• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DESKRIPSI LOKASI. atau lahan tanah kosong (oro oro; dalam bahasa Jawa) yang luas (ombo;dalam bahasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III DESKRIPSI LOKASI. atau lahan tanah kosong (oro oro; dalam bahasa Jawa) yang luas (ombo;dalam bahasa"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

34 BAB III

DESKRIPSI LOKASI

3.1. Gambaran Lokasi Penelitian 3.1.1. Sejarah Desa Oro-oro Ombo

Oro-oro Ombo pada zaman dahulu merupakan tempat dimana terdapat area atau lahan tanah kosong (oro oro; dalam bahasa Jawa) yang luas (ombo;dalam bahasa

Jawa) dan digunakan sebagai tempat berkumpul para Petinggi Kerajaan Mataram

setelah melakukan perjalanan jauh. Konon para Raja, Ratu, Adipati dan Punggawa Kerajaan antara lain Raja Mataram bersama para istri selirnya sering melaksanakan permandian di sumber mata air panas Songgoriti dan kemudian beristirahat atau berkumpul di daerah yang memiliki hamparan tempat yang sangat luas berupa lahan kosong. Panorama yang indah serta hawanya yang sangat sejuk saat itu menjadikan daya tarik tersendiri bagi siapapun yang sedang dalam perjalanan untuk beristirahat di tempat ini, maka pada akhirnya daerah ini dinamakan “Desa Oro oro Ombo” oleh salah satu petinggi kerajaan Mataram yang bernama Brodjodento.

Perkembangan Pemerintahan di Desa Oro oro Ombo terjadi sejak Era Pendudukan Hindia Belanda hingga masa Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia telah mengalami periode sejarah kepemimpinan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Sejarah Kepemimpinan Desa Oro-oro Ombo

NO KEPALA DESA TAHUN MENJABAT MASA JABATAN

1. Singo Leksono 1913-1918 5 Tahun

(2)

35

3. P. Rasminah 1928-1933 5 Tahun

4. Kromoredjo 1933-1940 7 Tahun

5. Dirun 1940-1940 0 Tahun

6. Saimin Noto 1940-1942 2 Tahun

7. P. Wati 1942-1945 3 Tahun

8. Kerto Sujono 1945-1950 5 Tahun

9. Purwodiharjo 1950-1967 17 Tahun

10. Pinten 1967-1976 9 Tahun

11. Turiman 1976-1990 14 Tahun

12. Gatot Wusdua 1990-2007 17 Tahun

13. Wiweko 2008-Sekarang 9 Tahun

Sumber: Profil Desa Oro-oro Ombo Tahun 2016 3.1.2. Letak Geografis

(3)

36 Desa Oro oro ombo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Batu, Kota Batu dengan ketinggian 850 hingga 970 meter dari permukaan laut, serta suhu rata-rata antara 240 C – 260 C. Berdasarkan pada gambar peta diatas Desa Oro-oro Ombo terbagi atas 3 (tiga) wilayah Dusun antara lain Dusun Dresel, Dusun Krajan, dan Dusun Gondorejo serta terdiri dari 13 (tiga belas) Rukun Warga (RW) serta 36 Rukun Tetangga (RT) yang tersebar dalam ketiga dusun dimana disetiap Rukun Warga (RW) terdiri dari dua sampai tiga Rukun Tetangga (RT). Adapun batas-batas wilayah Desa Oro-oro Ombo adalah sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Temas, Kelurahan Sisir b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Beji

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tlekung

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Ngaglik, Gunung Panderman Tabel 3.2 Klasifikasi Jarak Desa

NO KLASIFIKASI JARAK DESA JARAK (KM)

1. Jarak ke Kecamatan Batu 2 Km

2. Jarak ke Kota Batu 5 Km

3. Jarak ke Ibukota Provinsi Jawa Timur 110 Km

4. Jarak ke Ibukota Negara 904 Km

Sumber: Profil Desa Oro-oro Ombo Tahun 2016

Jarak pusat pemerintahan Desa dengan kecamatan Batu adalah 2 Km, jarak dari pusat pemerintahan Desa ke pusat Kota Batu adalah 5 Km. Sedangkan jarak yang harus ditempuh dari pemerintahan pusat Desa untuk ke ibu kota Provinsi Jawa Timur adalah 110 Km dan jarak ke Ibukota Negara adalah 904 Km.

(4)

37 Desa Oro-oro Ombo mempunyai luas wilayah sekitar 1381 ha dengan penggunaan lahan yang terdiri atas:

Tabel 3.3 Penggunaan Lahan Di Desa Oro-Oro Ombo

NO WILAYAH LUAS (Ha)

