• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara ekonomis. Sastra merupakan institusi sosial yang secara langsung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. sosial secara ekonomis. Sastra merupakan institusi sosial yang secara langsung"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

Sastra dapat ditempatkan sebagai salah satu superstruktur yang menjadi kekuatan reproduktif dari struktur sosial yang berdasarkan pembagian dan relasi sosial secara ekonomis. Sastra merupakan institusi sosial yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam pertentangan antarkelas di dalam masyarakat, dapat sebagai kekuatan konservatif yang berusaha mempertahankan struktur sosial yang berlaku atau sebagai kekuatan progresif yang berusaha merombak struktur tersebut (Marx dalam Faruk, 2010:52—53).

Salah satu jenis karya sastra adalah novel. Menurut Goldmann (Faruk, 2010:74), novel merupakan suatu genre sastra yang bercirikan keterpecahan yang tidak terdamaikan dalam hubungan antara sang hero dengan dunia. Keterpecahan itulah yang menyebabkan dunia dan sang hero menjadi sama-sama terdegradasi dalam hubungannya dengan nilai-nilai otentik yang berupa totalitas. Keterpecahan itu pulalah yang membuat sang hero menjadi problematik.

Puya ke Puya, merupakan sebuah novel yang bercerita mengenai hero

problematik yang berjuang di dunianya yang terdegradasi di Toraja. Dalam novel Puya ke Puya, nilai-nilai otentik yang menghasratkan totalitas, kesatuan harmonis

antara manusia dengan sesama dan dengan dunia sekitarnya itu tersirat secara implisit di balik kisah mengenai perjuangan sang hero menolak pelaksanaan nilai-nilai tradisional yang hedonis. Penolakan sang hero ini akhirnya runtuh sebab ia

(2)

diberdaya oleh sebuah kekuatan besar dari luar, yang diwakilkan oleh orang-orang tambang, sebagai wujud kekuatan kapitalis. Meski pada akhirnya sang hero melaksanakan tradisi yang ditolaknya karena sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman tersebut, penerimaannya bukanlah sebuah penerimaan yang ikhlas, melainkan penerimaan yang dilakukan secara terpaksa karena keadaannya sudah terdesak. Dengan penerimaan yang demikian, sang hero masih problematik karena tetap hidup dalam dunia yang terdegradasi dan merindukan totalitas.

Puya ke Puya ditulis oleh Faisal Oddang. Sebelum menerbitkan Puya ke

Puya, cerpen Faisal Oddang yang berjudul “Di Tubuh Tarra, dalam Rahim

Pohon” terpilih sebagai Cerpen Terbaik Kompas tahun 2014. Pada tahun yang sama, ia dinobatkan sebagai Tokoh Sastra Pilihan Tempo atas novelnya Puya ke Puya. Faisal Oddang lahir di Wajo, 18 September 1994. Ia menulis puisi, cerpen,

esai, dan novel. Faisal pernah mendapatkan penghargaan ASEAN Young Writers Award 2014 dari pemerintah Thailand. Ia juga pernah diundang ke Ubud Writers and Readers Festival 2014, Makassar International Writers Festival 2015, Salihara International Literary Biennale 2015, dan pada tahun 2016, ia terpilih untuk mengikuti residensi penulis ke Leiden.

Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media di antaranya Kompas, Berita Kata Kendari, Harian Fajar Makassar, Radar Banjarmasin, dan lain-lain.

Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir, ia juga menjuarai berbagai perlombaan menulis di antaranya Juara III Lomba Puisi Nasional Kamenparekraf, Juara II Lomba Puisi dan Juara II Lomba Cerpen Nasional Writing Revolution 2013, Juara

(3)

Favorit Lomba Menulis Cerpen Nasional PT. Rohto, dan Juara 1 Lomba Puisi Nasional Bulan Bahasa UGM 2014.

Beberapa karya Faisal yang sudah terbit di antaranya Rain and Tears (Divapress, 2013), Antologi Puisi Merentang Pelukan (Motion, 2012), Antologi Puisi Wasiat Cinta (Nala Cipta Litera, 2013), Antologi Cerpen Dunia di Dalam Mata (Motion, 2013), Antologi Cerpen Cerita Horor Kota (Plotpoint, 2013),

Antologi Cerpen Kisah dari Rumah Kambira (Smartwriting, 2013), dan Pertanyaan kepada Kenangan (Gagasmedia, 2016).

