• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2012). Menurut Sediaoetama (2010), status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk kedalam tubuh dan utilisasinya. Menurut Arisman (2010), status gizi dapat ditentukan dengan cara penilaian langsung atau tidak langsung, meliputi pemeriksaan antropometri, pemeriksaan klinis, pemeriksaan biokimia dan survey asupan makanan.

Sedangkan menurut Almatsier (2011), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat gizi dan digunakan secara efesien maka akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.

Menurut Notoatmodjo (2012), kelompok umur yang rentan terhadap penyakit-penyakit kekurangan gizi adalah kelompok bayi dan anak balita. Oleh sebab itu, indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat adalah melalui status gizi balita.

(2)

2.1.1. Penilaian Status Gizi

Menurut (Supariasa, 2012), pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung.

1. Penilaian status gizi secara langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu : antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2012).

2. Penilaian status gizi secara tidak langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

a. Survei konsumsi makanan merupakan metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

b. Statistik vital merupakan pengukuran dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian bedasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu.

c. Faktor ekologi digunakan untuk mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya.

(3)

2.1.2. Penilaian Status Gizi Bedasarkan Antropometri

Cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi.Antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain : berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Keunggulan antropometri antara lain alat yang digunakan mudah didapatkan dan digunakan, pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif, biaya relatif murah, hasilnya mudah disimpulkan, dan secara ilmiah diakui keberadaannya (Supariasa, 2012).

a. Parameter Antropometri

Arisman (2010) menyatakan bahwa antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain:

1. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.

2. Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonates). Pada masa bayi-balita, berat badan

(4)

dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi.Berat badan merupakan pilihan utama karena parameter yang paling baik, mudah dipakai, mudah dimengerti, memberikan gambaran status gizi sekarang. Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan dianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan anak balita adalah dacin.

3. Tinggi badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat.Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua terpenting. Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukuran tinggi mikrotoa. b. Indeks Antropometri

Adapun indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) (Supariasa, 2012).

1. Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan merupakan parameter antopometri yang sangat labil.(Supariasa, 2012).

Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang

(5)

mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Arisman, 2010).

Kelebihan indeks BB/U antara lain lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis, sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil, dan dapat mendeteksi kegemukan. Kelemahan indeks BB/U adalah dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun acites, memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia 5 tahun, sering terjadi kesalahan pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan (Supariasa, 2012).

2. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama (Supariasa, 2002).

(6)

Kelebihan indeks TB/U adalah baik untuk menilai status gizi masa lampau dan ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah dibawa. Kekurangan indeks TB/U adalah tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun, pengukuran relatif lebih sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya (Supariasa, 2012).

3. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independent terhadap umur. Keuntungan Indeks BB/TB adalah tidak memerlukan data umur, dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, dan kurus). Kelemahan Indeks BB/TB adalah tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badan, atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya. Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang/tinggi badan pada kelompok balita. Dengan metode ini membutuhkan dua macam alat ukur, pengukuran relatif lebih lama. Membutuhkan dua orang untuk melakukannya. Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama bila dilakukan oleh kelompok non-profesional.

2.1.3. Klasifikasi Status Gizi

Menurut Soekirman (2000), adapun klasifikasi status gizi dibedakan menjadi:

(7)

1. Status Gizi Baik

Status gizi baik adalah suatu keadaan dimana asupan zat gizi sesuai penggunaan untuk aktivitas tubuh. Refleksi yang diberikan adalah keselarasan antara pertumbuhan berat badan dan umurnya.

2. Status Gizi lebih

Status gizi lebih adalah suatu keadaan karena kelebihan konsumsi pangan. Keadaaan ini berkaitan dengan kelebihan energi yang dikonsumsi dalam hidangan yang dikonsumsi relative terhadap kebutuhan penggunaannya atau energy expenditure.