1 Wilayah Desa 363

2 Pemukiman dan pekarangan 72

3 Sawah irigasi 42

4 Pertanian lahan kering 196

5 Perhutani / hutan lindung 650

6 Tanah kas desa 41

7 Tanah lapangan 1

8 Perkantoran 0.5

9 Pegunungan 1.5

10 Jalan 14

Sumber: Profil Desa Oro-oro Ombo Tahun 2016

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa luas wilayah sebagian besar terdiri dari hutan lindung seluas 650 ha yang banyak terdapat di Dusun Dresel sebagai wilayah paling ujung Desa yang langsung berbatasan dengan Gunung Panderman dan frekuensi terkecil penggunaan lahan adalah untuk perkantoran yaitu seluas 0,5 ha di Dusun Krajan sebagai pusat Pemerintahan Desa. Penggunaan wilayah Desa seluas 72 Ha, penggunaan pemukiman warga terluas adalah di Dusun Krajan. Sedangkan untuk penggunaan pekarangan, sawah, dan pertanian lebih banyak ada di Dusun Dresel dan Dusun Gondorejo. Tanah kas Desa tersebar di tiga Dusun, dengan tanah kas Desa terluas adalah 21 Ha di Dusun Krajan, 12 Ha di Dusun Dresel, dan 9 Ha di Dusun Gondorejo. Dusun Dresel merupakan Dusun dengan sebagain besar wilayahnya adalah pegunungan. Apabila dilihat dari distribusi luas wilayah, desa Oro-oro Ombo sebagian

(5)

38 wilayahnya masih berupa hutan hal ini yang menjadikan desa Oro-oro Ombo termasuk pada kawasan pengembangan wisata alam di Kota Batu.

3.1.3. Kondisi Demografis 3.1.3.1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Desa Oro-oro Ombo adalah 11.982 jiwa, yang terdiri atas laki-laki 5.885 jiwa dan perempuan 6.097 jiwa.

Tabel 3.4 Klasifikasi Penduduk Menurut Kelompok Umur

NO TINGKATAN PENDUDUK JUMLAH (JIWA)

1. Jumlah Penduduk Desa Oro oro ombo 11.982 2. Jumlah menurut Jenis Kelamin :

a) Laki-laki 5.885

b) Perempuan 6.097

3. Jumlah menurut Kelompok Umur :

a) 0 - 12 Bulan 151 b) 1 – 5 Tahun 890 c) 6 – 18 Tahun 2.628 d) 19 – 49 Tahun 6.158 e) 50 – 74 Tahun 1.932 f) 75 Tahun >> 223

Sumber: Profil Desa Oro-oro Ombo Tahun 2016

Jumlah penduduk Desa Oro-oro Ombo tersebar dalam tiga Dusun, jumlah penduduk terbanyak adalah ada pada Dusun Krajan sebanyak 5903 jiwa, kemudian Dusun Gondorejo sebanyak 3852 jiwa, dan sisanya bertempat tinggal di Dusun Dresel yaitu sebanyak 2227 jiwa. Dilihat dari tabel klasifikasi penduduk berdasarkan jenjang usia, penduduk desa Oro-oro Ombo didominasi oleh usia produktif (19 – 49 Tahun) sebanyak 6158 jiwa. Banyaknya penduduk usia produktif akan dapat mempengaruhi

(6)

39 tingginya tingkat produktivitas kerja penduduk, jika Sumber Daya Manusia (SDM) dapat dikelola atau diberdayakan dengan baik misalnya melalui produktivitas kerja mereka nantinya dapat membawa perkembangan desa untuk ke depannya.

3.1.3.2. Penduduk Menurut Agama

Dilihat dari aspek agama yang dianut oleh penduduk desa Oro-oro Ombo mayoritas menganut agama Islam, yaitu sebanyak 11.587 jiwa dan sisanya penduduk beragama Katholik, Protestan serta Budha.

Tabel 3.5 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Kepercayaan Yang Dianut

NO AGAMA JUMLAH (JIWA)

1. Islam 11.587

2. Katholik 25

3. Protestan 368

4. Budha 2

Sumber: Profil Desa Oro-oro Ombo Tahun 2016

Berdasarkan pada tabel diatas penduduk desa Oro-oro Ombo terdiri dari masyarakat dengan beragam kepercayaan yang dianut. Kemajemukan masyarakat desa Oro-oro Ombo bukan menjadi masalah hilangnya rasa gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Mereka dapat hidup berdampingan sebagai masyarakat yang dinamis.

3.1.3.3. Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Masyarakat Desa Oro-oro Ombo memiliki berbagai macam jenis pekerjaan mulai dai petani, PNS, Karyawan, perdagangan, hingga pada bidang jasa. Berikut adalah jumlah penduduk berdasarkan mata pencahariannya:

(7)

40 Tabel 3.6 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

NO PROFESI JUMLAH PENDUDUK

1. Petani 1743

2. Pedagang 290

3. Pegawai Negeri Sipil 92

4. ABRI (AD/AU/AL) 26 5. Kepolisian 28 6. Purnawirawan 24 7. Pensiunan 34 8. Guru / Dosen 36 9. Dokter 3

10. Bidan / Tenaga medis lain 11

11. Pegawai swasta / karyawan 1874

12. Wiraswasta / swasta 1979

13. Pembantu rumah tangga 98

14. Pelajar / mahasiswa 689

15. Ibu rumah tangga 376

16. Supir 28 17. Tukang 172 18. Buruh 1637 19. Peternak 326 20. Jasa 115 21. Lain-lain 40

Sumber: Profil Desa Oro-oro Ombo Tahun 2016

Jumlah penduduk menurut mata pencaharian adalah mayoritas sebagai wiraswasta atau swasta, banyak penduduk desa yang mendirikan toko, pusat oleh-oleh,

homestay, maupun warung-warung makan. Hal ini dikarenakan banyaknya objek

wisata yang berdiri disekitar desa sehingga masyarakat lokal berlomba-lomba mengembangkan usaha baik dalam sektor perdagangan maupun penyedia fasilitas bagi para wisatawan yang datang. Hal tersebut berdampak positif pada peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di desa ini.