Puya ke Puya merupakan pemenang keempat Sayembara Novel Dewan

Kesenian Jakarta 2014. Sayembara Novel yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta ini telah berlangsung sejak tahun 1974 dengan nama Sayembara Mengarang Roman. Setelah sempat vakum beberapa tahun, lalu diadakan lagi pada tahun 1997. Selanjutnya, sejak tahun 2006, sayembara ini diadakan dua tahun sekali, yakni setiap tahun genap.

Novel Puya ke Puya dipilih sebagai objek material penelitian untuk melihat pandangan dunia Faisal Oddang. Cerita-cerita mengenai perjuangan hero untuk menemukan nilai otentik yang tercitra dari relasi antartokoh dan tokoh dengan objek di sekelilingnya menjadi struktur penting untuk melihat pandangan dunia Faisal Oddang. Selain itu, pandangan dunia juga difungsikan sebagai mediasi untuk melihat struktur sosial yang membangun terciptanya Puya ke Puya.

(4)

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut.

1. Struktur novel Puya ke Puya dan struktur sosial.

2. Pandangan dunia Faisal Oddang dalam novel Puya ke Puya.

3. Kelompok sosial pengarang.

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menjawab rumusan masalah yang telah diuraikan di atas sebagai berikut.

1. Menjelaskan struktur novel Puya ke Puya dan struktur sosialnya.

2. Mengetahui pandangan dunia Faisal Oddang dalam novel Puya ke Puya.

3. Menjelaskan kelompok sosial pengarang.

4. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan penulis, penelitian terhadap novel Puya ke Puya pernah dilakukan oleh Betta Anugrah Setiani dari Universitas Negeri Jakarta. Tesis yang berjudul “Resistensi terhadap Kapitalisme dalam

Novel Puya ke Puya karya Faisal Oddang” ini diterbitkan pada tahun 2016. Penelitian ini berfokus pada praksis-praksis kapitalisme serta resistensi terhadap praksis kapitalisme tersebut di dalam novel Puya ke Puya. Dalam penelitian ini, ditemukan tiga puluh data bentuk kapitalisme dalam novel Puya ke Puya dan enam puluh data resistensi terhadap kapitalisme.

(5)

Adapun penelitian menggunakan teori strukturalisme genetik juga sudah pernah dilakukan sebagai berikut. Pertama, skripsi berjudul “Pandangan Dunia Seno Gumira Ajidarma dalam Novel Jazz, Parfum, dan Insiden: Analisis Strukturalisme Genetik” ditulis oleh Yuliana Ratnasari (2015). Hasil penelitian ini memperlihatkan relasi tokoh “Aku” dengan objek dan tokoh lain di sekitarnya

berada dalam kondisi terdegradasi. Melalui relasi tersebut, ia menjalani totalitas hidup karena kondisi degradasi menjadi upayanya dalam menemukan nilai-nilai otentik berupa persamaan hak dan kebebasan. Nilai otentik tersebut merupakan substansi ideologi demokratisme yang diekspresikan pengarang. Pandangan demokratisme ini mendasari pemikiran Seno sebagai kelas menengah untuk memperjuangkan kebebasan berpendapat masyarakat yang terbelenggu.

Kedua, skripsi berjudul “Cerpen ‘Mudik Lebaran dan Rigenomics’ karya

Umar Kayam: Analisis Strukturalisme Genetik Lucien Goldmann” (2015) ditulis oleh Raden Rara Saraswati Husadaningtyas. Dalam penelitian ini, diangkat tiga masalah yakni fakta kemanusiaan, pandangan dunia pengarang, dan subjek kolektif dalam cerpen “Mudik Lebaran dan Rigenomics”. Penelitian ini

menemukan tiga fakta kemanusiaan dalam cerpen tersebut, yakni fakta kemanusiaan tokoh dalam aktivitas sosial, fakta kemanusiaan tokoh dalam aktivitas budaya, dan fakta kemanusiaan tokoh dalam aktivitas ekonomi. Selanjutnya, ditemukan homologi antara struktur karya sastra dengan struktur sosialnya yang dimediasi oleh pandangan dunia pengarang. Dalam cerpen tersebut, pandangan dunia pengarang adalah pandangan yang dibawa oleh pengarang dan kelompok sosialnya. Sosialis adalah pandangan dunia pengarang.

