• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. bola voli yang cukup pesat ternyata banyak sekali anak-anak di berbagai negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. bola voli yang cukup pesat ternyata banyak sekali anak-anak di berbagai negara"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teoretis

1. Hakikat Permainan Bola Voli Mini a. Sejarah Singkat Permainan Bola Voli Mini.

Permainan bola voli mini terlahir karena dalam perkembangan permainan bola voli yang cukup pesat ternyata banyak sekali anak-anak di berbagai negara tertarik dengan permainan ini. Oleh sebab itu, diciptakanlah “permainan bola voli mini” sebagai adik kandung “permainan bola voli” dengan memodifikasi berbagai peraturan dan perlengkapan sesuai kemampuan anak-anak.

Bola voli mini pada dasarnya merupakan adik kandung permainan bola voli. Olahraga bola voli diciptakan oleh William C. Morgan pada tahun 1895 di Hollyoke negara bagian Massauchusttes di Amerika Serikat, selanjutnya berkembang dengan pesat dan menyebar ke berbagai penjuru dunia. Di tengah-tengah populernya permainan bola voli ternyata banyak sekali anak-anak di berbagai negara yang tertarik dengan permainan ini. Oleh sebab itu diciptakanlah “permainan bola voli mini” sebagai adik kandung “permainan bola voli” dengan merubah berbagai peraturan dan perlengkapan sesuai kemampuan anak-anak usia 9-12 tahun (Suharta, http://iptekor.com/doc/09_2_5.pdf).

b. Definisi Permainan Bola Voli Mini

Permainan bola voli mini memiliki karakteristik sama dengan permainan bola voli dewasa, yaitu olahraga beregu dimainkan oleh dua regu di setiap lapangan dengan dipisahkan oleh net. Tujuan dari permainan itu adalah agar

(2)

setiap regu melewatkan bola secara teratur melalui atas net sampai bola tersebut jatuh menyentuh lantai di lapangan lawan dan mencegah agar bola yang dilewatkan tidak menyentuh lantai dalam permainan sendiri. Perbedaan bola voli mini dengan bola voli dewasa terletak peraturan yang dimodifikasi sehingga menjadi sederhana. Permainan bola voli mini berperan dalam meningkatkan jumlah pemain aktif dan dan merupakan wahana pembinaan usia dini. Atlet muda akan lebih mudah mempelajari keterampilan bola voli, sebab agak sulit memperkembangkan keterampilan tersebut pada usia dewasa.

Permainan bola voli mini memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan berbagai kemampuan, fisik, mental dan sosial sebagai dasar dalam pengembangan prestasi bola voli sebenanrnya. Hal ini selaras pula dengan teori kepelatihan bahwa permainan bola voli dimulai pada usia 11-12 tahun dan diharapkan mencapai puncaknya pada usia 20-25 tahun. Terkait dengan itu, analisis berikut ini menggambarkan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam permainan bola voli mini seperti yang dikemaukakan oleh Suharta, yaitu: (1) nilai-nilai sosial seperti kerjasama dan toleransi; (2) nilai-nilai kompetitif seperti sikap pantang menyerah, berusaha merebut peluang; (3) nilai-nilai sportivitas seperti mau mengakui keunggulan lawan dan mengakui keterbatasan diri; (4) keterampilan berpikir dan kreativitas seperti penerapan taktik dalam situasi permainan yang komplek untuk memenangkan suatu permainan; (5) taat pada aturan karena dalam permainan dibatasi oleh aturan-aturan yang disepakati bersama (Suharta, http://iptekor.com/doc/09_2_5.pdf).

(3)

Menurut Gerlach, dkk. yang dikutip Logsdon, dkk. (dalam Suharta, http://iptekor.com/doc/09_2_5.pdf) mengemukakan permainan bola voli mini dapat diberikan pada siswa sekolah dasar kelas III sampai kelas VI. Untuk kelas III materi yang diberikan adalah passing bawah (forearm pass) dan kelas IV, passing atas (overhead pass). Untuk kelas V, service bawah (underhand serve) dan strategi beregu dan kelas VI, passing atas dan pengembangan keterampilan.