(8)

41 3.1.3.4. Penduduk Menurut Pendidikan

Sebagian besar penduduk di Desa Oro-oro Ombo berusia diatas 5 tahun yakni 2401 penduduk sedang menempuh pendidikan sekolah dasar, 2379 tidak tamat SD, 2104 orang menempuh sekolah SMP, 580 orang tidak tamat SMP, 1773 penduduk sedang dan sudah menempuh pendidikan SMA, 230 orang tidak tamat SMA, dan sisanya belum bersekolah atau masih mengikuti pendidikan pra sekolah.

Tabel 3.7 Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH PENDUDUK

1. Pra Sekolah 1958 2. TK 357 3. Tidak Tamat SD 2379 4. SD / MI 2401 5. Tidak Tamat SMP 580 6. SMP / MTs 2104

7. Tidak Tamat SMA 230

8. SMA / SLTA 1463 9. Diploma I 92 10. Diploma II 98 11. Diploma III 64 12. S-1 48 13. S-2 8

Sumber: Profil Desa Oro-oro Ombo Tahun 2016

Untuk meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat Desa, di Desa Oro-oro Ombo Batu juga ditunjang dengan sarana pendidikan dari tingkat Pendidikan Usia Dini (PAUD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) yang ada pada masing-masing dusun, sebagai berikut:

(9)

42 Tabel 3.8 Sarana Pendidikan di Desa Oro-oro Ombo

NO LEMBAGA

PENDIDIKAN

NAMA LEMBAGA

PENDIDIKAN ALAMAT

1. Play Group / PAUD / PADU

Teratai Dusun Krajan Bina Harapan Dusun Gondorejo

Al Falah Dusun Krajan AR Rohman Dusun Krajan Tunas Harapan Dusun Dresel

2. Taman Kanak-kanak (TK)

Al Falah Dusun Krajan AR Rohman Dusun Krajan Kartini Dusun Dresel

PGRI Dusun Krajan

3. Sekolah Dasar (SD)

SDN Oro oro Ombo 01 Dusun Krajan SDN Oro oro Ombo 02 Dusun Krajan SDN Oro oro Ombo 03 Dusun Dresel

SDI Terpadu Dusun Gondorejo 4. Sekolah Menengah

Pertama (SMP) SMP Ma’arif Dusun Krajan

5. Sekolah Menengah Atas

(SMA) SMA Ma’arif Dusun Gondorejo

Sumber: Profil Desa Oro-oro Ombo Tahun 2016 3.1.4. Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Desa Oro-oro Ombo adalah keadaan atau potensi aparat desa yang ada dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat desa. Mengenai keadaan perangkat desa akan ditabulasikan sebagai berikut :

Tabel 3.9 Keadaan Perangkat Desa Oro-Oro Ombo

NO NAMA JABATAN PENDIDIKAN

1. Wiweko Kepala Desa SLTA

2. Trisno Aji, SH Sekretaris Desa S1

(10)

43

4. Hariyono Kasun Krajan SLTA

5. Widiya W. Staff S1

6. Eka Wahyu N. Staff S1

7. Riduwan Kaur Ekbang SLTA

8. Supriyono Kaur Pemerintahan SLTA

9. Wahyudi Kaur Keuangan SLTA

10. M. Supriono Kaur Umum SLTA

11. Arif Setiawan Kaur Kesra S1

(11)

44 3.1.5. Struktur Organisasi Desa Oro-oro Ombo

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DESA

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Pemerinta Desa Oro-oro Ombo Kota Batu

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA KEPALA DESA SEKRETARIS DESA KASI PEMERIN-TAHAN KAUR PERENCA-NAAN DAN PROGRAM KAUR KEUANGAN KASI KESEJAH-TERAAN RAKYAT KASI PEMBANG-UNAN DAN PEMBER-DAYAAN KAUR UMUM DAN APARATUR PEMERINT AH DESA KASUN KRAJAN KASUN DRESEL KASUN GONDOREJO

(12)

45 Berdasarkan pada gambar tersebut maka dapat dijabarkan susunan struktur organisasi pemerintahan desa Oro-oro Ombo adalah sebagai berikut :

a. Kepala desa (Menyelenggarakan urusan pemerintahan pembangunan dan kemasyarakatan).

b. Sekertaris Desa (Menjalankan administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di Desa).

c. Kepala Urusan Keuangan (Unsur pelaksana administrasi keuangan Desa). d. Kepala Urusan Umum dan Aparatur Pemerintahan Desa (Unsur pelaksana

administrasi umum dan tata usaha Desa).

e. Kepala Urusan Perencanaan dan Program (Mengkoordinasikan urusan perencanaan seperti menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja desa serta melakukan monitoring dan evaluasi program).

f. Kepala Seksi Pemerintahan (Melaksanakan teknis pemerintahan seperti mengkoordinasi kegiatan sosial politik, program kependudukan catatan sipil, dan sebagainya).

g. Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan (Melaksanakan urusan perekonomian masyarakat desa dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan).

h. Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat (Melaksanakan urusan kesejahteraan masyarakat Desa melalui kegiatan pembinaan dalam berbagai bidang).

i. Unsur kewilayahan merupakan unsur yang membantu Kepala Desa yang wilayah kerjanya dalam lingkup wilayah Dusun.