3. Status gizi kurang dan Status gizi buruk

Status gizi kurang dan status gizi buruk terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa zat gizi yang diperlukan. Beberapa hal yang menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi adalah karena makanan yang dikonsumsi kurang atau mutunya rendah atau bahkan keduanya. Selain itu zat gizi yang dikonsumsi gagal untuk diserap dan dipergunakan oleh tubuh.

2.2. Kecukupan Gizi Bayi

Kecukupan gizi adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua populasi menurut kelompok umur, jenis kelamin dan kondisi fisilogis tertentu seperti kehamilan dan menyusui (Persagi, 2015).

(8)

Menurut Sunita Almatsier (2011), zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan. Zat-zat makanan yang diperlukan tubuh dapat dikelompokkan menjadi 5 yaitu : karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

Menurut Arisman (2010), adapun zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi yang dapat mendukung pertumbuhan bayi yang sehat diantaranya:

1.Energi

Konsumsi energi sebanyak 115 Kkal per kg berat badan (sekitar 95-145 Kkal/kg) untuk kebutuhan bayi pada bulan pertama kehidupannya. Dari jumlah energi yang dikonsumsi bayi, 50% digunakan untuk energi basal (energi yang dibutuhkan untuk bekerjanya organ-organ di dalam tubuh, peredaran darah dan sebagainya).25% untuk aktivitasnya, 25% lainnya untuk pertumbuhan badan yang berkisar antara 5 sampai 7 gr per hari. Untuk umur 6 bulan energi yang dibutuhkan turun menjadi 95 Kkal/kg berat badan.

2. Protein

Terdiri dari unsur C, H, O dan N, dan kadang – kadang S dan P, diperoleh melalui tumbuh-tumbuhan (protein nabati) dan melalui hewan (protein hewani) berfungsi membangun sel – sel yang telah rusak, membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon serta membentuk zat anti energi. Kebutuhan akan protein selama periode pertumbuhan tulang rangka dan otot yang cepat pada masa bayi relatif tinggi. konsumsi sebanyak 2,2 gr protein bernilai gizi tinggi per kg berat badan per hari

(9)

menghasilkan retensi nitrogen sekitar 45%, jumlah ini cukup untuk pertumbuhan bayi yang normal.

3. Lemak

ASI memasok sekitar 40-50% energi sebagai lemak (3-4 gr/100 cc). lemak minimal harus menyediakan 30% energi, yang dibutuhkan bukan saja untuk mencukupi kebutuhan energi tetapi juga memudahkan penyerapan asam lemak esensial, vitamin yang terlarut dalam lemak, kalsium serta mineral lain dan juga untuk menyeimbangkan diet agar zat gizi yang lain tidak terpakai sebagai sumber energi.

4. Vitamin Larut Lemak

Jumlah vitamin A yang dibutuhkan bayi sebanyak 75 RE per hari. Konsumsi vitamin D pada bayi akan meningkat pada waktu terjadinya klasifikasi tulang dan gigi yang cepat. Konsumsi vitamin D dianjurkan 400 IU/hari. Kebutuhan vitamin E pada bayi sebanyak 2-4 mg TE (Tocopherol Equivelent) per hari. Untuk vitamin K, defisiensi vitamin K dapat terjadi pada beberapa hari pertama kehidupan. 5. Vitamin Larut Air

Vitamin yang larut dalam air,meliputi vitamin B dan C, kebutuhan bayi akan vitamin ini dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu. Bayi harus memperoleh 0,5 mg ribovlavin per 1000 Kkal energi yang dikonsumsi untuk memelihara kejenuhan jaringan. Sedangkan untuk vitamin C, bayi memperoleh dari ASI.

