai daya adaptasi baik di lahan kering tegalan. Terdapat 2 varietas yaitu Grobogan dan Argomulyo yang mempunyai ukuran biji besar (>15g/100 biji), dan 4 varietas, yaitu Tidar, Grobogan, Gepak Ijo dan SHR-W60 yang mempunyai umur masak sangat genjah (81 hari). Varietas yang berbiji besar dan berumur genjah tersebut dapat digunakan sebagai sumber tetua dalam program pemuliaan. Di antara karakter agronomi yang diamati, tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman dan indeks panen berkorelasi positif sangat nyata dengan hasil biji. Pengaruh langsung tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman dan indeks panen terhadap hasil biji yang dinyatakan oleh koefisien sidik lintas mempunyai peran paling besar terhadap tingginya hasil biji kedelai, sedangkan pengaruh langsung karakter yang lainnya sangat kecil atau negatif. Berdasarkan kedua metode analisis tersebut, genotipe kedelai yang berpotensi hasil tinggi adalah yang mempunyai tanaman cukup tinggi, berpolong banyak dan mempunyai indeks panen yang tinggi. Oleh karena itu, tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman dan indeks panen dapat disarankan untuk digunakan sebagai kriteria seleksi guna memperoleh genotipe kedelai berdaya hasil tinggi di lahan kering tegalan.

Kata kunci: Kedelai, {Glycine max (L.) Merrill}, korelasi, sidik lintas, karakter agronomi.

PENDAHULUAN

Program perakitan varietas unggul kedelai {Glycine max (L.) Merrill} saat ini lebih diarahkan untuk menghasilkan varietas yang beradaptasi spesifik agroekosistem seperti lahan sawah irigasi, sawah tadah hujan, lahan kering masam, lahan kering bukan masam, lahan gambut dan sebagainya. Dengan beragamnya kondisi lingkungan (tanah dan iklim), hasil pengujian varietas dan galur

menunjukkan sukar untuk mendapatkan varietas kedelai yang beradaptasi luas yang sesuai untuk berbagai agroekologi tersebut. Oleh karena itu perakitan varietas kedelai yang diarahkan untuk adaptasi spesifik agroekologi akan lebih efektif dan efisien (Sumarno, 1996).

Teknik seleksi yang digunakan saat ini untuk mendapatkan varietas kedelai yang adaptif spesifik lokasi adalah dengan metode seleksi tidak langsung,

'Diterima: 4 Mi 2011 - Disetujui: 8 Oktober 2011

(12)

Hakim - Korelasi Antar-Karakter dan Sidik Lintas antara Karakter Agronomi dengan Hasil Kedelai

yakni melalui pengujian daya hasil dan uji multilo-kasi pada masing-masing agroekosistem tersebut. Pada metode ini, bahan-bahan pemuliaan tidak diuji secara langsung terhadap cekaman lingkungan, dan seleksi tidak direncanakan dan dilakukan dari awal terhadap cekaman lingkungan dimaksud (Arsyad et al., 2007).

Sumarno dan Zuraida (2006) melaporkan bahwa varietas unggul kedelai yang ada saat ini pada umumnya dipilih secara empiris berdasarkan keunggulan daya hasil pada pengujian daya hasil dan uji multilokasi. Karakter yang sering dijadikan krite-ria seleksi awal pada umumnya terbatas pada umur polong masak, ketahanan rebah, warna dan mutu biji. Karakter tersebut walaupun ikut menentukan tingkat hasil biji, tetapi bukan merupakan komponen hasil.

Pada tanaman kedelai, Chamacho (1974) menyarankan bahwa untuk memilih genotipe kedelai yang berpotensi hasil tinggi dapat digunakan kriteria seleksi berdasarkan komponen hasil yang terdiri dari banyaknya cabang, jumlah buku subur, jumlah po-long per tanaman dan ukuran biji. Namun ia meng-ingatkan bahwa hubungan antara komponen hasil dengan hasil biji dapat berubah, disebabkan oleh kompetisi antar-tanaman pada jarak tanam yang ber-beda atau adanya cekaman lingkungan.

Studi korelasi yang dilakukan oleh Jam-aluddin et al. (2001) menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara umur polong masak, tinggi tana-man, bobot 100 biji dan bobot berangkasan dengan hasil biji kedelai. Sedangkan Sumarno dan Zuraida (2006) melaporkan bahwa tinggi tanaman dan jumlah polong per tanaman berkorelasi positif sangat nyata dan berpengaruh langsung terhadap hasil biji kedelai. Karakter yang lainnya menurut mereka berkorelasi tidak nyata atau negatif. Hasil penelitian yang sama pada tanaman kacang hijau dilaporkan oleh Gupta et al. (1982). Mereka menyatakan bahwa tinggi tanaman dan jumlah polong per tanaman

berkorelasi positif dengan hasil biji, dan merupakan faktor penting dalam menentukan tingginya hasil biji.

Hasil penelitian sidik lintas antara komponen hasil dengan hasil biji kedelai yang dilakukan oleh Pandey dan Torrie (1973) menunjukkan bahwa jumlah polong per unit area panen dan jumlah biji per polong memberikan pengaruh terbesar terhadap tingginya hasil biji. Pada tanaman kacang merah {Phaseolus vulgaris L.), Duarte dan Adam (1972) juga melaporkan bahwa jumlah polong per tanaman. jumlah biji per polong dan ukuran biji merupakan karakter penentu utama tingginya hasil biji. Se-dangkan Board et al. (1999) melaporkan bahwa jumlah polong per buku subur dan jumlah buku sub-ur per tanaman berpengaruh secara nyata terhadap hasil biji kedelai. Jumlah polong per buku subur juga merupakan karakter penting yang menentukan ban-yaknya polong per tanaman.