(13)

46 j. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Desa.

k. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat di Desa.

Perangkat Desa atau pelaksana kegiatan program desa merupakan salah satu potensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Desa Oro-oro Ombo guna mendukung program kegiatan dan pelayanan terhadap masyarakat. Aparat atau perangkat desa merupakan ujung tombak pemerintahan desa, sebab jajaran perangkat desa lah yang berhubungan langsung dengan masyarakat dalam berbagai tingkat. Perangkat desa yang ada diharapkan dapat membantu dalam menunjang berbagai kegiatan dan pelayanan pemberdayaan masyarakat. Adapun dalam melaksanakan sistem pemerintahan dan pelayanan terhadap masyarakat, Desa Oro-oro Ombo memiliki Visi dan Misi yaitu:

3.1.5.1. VISI Desa Oro-oro Ombo

Visi Desa oro oro ombo terintegrasi dengan visi Kota Batu sebagai Kota wisata, yakni “BERSATU BERSAMA MENUJU ORO ORO OMBO YANG MAKMUR DAN SEJAHTERA”

(14)

47 3.1.5.2. MISI Desa Oro-oro Ombo

Agar Visi yang merupakan rumusan Umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan pembangunan desa oro oro ombo dapat tercapai, maka diperlukan upaya upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi tersebut yakni sebagai berikut:

a. Menginventarisir kembali Kekayaan Desa, utamanya Tanah Kas Desa b. Melakukan optimalisasi pengelolaan Tanah Kas Desa

c. Mengembangkan Pariwisata Yang Berbasis Pertanian

d. Mengadakan Pelatihan Pelatihan Guna Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)

e. Menjalin komonikasi antar masyarakat dengan Pemerintah Desa agar terjadi sinergi Pembangunan Desa

f. Meningkatkan peran serta perempuan dalam pembangunan dengan melibatkan perempuan dalam setiap kegiatan di Desa.

g. Meningkatkan transparansi pengelolaan anggaran dengan sosialisasi kebijakan anggaran pada masyarakat.

h. Meningkatkan kualitas sarana dan akses jalan guna mendukung perekonomian masyarakat.

(15)

48 3.1.6. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Desa Oro-oro Ombo

Berdasarkan pada kondisi sosial budaya masyarakat Desa Oro-oro Ombo masih bersifat tradisional dalam kehidupan bermasyarakatnya, hal ini terlihat dari masyarakat yang masih memegang kuat nilai-nilai adat warisan dari leluhur mereka, seperti salah satunya kegiatan bersih desa atau yang disebut slametan deso dalam Bahasa jawa yang masih dilakukan oleh masyarakat setempat. Budaya bersih desa yang masih rutin setiap tahun dilakukan oleh masyarakat, adalah sebagai wujud rasa syukur pada Sang Pencipta atas alam yang subur untuk kemakmuran masyarakat Desa setempat serta masyarakat mengharapkan Desa Oro-oro Ombo dijauhkan dari marabahaya dan bencana.

Selain kegiatan Bersih Desa sebagai wujud budaya dari para leluhur, budaya gotong-royong, ramah tamah, serta guyub rukun antara sesama warga juga masih terjaga kuat pada Masyarakat Desa Oro-oro ombo dalam menjalani kehidupan sosial mereka sehari-hari, dengan didukung juga dengan banyaknya kelompok-kelompok lokal yang ada di masyarakat Desa yang berfungsi sebagai alat pemersatu sarta sebagai alat komunikasi sosial dalm kehidupan bermasyarakat. Seperti halnya kelompok jamaah tahlil, kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), kelompok tani, serta masih banyak kelompok-kelompok lainnya. Adapun bentuk gotong-royong di masyarakat seperti misalnya, dalam melakukan pembangunan yang ada di masyarakat baik untuk kepentingan desa maupun kepentingan antar warga masyarakat ikut terlibat dan berpartisipasi memberikan bantuan baik dalam segi materi maupun

(16)

49 tenaga. Oleh sebab itu pembangunan masyarakat Desa Oro-oro Ombo banyak juga yang berasal dari swadaya masyarakat sendiri, artinya disini pembangunan di Desa oro-oro ombo adalah hasil kerjasama dan gotong-royong masyarakat Desa dari berbagai lapisan masyarakat yang telah memberikan bantuan tenaga maupun materi. Hal ini membuktikan bahwa budaya gotong-royong masih terjaga di masayarakat Desa Oro-oro Ombo.

Kondisi sosial budaya di desa Oro-oro Ombo sejauh ini berjalan dengan baik dan tingkat kepedulian sesama masyarakat masih tinggi. Hal ini sejalan dengan tidak adanya konflik yang timbul ditengah-tengah masyarakat. Terciptanya hubungan baik masyarakat dan suasana kondusif di Desa tidak terlepas dari kredibilitas aparat yang tinggi dan rasa percaya masyarakat serta peran tokoh masyarakat dan masyarakat dalam mendukung berbagai kegiatan desa guna suksesnya program pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum. Sejatinya dengan adanya tatanan sosial dan budaya yang kuat di Desa Oro-oro Ombo dapat mempengaruhi masyarakat untuk sealu menjaga budaya lokal, nilai-nilai, dan norma-norma sosial sehingga terwujud pemanfaatan aset dan potensi desa untuk pengembangan di segala bidang masyarakat, serta terwujudnya pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan ditunjang Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Alam (SDA), dan budaya lokal yang dinamis.