Pada umumnya anak-anak punya keinginan untuk bermain, tetapi mereka juga tidak menyukai praktek dan latihan yang berkepanjangan, sehingga dalam memperkenalkan bola voli mini ini harus dilakukan selangkah demi selangkah, yaitu mengadakan pendekatan untuk mempelajari bola voli dan ketrampilan dasarnya dengan cara memainkannya. Hal ini dimaksudkan agar para pemain bola voli mini dapat mengembangkan latihan secara bertahap. (http://spartavolleyballclub.wordpress.com/).

c. Bentuk dan Ukuran Lapangan Bola Voli Mini

Lapangan bola voli mini berbentuk persegi panjang dengan ukuran sebagai berikut: (1) panjang, 12 meter; (2) lebar, 6 meter; (3) tinggi net untuk putra, 2,10 meter dan untuk putri, 2 meter; (4) bola yang digunakan nomor 4 (empat); (5) jumlah pemain dalam satu regu berjumlah 4 orang dengan cadangan 2 orang (Sukrisno, 2007: 59).

Selain ukuran di atas, dapat pula menggunakan ukuran seperti yang dituliskan oleh Yudiana (dalam http://alkobandung.com/), yakni: untuk lapangan, berukuran lebar 4,5 sampai 6 meter; panjang antara 9 sampai 12 meter; dan ketinggian net antara 1,9 sampai 2 meter.

(4)

d. Gerak Dasar Permainan Bola Voli Mini

Gerak dasar dalam permainan bola voli mini sama halnya dengan permainan bola voli. Muhajir (2005: 19) membagi teknik dasar permainan bola voli ke dalam dua bentuk, yakni gerak dasar tanpa bola dan gerak dasar dengan bola. Berikut uraiannya.

1) Gerak Dasar Tanpa Bola

Gerak dasar lokomotor yang menjadi landasan bagi pelaksanaan teknik dasar bola voli, antara lain sebagai berikut.

(a) Gerak Dasar Bergerak Maju

Gerak dasar maju adalah perpindahan posisi badan ke depan beberapa langkah dengan kecepatan yang selaras dengan kecepatan bola berdasarkan persepsi pemain. Makin cepat bola bergerak, makin cepat pula gerakan itu dilakukan. Gerakan tersebut dilakukan sebagai persiapan untuk melaksanakan sikap dasar agar dapat memainkan bola dengan baik, yaitu memvoli bola ke arah yang tepat.

(b) Gerak Dasar Bergerak Mundur

Gerak dasar bergerak mundur sama dengan gerakan maju. Gerakan ini dilakukan dengan maksud untuk memperoleh posisi badan yang tepat ketika menerima atau memainkan bola. Gerakannya tidak dalam bentuk gerak lari yang sesungguhnya, melainkan gerak langkah khas dalam bola voli. Gerakan tersebut dapat memungkinkan terbentuknya sikap dasar atau stance untuk menerima bola dan bola dapat dipukul dengan sebaik-baiknya.

(5)

(c) Gerak Dasar Bergerak Ke samping Kiri atau Kanan

Gerakan ke kiri atau ke kanan, atau ke arah samping dilakukan dengan menggeserkan kaki kanan disusul kaki kari, atau sebaliknya kaki kiri disusul kaki kanan. Kecepatan dipengaruhi oleh persepsi pemain terhadap arah dan kecepatan bola.

(d) Gerak Dasar Meloncat

Kemampuan melompat ke arah tegak (vertikal) menjadi keterampilan pokok yang didukung oleh kekuatan (power), di samping koordinasi. Keterampilan dasar melompat sangat dominan dilakukan di daerah dekat sepanjang jaring. Bahkan, dalam permainan bola voli modern, servis (pukulan pertama untuk membuka permainan) dilakukan pemain dengan melambungkan bola tinggi-tinggi, kemudian ia melompat seperti teknik dasar melakukan serangan dengan teknik smes atau spike.