Varietas unggul dan galur harapan kedelai pada umumnya berasal dari berbagai sumber dan memiliki latar belakang genetik plasma nutfah yang beragam, sehingga karakter agronomi varietas dan galur harapan tersebut seringkali berbeda satu dengan yang lain. Untuk mengetahui peran karakter agronomi yang paling berpengaruh terhadap hasil biji, perlu dilakukan penelitian hubungan antara karakter agronomi dengan hasil biji tersebut. Apabila diketahui terdapat karakter yang mempunyai hub-ungan sangat kuat dan berpengaruh langsung ter-hadap hasil biji, maka karakter tersebut dapat digunakan sebagai kriteria seleksi untuk mendapat-kan genotipe kedelai berdaya hasil tinggi.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendapatkan varietas atau galur harapan kedelai yang adaptif un-tuk lahan kering Kp Ngale, Kabupaten Ngawi, (2) mendapatkan genotipe kedelai yang berumur genjah (<90 hari) atau mempunyai ukuran bii besar (> 15 g/100 biji) untuk digunakan sebagai sumber tetua

(13)

Bertta Biologi 10(6) - Desember 2011

dalam program pemuliaan dan (3) mengetahui hub-ungan antar karakter agronomi, dan mengidentifikasi karakter yang berpengaruh langsung dan berperan sebagai penentu tingginya hasil biji kedelai.

Hipotesis penelitian yang diajukan adalah terdapat karakter agronomi umum yang sama pada tanaman kedelai yang berperan terhadap tingginya hasil kedelai.

BAHAN DAN METODA

Penelitian dilakukan di lahan kering tegalan Kebun Percobaan Ngale, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, pada awal musim hujan MH 2009/2010 (bulan Oktober, 2009 sampai Januari, 2010). Jumlah varietas dan galur harapan kedelai yang diuji sebanyak 27 varietas, termasuk varietas Kawi se-bagai pembanding (cek). Rancangan percobaan acak kelompok lengkap, 3 ulangan. Ukuran petak 4mx5m, jarak tanam 40cmx20 cm, 2 tanaman per rumpun. Dosis pemupukan 50 kg urea, 150 kg SP36 dan 150 kg KC1 per hektar, diberikan pada saat tanam dengan cara disebar merata pada setiap petak percobaan, kemudian ditutup dengan tanah. Pupuk susulan sebanyak 50 kg urea/ha diberikan pada saat tanaman berumur 30 hari dengan cara dilarik disamping barisan tanaman. Untuk mencegah serangan hama daun dan hama polong, tanaman disemprot dengan insektisida Decis (2 cc/1 air), diberikan pada umur 15, 25, 35, 45 dan 55 hari. Untuk mencegah se-rangan penyakit, terutama karat daun (Phakopsora pachyrizhi), tanaman disemprot dengan fungisida Mancozeb (15 g/10 liter air), diberikan pada umur 30, 45 dan 60 hari. Peubah yang diamati dari 10 tanaman sampel meliputi tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong per tanaman, ukuran biji (g/100 biji), bobot biji per tanaman dan indeks panen. Indeks panen (HI) dihitung berdasarkan ru-mus HI = sy/(sy+py) (Yadav et al, 1979), dimana sy = hasil biji per tanaman, py = bobot berangkasan

kering per tanaman. Peubah yang diamati dari popu-lasi tanaman per petak meliputi: umur berbunga, umur polong masak dan hasil biji kering per petak.

Data hasil dan komponen hasil varietas dan galur harapan yang diuji, dianalisis menggunakan sidik ragam, dan untuk mengetahui hubungan antar karakter agronomi data dianalisis dengan analisis korelasi (Singh dan Choudhury, 1979). Untuk mengetahui karakter yang berpengaruh langsung terhadap hasil biji digunakan metode analisis sidik lintas (Li, 1975).

HASIL

Keragaan Agronomi Tanaman

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh varietas/galur terhadap hasil biji dan kom-ponen hasil sangat nyata, kecuali pada jumlah cabang pengaruhnya tidak nyata. Pengaruh ulangan adalah nyata terhadap hasil biji, tinggi tanaman, jumlah polong, bobot bii per tanaman dan indeks panen. Sedangkan pada umur berbunga, umur po-long masak, jumlah cabang dan bobot 100 biji pengarunya tidak nyata (Tabel 1).

Daya hasil 27 varietas/galur yang diuji berkisar antara 0,71-1,79 t/ha. Hasil tertinggi dicapai oleh varietas Kaba, Wilis, dan Tanggamus, masing-masing 1,79 t, 1,67 t dan 1,63 t/ha. Hasil ke tiga varietas tersebut menunjukkan perbedaan yang nyata dengan varietas Kawi (pembanding). Pada penelitian ini, hasil yang dicapai oleh varietas Kawi adalah 1,18 t/ha (Tabel 2).

Bobot biji per tanaman berkisar antara 18,22-33,27 gram. Varietas Kaba dan Argomulyo menghasilkan bobot biji per tanaman paling tinggi, yaitu 33,27 gram dan 29,71 gram, dan menunjukkan perbedaan yang nyata dengan varietas Kawi (24,83 gram/tanaman).

Bobot 100 biji (ukuran biji) varietas/galur yang diuji berkisar antara 6,3-15,9 gram. Varietas

(14)

Hakim - Korelasi Antar-Karakter dan Sidik Lintas antara Karakter Agronomi dengan Hasil Kedelai

Tabel 1. Analisis sidik ragam hasil dan komponen hasil varietas/galur kedelai di lahau kering tegalan. Kp Ngale, Kab. Ngawi, MH 2009/2010.

Sumber kera-gaman Ulangan Varietas KK (%) Hasil biji/ petak (kg) 163,006 * 2,43** 15,81 Umur berbunga (hr) 410,108" 3,206** 12,70 Umur po-long masak (hr) 612,404t11 11,417* 13,33 Tinggi tanaman (cm) 1929,311 * 1201,860 ** 9,70 Kuadrat tengah Jumlah cabang 157,110° 43,609a 9,61 Jumlah po-long/ tan. 2137,018* 983,364** 20,60 Bobot 100 biji (g) 151,220B 7,511* 13,10 Bobot biji/ tanam (g) 163,261* 3,604* 18,22 Indeks panen 790,11 7* 15,201 ** 12,08 = Nyata pada taraf uji P < 0,05. ** = Sangat nyata pada taraf uji P < 0,01. tn = tidak nyata.