Berikut tabulasi organisasi masyarakat dalam bidang sosial dan budaya di Desa Oro-oro Ombo Kota Batu:

(17)

50 Tabel 3.10 Organisasi Masyarakat Desa Oro-oro Ombo

NO ORMAS (KEMASYARAKATAN) JUMLAH / KELOMPOK

1. Hipam/Kelompok Swadaya Air Bersih 1

2. Paguyuban PKL 1 3. Kelompok tani 9 4. Posyandu 7 5. LMDH 1 6. Gapoktan 2 7. Karang Taruna 1 8. Paguyuban Homestay 3 9. KIM 1 10. POKDARWIS 1 11. Ormas (Keagamaan) a) Nahdlatul Ulama b) Anshor c) Remas d) Forsita 4

Sumber: Profil Desa Oro-oro Ombo Tahun 2016

Tabel 3.11 Seni Budaya Desa Oro-oro Ombo

NO. SENI BUDAYA JUMLAH

1. Terbang Jidor 5 2. Terbang Khadrah 1 3. Drum Band 4 4. Reog Ponorogo 1 5. Campursari 3 6. Jama’ah Sholawat 1 7. Pencak Silat 3 8. Kentrung / Sanduk 4 9. Karawitan 2 10. Kuda Lumping 4 11. Bantengan 4 12. Orkes Melayu 2

(18)

51 3.2. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) “Panderman”

3.2.1. Definisi BUMDes

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga ekonomi desa atau lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan potensi desa. BUMDes sebagai suatu lembaga ekonomi modal usaha menganut asas mandiri. Badan usaha ini sesungguhnya telah diamanatkan didalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2005 tentang Desa. Pendirian badan usaha ini harus disertai dengan upaya penguatan kapasitas dan didukung oleh kebijakan daerah (Kabupaten/Kota) yang memfasilitasi dan melindungi usaha ini dari ancaman persaingan para pemodal besar. BUMDes merupakan lembaga ekonomi yang baru beroperasi di pedesaan dan masih membutuhkan landasan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang. Dimana pembangunan landasan bagi pendirian BUMDes adalah pemerintah.

Pendirian BUMDes didasarkan pada kebutuhan dan potensi desa, sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkenaan dengan perencanaan dan pendiriannya, BUMDes dibangun atas prakarsa (inisiasi) masyarakat. BUMDes merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial dan komersial. BUMDes sebagai lembaga sosial berpihak pada kepentingan masyarakat melalui kontribusinya dalam penyediaan pelayanan sosial. Sedangkan sebagai lembaga komersial bertujuan mencari keuntungan melalui penawaran sumberdaya lokal (barang dan jasa) ke pasar. BUMDes dibentuk berdasarkan pada perundang-undangan yang

(19)

52 berlaku dan sesuai dengan kesepakatan yang terbangun di masyarakat desa. Dengan demikian bentuk BUMDes dapat beragam pada setiap desa yang ada karena sesuai dengan karakteristik lokal, potensi, dan sumberdaya yang dimiliki masing-masing desa.

Sebagai salah satu lembaga ekonomi yang beroperasi di pedesaan, BUMDes harus memiliki perbedaan dengan lembaga ekonomi pada umumnya. Hal ini dimaksudkan agar keberadaan dan kinerja BUMDes mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan warga desa. Disamping itu agar tidak berkembang sistem usaha kapitalistis di pedesaan yang dapat mengakibatkan terganggunya nilai-nilai kehidupan bermasyarakat. Terdapat 7 (tujuh) ciri utama yang membedakan BUMDes dengan lembaga ekonomi lainnya, yaitu :

1. Badan usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama;

2. Modal usaha bersumber dari desa (51%) dan dari masyarakat (49%) melalui penyertaan modal (saham atau andil);

3. Operasionalisasinya menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari budaya lokal;

4. Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada potensi dan hasil informasi pasar;

5. Keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota (penyerta modal) dan masyarakat melalui kebijakan desa;

(20)

53 6. Difasilitasi oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota, dan

Pemerintah Desa;

7. Pelaksanaan operasionalisasi dikontrol secara bersama (Pemerintah Desa, BPD, anggota).

Secara khusus tujuan utama dalam pendirian BUMDes adalah :

1. Mewujudkan kelembagaan perekonomian masyarakat pedesaan yang mandiri dan tangguh untuk memberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat; 2. Meningkatkan pendapatan asli desa dalam rangka meningkatkan kemampuan

aparat pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat;