2) Gerak Dasar dengan Bola

Gerak dasar tanpa bola dan dengan bola pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam satu rangkaian gerakan. Gerak dasar tanpa bola dilaksanakan sebagai persiapan untuk melakukan gerak dasar dengan bola. Gerak dasar dengan bola meliputi servis, pasing, umpan (set-up), smash, spike, dan bendungan (block).

e. Gerak Dasar Block dalam Permainan Bola Voli Mini

Pada dasarnya, gerak dasar bendungan (block) dalam permainan bola voli mini tidak berbeda dengan permainan bola voli. Blocking atau membendung bola menurut ASEP (2008: 106), adalah suatu keterampilan bertahan yang digunakan

(6)

untuk menghentikan atau memperlambat serangan lawan di daerah jaring. Senada dengan itu, Viera dan Fergusson (2004: 121) mengatakan bahwa block merupakan pertahanan lapisan pertama menghadapi serangan lawan yang bertujuan untuk menutup sebagian lapangan sendiri dari pihak lawan. Selanjutnya, Muhajir (2005: 27) menjelaskan, block atau bendungan merupakan teknik bertahan yang dilakukan di atas net.

Keberhasilan melakukan bendungan dapat ditentukan oleh ketinggian loncatan dan jangkauan lengan pada bola yang sedang dipukul lawan. Bendungan dapat dilakukan dengan dua cara, bendungan aktif dan bendungan pasif. Bendungan aktif adalah pada saat melakukan bendungan, tangan pemain digerakkan dengan kuat dan letak lengan dekat sekali dengan net; sedangkan bendungan pasif adalah pada saat melakukan bendungan, tangan pemain dijulurkan ke atas tanpa digerakkan. Ada empat tahap untuk melakukan bendungan terhadap serangan lawan, yakni: Tahap pertama, bergerak maju ke arah bola; tahap kedua adalah melompat (take off); tahap ketiga adalah kontak dengan bola; dan tahap keempat adalah mendarat. Bendungan dapat dilakukan oleh satu, dua, atau tiga pemain, tergantung pada kualitas pemain lawan (Muhajir, 2005: 27; Viera dan Fergusson, 2004: 121).

Berikut ini adalah cara melakukan bendungan oleh satu pemain (perorangan) dan bendungan dua atau tiga pemain (kelompok/berganda). Namun, untuk bendungan kelompok dalam permainan bola voli mini cukup dilakukan dua orang saja mengingat jumlah pemain yang hanya empat orang, yakni dua orang di daerah serang dan dua orang di daerah belakang. Sementara, efektifnya yang

(7)

melakukan bendungan adalah pemain yang berada di daerah serang. Adapun cara melakukan bendungan perorangan adalah sebagai berikut:

1) Sikap permulaan, yakni: (a) berdiri menghadap net, jarak kedua kaki selebar pundak, lutut ditekuk, dan kedua tangan siap di depan dada; (b) pandangan mengawasi gerakan bola dan memperhatikan smasher yang akan melakukan pukulan.

2) Gerak pelaksanaan, yakni (a) dengan menolakkan kedua kaki sambil menggerakkan kedua lengan ke atas, kedua telapak tangan dirapatkan dan jari-jari direnggangkan; (b) kedua tangan menutup daerah yang diperkirakan menjadi sasaran lintasan bola. Tangan digerakkan ke arah bola, terutama gerakan pergelangan tangan.

3) Gerak lanjutan, yakni segera mendarat dengan kedua kaki mengeper, kemudian mengambil posisi siap kembali untuk menghadapi situasi permainan selanjutnya.

Cara melakukan bendungan oleh dua atau tiga orang (block kelompok), sebagai berikut.

1) Sebelum melompat melakukan bendungan, terlebih dahulu harus menunggu temannya mendekat, lalu bersama-sama melakukan tolakkan.

