• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 KAJIAN TEORITIS

2.1.1 Pengertian Membaca

Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktifitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Membaca sebagai proses visual merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) kedalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahamn literal, interpretasi, mambaca kritis dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata-kata dengan menggunakan kamus (Crawley 1995 dalam Rahim 2007)

Tiga istilah yang sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari proses membaca yaitu recording, decoding dan meaning (Syafi;ie, 1999 dalam Rahim 20007). Recording metujuk pada kata-kata dalam kalimat, mengasosiasikan dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan system tulisan yang digunakan. Proses Decoding merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis kedalam kata-kata. Selain itu Pembaca harus memiliki makna. Pemahaman makna berlangsung melalui berbagai tingkat, mulai dari tingkat pemahaman literal sampai pemahaman interpretative, kreatif dan evaluative.

(2)

Menurut Crawley dan Mountain (dalam Rahim 2007), membaca merupakan gabungan proses perseptual dan kognitif, Evaluative. Menurut Klein dkk (1996 dalam Rahmi 2007), membaca mencakup (1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategis dan (3) membaca merupakan interaktif.

2.1.2 Tujuan Membaca

Membaca harus memiliki tujuan, seseorang yang membaca dengan memiliki tujuan tertentu cenderung memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca dikelas, guru harus menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca siswa itu sendiri.

Tujuan membaca mencakup :

a. Kesenangan

b. Menyempurnakan membaca nyaring’

c. Menggunakan strategi tertentu

d. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya

e. Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis.

f. Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi

(3)

h. Menmpilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari teks.

i. Menjawab pertanyaan - pertanyaan yang spesifik (Blanton, dkk dan Irwan dalam Burns dkk, 1996).

2.1.3 Manfaat Membaca

Burns, dkk (1996 dalam Rahmi 2007) mengemukakan bahwa kemampuan membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Namun anak-anak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk membaca. Belajar membaca merupakan suatu usaha terus-menerus dan anak-anak yang melihat nilai membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak yang tidak menemukan keuntungkan darikegiatan membaca.

2.1.4 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Membaca Pemahaman

Menurut Mclaughlin dan Allen (2002 dalam Rahmi 2007), prinsip-prinsip membaca yang didasarkan pada penelitian yang mempengaruhi pemahaman membaca ialah sperti yang dikemukakan berikut ini :

a. Pemahaman meruapaka proses kontruktivitas social

b. Keseinmbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman.

(4)

d. Pembaca yang baik memmegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca.

e. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna

f. Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks.

g. Perkembangan kosa kata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca

h. Pengikutsertaan adalah salah satu factor kunci pada proses pemahaman

i. Strategi dan keterampilan membaca bias diajarkan

j. Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman.

2.2.1 Pengertian Puisi

Menurut Pardjimin (2005 : 36) bahwa puisi adalah jenis karangan yang penyajiannya sangat mengutamakan aspek keindahan. Keindahan yang terdapat dalam puisi terpancar dalam suasana bunyi dan pilihan katanya. Dalam puisi dikenal adanya rima, irama dan nada. Istilah-istilah tersebut berkaitan dengan aspek keindahan bunyi yang dijalin dalam sebuah puisi

Menurut Effendi, S (2002 : 36) Puisi merupakan urutan kata yang mengandung keindahan. Keindahan puisi akan lebih terasa jika puisi tersebut dibacakan dengan penuh penghayatan dan perasaan. Di samping itu, pendengar

(5)

lebih menikmati dan menangkap perasaan yang terkandung di dalamnya. Rima, irama, majas dan bahasa puisi pun semakin jelas dan terasa.