3. Menciptakan kesempatan berusaha dan mengurangi jumlah pengangguran; 4. Mendorong pemerintah desa dan masyarakat dalam upaya mengurangi jumlah

masyarakat miskin demi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Tujuan akhirnya BUMDes sebagai instrument merupakan modal social yang diharapkan menjadi pendorong utama yang menjembatani upaya penguatan ekonomi pedesaan. Hal utama yang penting dalam upaya penguatan ekonomi desa adalah memperkuat kerjasama, membangun kebersamaan atau menjalin kerekatan disemua lapisan masyarakat desa. Sehingga itu menjadi daya dorong dalam upaya pengentasan kemiskinan, pengangguran, dan membuka akses pasar. Adapun dalam pelaksanaannya BUMDes “Panderman” memiliki visi dan misi. Visi BUMDes Panderman adalah menjadi lembaga usaha Desa yang sehat berkembang sebagai wadah sumber-sumber

(21)

54 pendapatan Desa guna meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan misinya adalah mengembangkan BUMDes sebagai lokomotif ekonomi masyarakat Desa.

Gambar 3.3 BUMDes Panderman di desa Oro-oro Ombo

3.2.2. Pendekatan program BUMDes

BUMDes sebagai suatu lembaga ekonomi modal usahanya dibangun atas inisiatif masyarakat dan menganut asas mandiri. Untuk mencapai tujuan BUMDes dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan masyarakat melalui pelayanan distribusi barang dan jasa yang dikelola oleh masyarakat dan Pemerintah Desa. BUMDes dapat didirikan sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa, yang dimaksud dengan kebutuhan dan potensi desa adalah:

(22)

55 b. Tersedia sumberdaya desa yang belum dimanfaatkan secara optimal terutama

kekayaan desa dan terdapat permintaan di pasar;

c. Tersedia sumberdaya manusia yang mampu mengelola badan usaha sebagai aset penggerak perekonomian masyarakat;

d. Adanya unit-unit usaha yang merupakan kegiatan ekonomi warga masyarakat yang dikelola secara parsial dan kurang terakomodasi.

Keterlibatan Pemerintah Desa sebagai penyerta modal terbesar BUMDes atau sebagai pendiri bersama masyarakat diharapkan mampu memenuhi kebutuhan dasar dan kegiatan eknonomi masyarakat desa, yang diwujudakan dalam bentuk perlindungan (proteksi) atas intervensi yang merugikan dari pihak ketiga baik dari dalam maupun luar desa. Maka BUMDes merupakan perwujudan partisipasi masyarakat desa secara keseluruhan, sehingga tidak menciptakan model usaha yang dihegemoni oleh kelompok tertentu ditingkat desa.

3.2.3. Prinsip Tata Kelola BUMDes

Prinsip-prinsip pengelolaan BUMDes perlu untuk diuraikan agar dapat dipahami dan dipersiapkan dengan cara yang sama oleh Pemerintah Desa, pengurus BUMDes, anggota BUMDes (penyerta modal), BPD, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Terdapat 6 (enam) prinsip dalam mengelola BUMDes yaitu:

1. Kooperatif, semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus mampu melakukan kerjasama yang baik demi pengembangan dan kelangsungan hidup usahanya.

(23)

56 2. Partisipatif, semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus bersedia secara sukarela atau diminta memberikan dukungan dan kontribusi yang dapat mendorong kemajuan usaha BUMDes.

3. Emansipatif, semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus diperlakukan sama tanpa memandang golongan, suku, dan agama.

4. Transparan, aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat umum harus dapat diketahui oleh segenap lapisan masyarakat dengan mudah dan terbuka.

5. Akuntabel, seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertanggung jawabkan secara teknis maupun administratif.

6. Sustainabel, kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan dilestarikan oleh masyarakat dalam wadah BUMDes.

Anggaran Dana Desa (ADD) memungkinkan ketersediaan permodalan yang cukup untuk pendirian BUMDes, jika berlaku sejalan maka akan terjadi peningkatan pendapatan Desa yang selanjutnya dapat digunakan untuk pembangunan desa. Hal utama yang penting dalam upaya penguatan ekonomi desa adalah memperkuat kerjasama, membangun kebersamaan atau menjalin kerekatan disemua lapisan masyarakat desa. Sehingga menjadi daya dorong dalam upaya pengentasan kemiskinan, pengangguran, dan membuka akses pasar.

3.2.4. Pendirian dan Pengelolaan BUMDes

(24)

57 1. Pendirian BUMDes berdasar pada Perda Kota/Kabupaten

2. Diatur berdasarkan Perdes

3. Satu Desa, hanya terdapat satu BUMDes

4. Pemerintah Daerah memfasilitasi pendirian BUMDes

5. BUMDes dapat didirikan dalam bentuk Usaha Bersama (UB) atau bentuk lainnya, tetapi bukan Koperasi, Perseroan Terbatas (PT), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Comanditaire Venotschap (CV), Usaha Dagang (UD) atau lembaga keuangan (BPR).