2) Semua pasangan tangan pem-block membuat suatu benteng yang rapat, sehingga tidak ada celah di antara tangan yang dapat ditembus bola smes. 3) Posisi tangan di atas net membentuk setengah lingakaran. Tangan-tangan yang

(8)

2. Hakikat Metode Latihan Terbimbing

Dalam melaksanakan pembelajaran di kelas sudah barang tentu guru yang tidak mengenal metode mengajar jangan harap bisa melaksanakan proses belajar mengajar sebaik-baiknya. Hal yang penting dalam metode ialah bahwa setiap metode pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan belajar yang hendak dicapai. Tujuan untuk mendidik siswa agar sanggup memecahkan masalah-masalah dalam belajarnya, merupakan metode yang lain, bila tujuannya mengumpulkan informasi. Oleh karena itu, untuk mendorong keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar, perlu dipahami pengertian, fungsi, dan langkah-langkah pelaksanaan metode mengajar.

Pada hakikatnya metode latihan terbimbing merujuk pada suatu macam metode pengajaran di mana para siswa agar bisa menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu dengan latihan-latihan secara individual dan atau kelompok untuk saling membantu satu sama lain dan didorong dengan bantuan guru berupa bimbingan dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas latihan terbimbing, siswa diharapkan dapat berinteraksi dengan sesamanya, dengan guru, dan sumber belajar lainnya untuk mengasah pengetahuan dan keterampilan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Sehubungan dengan metode latihan terbimbing, penulis memilahnya menjadi ada tiga istilah, yakni metode, latihan, dan terbimbing. Berikut akan diuraikan satu per satu sebelum dirumuskan pengertiannya secara utuh.

Metode diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengajarkan sesuatu materi/bahan pelajaran (Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, 2005:

(9)

36). Selanjutnya, Roestiyah (2008: 1) menyatakan bahwa metode menjagar termasuk teknik penyajian pelajaran, di mana teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh siswa dengan baik. Berdasarkan kedua definisi tersebut, maka metode dapat dipahami sebagai suatu cara atau teknik guru dalam menyajikan materi pembelajaran agar siswa dapat mengetahui, memahami, dan menerapkannya dengan baik.

Cukup banyak jenis metode yang dapat digunakan oleh guru dalam menyajikan materi pembelajaran, di antaranya adalah metode latihan. Menurut Djamarah dan Zain (2010: 108), metode latihan disebut juga metode training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan-kebiasaan-kebiasaan yang baik, selain itu dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan. Selanjutnya Roestiyah. (2008: 125) mengemukakan bahwa “teknik pembelajaran latihan adalah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar di mana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari”. Senada dengan Sagala (2009: 217) menyatakan bahwa “metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan dan keterampilan dai apa yang telah dipelajari”. Untuk mengefektifkan pelaksanaan latihan-latihan tersebut, maka Suryanti (dalam Mu’alimmah, 2010: 16) menjelaskan bahwa latihan-latihan hendaknya diberikan

(10)

secara metodis, artinya cara penyajian dimulai dari yang mudah ke yang sukar, dari latihan yang ringan ke yang lebih berat, dan pengulangannya dari yang sedikit ke yang lebih banyak.

Berdasarkan pengertian di atas, maka metode latihan merupakan cara atau teknik penyajian materi pembelajaran dengan cara memberikan latihan-latihan secara metodis kepada siswa, yakni dimulai dari yang mudah ke yang sukar, dari latihan yang ringan ke yang lebih berat, dan pengulangannya dari yang sedikit ke yang lebih banyak. Tujuannya agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi.

Istilah terbimbing dalam tulisan ini diartikan sebagai upaya bimbingan atau bantuan guru terhadap siswa dalam proses belajarnya agar lebih terarah. Hal ini senada dengan pendapat Ratumanan (2002) dalam http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/pembelajaran-penemuan-terbimbing.html Menurutnya, bimbingan guru yang dimaksud adalah memberikan bantuan agar siswa dapat memahami tujuan kegiatan yang dilakukan dan berupa arahan tentang prosedur kerja yang perlu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.