(6)

Pandangan dunia tersebut diusung oleh salah satu tokoh cerita dalam cerpen, yaitu Pak Ageng.

Ketiga, skripsi berjudul “Pandangan Dunia Natsume Sooseki dalam Novel

Sorekara: Analisis Strukturalisme Genetik” ditulis oleh Pristian Wulanita dari

Jurusan Sastra Jepang, Universitas Gadjah Mada (2012). Penelitian ini menjelaskan bahwa modernisasi yang terjadi di Jepang memberikan dampak kepada masyarakat. Modernisasi membawa nilai baru pada generasi muda, sedangkan generasi tua masih mempertahankan nilai lama. Nasionalisme kultural menurut Sooseki, perlu mengambil nilai positif barat khususnya dalam bidang sastra tanpa meninggalkan nilai asli Jepang.

Keempat, tesis berjudul “Pandangan Dunia dalam Novel Ketika Cinta Tak

Mau Pergi karya Nadhira Khalid: Kajian Strukturalisme Genetik” yang ditulis

oleh Nurul Wazni dari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Tesis yang dikeluarkan pada tahun 2016 ini menunjukkan bahwa struktur novel Ketika Cinta Tak Mau Pergi mencerminkan tokoh hero yang mengalami problematika

cinta di dunia yang terdegradasi di Lombok. Selain itu, juga adanya homologi antara struktur novel Ketika Cinta Tak Mau Pergi dengan struktur sosialnya, yaitu Lombok pada tahun 70-an yang dimediasi oleh pandangan dunia pengarang. Dalam novel tersebut, pandangan dunia pengarang adalah pandangan yang dibawa oleh pengarang dan kelompok sosialnya. Nadhira Khalid tergabung dalam kelompok penulis Forum Lingkar Pena yang karya-karyanya bertema hubungan cinta dan nilai moral yang berlandaskan ajaran-ajaran Islam. Humanisme religius adalah pandangan dunia yang ditemukan dalam novel tersebut.

(7)

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka penelitian terhadap novel Puya ke Puya untuk menemukan pandangan dunia pengarangnya dengan menggunakan

tinjauan strukturalisme genetik dapat dilakukan.

5. Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan teori strukturalisme genetik Lucien Goldmann. Strukturalisme genetik menurut Goldmann menganggap karya sastra sebagai sebuah struktur. Akan tetapi, struktur itu bukanlah sesuatu yang statis, melainkan produk dari proses sejarah yang berlangsung terus menerus. Terdapat enam konsep dasar yang membangun teori strukturalisme genetik yaitu fakta kemanusiaan, subjek kolektif, strukturasi, pandangan dunia, pemahaman, dan penjelasan (Faruk, 2010:56).

Fakta kemanusiaan merupakan landasan ontologis dari strukturalisme genetik. Fakta tersebut adalah segala hasil aktivitas atau perilaku manusia baik yang verbal maupun yang fisik, yang berusaha dipahami oleh ilmu pengetahuan. Fakta kemanusiaan itu pada hakikatnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fakta individual dan fakta sosial. Goldmann menganggap semua fakta kemanusiaan tersebut merupakan suatu struktur yang berarti. Oleh karena itu, pemahaman mengenai fakta-fakta kemanusiaan harus mempertimbangkan struktur dan artinya. Dengan kata lain, semua unsur yang mendukung aktivitas yang menjadi fakta kemanusiaan itu terarah kepada tercapainya tujuan yang dimaksud (Faruk, 2010:57).

Adapun tujuan yang menjadi arti dari fakta-fakta kemanusiaan itu sendiri tumbuh sebagai respons dari subjek kolektif ataupun individual terhadap situasi

(8)

dan kondisi yang ada di sekitarnya, fakta-fakta itu merupakan hasil usaha manusia untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik dalam hubungannya dengan dunia sekitarnya (Goldmann dalam Faruk, 2010:58).