Grobogan dan Argomulyo mempunyai bobot 100 biji paling tinggi, yaitu 15,9 gram dan 15,0 gram/100 biji. Bobot 100 biji kedua varietas tersebut menun-jukkan perbedaan yang sangat nyata dengan varietas Kawi (pembanding). Pada penelitian ini, bobot 100 biji varietas Kawi hanya 7,0 gram. Terdapat 2 varie-tas kedelai lainnya yaitu MLG-0042 dan Anjasmoro yang mempunyai bobot 100 biji lebih tinggi dan ber-beda nyata dengan varietas Kawi. Varietas MLG-0042 dan Anjasmoro mempunyai bobot 100 biji mas-ing-masing 12,0 gram dan 11,3 gram (Tabel 2).

Indeks panen 27 varietas/galur yang diuji berkisar antara 0,129-0,530. Varietas Kaba dan Wilis mempunyai indeks panen paling tinggi, yaitu masing-masing 0,530 dan 0,470, sedangkan indeks panen varietas Kawi (pembanding) hanya 0,230. Nilai indeks panen varietas Kaba dan Wilis adalah berbeda nyata dengan varietas Kawi (Tabel 2).

Umur berbunga berkisar antara 35-52 hari. Terdapat 9 varietas yang mempunyai umur berbunga lebih genjah dan menunjukkan perbedaan yang nyata dengan varietas Kawi (Tabel 3). Dari 27 genotipe yang dievaluasi, varietas Grobogan dan galur SHR-W60 mempunyai umur berbunga paling genjah, yaitu 35 dan 36 hari. Varietas Kawi sebagai pembanding mempunyai umur berbunga 42 hari (Tabel 3).

Umur polong masak 27 genotipe kedelai yang dievaluasi berkisar antara 81-106 hari. Ter-dapat 4 varietas yaitu Grobogan, Gepak Ijo, Tidar

dan galur SHR-W60 yang mempunyai umur polong masak sangat genjah (81 hari), dan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dengan varietas Kawi. Umur polong masak varietas Kawi adalah 99 hari (Tabel 3). Terdapat 3 varietas lainnya yang mempu-nyai umur polong masak cukup genjah (87-88 hari). yaitu varietas Argomulyo, Anjasmoro dan galur MLG-0710.

Tinggi tanaman berkisar antara 42-92 cm. Varietas yang mempunyai tanaman paling tinggi adalah Tidar dan Seulawah, yaitu masing-masing 92 dan 85 cm. Varietas Sibayak dan galur MLG-0752 mempunyai tinggi tanaman paling pendek, yaitu 42 dan 43 cm, sedangkan varietas Kawi (pembanding) mempunyai tinggi tanaman sedang, yaitu 68 cm. Varietas Kaba, Wilis dan Tanggamus yang berdaya hasil tinggi juga mempunyai tinggi tanaman sedang. masing-masing yaitu 69, 63 dan 65 cm (Tabel 3).

Jumlah cabang berkisar antara 3-7 cabang. Varietas yang mempunyai jumlah cabang paling ban-yak adalah Seulawah dan MLG-0001, yaitu masing-masing 7 dan 6 cabang per tanaman. Varietas Kawi (pembanding) mempunyai jumlah cabang yaitu 5 cabang/tanaman (Tabel 3).

Jumlah polong per tanaman berkisar antara 36-88 polong. Varietas yang mempunyai jumlah polong per tanaman paling banyak adalah varietas Ringgit dan Gepak Ijo, yaitu 88 polong dan 77 po-long/tanaman. Jumlah polong kedua varietas

(15)

BeritaBiologi 10(6) - Desember 2011

Tabel 2. Hasil biji, bobot biji per tanaman, bobot 100 biji dan indeks panen. Varietas/galur harapan kedelai di lahan kering tegalan Kp. Ngale, Kab. Ngawi,MH 2009/2010.

Varietas/galur Hasil biji (t/ha) Bobot biji per Bobot 100 biji (g) Indeks panen

Bromo Seulawan Wilis MLG-0706 MLG-0710 MLG-0032 MLG-0029 Argomulyo Grobogan MLG-0001 Nanti Tanggamus Gepak Ijo MLG-0731 MLG-0738 MLG-0042 MLG-0030 Ringgit Tidar Kaba Anjasmoro Sibayak MLG-0752 MLG-001 Krakatau SHR-W60 Kawi (Pembanding) BNT 5% 1% KK (%) 1,02 24,70 10,5 0,261 1,30 1,67* 0,87 0,93 1,06 1,07 1,47 1,22 1,06 0,71 1,63* 1,28 0,92 1,72 1,10 0,84 1,30 1,42 1,79* 0,96 0,80 1,18 0,88 1,30 1,45 1,18 0,431 0,675 15,81 apadatar; 20,56 27,60 20,71 21,20 24,73 24,77 29,71* 24,61 25,03 18,63 27,55 26,11 21,06 18,25 25,23 19,71 26,61 26,61 33,27** 18,22 19,80 24,87 19,83 25,77 29,10 24,83 4,09 6,81 18,22 8,0 -9,3 10,0 9,3 9,8 10,2 15,1** 15,9** 7,8 8,0 9,0 6,3 10,4 8,9 12,0 7,0 6,8 6,8 10,4 11,3* 9,0 8,7 7,0 7,3 9,7 7,0 4,06 6,58 13,10 af 1% dibandingkan dengan varietas pembanding.