(10)

6. Mineral

ASI mengandung 280 mg kalsium per liter, yang berarti dapat mensuplai sekitar 210 mg kalsium per hari. Mineral mempunyai fungsi sebagai pembentuk berbagai jaringantubuh, tulang, hormon, dan enzim, sebagai zat pengatur berbagai proses metabolisme, keseimbangan cairan tubuh, proses pembekuandarah. Zat besi atau Fe berfungsi sebagai komponen sitokrom yang penting dalam pernafasan dan sebagai komponen dalam hemoglobin yang penting dalam mengikat oksigen dalam sel darah merah.

Di bawah ini adalah angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan pada bayi dan balita (per orang per hari). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.75 Tahun 2013.

Tabel 2.1. Kebutuhan Zat Gizi Balita Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) Rata-Rata Per Hari

Golongan Umur Berat Badan (Kg) Tinggi Badan (cm) Energi (Kkal) Protein (g) Karbo hidrat (g) Serat (g) Air (ml) Lemak (g) 0 – 6 bulan 6 61 550 12 58 0 - 34 7 –11 bulan 9 71 725 18 82 10 800 36 1 – 3 tahun 13 91 1125 26 155 16 1200 44 4 – 6 tahun 19 112 1600 35 220 22 1500 62

2.2.1. Penilaian Konsumsi Makanan

Menurut Supariasa (2012), adapun tujuan survey makanan adalah untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang

(11)

berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut. Adapun metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu adalah:

1. Metode Food Recall 24 jam

Metode ini dilakukan dengan menanyakan jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dimulai sejak ia bangun pagi kemarin sampai ia istirahat tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat diawawancarai mundur kebelakang 24 jam penuh.

2. Metode Estimasi Food Record

Metode ini digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Responden diminta mencatat semua yang ia makan dan minum setiap kali sebelum makan. Menimbang dalam ukuran berat pada periode tertentu, termasuk cara persiapan dan pengelolaan makanan. Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi yang mendekati sebenarnya tentang jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi oleh individu.

3. Metode Penimbangan makanan (Food Weighing)

Responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan responden yang dikonsumsi selama 1 hari. Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan, dana penelitian dan tenaga yang tersedia. Apabila terdapat sisa makanan maka itu juga perlu ditimbang untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang dikonsumsi.

(12)

4. Metode Dietary History

Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola konsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama (bisa 1 minggu, 1 bulan atau 1 tahun). Metode ini terdiri dari 3 komponen yaitu wawancara, frekuensi jumlah bahan makanan dan pencatatan konsumsi.

5. Metode Frekuensi Makanan (Food Frekuency)

Metode ini untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu. Meliputi hari, minggu, bulan atau tahun. Sehingga diperoleh gambaran pola konsumsi makanan secara kualitatif. Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu.

Konsumsi makanan merupakan faktor utama yang berperan terhadap status gizi seseorang. Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah banyaknya zat-zat minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan status gizi yang adekuat.AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, kondisi khusus (hamil dan menyusui) dan aktivitas fisik (Almatsier, 2011).

(13)

Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi yang telah berusia 6 bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi. Pemberian makanan pendamping dilakukan secara berangsur untuk mengembangkan kemampuan bayi mengunyah dan menelan serta menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa (Sulistijani, 2009).

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi yang diberikan kepada bayi dan anak untuk memenuhi gizinya. MP-ASI diberikan mulai umur 4 bulan sampai 24 bulan. WHO menganjurkan ASI eksklusif 6 bulan. Semakin meningkat usia bayi /anak , kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah karena tumbuh kembang, sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga (Maryunani, 2010).

MP-ASI merupakan makanan tambahan bagi bayi. Makanan ini harus menjadi pelengkap dan dapat memenuhai kebutuhan bayi. Hal ini menunjukkan bahwa MP-ASI berguna untuk menutupi kekurangan zat gizi yang terkandung dalam MP-ASI. Dengan demikian, cukup jelas peranan makanan tambahan bukan sebagai pendamping ASI tetapi juga untuk melengkapi atau mendampingi ASI (Sulistijani, 2004).