Dengan berdasar pada pengertian dari metode latihan dan istilah terbimbing, maka dapat disimpulkan bahwa metode latihan terbimbing adalah cara atau teknik penyajian materi pembelajaran secara terbimbing agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi. Bimbingan dimaksud berupa arahan tentang prosedur kerja yang perlu dilakukan dalam mempelajari sesustu ketangkasan atau keterampilan. Pemberian latihan-latihan dimulai dari

(11)

yang mudah ke yang sukar, dari latihan yang ringan ke yang lebih berat, dan pengulangannya dari yang sedikit ke yang lebih banyak.

Jadi dengan latihan terbimbing seorang siswa akan dapat melakukan suatu keterampilan, khususnya yang berkaitan dengan motorik (gerak) suatu permainan dalam olahraga, misalnya keterampilan gerak dasar block dalam permainan bola voli mini. Yang paling utama dipikirkan oleh guru adalah tujuan yang hendak dicapai dalam memberikan latihan terbimbing. Salah satu situs di internet, Sutrisno (2009: 3) mengemukakan bahwa “tujuan dari latihan terbimbing adalah memberikan bantuan kepada anak agar nantinya bisa menggunakan keterampilan tersebut secara mandiri. Dalam tahapan ini guru memegang kendali atas kelas dan melakukan pengulangan-pengulangan” (http://sman1cicurug.sch.id/keterampilan-berpikir/pdf.com).

Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran melalui metode latihan terbimbing, ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan latihan seperti yang dikemukakan oleh (Yunus, 2006: 110), yakni sebagai berikut: (1) tujuan harus dijelaskan kepada siswa sehingga selesai latihan mereka diharapkan dapat mengerjakan dengan tepat sesuai apa yang diharapkan; (2) hendaklah dibedakan unsur-unsur yang nyata dalam pelajaran itu dari unsur-unsur yang lain; (3) menulang-ulang pelajaran itu haruslah dengan pernuh perhatian dan keinginan; (4) tentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan sehingga siswa mengetahui apa yang harus dikerjakan; (5) lama latihan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa; (6) selingilah latihan agar tidak membosankan; dan (7) perhatikan kesalahan-kesalahan umum yang dilakukan siswa untuk perbaikan

(12)

secara klasikal sedangkan kesalahan perorangan dibetulkan secara perorangan pula.

Perlu diketahui bahwa tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang lain. Tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain. Tidak ada metode yang dipandang sebagai metode yang paling unggul melainkan setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Meskipun metode latihan memeiliki kelebihan untuk diterapkan dalam pembelajaran, namun masih terdapat pula kekurangannya. Sagala (2009: 217-218) menguraikan kelebihan dan kekurangan dari metode latihan, yakni:

a. Kelebihan Metode Latihan

1) Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.

2) Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.

3) Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.

(13)

b. Kekurangan Metode Latihan

1) Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dan pengertian. 2) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.

3) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.

4) Dapat menimbulkan verbalisme.

Dengan demikian, melalui metode latihan berpasangan terbimbing, keaktifan siswa dalam belajar akan lebih meningkat sebab hal ini peluang untuk terlibat dalam melakukan tugas-tugas gerak lebih besar dan bimbingan berupa arahan dapat diperoleh secara intensif. Dengan demikian, sangatlah mungkin tercapainya suatu keterampilan gerak yang benar.

3. Pembelajaran Teknik Dasar Block Melalui Latihan Terbimbing

Seperti uraian sebelumnya bahwa metode latihan terbimbing merupakan cara guru dalam menyajikan materi pembelajaran dengan latihan-latihan untuk meningkatkan keterampilan gerak melalui bantuan atau bimbingan dari secara ekfektif.

Sejalan dengan itu, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini ialah meningkatkan kemampuan gerak dasar block dalam permainan bola voli mini. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, dilaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode latihan terbimbing. Guru akan memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa secara intensif baik secara individual maupun kelompok. Dengan demikian, langkah-langkah pembelajaran dengan metode latihan

(14)

terbimbing pada materi gerak dasar block dalam permainan bola voli mini adalah sebagai berikut.

a. Langkah Pendahuluan

1) Identifikasi pokok dan sub pokok bahasan serta menentukan bentuk dan jenis kegiatan.