Bagi strukturalisme genetik, karya sastra hidup dalam dan menjadi bagian dari proses asimilasi dan akomodasi yang terus menerus. Dalam menghadapi kendala di kehidupannya, seseorang tidak hanya berusaha melakukan asimilasi terhadap lingkungan sekitarnya, melainkan juga mengakomodasikan dirinya pada struktur lingkungan tersebut. Karya sastra pada dasarnya adalah aktivitas strukturasi yang dimotivasi oleh adanya keinginan dari subjek karya sastra untuk membangun keseimbangan dalam hubungan antara dirinya dengan lingkungan di sekitarnya (Faruk, 2010:61).

Fakta kemanusiaan bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja, melainkan merupakan hasil aktivitas manusia sebagai subjeknya. Subjek individual merupakan subjek fakta individual, sedangkan subjek kolektif merupakan subjek fakta sosial. Contoh fakta sosial adalah revolusi sosial, politik, ekonomi, dan karya-karya kultural yang besar. Individu dengan dorongan libidonya tidak akan mampu menciptakannya. Yang dapat menciptakannya hanya subjek trans-individual. Subjek trans-individual bukanlah kumpulan individu-individu yang berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan, satu kolektivitas. Subjek yang demikian juga menjadi subjek karya sastra yang besar sebab karya sastra semacam itu merupakan hasil aktivitas yang objeknya sekaligus alam semesta dan kelompok manusia (Faruk, 2010:62—63).

(9)

Goldmann (via Faruk, 2010:64—65) percaya pada adanya homologi antara struktur karya sastra dengan struktur masyarakat, sebab keduanya merupakan produk dari aktivitas strukturasi yang sama. Konsep homologi berbeda dengan refleksi. Dalam konsep refleksi, karya sastra dianggap sebagai cerminan masyarakat, berarti bangunan dunia imajiner yang tercitrakan di dalam karya sastra identik dengan dunia yang terdapat di dalam kenyataan. Akan tetapi, dengan konsep homologi, hubungan antara bangunan dunia imajiner di dalam karya sastra yang berbeda dengan bangunan dunia nyata, dapat ditemukan dan dipahami. Dalam konsep homologi, kesamaan antara bangunan dunia dalam karya sastra dengan dunia dalam kehidupan nyata bukanlah kesamaan yang substansial, melainkan struktural. Artinya, meskipun isi karya sastra berbeda dengan kehidupan, tetapi strukturnya sama.

Dalam strukturalisme genetik, kesejajaran struktural antara struktur karya sastra dengan struktur masyarakat tidak bersifat langsung. Struktur karya sastra tidak terutama homolog dengan struktur masyarakat, melainkan homolog dengan pandangan dunia yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat itu. Pandangan dunia itulah yang berhubungan langsung dengan struktur masyarakat. Kondisi struktural masyarakat dapat membuat suatu kelas yang ada dalam posisi tertentu dalam masyarakat itu membuahkan dan mengembangkan suatu pandangan dunia yang khas (Faruk, 2010:65).

Dalam strukturalisme genetik, konsep struktur karya sastranya berbeda dengan struktur yang umum dikenal. Dalam esainya yang berjudul “The Epistemology of Sociology” (via Faruk, 2010:71), Goldmann mengemukakan dua

(10)

pendapat mengenai karya sastra pada umumnya. Pertama, bahwa karya sastra merupakan ekspresi pandangan dunia secara imajiner. Kedua, bahwa dalam usahanya mengekspresikan pandangan dunia itu, pengarang menciptakan semesta tokoh-tokoh, objek-objek, dan relasi-relasi secara imajiner.

Dari kedua pendapatnya itu jelas bahwa Goldman mempunyai konsep struktur yang bersifat tematik. Yang menjadi pusat perhatiannya adalah relasi antara tokoh dengan tokoh dan tokoh dengan objek yang ada di sekitarnya (Faruk, 2010:72).

Sifat tematik dari konsep struktur Goldmann tersebut tampak pula pada konsepnya mengenai novel. Novel menurut Goldmann adalah cerita mengenai pencarian yang terdegradasi akan nilai-nilai yang otentik dalam dunia yang juga terdegradasi. pencarian itu dilakukan oleh seorang hero yang problematik. nilai otentik itu adalah totalitas yang secara tersirat muncul dalam novel. Nilai-nilai otentik itu hanya dapat dilihat dari kecenderungan terdegradasinya dunia dan problematiknya sang hero. Nilai-nilai itu berbentuk konseptual dan abstrak, yang hanya ada dalam kesadaran pengarang (Faruk, 2010:73—74).