MP-ASI adalah makanan bayi yang diberikan disamping ASI, dengan tekstur dan kepadatan sesuai kemampuan cerna bayi. WHO dan sebagian besar organisasi kesehatan merekomendasikan pemberian MP-ASI pada usia sekitar 6 bulan (Dian, 2013).

(14)

2.3.1. Tujuan Pemberian MP-ASI

Pada usia 6 bulan atau lebih ASI saja sudah tidak lagi mencukupi kebutuhan nutrisi bayi, usia pasti pemberian MP-ASIyang tepat bisa bervariasi antar bayi dan bergantung pada perkembangan individual sistem metabolik dan neuromotorik anak tapi lebih disarankan sesudah berumur 6 bulan atau lebih.

Tujuan pemberian MP-ASI diantaranya :

a. Memenuhi kebutuhan zat gizinya yang meningkat untuk pertumbuhan dan aktivitasnya.

b. Mendidik anak untuk membina selera dan kebiasaan makan yang sehat.

c. Melatih pencernaan bayi agar mampu mencerna makanan yang lebih padat daripada susu. Membiasakan bayi mengkosumsi makanan sehari-hari menggunakan sendok (Sulistijani, 2009).

Menurut Maryunani (2011), tujuan pemberian MP-ASI adalah : 1. Melengkapi zat gizi bayi yang sudah berkurang.

2. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai rasa dan bentuk.

3. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.

4. Mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi. 2.3.2. Jenis MP-ASI

(15)

Menurut Maryunani (2011), bahwa jenis MP-ASI dibagi 2 golongan yaitu: 1. Berdasarkan pengolahannya yaitu:

a. Hasil pengolahan pabrik (MP-ASI pabrikan) b. Hasil pengolahan rumah tangga (MP-ASI lokal)

Menurut Depkes RI, (2006), Sebaiknya pemberian MP-ASI berasal dari bahan lokal jika memungkinkan. Ada dua jenis MP-ASI yakni:

a. Makanan Pendamping ASI Lokal

Adapun keuntungan dalam pemberian MP-ASI adalah meningkatkan pengetahuan dan kemampuan ibu dalam membuat MP-ASI, memiliki kendali penuh atas apa yang akan dimakan anak, membantu dalam hal pengenalan bahan makanan, menanamkan kebiasaan makanan sehat sejak dini, makanana buatan sendiri jauh lebih variatif, makanan buatan sendiri lebih bergizi dan bebas dari bahan-bahan aditif, lebih murah dan mudah, makanan buatan sendiri jauh lebih lezat dari makanan instan.

Namun kelemahan MP-ASI lokal adalah lebih sulit dalam menentukan kebutuhan nutrisi yang sesuai dalam penyajian, waktu penyajian yang lebih lama, harus lebih cermat dalam hal kebersihan dan cara memasak bahan makanan.

b. Makanan Pendamping ASI Pabrikan

Makanan Pendamping ASI pabrikan sering dikenal dengan MP-ASI komersial. MP-ASI komersial dibuat pabrik untuk makanan anak dibawah 3 tahun. Keuntungan MP-ASI pabrikan diantaranya cepat dan mudah disajikan, bersih dan aman (jika belum kedalwarsa dan masih utuh dalam kemasan), umunya disukai bayi,

(16)

beberapa makanan komersial mengandung cukup energi dan zat gizi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan anak. Kelemahan MP-ASI pabrikan diantaranya harganya relative mahal, banyak makanan komersial dibuat untuk bayi 4 bulan, padahal usia ini terlalu dini dan dapat menganggu produksi ASI dan kerugian lain. Relatif berbahaya jika disajikan dengan air dingin, bila air terkontaminasi.makanan bayi komersial terkadang tidak ada dipasaran.

Menurut Krisnatuti, dkk, (2008), ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan makanan bayi diantaranya,

1. Formula

Formula harus dibuat berdasarkan angka kecukupan gizi bayi dan balita, bahan baku yang di izinkan, kriteria zat gizi protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.