2.2.2 Manfaat Puisi

Sebagai karya sastra puisi mempunyai berbagai manfaat. Kebermanfaat puisi telah berlangsung sejak lahirnya, manfaat tersebut telah dirasakan manusia jauh sebelumnya. Karena itu dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut :

a. Puisi dapat menjadi arahan dalam membentuk kepribadian b. Dapat mengembangkan cognitive peserta didik

c. Dapat melatih diri berimajinasi

d. Dapat menggambarkan kehidupan manusia dan lingkungan tertentu. e. Dapat membangkitkan semangat heroic

f. Menceritakan suara alam dan lingkungan manusia.

g. Dapat membandingkan dan mengapresiasikan karya sastra. h. Berdasarkan pandangan penyair

i. Puisi memberikan motivasi bagi pembaca puisi bahwa dirinya telah melahirkan suatu ungkapan dengan bahasa yang indah, bebas dan misteri. j. Melalui puisi penyair dapat menyampaikan protes sosial bagi lingkungan

masyarakat tertentu

(6)

Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik, bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut.

Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik. Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak ada batasan.

Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi. Bunyi dibentuk oleh rima dan irama.

Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima

(7)

maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.

Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan. Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik.Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut.

a. Tema/makna (sense): media puisi adalah bahasa, Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

b. Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

(8)

c. Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll. d. Amanat/tujuan/maksud (itention): sadar maupun tidak, ada tujuan yang

mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.

Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.

a. Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi. b. Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

(9)

c. Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan spengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.

d. Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.

e. Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.

f. Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi.

(10)

Rima mencakup (1). Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2). Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3). kengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

2.2.4 Jenis-j enis Puisi

Jenis - jenis puisi terdiri dari puisi lama dan puisi baru. Berikut ini uraiannya :Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain : Jumlah kata dalam 1 baris, Jumlah baris dalam 1 bait, Persajakan (rima), Banyak suku kata tiap baris dan Irama

Ciri-ciri Puisi Lama

a. Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya b. Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan

c. Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima

Jenis Puisi Lama

a. Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib

b. Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris

(11)

berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka

c. Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek d. Seloka adalah pantun berkait

e. Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat

f. Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita

g. Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.

Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.

Ciri-ciri Puisi Baru

a. Bentuknya rapi, simetris;

b. Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);

c. Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;

d. Sebagian besar puisi empat seuntai;

e. Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)

f. Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.

Jenis-jenis Puisi Baru

(12)

a. Balada adalah puisi berisi kisah/cerita

b. Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan c. Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa

d. Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup e. Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih f. Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan

g. Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik

Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain: Distikon, Terzina, Quatrain, Quint,Sektet,Septime dan Oktaf/Stanza

2.2.5 Pengertian Membaca puisi

Membaca puisi dalah suatu kegiatan menyampaikan puisi di depan pendengar dengan sepenuhnya menyimak puisi yang disampaikannya. Menurut Afftarudin (dalam Sutawijaya, 1986 : 53) mengemukakan bahwa membaca puisi atau deklamasi adalah perbuatan menyampaikan hasil-hasil karya sastra (puisi) dengan bahasa lain. Membaca puisi berfungsi untuk menciptakan atau membangun imajinasi atau citraan tertentu, berupa gambaran yang dikesankan oleh puisi itu, sedangkan peranannya sebagai wahana penyampaian maksud penyair.

Tarigan mengutip pendapat Samuel (dalam Waluyo, 1987 ; 23) yang menyampaikan bahwa membaca puisi merupakan bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa membaca puisi adalah

(13)

menyampaikan puisi di depan pendengar dengan bahasa lisan dan memperhatikan efek keindahan.

Selain dalam kesamaan bunyi, keindahan puisi terdapat pula pada pilihan dan rangkaian kata yang digunakannya. Kata dan rangkaian kata yang bergaya merupakan unsure penting laindalam menciptakan efek estetis.majas menjadikan larik dan bait-bait dalam puisi hidup, bergerak, dan merangsang pembaca untuk memberikan reaksi tertentu dan merenungkan apa yang diungkapkan penyair.

Menurut Mulyono Ahmad (2005 : 62) Agar dapat membaca puisi dengan baik, maka harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Membaca dalam hati dahulu puisi yang akan dibaca

b. Memahami isi puisi

c. Menggunakan lafal, intonasi dan jeda dengan benar

d. Menggunakan ekspresi (mimic dan kinesis) dengan tepat

1) Lafal adalah cara mengucapkan huruf atau bunyi bahasa

2) Intonasi adalah lagu dalam mengucapkan kata atau kalimat. Intonasi berkenaan dengan tinggi, rendah, cepat atau lambat dalam membaca.