Konsep struktur sosial strukturalisme genetik, didasarkan pada teori sosial Marxis. Dunia sosial dipahami sebagai struktur yang terbangun atas dasar dua kelas sosial yang saling bertentangan. Kesatuan dunia sosial terbangun karena adanya dominasi dari satu kelas sosial terhadap kelas sosial yang lain. Dominasi itu dipelihara dan dipertahankan bahkan diperkuat dengan menggunakan berbagai kekuatan ideologis yang beroperasi dalam berbagai lembaga sosial yang ada di dalam masyarakat, termasuk karya sastra (Faruk, 2012:164—165).

(11)

Selanjutnya, pandangan dunia menurut Goldmann (via Faruk, 2010:65— 66) adalah kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama anggota-anggota suatu kelompok sosial tertentu dan yang mempertentangkannya dengan kelompok-kelompok sosial yang lain. Dengan demikian, pandangan dunia, bagi strukturalisme-genetik, tidak hanya seperangkat gagasan abstrak dari suatu kelas mengenai kehidupan manusia dan dunia tempat manusia itu berada, melainkan juga merupakan semacam cara atau gaya hidup yang dapat mempersatukan anggota satu kelas dengan anggota yang lain dalam kelas yang sama dan membedakannya dari anggota-anggota dari kelas sosial yang lain.

Sebagai suatu kesadaran kolektif, pandangan dunia berkembang sebagai hasil dari situasi sosial dan ekonomik tertentu yang dihadapi oleh subjek kolektif yang memilikinya. Oleh karena merupakan produk interaksi antara subjek kolektif dengan situasi sekitarnya, pandangan dunia tidak lahir dengan tiba-tiba (Faruk, 2010:67).

Menurut strukturalisme genetik, pandangan dunia merupakan kesadaran yang mungkin yang tidak semua orang dapat memahaminya. Kesadaran yang mungkin adalah kesadaran yang menyatakan suatu kecenderungan kelompok ke arah suatu koherensi menyeluruh, perspektif yang koheren dan terpadu mengenai hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan alam semesta. Kesadaran yang demikian jarang disadari pemiliknya kecuali dalam momen-momen krisis dan sebagai ekspresi individual pada karya-karya kultural yang besar (Goldmann via Faruk, 2010:69).

(12)

Pandangan dunia itu adalah sebuah pandangan dengan koherensi menyeluruh, merupakan perspektif yang koheren dan terpadu mengenai manusia, hubungan antar-manusia, dan alam semesta secara keseluruhan. Koherensi dan keterpaduan tersebut tentu saja menjadi niscaya karena pandangan dunia tersebut dibangun dalam perspektif sebuah kelompok masyarakat yang berada pada posisi tertentu dalam struktur sosial secara keseluruhan, merupakan respons kelompok masyarakat terhadap lingkungan sosial yang juga tertentu.... Seluruh alam semesta, yang natural maupun supernatural, seluruh aktivitas manusia, dari aktivitas sosial, verbal, sampai dengan aktivitas fisikal, dibingkai oleh dua oposisi antara dua konsep dasar yaitu oposisi antara yang halus dengan yang kasar (Faruk, 2010:71).

6. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dialektik yang dikemukakan Lucien Goldmann. Metode dialektik bermula dan berakhir pada teks sastra dengan mempertimbangkan koherensi strukturalnya. Metode dialektik mengembangkan dua pasangan konsep yakni “keseluruhan-bagian” dan “pemahaman-penjelasan”. Pemahaman mengenai teks sastra sebagai keseluruhan

tersebut harus dilanjutkan dengan usaha menjelaskannya dengan menempatkannya dalam keseluruhan yang lebih besar. Yang dimaksud dengan pemahaman adalah usaha pendeskripsian struktur objek yang dipelajari, sedangkan penjelasan adalah usaha menggabungkannya ke dalam struktur yang lebih besar (Faruk, 2010:78—79).