2. Tehnologi proses

Mampu mengolah makanan dengan tingkat kehilangan gizi seminimal mungkin, mampu menghilangkan faktor anti gizi yang dapat mengganggu penyerapan zat gizi oleh usus, mampu meningkatkan ketersediaan mineral khususnya Fe, mampu memperbaiki penerimaan produk karena pati tergelatinase, mampu mengawetkan makanan sehingga tahan lama dan mudah di distribusikan.

3. Higiene

Makanan pendamping ASI harus bebas dari mikroorganisme pathogen, bebas dari kontaminasi hasil pencemaran mikroba penghasil racun dan alergi, bebas racun,

(17)

harus dikemas tertutup sehingga terjamin sanitasinya dan disimpan ditempat yang terlindung.

4. Pengemas

Pengemas harus terbuat dari bahan yang kuat dan tidak beracun, tidak mempengaruhi mutu inderawi produk dan mampu melindungi mutu produk dalam waktu tertentu.

5. Label

Persyaratan label makanan bayi harus mengikuti codex standart, dengan informasi yang jelas, tidak menyesatkan konsumen, komposisi bahan-bahan tercantum dalam kemasan, nilai gizi produk, dan petunjuk penyajian.

2. Berdasarkan teksturnya:

a. Makanan lumat untuk umur 6-8 bulan

Makanan lumat adalah semua makanan yang dimasak dan disajikan secara lumat, yang diberikan kepada bayi sebagai peralihan dari ASI ke makanan padat. Contoh makanan lumat: Bubur tepung, bubur beras (encer), nasi atau pisang yang dilumatkan, lauk pauk yang dilumatkan atau sayur yang dilumatkan.

b. Makanan lembik untuk umur 9-11 bulan

Makanan lembik adalah peralihan dari makanan lumat ke makanan keluarga. Contoh: bubur beras (padat), nasi lembek disertai lauk pauk seperti tempe, tahu, beserta sayuran.

(18)

c. Makanan keluarga untuk umur di atas 12 bulan ke atas

Makanan keluarga adalah makanan yang dikonsumsi oleh anggota keluarga yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah.

2.3.3. Syarat Membuat MP-ASI

Syarat membuat MP-ASI menurut Maryunani tahun 2010 yaitu: 1. Bahan makanan mudah diperoleh

2. Mudah diolah 3. Harga terjangkau

4. Dapat diterima sasaran dengan baik

5. Kandungan zat gizi memenuhi zat gizi sasaran 6. Jenis MP-ASI disesuaikan dengan umur sasaran

7. Bebas dari kuman penyakit, pengawet, pewarna dan racun 8. Memenuhi nilai sosial, ekonomi, budaya dan agama. 2.3.4. Kandungan Gizi MP-ASI

Menurut Yuliarti (2010), kandungan gizi adalah jumlah zat gizi, terutama energi dan protein yang harus ada di dalam MP-ASI lokal setiap hari. Kebutuhan gizi bayi usia 6-12 bulan adalah 650 kalori dan 16 gram protein. Kebutuhan gizi dalam ASI untuk bayi usia 6-12 bulan adalah 400 kalori dan 10 gram protein sehingga kebutuhan yang diperoleh dari MP-ASI adalah 250 kalori dan 6 gram protein.

Kebutuhan gizi anak usia 12-24 bulan adalah sekitar 850 kalori dan 20 grm protein. Kebutuhan gizi dalam ASI untuk anak usia 12-24 bulan adalah sekitar 350

(19)

kalori dan 8 gram protein sehingga kebutuhan yang diperoleh dari MP-ASI adalah sekitar 500 kalori dan 12 gram protein.