3) Jeda adalah penghentian sementara ditengah kalimat dalam membaca kalimat. Jeda yang kurang tepat dapat merubah arti puisi.

(14)

5) Kinesis yaitu gerakan tubuh, seperti melangkah, mengepal, mengangkat tangan yang berguna untuk menegaskan pembacaan puisi.

2.2.6 Tehnik Membaca Puisi

Untuk dapat membaca puisi dengan baik dan benar, maka seorang pembaca puisi harus mengetahui teknik membaca puisi diantaranya. Intonasi merupakan tekanan pengucapan atau lagu bicara (lagu tutur). Seorang pembaca, ketika membaca puisi terdengar irama tinggi rendahnya suara, keras lembutnya suara, serta naik turunnya intonasi seperti diuraikan di atas. Lebih jelas lagi dapat dilihat melalui tanda-tanda penggalan atau lompatan lirik.

Sutawijaya (1986 : 9) menyatakan bahwa tanda-tanda itu adalah : ./” = untuk jeda atau perhatian sejenak

../” = untuk titik atau perhentian yang lebih lama .. ” = untuk lompatan lirik atau enjambemen

Menurut Parsjimin (2005 : 38) bahwa membaca puisi sering juga disebut deklamasi. Deklamasi adalah kegiatan membacakan puisi yang disertai dengan gerak dan mimic yang sesuai dengan isi puisi yang dibaca. Hal-hal yang perlu dperhatikan dalam berdeklamasi adalah intonasi yang mecakuip nada, tempo dan jeda.

Menurut Maryati (2005 :70) bahwa dalam membaca puisi perlu mengidentifikasi cirri-ciri puisi antara lain :

(15)

a. Rima atau persamaan bunyi sering digunakan dalam penulisan sebuah puisi. Persamaan bunyi dapat di awal, di tenganh dan di akhir dapat pula berupa persamaan aliterasi (persamaan konsonan) dan asonansi (persamaan vocal).

b. Pilihan Kata

Pilham kata dalam puisi sangat penting, karena membaca puisi tidak hanya menyampaikan maksud tetapi juga sebagai pembangun suasana. Pilihan kata yang tepat dan selaras dapat mengungkapkan gagasan sehingga menghasilkan efek makna dan bunyi yang diharapkan.

c. Makna Kata

Makna kata dalam puisi dapat ditentukan dengan cara memilah puisi tersebut sehingga akan muncul berbagai makna kata seperti makna khias atau makna bukan sebenarnya yaitu makna tambahan terhadap makna dasarnya berupa nilai rasa atau gambaran tertentu.

2.2.7 Syarat-syarat membaca puisi

Pembaca puisi dapat membaca sebaik-baiknya dan setepat-tepatnya, harus mengetahui beberapa syarat. Menurut Situmorang (dalam Tuloli, 1987 : 116) syarat-syarat itu adalah : (a) pemahaman, (b) peresapan dan (c) ekspresi.

Disamping itu, Afftarudin (dalam Sutawijaya, 1986 : 55) mengemukakan bahwa untuk menjadi deklamator atau deklamatris yang baik seharusnya memahami situasi sebuah sajak, bagaimana latar belakang penulis sajak itu dan

(16)

apa isinya. Pembaca harus memahami apa yang dihadapi oleh penyair ketika penyair itu menciptakan sajaknya, juga memikirkan, merasakan dan membayangkan kembali tentang apa yang diragukan, dirasakan dan dibayangkan oleh penyair.

Jelas seorang deklamator, deklamatris atau pembaca puisi dapat menempatkan diri sebagai pembaca yang baik, sehingga pengaturan suasana rasa, gerak musik, dan tempo, benar-benar menggambarkan suasana yang dikandung oleh puisi itu.