2) Membagi kelas dalam beberapa kelompok. Pengelompokkan dilakukan berdasarkan: (a) kemampuan individu dalam belajar (pandai, sedang, dan kurang pandai); (b) perbedaan jenis kelamin; dan (c) berdasarkan fasilitas yang tersedia.

3) Memberikan penjelasan secara menyeluruh tentang tujuan, hal-hal yang harus dikerjakan dan cara mengerjakannya.

4) Melaksanakan pemanasan tubuh untuk menyiapkan siswa secara psikologis dalam menerima tugas.

b. Langkah Pelaksanaan

1) Siswa dibentuk dalam empat kelompok heterogen berdasarkan jenis kelamin, maka dalam hal ini peneliti membagi kelompok menjadi kelompok wanita dan kelompok pria.

2) Setiap kelompok diberikan tugas gerak yang sama;

3) Dalam satu kelompok, akan melaksanakan teknik dasar block tanpa bola dengan berhadapan yang di antari oleh net, baik berupa block tunggal dan/atau ganda, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan bola. Ketentuannya, ketinggian net disesuaikan dengan kemampuan siswa (dimodifikasi).

(15)

4) Tugas gerak tersebut dilakukan secara berulang selama waktu yang telah ditentukan untuk itu.

5) Agar tidak terjadi kejenuhan bagi siswa, anggota kelompok dapat diganti-ganti (bertukar pasangan).

6) Pada saat kelompok sedang bertugas, guru berkeliling untuk memberikan bimbingan dan pengawasan intensisf.

c. Langkah Penutup

1) Refleksi proses pembelajaran. 2) Evaluasi.

3) Pendinginan, berbaris, berdoa, bubar.

B. Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini berbunyi: “jika metode latihan terbimbing diterapkan, maka kemampuan gerak dasar block dalam permainan bola voli mini siswa kelas V SDN 3 Suwawa Selatan, akan meningkat”.

C. Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah suatu kriteria minimal keberhasilan setelah dilakukan tindakan pembelajaran. Dengan demikian, indikator kinerja dalam penelitian ini adalah: Jika kemampuan gerak dasar block dalam permainan bola voli mini pada siswa kelas V SDN 3 Suwawa Selatan telah meningkat dari 21% menjadi 75% ke atas pada klasifikasi “baik” atau “sangat baik”, maka penelitian ini dinyatakan selesai.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

dengan Kepala sub bagian umum Dinas Perhubungan Kabupaten Siak Bapak Wahid,S.Sos). Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi terjadi antar istansi

Dalam penyelenggaraan pemerintahan kita Good governance menjadi sangat penting dan strategis, mengingat kemunculannya di saat penyelenggaraan pemerintah indonesia

Masruri 4 menyatakan dalam menyambut bulan Ramadan dan ibadah puasa, daging yang diperoleh pada kegiatan bebantai digunakan untuk kegiatan bedua.. Sebelum upacara bedua ,

First, the writer gave the test item of vocabulary to the students who became sample in this study. After that, the writer collected the results of the test given to

Dengan adanya latar belakang ini, penulis akan meninjau lebih lanjut mengenai bagaimana sebuah perusahaan merencanakan dan mengambil keputusan harga berdasarkan

Sedangkan dalam UU ITE yang merupakan lex specilis dalam tindak pidana cybersex , terhadap pemilik website yang mengandung muatan pornografi dapat dikenakan Pasal 27 ayat

Apabila seseorang mengetahui perilaku hidup sehat yang mencakup mengenai kegiatannya akan menimbulkan keaktifan ibu yang optimal di posyandu tersebut Posyandu

teks eksposisi: pernyataan tesis (pendapat tentang suatu permasalahan); argumen (data, fakta, danpendapat untuk menguatkan tesis); dan pernyataan ulang dengan