Metode dialektik menurut Goldmann (via Faruk, 2010:77) mengukuhkan perihal tidak pernah adanya titik awal yang secara mutlak sahih, tidak adanya persoalan yang secara final dan pasti terpecahkan. Oleh karena itu, dalam sudut pandang tersebut pikiran tidak pernah bergerak seperti garis lurus. Setiap fakta atau gagasan individual mempunyai arti hanya jika ditempatkan dalam

(13)

keseluruhan. Sebaliknya, keseluruhan hanya dapat dipahami dengan pengetahuan yang bertambah mengenai fakta-fakta parsial atau yang tidak menyeluruh yang membangun keseluruhan itu. Karena keseluruhan tidak dapat dipahami tanpa bagian dan bagian juga tidak dapat dimengerti tanpa keseluruhan, proses pencapaian pengetahuan dengan metode dialektik menjadi semacam gerak melingkar yang terus menerus, tanpa diketahui titik yang menjadi pangkal atau ujungnya.

Adapun langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menentukan teks yang dipakai sebagai objek material penelitian, yaitu novel Puya ke Puya yang ditulis oleh Faisal Oddang dan diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia pada tahun 2015.

2. Melakukan pembacaan berulang untuk menemukan struktur teks berupa kutipan-kutipan yang memperlihatkan relasi antar tokoh, tokoh dengan objek di sekelilingnya, dan relasi-relasi oposisional lainnya yang tersirat dalam novel Puya ke Puya.

3. Memformulasikan pandangan dunia pengarang dan memfungsikannya sebagai mediasi untuk melihat struktur sosial yang membangun terciptanya novel Puya ke Puya.

4. Mengumpulkan data-data sekunder dari sumber kepustakaan lain yang mendukung penelitian.

(14)

5. Menganalisis objek penelitian dengan menggunakan teori strukturalisme genetik dan metode dialektik yang terkandung dalam teori ini. Adapun langkah-langkah analisis data dapat dirumuskan sebagai berikut.

a. Menganalisis struktur teks novel Puya ke Puya dengan mengungkapkan relasi strukturnya sebagai sebuah kesatuan.

b. Mengungkapkan dan memformulasikan pandangan dunia pengarang dalam novel Puya ke Puya. Pandangan dunia dibangun berdasarkan pemahaman menyeluruh terhadap struktur teks dan struktur sosial yang membangun terciptanya novel Puya ke Puya.

c. Mencari kelompok sosial pengarang.

d. Penarikan kesimpulan.

7. Sistematika Laporan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab pertama berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika laporan penelitian. Bab kedua berisi struktur novel Puya ke Puya dan struktur sosial. Bab ketiga berisi pandangan dunia Faisal Oddang dalam novel Puya ke Puya. Bab keempat berisi kelompok sosial pengarang. Bab kelima berisi kesimpulan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil perhitungan energi yang dilakukan oleh program pada Tugas Akhir ini merupakan energi brutto yang dapat dibangkitkan oleh sistem fotovoltaik pada

Karena disana pun ada yang berdakwah kepada Allah dan menyeru kepada Aqidah ini, akan tetapi itu adalah perjuangan perorangan, berbeda dengan perjuangan disini

Untuk dapat mengikuti Program Studi Magister Teknik Geofisika, dipersyaratkan calon mahasiswa memiliki latar belakang pendidikan sarjana dalam bidang-bidang Geofisika

Upaya tambahan pengawasan yang dilakukan oleh Penyewa yaitu dengan mengirimkan surveyor, loading master, serta mewajibkan Pemilik Kapal untuk melakukan pemasangan Vessel

medan listrik induksi juga menyebabkan elektron dipercepat sehingga pada nilai energi kinetik tertentu elektron akan membelok dari jari-jarinya dan menabrak partikel

Non Aplicable Selama periode audit KUB Sukses Abadi tidak melakukan kegiatan impor bahan baku Verifier. Packing

Bank Kustodian akan menerbitkan dan mengirimkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah investasi yang dialihkan dan dimiliki serta Nilai

Berkemungkinan bahan binaan yang digunakan adalah jenis berkualiti rendah yang boleh mengakibat kesan yang serius pada rumah berkenaan.. Laporan pemilik/ penghuni - Pemilik/