Menurut Waluyo Herman J. (2003 : 64) Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar apresiasi sastra khususnya membaca puisi, setiap guru tentunya berharap agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan lancer dan menarik demi tercapainya efektivitas tujuan pembelajaran.kedau hal tersebut merupakan persyaratan belajar mengajar yang kondusif, dalam hal ini peserta didik belajar tanpa ada keterpaksaan sebab belajar sebagai kebutuhan yang menyenangkan.

Untuk dapat membaca puisi dengan baik dan tepat, pembaca harus menguasai beberapa syarat sebagaimana yang dilakukan oleh para ahli antara lain

a. Situmorang (dalam Tuloli, 1989 : 116) menyatakan bahwa untuk dapat membaca puisi dengan baik dan tepat harus menguasai syarat-syarat peresapan, pemahaman dan ekspresi.

(17)

b. Suharianto (dalam Sutawijaya, 1986 : 54) berpendapat bahwa ada dua hal pokok yang harus dikuasai untuk dapat membaca puisi dengan baik yaitu : penghayatan atas puisi yang dibaca, teknik vocal dan pelafalan.

Menurut Afftarudin (dalam Tuloli, 1987 : 115) bahwa untuk memperoleh bacaan puisi yang baik harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Kepribadian, yakni suasana hati pembaca ketika menyampaikan puisi. Suasana hati ini tergambar dalam ketenangan, kegelisahan, kegugupan, kewibawaan dan kemantapan. Pembaca sebaiknya dapat menguasai dirinya agar tidak terpengaruh oleh suasana yang ditimbulkan oleh pendengar

b. Volume suara, yakni warna suara, kejelasan, pengaturan lemah lembut dan kemerduan

c. Lafal yakni ucapan yang tepat sesuai dengan wujud bunyi yang keluar dari daerah artukulasinya

d. Tempo yakni lama berhenti dan kecepatan ucapan pada hal-hal yang perlu cepat

2.2.8 Aspek Yang Dinilai Dalam Membaca Puisi

Keterampilan membaca dapat diukur melaui berbagai kegiatan, misalnya seperti kegiatan : (a) membaca nyaring/teknis, (b) membaca pemahaman/dalam hati, (c) membaca kritis/evaluatif, (d) membaca cepat (ukuran), (e) membaca sekilas (skimming), (f) membaca sepintas (scanning), (g) membaca indah, (h)

(18)

membaca untuk kesenangan, (i) membaca petunjuk kerja, (j) membaca apresiasi, (k) membaca untuk orang lain, (l) membaca pidato, laporan dongeng.

Secara khusus aspek yang dinilai di dalam ujian membaca adalah didasarkan pada ruang lingkup dan tingkat kedalaman pembelajaran serta tujuan pengajaranya yang sudah ditetapkan di dalam kurikulum.

Secara umum aspek yang dapat dinilai di dalam ujian membaca di antaranya adalah seperti berikut ini.

a. Aspek kebahasaan, di antaranya:

1) Membaca bersuara: kejelasan lafal, ketetapan intonasi, ketetapan ekspresi

2) Pemahaman isi: bahasa dalam lambang tulisan, gagasan/isi (menjawab pertanyaan: apa, siapa, kapan, di aman, mengapa, baik/buruk dll.), makna/nilai yang terkandung di dalamnya, nada dan gaya,

3) Penalaran dalam menangka/memahami isi;

4) Kecepatan.

b. Aspek penampilan dan sikap : kesungguhan, fasih (kemudahan dan kecepata)/lancar, hati-hati, lamban, teliti, kritis

(19)

Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah,maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 2011).

2.3.2 Pengertian Latihan

Pengertian latihan dalam hubungan mengajar dan belajar adalah suatu tindakan/perbuatan pengulangan yang bertujuan untuk lebih memantapkan hasil belajar. Pemantapan itu diartikan sebagai usaha perbaikan dan sebagai upaya perluasan. Sedangkan hasil belajar diartikan meliputi semua aspek tingkah laku. Latihan dapat merupakan proses individual dan dapat pula merupakan proses kelompok.