4 (empat) tahapan pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes): 1. Pemdes dan masyarakat bersepakat mendirikan BUMDes

Gagasan awal pendirian BUMDes apakah bersumber dari perorangan atau kelompok masyarakat harus dibahas di dalam rembug desa. Beberapa aktivitas yang perlu dilakukan dalam menyiapkan pendirian BUMDes meliputi:

 Melakukan rembug desa guna membuat kesepakatan pendirian BUMDes;

 Melakukan identifikasi potensi dan permintaan terhadap barang atau jasa yang akan ditawarkan dalam BUMDes;

 Menyusun Anggaran Dasar-Anggaran Rumah Tangga (AD/ART);  Mengajukan legalisasi badan hokum ke notaris untuk memperoleh

(25)

58 2. Pengelolaan BUMDes dan Persyaratan Pemegang Jabatan

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) harus dikelola secara professional dan mandiri sehingga diperlukan orang-orang yang kompetensi untuk mengelolanya. Bagi pemegang jabatan manager atau pengurus BUMDes setidaknya berlatar belakang pendidikan SMU dan setidaknya memiliki pengalaman. Bagi karyawan setidaknya memiliki pendidikan minimal SMP sebab mereka harus mampu menyusun laporan aktivitas BUMDes yang berkaitan dengan unit usaha yang berkaitan dengan pekerjaannya. Kegiatan lintas desa dan kerjasama dengan pihak ketiga dilakukan melalui koordinasi pengurus atau pengelola dengan melibatkan Pemerintah Desa. BUMDes Panderman saat ini memiliki 3 orang sebagai pengurus inti dan 3 orang sebagai pengawas dalam berjalannya BUMDes Panderman. Adapun susunan pengurus dan pengawas BUMDes Panderman adalah sebagai berikut:

Tabel 3.12 Daftar Pengurus dan Pengawas BUMDes Panderman Susunan pengurus

BUMDes Panderman

Ketua Adwan Madji, SAB

Bendahara Syamsul Efendi

Sekretaris Ahadiyah Susunan Pengawas BUMDes Panderman Ketua Wiweko Anggota Sugiono, SE Priyadi Soenardi, SH Sumber: Profil BUMDes Panderman Tahun 2016

3. Monitoring dan evaluasi

Kegiatan monitoring dan evaluasi dibuat melalui mekanisme atau prosedur pengawasan. Pengawasan dilakukan oleh Pemerintah Desa dan Lembaga Desa yang

(26)

59 meliputi BPD serta LPMD juga unsur Pemerintahan Kota. Sebab Pemerintahan Kota juga berperan untuk memfasilitasi usaha BUMDes. Proses monitoring dilakukan secara berkelanjutan, evaluasi dilakukan setiap tiga bulan sekali atau sewaktu-waktu jika dianggap perlu sesuai ketentuan dalam AD-ART.

4. Pertanggungjawaban Pengelola

Proses pertanggungjawaban pengelolaan BUMDes dilakukan setiap akhir periode tahun anggaran, pengurus wajib menyusun laporan pertanggungjawaban untuk disampaikan dalam forum musyawarah desa yang menghadirkan elemen Pemerintah Desa, elemen masyarakat serta seluruh kelengkapan struktur organisasi BUMDes. Laporan pertanggungjawaban memuat tentang laporan konerja pengurus selama satu periode, realisasi kegiatan usaha, rencana pengembangan usaha yang ada dan yang masih akan direalisasikan, serta laporan keuangan kegiatan BUMDes.

3.2.5. Jenis Usaha Dalam BUMDes

Jenis kegiatan usaha BUMDes disesuaikan dengan potensi ekonomi masyarakat Desa dan memiliki prospek usaha yang baik. Berikut adalah beberapa klasifikasi jenis usaha dalam BUMDes:

Tabel 3.13 Kalsifikasi Jenis Usaha BUMDes

Tipe Deskripsi Contoh

Serving

BUMDes menjalankan “bisnis sosial” yang melayani warga yakni dapat melakukan pelayanan publik kepada masyarakat. Dengan kata lain, BUMDes memberikan social benefit kepada warga, meskipun tidak

 Usaha air minum desa, usaha listrik desa, lumbung pangan.

(27)

60 memperoleh economic profit yang

besar.

Banking

BUMDes menjalankan “bisnis uang”, yang memenuhi kebutuhan keuangan masyarakat desa dengan bunga yang lebih rendah daripada bunga uang yang didapatkan masyarakat desa dari bank-bank konvensional misalnya.

 Bank desa atau

lembaga perkreditan desa atau lembaga keuangan mikro desa, missal seperti Unit Simpan Pinjam

Renting

BUMDes menjalankan bisnis penyewaan untuk melayani kebutuhan masyarakat setempat dan sekaligus untuk memperoleh pendapatan desa.

 Penyewaan traktor,

perkakas pesta, gedung pertemuan, rumah took, tanah, dan sebagainya.

Brokering

BUMDes menjadi “lembaga perantara” yang menghubungkan komoditas pertanian dengan pasar atau agar para petani tidak kesulitan menjual produk mereka ke pasar. BUMDes menjual jasa pelayanan kepada warga dan usaha-usaha masyarakat.

 Jasa pembayaran listrik  Desa mendirikan pasar

desa untuk

memasarkan produk-produk yang dihasilkan masyarakat.

Trading

BUMDes menjalankan bisnis yang berproduksi dan atau berdagang barang-barang tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun dipasarkan pada sekala pasar yang lebih luas.