0,288 0,470* 0,263 0,196 0,203 0,211 0,380 0,231 0,303 0,167 0,401 0,299 0,189 0,221 0,191 0,169 0,292 0,355 0,530* 0,273 0,196 0,220 0,129 0,311 0,377 0,230 0,233 0,392 12,08 * = berbeda nyata pada taraf 5%; * * = berbedi

but menunjukkan perbedaan yang nyata dengan vari-etas Kawi (60 polong/tanaman). Varivari-etas Kaba, Wilis dan Tanggamus yang mempunyai daya hasil tinggi masing-masing mempunyai jumlah polong sebanyak 61, 63 dan 60 polong/tanaman (Tabel 3). Korelasi Antar Karakter dan Sidik Lintas

Hasil analisis korelasi antar karakter tercan-tum pada Tabel 4. Umur berbunga berkorelasi positif nyata dengan umur polong masak, tinggi tanaman dan jumlah cabang per tanaman, dengan koefisien korelasi (r) masing-masing 0,411, 0,305 dan 0,422.

Umur berbunga berkorelasi negatif nyata dengan indeks panen (r = -0,304*), sedangkan dengan hasil biji menunjukkan korelasi positif tetapi tidak nyata (r = 0,150).

Umur polong masak menunjukkan korelasi positif nyata dengan tinggi tanaman (r = 0,406*), sedangkan dengan bobot 100 biji dan indeks panen berkorelasi nyata tetapi negatif (r = 0,418* dan -0,361*). Korelasi antara umur polong masak dengan hasil biji adalah positif tetapi tidak nyata (r = 0,210), sedangkan korelasinya dengan karakter yang lain

(16)

Hakim - Korelasi Antar-Karakter dan Sidik Lintas antara Karakter Agronomi dengan Hasil Kedelai

Tabel 3. Umur berbunga, umur polong masak, tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong/tanaman varietas dan galur harapan kedelai di lahan kering tegalan, Kp. Ngale, Kab. Ngawi, MH 2009/2010.

Varietas/galur Bromo Seulawah Wilis MLG-0706 MLG-0710 MLG-0032 MLG-0029 Argomulyo Grobogan MLG-0001 Nanti Tanggamus Gepak Ijo MLG-0731 MLG-0738 MLG-0042 MLG-0030 Ringgit Tidar Kaba Anjasmoro Sibayak MLG-0752 MLG-001 Krakatau SHR-W60 Kawi (Pembanding) BNT 5% 1% KK (%) Umur berbunga (hr) 40 52 40 38* 50 38* 47 48 35** 49 48 45 40 40 42 37* 38* 37* 42 45 37* 46 37* 48 40 36** 42 3,73 5,06 12,70

Umur plong masak (hr) 99 106 94 92 88** 94 104 88** 81** 96 99 96 81** 96 94 92 94 99 81** 93 87** 94 94 94 99 81** 99 3,11 4,75 13,33 Tinggi tana-man (cm) 51 85* 63 58 45 56 59 54 52 69 69 65 56 58 60 66 61 68 92* 69 58 42 43 59 57 46 68 9,73 12,02 9,70 Jumlah cabang/ tan. 5 6 3 3 3 3 4 3 3 7 3 5 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 5 2,10 2,98 9,61 Jumlah polong/ tan. 46 54 63 56 47 50 46 56 36 60 59 60 77* 57 52 51 50 88* 61 67 50 44 46 60 56 50 60 11,21 14,32 20,6

* = berbeda nyata pada taraf 5%; ** = berbeda nyata pada taraf 1% dibandingkan dengan varietas pembanding.

seperti jumlah polong dan bobot biji per tanaman adalah tidak nyata (Tabel 4).

Tinggi tanaman menunjukkan korelasi positif sangat nyata dengan jumlah cabang (r = 0,623*) dan hasil biji (r = 0,507*). Tinggi tanaman berkorelasi positif nyata dengan jumlah polong per tanaman (r = 0,463*) dan berkorelasi negatif nyata dengan bobot 100 biji (r = -0,361*). Korelasi antara tinggi tanaman dengan bobot biji per tanaman dan indeks panen

ada-lah positif tetapi tidak nyata, dengan koefisien ko-relasi masing-masing hanya 0,121 dan 0,061.

Jumlah cabang berkorelasi positif nyata dengan jumlah polong per tanaman (r = 0,390*), dan berkorelasi negatif nyata dengan bobot 100 biji (r = -0,402*) dan indeks panen (r = -0,405*). Jumlah cabang menunjukkan korelasi positif dengan hasil biji tetapi korelasinya tidak nyata (r = 0,226). Jumlah polong per tanaman menunjukkan korelasi

(17)

Berita Biologi 10(6) - Desember 2011

Tabel 4. Korelasi fenotipik antar karakter agronomi varietas/galur kedelai pada lahan kering tegalan, Kp Ngale, Kab. Ngawi, MH 2009/2010. Karakter Umur berbun-ga Umur polong masak Tinggi tana-man Jumlah cabang Jumlah pOlong/tan. Bobotbiji/tan. Bobot 100 biji Indeks panen Umur polong masak 0,411* Tinggi tana-man 0,303* 0,406* Jumlah cabang 0,422* 0,205 0,623** Jumlah polong/ tanaman 0,031 0,042 0,463* 0,390* Bobot biji/ tanaman 0,073 0,130 0,121 0,081 0,412** Bobot 100 biji 0,043 -0,418* -0,361* -0,402* -0,302* 0,322* Indeks panen -0,304* -0,361* 0,061 -0,405* 0,510** 0,385* 0,272 Hasil biji 0,150 0,210 0,507** 0,226 0,605** 0,303* 0,332* 0,471*

* Nyata pada taraf 5%, nyata pada taraf 1%.

positif nyata dengan bobot biji per tanaman (r = 0,412*) dan berkorelasi positif sangat nyata dengan indeks panen (r = 0,510**) dan hasil biji (r = 0,605**). Jumlah polong per tanaman menunjukkan korelasi negatif nyata dengan bobot 100 biji (r =-0,302*).