2.3.5. Hal yang Harus Diperhatikan pada Pemberian MP-ASI

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemberian MP-ASI menurut Maryunani (2010): 1. Perhatikan kebersihan alat makanan

2. Membuat makanan secukupnya 3. Berikan makanan sebaik-baiknya 4. Buat variasi makanan

5. Ajak makan bersama anggota keluarga lain

6. Jangan memberi makanan dekat dengan waktu makan

7. Hindari makanan berlemak menyebabkan rasa kenyang yang lama. 8. Jika ASI tidak ada maka diberi Pengganti Air Susu Ibu (PASI) 2.3.6. Masalah dalam MP-ASI

Menurut Dian (2013), ada beberapa gangguan yang akan dialami bayi apabila pemberian MP-ASI diberikan terlalu dini diantaranya adalah:

a. Bayi lebih sering menderita diare. Hal ini disebabkan cara menyiapkan makanan yng kurang juga karenna pembentukan zat anti oleh usus bayi yang belum sempurna.

b. Bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu. Keadaan ini akibat usus bayi yang masih permeabel, sehingga mudah dilalui oleh protein asing.

c. Terjadi malnutrisi atau gangguan pertumbuhan anak. Bila makanan yang diberikan kurang bergizi dapat mengakibatkan anak menderita KEP (Kurang

(20)

Energi Protein) dan dapat terjadi sugar baby atau obesitas bila makanan yang diberikan mengandung kalori yang terlalu tinggi.

d. Produksi ASI menurun, karena bayi yang sudah kenyang dengan MP-ASI tadi, maka frekuensi menyusu menjadi lebih jarang, akibatnya dapat menurunkan produksi ASI .

e. Tingginya solute load dari MP-ASI yang diberikan, sehingga dapat menimbulkan hiperosmolaritas yang meningkatkan beban ginjal.

2.3.7. Resiko Pemberian MP-ASI Dini (sebelum usia 6 Bulan)

Menurut Romahdona (2015), terdapat beberapa resiko akibat pemberian MP-ASI Dini pada bayi diantaranya adalah:

a. Menyulitkan ibu mempertahankan produksi ASI. Semakin banyak makanan yang masuk, semakin sedikit ASI yang diinginkan bayi. Porsi ASI berkurang karena tergantikan oleh makanan.

b. Berkurangnya porsi ASI karena tergantikan oleh makanan juga dapat penyebabkan kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi dengan baik. ASI mencukupi 100% kebutuhan bayi yang berusia kurang dari 6 bulan, sedangkan asupan makanan tidak bisa menggantikan nutrisi ASI. Akibatnya, bayi tidak mendapatkan zat-zat imunitas dari ASI secara optimal, lebih rentan sakit, terutama batuk.

c. Meningkatkan anemia defesiensi zat besi. Bayi yang lahir cukup bulan dan mendapatkan ASI Ekslusif selama 6 bulan akan terjaga kadar Hb dan kandungan zat besi dalam tubuhnya.

(21)

d. Menyulitkan bayi mulai makan. Resiko tesedak makan lebih besar pada bayi sebelum usia 6 bulan karena keterampilan menerima makanan dengan lidah dan menelannya belum berkembang. Bayi yang mulai makan pada usia yang tepat dapat lebih mudah belajar makan, misalnya memindahkan makanan dalam mulut menggunakan lidah atau menelan.

e. Meningkatkan kemungkinan alergi makanan. Sejak dilahirkan sampai usia 6 bulan, saluran pencernaan bayi masih terbuka. Ada jarak anatara sel dalam usus yang kecil yang memungkinkan makromolekul untuk masuk termasuk protein kompleks dan patogen. Bayi dengan ASI Ekslusif, saluran pencernaan yang „‟terbuka‟‟ ini baik karena memungkinkan zat-zat antibodi dari ASI masuk secara langsung ke aliran darah. Protein dari makanan yang masuk dianggap oleh tubuh sebagai benda asing dan sering menyebabkan reaksi alergi.

f. Pada bayi usia 4-6 bulan, antibodi dari ASI akan melapisi imunitas pasif menurunkan kemungkinan bayi sakit dan secara sempurna, bayi mulai memproduksi antibodi sendiripada usia 6 bulan. Umumnya saat itu, saluran pencernaan sudah tertutup.