2.3.3 Fungsi dan Manfaat Latihan

Latihan siap atau drill sesuai untuk keterampilan, baik keterampilan fisik maupun keterampilan mental karena dengan latihan, sesuatu keterampilan dapat dikuasai. Beberapa hal yang yang harus diperhatikan dalam penggunaan teknik latihan.

a. Sifat latihan berbeda dengan latihan sebelumnya, karena situasi dan pengaruh latihan berbeda. Hal itu mendatangkan kondisi, respon serta tanggapan yang berbeda.

b. Penilaian latihan dengan keseluruhan pelajaran disekolah perlu dikaitkan agar siswa ada dorongan motivasi untuk mengetahui tujuan latihan serta

(20)

kaitannya dengan pelajaran sehingga dapat memanfaatkannya dalam kehidupan.

Sudjana dan Syaiful Sagala (86: 217) mengatakan: Penilaian pada umumnya digunakan untuk memperoleh keterangan suatu keterampilan dari apa yang telah dipelajari dan sebagai sarana untuk membantu siswa menguasai keterampilan secara tepat dalam perilaku yang cepat dan otomatik.

Subana (2002: 203) ia berhubungan dengan pembentukan kemahiran motoris (fisik) ataukah kemahiran yang bersifat penyesuaian seperti kemahiran untuk memecahkan suatu soal atau kecakapan dalam penyelesaian diri terhadap suatu situasi .

Agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan, guru harus memperhatikan dari pihak anak didik, yaitu mereka memiliki dorongan minat dan perhatian terhadap apa yang sedang dipelajari, pelaksanaan metoda latihan harus tetap diusahakan mengembangkan minat dan meningkatkan kemampuan anak didik

2.3.4 Keunggulan Metode Latihan

a. Peserta didik memperoleh kecakapan motoris, contohnya menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.

b. Peserta didik memperoleh kecakapan mental, contohnya dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya. c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan

(21)

d. Peserta didik memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan yang dipelajarinya.

e. Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa peserta didik yang berhasil dalam belajar telah memiliki suatu keterampilan khusus yang berguna kelak dikemudian hari.

f. Guru lebih mudah mengontrol dan membedakan mana peserta didik yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan peserta didik saat berlangsungnya pengajaran.

2.3.5 Kelemahan Metode Latihan

Metode latihan memiliki kelemahan yaitu :

a. Menghambat bakat dan inisiatif siswa

b. Menimbulkan penyesiaian secara statis kepada lingkungan

c. Kadang-kadang latihan diadakan atau dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan

d. Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis

e. Dapat menimbulkan verbalisme.

Jadi sangatlah jelas bahwa latihan tersebut penting untuk dipergunakan dalam proses belajar mengajar supaya mampu menumbuhkan kesiapan kepada siswa dalam melakukan berbagai hal pekerjaan yang dilakukan dan diajarkan serta memiliki kemampuan motoris yang baik dalam menjalankan aktivitas belajarnya.

(22)

Usaha Mengatasi Kelemahan Metode Latihan yaitu:

a. Metode ini hendaknya digunakan untuk melatih hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis, permainan, pembuatan grafik, kesenian dsb.

b. Sebelum latihan dimulai, pelajar hendaknya diberi pengertian yang mendalam tentang apa yang akan dilatih dan kompetensi apa saja yang harus dikuasai.

c. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis. Kalau pada latihan pertama, pelajar tidak berhasil, maka guru harus mengadakan perbaikan, lalu penyempurnaan.

d. Latihan harus menarik minat dan menyenangkan serta menjauhkan dari hal-hal yang bersifat keterpaksaan.

e. Sifat latihan, yang pertama bersifat ketepatan kemudian kecepatan, yang keduanya harus dimiliki oleh peserta didik.