Bobot biji per tanaman berkorelasi positif nyata dengan bobot 100 biji, indeks panen dan hasil biji, dengan koefisien korelasi (r) masing-masing 0,322, 0,385 dan 0,303. Bobot 100 biji menunjukkan korelasi positif nyata dengan hasil biji (r = 0,332*), sedangkan dengan indeks panen korelasinya tidak nyata (r = 0,272). Indeks panen berkorelasi positif sangat nyata dengan hasil biji, dengan koefisien ko-relasi (r) adalah 0,471.

Hasil analisis sidik lintas menunjukkan bah-wa pengaruh langsung tinggi tanaman (X3), jumlah

polong per tanaman (X5) dan indeks panen (Xg) ter-hadap hasil biji nilainya cukup besar, yaitu masing-masing X3 = 0,611, X5 = 0,805 dan X8 = 0,514

(Tabel 5). Hal ini mengindikasikan bahwa peran peu-bah tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman dan indeks panen sangat penting dalam menentukan hasil

biji kedelai di lahan kering tegalan.

Pengaruh langsung umur berbunga (Xi) terhadap hasil biji menunjukkan nilai negatif (Xi = -0,0083), sedangkan pengaruh langsung umur polong masak (X2) terhadap hasil biji juga negatif, namun

nilainya cukup besar (X2 =-0,404*) dan pengaruhnya

cukup nyata.

Pengaruh langsung jumlah cabang per tana-man (X4) terhadap hasil biji adalah negatif dan nilainya kecil (X4 = -0,253). Begitu juga pengaruh langsung bobot 100 biji (X6) dan bobot biji per

tana-man (X7) terhadap hasil biji nilainya kecil dan

ku-rang bermakna (X6 = 0,238 dan X7 = 0,146). Hal ini

mengindikasikan bahwa ketiga karakter tersebut tid-ak menjadi penentu penting terhadap hasil biji. Data analisis sidik lintas menunjukkan bahwa koefisien residual nilainya cukup besar, yaitu R = 0,671, dan besarnya ragam hasil biji yang terkait dengan karakter agronomi yang diamati adalah (1-R2) = 47%. Data ini memberikan petunjuk bahwa diantara karakter agronomi yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman dan indeks panen memberikan pengaruh langsung yang penting

(18)

Hakim - Korelasi Antar-Karakter dan Sidik Lintas antara Karakter Agronomi dengan Hasil Kedelai

Tabel 5. Analisis sidik lintas karakter agronomi kedelai yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap hasil biji pada pengujian di lahan kering tegalan, Kp. Ngale, Kab. Ngawi, MH 2009/2010.

Karakter

Umur berbunga (Xi) Umurpanen(X2) Tinggi batang (X3) Jumlah cabang (X4) Jumlah polong (X5) Ukuran biji (X6) Bobotbiji/tan(X7) Index panen (X8) Korelasi (r) X, -0,083 -0,301 0,091 0,080 0,063 -0,071 0,035 -0,304 0,150

x

2 0,330 -0,404 0,406 0,122 0,103 -0,418 0,115 -0,361 0,210

x

3 -0,116 -0,305 0,611 0,206 0,430 -0,063 0,121 0,033 0,507

x

4 0,220 0,261 0,102 -0,253 0,218 -0,143 0,063 -0,405 -0,226

x

5 0,021 0,027 0,463 0,036 0,805 -0,201 0,622 0,503 0,605

x

6 -0,206 -0,331 0,037 -0,188 -0,302 0,238 0,411 0,067 0,332 X7 0,086 0,035 0,250 0,034 0,412 0,322 0,146 0,233 0,303

x

8 0,053 0,033 0,061 0,016 0,510 0,272 0,385 0,514 0,471 Pengaiuh langsung = data tertera pada lajur diagonal. Pengaruh tidak langsung = data teitera diatas atau dibawah data diagonal.

terhadap hasil biji kedelai, walaupun mungkin ter-dapat faktor lain yang tidak terukur ikut mempengaruhi hasil biji tersebut.

PEMBAHASAN

Keragaan Agronomi Tanaman

Dari 27 varietas/galur yang diuji, varietas Kaba, Wilis dan Tanggamus menunjukkan daya adaptasi cukup baik di lahan kering tegalan Kp Ngale, Kabupaten Ngawi. Hasil yang dapat dicapai oleh ketiga varietas tersebut masing-masing 1,79 t, 1,67 t dan 1,63 t/ha atau 450-610 kg lebih tinggi da-ripada varietas Kawi yang biasa ditanam oleh petani setempat (Tabel 3). Keunggulan lainnya dari varietas Kaba, Wilis dan Tanaggamus dibandingkan dengan varietas Kawi adalah mempunyai umur lebih genjah dan mempunyai ukuran lebih besar. Umur masak varietas Kaba, Wilis dan Tanggamus adalah 93 hari, 94 hari dan 96 hari, sedangkan umur masak varietas Kawi adalah 99 hari (Tabel 3). Ukuran biji varietas Kaba, Wilis dan Tanggamus yaitu 10,4 g, 93,9 g dan 9,0 g/100 biji, sedangkan ukuran biji varietas Kawi hanya 7,0 g/100 biji (Tabel 2). Oleh karena itu, vari-etas Kaba, Wilis dan Tanggamus dapat disarankan untuk dikembangkan di lahan kering tegalan Kabu-paten Ngawi.

Dari hasil penelitian ini juga diperoleh 4 vari-etas yaitu Grobogan, Gepak fjo, Tidar dan SHR-W60 yang mempunyai umur masak sangat genjah (81 hari). Ke-empat varietas tersebut dapat digunakan sebagai sumber genetik atau tetua dalam program persilangan untuk perbaikan umur masak varietas kedeali. Selain itu juga diperoleh 2 varietas, yaitu Grobogan dan Argomulyo yang mempunyai ukuran biji besar (15,0 dan 15,9 gram/100 biji). Ke dua vari-etas tersebut dapat digunakan sebagai sumber tetua dalam program pemuliaan untuk merakit varietas unggul berdaya hasil tinggi dan mempunyai ukuran biji besar. Arsyad et al. (2007) melaporkan bahwa program perakitan varietas kedelai adaptif lahan ker-ing pada masa yang akan datang perlu mempertim-bangkan disamping berdaya hasil tinggi, juga mem-iliki sifat umur lebih pendek (80-82 hari) dan ukuran biji lebih besar (13-14 g/100 biji). Umur yang lebih pendek diperlukan pada pertanaman MH II (Maret-Juni) agar tanaman terhindar dari kekeringan. Se-dangkan ukuran biji besar diperlukan untuk mening-katkan daya saing terhadap kedelai impor yang umumnya berbiji besar.