g. Terganggu saluran pencernaan. Makanan sulit dicerna oleh sistem pencernaan yang belum matang sehingga beresiko membuat bayi kembung, mual, konstipasi dan lain-lain. Selain itu sistem pencernaan bayi belum dapat mencerna protein dengan sempurna. Enzim amilase untuk mencerna lemak juga masih-juga sangat rendah. Enzim untuk mencerna karbohidratseperti maltase, isomaltase, sukra sebelum mencapai kadar yang cukup sampai usia 7 bulan.

(22)

h. Kegemukan. ASI ekslusif selama 6 bulan dapat mencegah kenaikan BB drastis yang merupakan langka awal terjadinya obesitas.

i. Lactational amenorrhea (metode KB alami karena menyusui) menjadi tidak efektif sejak bayi mendapatkan asupan makanan selain ASI.

2.4. Landasan Teori

Akar masalah dari kurang gizi adalah karena adanya krisis ekonomi, politik dan sosial yang mana hal tersebut akan berdampak pada pengambilan kebijakan oleh pemerintah dan kemampuan masyarakat yang rendah akibat tidak stabilnya keadaan negara. Hal ini akan berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan yang tidak memadai, penyakit infeksi, pola asuh, konsumsi makanan yang kurang, dan lain-lain yang pada akhirnya berdampak pada kematian. Seperti yang terdapat dalam bagan Unicef, 1998 faktor penyebab gizi kurang. Berdasarkan landasan teori diatas maka kerangka teori dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

(23)

Gambar 2.1.Kerangka Teori Faktor-faktor Penyebab Kurang Gizi

Sumber: Bagan UNICEF 1998 “faktor-faktor penyebab kurang gizi” dalam Soekirman, 2000.

(24)

2.5. Kerangka Konsep

Berdasarkan deskripsi landasan teori yang telah dibuat pada bab sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Analisa Status Gizi dan Kecukupan Gizi pada Bayi yang Mendapat MP-ASI Lokal dan MP-ASI Pabrikan

2.6. Hipotesis

Ada perbedaan status gizi dan kecukupan gizi bayi yang mendapat MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan di Puskesmas Rantang Kecamatan Medan Petisah Kota Medan Tahun 2016.

Lokal

Pabrikan

Kecukupan gizi bayi

Gambar

Gambar 2.1.Kerangka Teori Faktor-faktor Penyebab Kurang Gizi
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Analisa Status Gizi dan Kecukupan Gizi pada  Bayi yang Mendapat MP-ASI Lokal dan MP-ASI Pabrikan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah dengan komitmen organisasi, budaya

1. Pemberian pupuk hijau cair dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, luas daun, berat akar dan produksi bahan kering. Pemberian pupuk hijau cair daun eceng gondok

Materi diperkaya dengan kebutuhan siswa untuk berfikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional 5 Diajarkan oleh guru berbeda. (team teaching) dengan

Vokal pendek dituliskan tunggal (satu huruf), vokal panjang dituliskan ganda atau tunggal (jika merupakan suku kata terbuka atau suku kata yang diakhiri vokal).. Jika di

Di kawasan wisata Malioboro dengan mudah dapat ditemukan fasilitas- fasilitas penunjang kegiatan pariwisata, seperti akomodasi yang dapat ditemukan di sepanjang

3 Variabel-variabel independen yang mewakili tingkat kepuasan pengguna perangkat lunak bersifat open source (Linux) dan berpengaruh secara signifikan dengan korelasi yang cukup

Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Jamban Di Kawasan Perkebunan Kopi (Studi Di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember); Fani Febri

Dampak kenaikan harga BBM yang diukur dari perubahan benefit dan atau perubahan kerugian menunjukkan bahwa jenis sayur seledri tidak mengalami perubahan keuntungan dan