2.3.6 Teknik Latihan

Dalam praktek sehari-hari suatu pekerjaan bila selalu diulang atau dilatih, maka pekerjaan itu akan menjadi lancardan hasilnya baik. Beberapa pendapat para ahli tentang teknik latihan antara lain :

a. Zain (1997 : 108) mengemukakan bahwa teknik latihan disebut juga metode training yaitu suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan konsep,

(23)

memelihara kebiasaan-kebiasaan tertentu. Dengan metode ini diperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan keterampilan.

b. Aliependi (1984 : 100) bahwa teknik latihan adalah cara mengajar yang dilakukan guru dengan cara melatih kebiasaan, ketangkasan atau keterampilan peserta didik terhadap bahan pelajaran yang telah diberikan.

c. Gafur (dalam ridwan, 1998 : 17) bahwa suatu proses belajar mengajar akan lebih berhasil bila diberikan latihan-latihan yang secara langsung relevan dengan instruksional khusus. Haal ini berarti setelah peserta didik diberi konsep tentang membaca puisi, maka peserta didik diberi kesempatan untuk berlatih atau menerapkan (praktek) pengetahuan tersebut.

d. Djayadisastra (dalam Ridwan, 1998 : 9) teknik latihan ini adalah suatu kegiatan pembelajaran yang memfokuskan pada kegiatan yang berulang-ulang dengan tujuan memperkuat asosiasi. Inti pengertian ini adalah adanya kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang.

Cirri khas teknik latihan adalah kegiatan yang berupa pengulangan berkali-kali pada suatu hal yang sama. Pengulangan itu dilakukan agar asosiasi antara stilimus dan respon menjadi kuat.

e. Rostiyah (1991 : 125) bahwa teknik latihan adalah salah satu cara mengajar dengan tujuan agar peserta didik melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan supaya memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari sebelumnya.

(24)

f. Depdikbud (1995 : 569) menyatakan bahwa teknik latihan merupakan pendidikan untuk memperoleh kemahiran keterampilan ataupun kecakapan.

Dengan metode atau teknik latihan ini, diharapkan para guru harus terus menerus memperhatikan kemampuan peserta didik dalam membaca agar kesalahan-kesalahan dapat diperbaiki khususnya dalam membaca puisi

Menurut Zain (1997 : 108) teknik latihan atau disebut juga Metode Training yaitu suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan konsep, memelihara kebiasaan-kebiasaan tertentu untuk memperoleh keterampilan, ketangkasan, kecepatan dan ketepatan. Teknik latihan merupakan suatu kegiatan yang memfokuskan pada kegiatan yang berulang dengan tujuan memperkuat asosiasi antara stimulus dan respon.

Menurut Suharianto, S. (2003 : 72) bahwa Suatu proses belajar mengajar akan lebih berhasil bila siswa diberi latihan-latihan yang secara langsung relevan dengan minat dan kebutuhannya. Hal ini berarti setelah siswa diberi konsep tentang membaca puisi, siswa diberi kesempatan utnuk berlatih dan menerapkan pengetahuan itu.

Dengan teknik latihan guru terus menerus memperhatikan siswa agar kesalahannya dapat diperbaiki khususnya dalam membaca puisi. Dengan demikian teknik latihan dapat menjadikan siswa selalu berusaha kreatif dan bergairah mengapresiasikan karya puisi atau membaca puisi.

(25)

a. Untuk kecakapan motorik seperti menulis, penghafalan huruf, kata dan kalimat

b. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat seperti hubungan huruf-huruf dengan ejaan, penggunaan simbol, membaca puisi dan lain sebagainya.

c. Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks rumit menjadi otomatis.

d. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya.