Korelasi Antar Karakter dan Sidik Lintas Umur berbunga berkorelasi positif nyata dengan umur polong masak, tinggi tanaman dan

(19)

Berita Biologi 10(6) - Desember 2011

jumlah cabang per tanaman, tetapi berkorelasi negatif nyata dengan indeks panen. Sedangkan dengan hasil biji menunjukkan korelasi positif tetapi tidak nyata. Hasil penelitian yang sama dilaporkan oleh Johnson et al. (1955), mengemukakan bahwa umur berbunga berkorelasi positif nyata dengan umur masak, tinggi tanaman dan jumlah cabang per tanaman, sedangkan dengan hasil biji, korelasinya negatif tetapi tidak nyata. Pada tanaman kacang hi-jau, Rohman dan Hussain (2003) melaporkan umur berbunga berkorelasi positif nyata dengan umur masak dan tinggi tanaman, dan berkorelasi negatif nyata dengan bobot 100 biji. Sedangkan korelasinya dengan hasil biji mereka melaporkan positif tetapi tidak nyata.

Umur polong masak menunjukkan korelasi positif nyata dengan tinggi tanaman dan berkorelasi negatif nyata dengan bobot 100 biji dan indeks panen. Jamaluddin et al. (2001) melaporkan bahwa umur masak berkorelasi positif nyata dengan tinggi tanaman, bobot 100 biji dan hasil biji. Sedangkan menurut Johnson et al. (1955), umur masak berko-relasi positif nyata dengan tinggi tanaman, bobot biji per tanaman dan hasil biji. Pada penelitian ini, ko-relasi antara umur masak dengan bobot biji per tana-man dan hasil biji adalah positif tetapi tidak nyata (Tabel 4). Hasil penelitian yang sama pada tanaman kacang hijau dilaporkan oleh Upadhaya et al. (1980), bahwa umur masak berkorelasi positif tetapi tidak nyata dengan bobot biji per tanaman dan hasil biji. Sedangkan dengan bobot 100 biji, mereka juga melaporkan hasil yang sama yaitu korelasinya negatif.

Tinggi tanaman berkorelasi positif nyata dengan jumlah cabang, jumlah polong per tanaman dan hasil biji, sedangkan dengan bobot 100 biji ko-relasinya negatif (Tabel 4). Hasil penelitian yang sama dilaporkan oleh Sumarno dan Zuraida (2006), menyatakan bahwa varietas kedelai yang

tanamann-ya tinggi cenderung mempuntanamann-yai jumlah cabang dan jumlah polong per tanaman lebih banyak, hasilnya tinggi, namun varietas tersebut mempunyai ukuran biji lebih kecil. Studi korelasi pada tanaman kacang hijau yang dilakukan oleh Singh et al. (1968) menun-jukkan bahwa tinggi tanaman berkorelasi positif nyata dengan jumlah cabang, jumlah polong per tanaman dan hasil biji, sedangkan dengan bobot 100 biji dan umur masak korelasinya negatif. Sumarno dan Zuraida (2006) dan Singh et al. (1968) menyarankan bahwa tinggi tanaman dapat digunakan sebagai kriteria seleksi untuk memperoleh genotipe berdaya hasil tinggi.

Jumlah cabang berkorelasi positif nyata dengan jumlah polong per tanaman dan berkorelasi positif tetapi tidak nyata dengan bobot biji per tana-man dan hasil biji. Jumlah cabang berkorelasi negatif nyata dengan bobot 100 biji (Tabel 4). Hasil penelitian yang sama pada tanaman kacang hijau dilaporkan oleh Gupta et al. (1982), menyatakan bahwa genotipe yang bercabang banyak cenderung mempunyai jumlah polong yang banyak, tetapi geno-tipe tersebut mempunyai ukuran biji lebih kecil dan berdaya hasil sedang. Hasil penelitian Sumarno dan Zuraida (2006) menguatkan hasil penelitian ini, yak-ni korelasi antara jumlah cabang dengan bobot biji per tanaman dan hasil biji adalah positif tetapi tidak nyata. Sedangkan temuan Jamaluddin et al. (2001), jumlah cabang berkorelasi positif nyata dengan hasil biji.

Jumlah polong per tanaman menunjukkan korelasi positif sangat nyata dengan bobot biji per tanaman dan hasil biji. Hasil penelitian yang sama dilaporkan oleh Sumarno dan Zuraida (2006), Pan-dey dan Torie (1973), dan oleh Singh et al. (1968) pada tanaman kacang hijau, dan Duarte dan Adam (1972) pada tanaman kacang merah.

Korelasi antara bobot biji per tanaman dengan bobot 100 biji dan hasil biji adalah nyata

(20)

Hakim - Korelasi Antar-Karakter dan Sidik Lintas antara Karakter Agronomi dengan Hasil Kedelai

positif (Tabel 4). Hasil penelitian yang sama dilaporkan oleh Jamaluddin et al. (2001) dan John-son et al. (1955). Pada tanaman kacang merah, Du-arte dan Adam (1972) melaporkan hasil yang sama bahwa bobot biji per tanaman berkorelasi positif nyata dengan bobot 100 biji, namun korelasinya dengan hasil biji, tidak nyata. Pada kacang hijau Rohman dan Hussain (2003), melaporkan bahwa bobot biji per tanaman berkorelasi positif sangat nyata dengan bobot 100 biji dan hasil biji, baik pada sifat fenotipik maupun genotipik.