 Pabrik es, hasil

pertanian, sarana produksi pertanian, dan lain-lain

Holding

BUMDes sebagai usaha bersama atau sebagai induk dari unit usaha-usaha yang ada di desa, dimana masing-masing unit yang berdiri sendiri-sendiri ini, diatur dan ditata sinerginya oleh BUMDes agar tumbuh usaha bersama

 Desa wisata yang

mengorganisir

berbagai jenis usaha dari kelompok masyarakat; makanan, kerajinan, sajian wisata, kesenian, penginapan, dan lain-lain.

(28)

61 BUMDes Panderman memiliki beberapa unit usaha yang didirikan sesuai dengan potensi desa, yaitu meliputi:

1. Unit Pengelola Keuangan (UPK) 2. Unit usaha transit wisata

3. Unit pengelolaan parkir

4. Unit Himpunan Pemakai dan Pengguna Air Minum (HIPPAM) 5. Unit industri tusuk sate

6. Unit jasa fotokopi dan penyediaan Alat Tulis Kantor (ATK) 7. Unit peternak sapi

8. Unit pengelolaan dan angkutan sampah 9. Unit pengembangan wisata paralayang

Dari beberapa unit yang didirikan melalui rembug desa bersama masyarakat dan pemerintahan desa, hingga saat ini masih ada tiga unit yang telah dijalankan oleh para pengurus dan anggota BUMDes Panderman yaitu unit transit wisata, unit usaha transit wisata, dan unit pengelolaan parkir.

3.3. Unit Usaha Transit Wisata

Unit usaha Transit Wisata desa Oro-oro Ombo didirikan tahun 2013 di bawah naungan BUMDes yang pendirian dan kepengurusannya ditetapkan dalam rembug desa. Dibangun diatas tanah milik desa seluas 4 Ha, Transit wisata desa Oro-oro Ombo terletak di Jalan Raya Oro-Oro Ombo No. 298 yang berada di belakang kantor Desa Oro-oro Ombo. Ada lima Sumber Daya Manusia (SDM) atau karyawan dalam

(29)

62 membantu pengelolaan unit usaha Transit Wisata, dua orang untuk manajemen, 2 orang penjaga toko oleh-oleh, dan satu orang penjaga Kamar Mandi. Untuk SDM cathering pengelola menggunakan tenaga part time jadi tidak mengambil tenaga kerja tetap. Seluruh SDM yang terlibat dalam unit usaha Transit Wisata diambil dari masyarakat desa Oro-oro Ombo, sebagai salah satu usaha pemberdayaan masyarakat Desa. Transit wisata dilengkapi oleh tiga fasilitas pendukung yaitu:

1. Pusat Oleh-oleh; bangunan toko pusat oleh-oleh tepat berada dibawah kantor desa Oro-oro Ombo dengan luas bangunan 168 meter. Pusat oleh-oleh yang disediakan oleh pengelola unit usaha Transit Wisata menjual atau menawarkan produk lokal Kota Batu dan juga produk masyarakat lokal, seperti produk olahan susu, kripik tempe, souvenir hasil kerajinan masyarakat, dan lain-lain. 2. Warung sebagai fasilitas Cathering; Unit usaha transit wisata juga menyediakan

jasa cathering yang melayani kebutuhan makan para wisatawan, ada empat warung yang disediakan oleh pengelola dengan luas bangunan masing-masing 110 meter. Fasilitas cathering ini juga menampung masyarakat desa yang bisa memasak atau memiliki jaringan dengan biro perjalanan untuk bekerjasama dengan unit usaha Transit wisata.

3. Kamar mandi atau toilet; kamar mandi atau toilet dibangun guna memfasilitasi wisatawan yang telah atau akan berkunjung ke objek wisata. Ada lima kamar mandi yang disediakan, dengan pilihan bias menggunakan fasilitas air hangat atau fasilitas air dingin. Setiap penggunaan kamar mandi pun dikenakan biaya perorang sekitar lima ribu rupiah sampai dengan sepuluh ribu rupiah.

Gambar

Tabel 3.1 Sejarah Kepemimpinan Desa Oro-oro Ombo  NO  KEPALA DESA  TAHUN MENJABAT  MASA JABATAN
Gambar 3.1 peta Desa Oro-oro Ombo Kota Batu
Tabel 3.3 Penggunaan Lahan Di Desa Oro-Oro Ombo
Tabel 3.4 Klasifikasi Penduduk Menurut Kelompok Umur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang berada di wilayah Kabupaten Pandeglang merupakan lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam

Badan Usaha Milik Desa atau BUMDES merupakan usaha di bidang ekonomi yang dimiliki oleh sebuah desa dan didirikan dengan maksud untuk dikelola oleh desa,

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bertuah merupakan suatu lembaga ekonomi desa yang bergerak di bidang usaha simpan pinjamdan merupakan milik Desa Talikumain, serta

Berdasarkan pada kondisi sosial budaya masyarakat Desa Oro-oro Ombo masih bersifat tradisional dalam kehidupan bermasyarakatnya, hal ini terlihat dari masyarakat yang masih

Penelitian Skripsi yang berjudul “Eksistensi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Desa Soki Kecamatan Belo Kabupaten

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan salah satu lembaga perekonomian desa yang sepenuhnya dikelola oleh masyarakat. Sebagai salah satu program andalan dalam

Badan Usaha Milik Desa BUMDes juga merupakan pembentukan lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa, untuk meningkatkan perekonomian desa yang dibentuk

BUMDes adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintah desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa.. Peran