Beberapa hal yang harus diperhatikan agar dapat memahami isi puisi yang dibaca adalah sebagai berikut :

1) Membaca seluruh teks puisi dengan cermat

2) Menentukan jeda dengan benar

3) Menentukan makna setiap kata dengan tepat

2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan

Sri Kartika Shyinta Dewi, S.Pd dalam skripsi yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Metode Variasi pada siswa kelas V SD

(26)

menguraikan bahwa membaca puisi termasuk membaca indah yang disebut juga membaca emosional karena berkaitan dengan keindahan (Estetika) yang dapat menimbulkan perasaan dari pembaca atau pendengarnya. Seorang guru dalam pembelajarana membaca puisi, jika tidak mempunyai semangat dan strategi mengajar dengan baik maka mustahil akan memperoleh hasil yang baik. Sebaliknya bila guru penuh kreatif dan inovatif tentunya dalam mengajarkan puisi (membaca puisi) akan memilih strategi yang tepat sehingga pada giliranya akan mendapatkan hasil maksimal. Seorang yang membaca puisi harus mengetahui syrat-syarat dalam membaca puisi. Ketika berpuisi ia harus menguasai isi puisi, harus jelas intonasi, mimik dan volune suara sehingga isi puisi yang ia bacakan dapat mempengaruhi pendengar, dimana pendengar sudah mengerti arti isi puisi tersebut.

Ramlan S.Pd dalam skripsi yang berjudul ”Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Dengan Metode Demonstrasi” mengemukakan bahwa dalam pembelajaran membaca puisi, metode demonstrasi dapat dijadikan pilihan yang paling tepat dan efektif. Kelebihan metode ini dalam pembelajaran membaca puisi adalah; (1) Siswa dapat secara langsung mengamati bentuk pembacaan puisi, (2) Siswa dapat secara langsung mengetahui pelafalan kata, intonasi dalam membaca puisi dengan baik, (3) Siswa dapat secara langsung mengetahui pentingnya interpretasi, volume penampilan ketika membaca puisi, (4) Suasana kelas akan lebih hidup karena menghilangkan kejenuhan serta dapat dijadikan sebagai hiburan. Selain itu mimik dan intonasi saat membaca puisi juga harus jelas. Sedangkan kelemahan metode ini antara lain; (1) Siswa cenderung meniru model

(27)

tanpa kreatifitas sendiri, (2) Siswa menganggap model adalah yang paling baik, (3) Tidak setiap guru menjadi model yang baik dan tidak mudah mencari model yang baik di luar guru.

2.3 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teoritik yang telah diuraikan sebelumnya maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah jika guru menggunakan metode latihan membaca puisi yang tepat, maka kemampuan siswa kelas III SDN 03 Botumoito Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo dalam membaca puisi akan meningkat.

2.4 Indikator Kinerja

Untuk melihat hasil capaian kemampuan siswa dalam membaca puisi di kelas III SDN 03 Botumoito, Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo melalui metode latihan, dengan indikator yang digunakan oleh penulis adalah bila hasil capaian telah mencapai diatas 75%, maka proses pembelajaran dianggap tuntas, maksudnya siswa kelas III SDN 03 Botumoito Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo sudah mampu membaca puisi dengan tepat sesuai dengan apa yang diharapkan.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk lesi besar dan luas mencapai lebih dari 30 mm, lesi displasia moderat, dan karsinoma in situ, krioterapi tidak menguntungkan dibanding dengan laser.. Jika dibandingkan

berdasarkan hasil evaluasi Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51/Menhut-II/2006 tentang Penggunaan SKAU Untuk Pengangkutan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal Dari Hutan Hak

Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk membantu guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA dalam memilih bahan pengajaran yang terintegrasi dengan

penyesuaian yang dilakukan oleh pekerja yang merasakan nyeri dengan postur kerjanya dengan melakukan relaksasi 5-10 menit serta peregangan terhadap tubuh

Penelitian ini dimaksudkan agar dapat mengetahui hubungan antara attractievness dengan perceived quality pada studi kasus grup musik Noah dalam iklan XL versi bebas

Bangunan ini terdiri dari tiga lantai, yang menarik dari bangunan ini yaitu penampilan bangunan yang didominasi oleh permainan repetisi yang cukup menarik terkesan seperti

Jadwal Ujian Akhir Semester Ganjil Tahun 2015 / 2016 Fakultas Seni Rupa dan Desain. Program Studi Desain Interior dan Desain Komunikasi Visual