Korelasi antara bobot biji per tanaman dengan indeks panen adalah positif sangat nyata (Tabel 4). Temuan yang sama dilaporkan oleh Yadav et al. (1979) pada kacang hijau, yang menyatakan bahwa untuk memperbaiki indeks panen dapat dil-akukan dengan meningkatkan bobot biji per tanaman melalui peningkatan jumlah polong dan ukuran biji.

Bobot 100 biji berkorelasi positif nyata dengan hasil biji (Tabel 4), sama dengan laporan Susanto et al. (2001), Pandey dan Torrie (1973). Tetapi Sumarno dan Zuraida (2006) melaporkan ko-relasi antara bobot 100 biji dengan hasil biji adalah nyata tetapi negative, dan menyatakan bahwa varie-tas kedelai yang hasilnya tinggi adalah yang mempu-nyai ukuran biji kecil atau sedang. Sedangkan John-son et al. (1955) melaporkan hasil yang sama seperti pada penelitian ini, yaitu bahwa korelasi antara bobot 100 biji dengan hasil biji adalah positif nyata baik pada sifat fenotipik maupun genotipik.

Indeks panen berkorelasi positif sangat nyata dengan hasil biji (Tabel 4), sama dengan temuan pada kacang hijau oleh Yadav et al. (1979) dan Tomar et al. (1972), yakni korelasi antara indeks panen dengan hasil biji adalah lebih konsisten dibandingkan dengan karakter yang lain, karena pengaruh lingkungan terhadap indeks panen relatif sangat kecil; dan menyarankan bahwa panen dapat digunakan sebagai kriteria seleksi untuk memperoleh

genotipe berdaya hasil tinggi.

Hasil analisis sidik lintas menunjukkan bah-wa pengaruh langsung tinggi tanaman, jumlah po-long per tanaman dan indeks panen terhadap hasil biji sangat nyata (Tabel 5). Hal ini memberikan indi-kasi bahwa karakter yang berperan penting terhadap tingginya hasil biji kedelai di lahan kering tegalan adalah tinggi tanaman, jumlah polong per tanamar dan indeks panen. Hasil yang sama dilaporkan oleh Sumarno dan Zuraida (2006), yang menyatakan bah-wa karakter yang berperan penting terhadap hasil biji kedelai adalah tinggi tanaman dan banyaknya polong per tanaman dibarengi pengaruh langsung negatif dari jumlah buku subur. Hasil yang sama pada tana-man kacang hijau dilaporkan oleh Rohtana-man dan Hussain (2003), bahwa tinggi tanaman, jumlah po-long per tanaman dan umur masak merupakan karak-ter penting yang berpengaruh langsung karak-terhadap hasil biji. Sedangkan pada penelitian ini, pengaruh langsung umur masak adalah cukup nyata namun nilainya negatif. Pada hasil penelitian sidik lintas yang dilakukan oleh Pandey dan Torrie (1973). jumlah polong per unit area panen dan banyaknya biji per polong memberikan pengaruh terbesar ter-hadap hasil biji kedelai. Banyaknya polong per tana-man dinilainya kurang tepat sebagai komponen hasil panen, karena karakter tersebut sangat dipengaruhi oleh jarak tanam dan kompetisi antar tanaman dalam populasi yang kurang optimal.

Pada penelitian ini, pengaruh langsung bobot 100 biji dan bobot biji per tanaman terhadap hasil biji nilainya kecil atau kurang bermakna, bahkan pengaruh langsung umur berbunga, umur masak dan jumlah cabang terhadap hasil biji menunjukkan nilai negatif (Tabel 5). Dengan demikian, karakter seperti umur berbunga, jumlah cabang, bobot biji per tana-man dan bobot 100 biji nampaknya kurang berperan dan berpengaruh tidak langsung terhadap hasil biji kedelai. Sedangkan umur masak turut berperan

(21)

Berita Biologi 10(6) - Desember 2011

lam menentukan hasil biji, namun pengaruh langsung karakter tersebut adalah negatif.

Hasil analisis sidik lintas memberikan petun-juk bahwa varietas kedelai yang berdaya hasil tinggi adalah yang memiliki kharakter tinggi tanaman yang cukup, berpolong banyak dan indeks panen yang tinggi. Dengan demikian ketiga karakter tersebut dapat disarankan untuk digunakan sebagai kriteria seleksi guna mendapatkan genotipe kedelai berdaya hasil tinggi di lahan kering tegalan. Seleksi dapat diterapkan pada populasi segregasi generasi awal (F2 -F4). Metode seleksi dapat menggunakan seleksi

massa-bulk, yakni dengan memilih individu-individu tanaman yang secara visual memiliki kharakter yang tinggi, berpolong banyak dan mempunyai indeks panen yang tinggi dibandingkan dengan varietas unggul pembanding. Selanjutnya, tanaman terpilih berdasarkan seleksi visual tersebut dibulk. Pada gen-erasi F5 diseleksi dengan metode "pedigree", yakni

dengan memilih individu tanaman yang tinggi, ber-polong banyak dan indeks panen yang tinggi untuk memperoleh genotipe berdaya hasil tinggi.

KESIMPULAN

Varietas Kaba, Wilis dan Tanggamus berdaya hasil tinggi dan mempunyai daya adaptasi baik di lahan kering tegalan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

Varietas Grobogan, Gepak Ijo, Tidar dan SHR-W60 mempunyai umur masak sangat genjah (81 hari). Ke-empat varietas tersebut dapat digunakan sebagai sumber tetua dalam program per-silangan untuk perbaikan umur masak varietas kedelai.

Varietas Grobogan dan Argomulyo mempu-nyai ukuran biji besar (>15 g/100 biji). Ke dua varie-tas tersebut dapat digunakan sebagai sumber tetua dalam program pemuliaan untuk merakit varietas unggul kedelai berdaya hasil tinggi dan berbiji besar.

Tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman dan indeks panen berkorelasi positif sangat nyata dengan hasil biji, dan berpengaruh langsung terhadap hasil biji kedelai. Ke tiga karakter tersebut mempu-nyai peranan penting dalam menentukan tingginya hasil biji kedelai.

Tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman dan indeks panen dapat disarankan untuk digunakan sebagai kriteria seleksi guna mendapatkan genotipe kedelai berdaya hasil tinggi di lahan kering tegalan.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad DM, MM Adie dan H Kuswantoro. 2007. Perakitan

varietas unggul kedelai spesifik agroekologi. Kedelai. Teknik Produksi dan Pengembangan, 205-228 Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan-Badan Penelitian daan Pengembangan Pertanian.

Board JE, MS Kang and BG Harville. 1999. Path analyses of

the yield formation process for late-planted soybean. Agronomy Journal 91(1), 128-135.

Chamacho LH. 1974. Breeding soybean for tropical condition.

Proceeding Workshop on Soybean for Tropical and Sub-tropical Conditions, 11-22. University of Puerto Rico, USA.

Duarte RA and MW Adam. 1972. A path coefficient analyses

of some yield component interrelations in field beans. Crop Science 12, 579-583.

Gupta SN, S Lai, L Rai and YS Tomer. 1982. Correlation and

path analyses in mungbean (Vigna radiata (L.) Wilczek). Haryana Agricultural University Journal of Research 12, 287-291.

Jamaluddin M, Soekoreno, T Saubuichi, N Sakiya and T Tsu-ruuchi. 2001. Purified Seeds "Wilis 2000". Forum on

Soybean Seed Production in East Java, 1-6. JICA-Directorate of Food Crop Production and Development.

Johnson HW, HF Robinson and RE Comstock. 1955.

Geno-typic and phenoGeno-typic correlations in soybean and their implications in selection. Agronomy Journal 47, 477-483.

Li CC. 1975. Path Analyses, A Primer. The Boxwood Press,

Pacific Grove, California.

Pandey JP and JH Torrie. 1973. Path coefficient analyses of

seed yield components in soybean (Glicine max (L.). Merr). Crop Science 13(5), 505-507.

Rohman MM and ASM Hussain. 2003. Genetic variability.

Correlation and path analyses in mungbean. Asian Jour-nal of Plant Sciences 2, 1209-1211.

Singh SP, Singh HB, SN Misra and Singh AB 1968. Genotypic

and phenotypic correlation among some quantitative characters in mungbean. Madras Agricultural Journal 55, 233-237.

Singh RK and BD Choudhury. 1979. Biometrical Method in

Quantitative Genetic Analyses. Kalyani Publisher, Lu-dhiana, New Delhi.

Sumarno. 1996. Soybean variety development in Indonesia. P

207-214. In: H. van Amstel, M Adie and Soegito. Pro-ceedings of Workshop on Integrating Seed System for Annual Food Crops. CGPRTNo. 32. Malang.

Sumarno dan N Zuraida. 2006. Hubungan korelatif dan kausatif

(22)

Hakim - Korelasi Antar-Karakter dan Sidik Lintas antara Karakter Agronomi dengan Hasil Kedelai

antara komponen hasil dengan hasil biji kedelai. Jurnal Tomar GS, L Singh and S Sharma. 1972. Effect of environ-Penelitian Tanaman Pangan 25(1), 38-43. ment on characters correlation and heritability in greer

Susanto, M Jamaluddin, T Saubuichi, DM Arsyad and M gram. SABRAO Newsletter 4,49-52.

Adie. 2001. Large seed and high quality promising Upadhaya LP, Sing RB and Agarwal RK. 1980. Charade:

lines selected from Mansuria as canditates of new varie- associations in greengram populations of different ma-ties. Forum on Soybean Seed Production in East Java,! turity group. Indian Journal of Agricultural Science: -16. JICA-Directorate of Food Crop Production and 50,473-476.

Development. Yadav AK, TP Yadava and BD Choudhury. 1979. Path

Gambar

Tabel 1. Analisis sidik ragam hasil dan komponen hasil varietas/galur kedelai di lahau kering tegalan.
Tabel 2. Hasil biji, bobot biji per tanaman, bobot 100 biji dan indeks panen. Varietas/galur harapan kedelai di lahan kering tegalan Kp
Tabel 3. Umur berbunga, umur polong masak, tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong/tanaman varietas dan galur harapan kedelai di lahan kering tegalan, Kp
Tabel 4. Korelasi fenotipik antar karakter agronomi varietas/galur kedelai pada lahan kering tegalan, Kp Ngale, Kab
+2

Referensi

Dokumen terkait

Produk yang diperkenalkan oleh seorang selebriti, atlet, atau seorang ahli akan lebih mudah diingat oleh masyarakat dan hal ini memudahkan pelaku bisnis untuk

Pada tahun 2006 Tlocor adalah korban semburan Lumpur Porong secara tidak langsung. Pasalnya dampak dari dibuangnya air luberan lumpur saat musim hujan ke Sungai Porong adalah

Dari hasil pengujian dapat dikatakan bahwa sistem multi robot bekerja dengan baik, terjadi komunikasi berbasis Bluetooth antar robot, robot follower mampu

Dari pemaparan yang disampaikan, ada beberapa hal-hal penting yang dapat disimpulkan. Pertama, strategi konservasi jangka panjang bagi populasi orangutan di Ekosistem Batang Toru

OBJECTIVE &amp; SEQUENCE DEPENDENT SETUP TIMES PADA LINGKUNGAN COMPOUND FLOW SHOP DI PT X DENGAN MEMPERTIMBANGKAN :.. TOTAL TARDINESS, JUMLAH JOB

Kepadatan Populasi dan Struktur Kelompok Simpai (Presbytis melalophos) serta Jenis Tumbuhan Makanannya di Hutan Pendidikan dan Penelitian Biologi (HPPB)

Untuk mengetahui sektor-sektor manakah yang menjadi sektor ekonomi basis dan faktor penentu perubahan sektor unggulan di Kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah..

Purwanto, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; Wijayanti Dwi Astuti, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu