• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR RISIKO KEJADIAN SISTISERKOSIS PADA BABI DI KABUPATEN FLORES TIMUR NUSA TENGGARA TIMUR UMI SITI AISYAH SALEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR RISIKO KEJADIAN SISTISERKOSIS PADA BABI DI KABUPATEN FLORES TIMUR NUSA TENGGARA TIMUR UMI SITI AISYAH SALEH"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR RISIKO KEJADIAN SISTISERKOSIS

PADA BABI DI KABUPATEN FLORES TIMUR

NUSA TENGGARA TIMUR

UMI SITI AISYAH SALEH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Faktor Risiko Kejadian Sistiserkosis pada Babi di Kabupaten Flores Timur - Nusa Tenggara Timur adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2010

Umi Siti Aisyah Saleh

(3)

ABSTRACT

UMI SITI AISYAH SALEH. Risk Factors of Porcine Cysticercosis in Flores Timur District of Nusa Tenggara Timur Province. Under direction of A. WINNY SANJAYA and FADJAR SATRIJA

Nusa Tenggara Timur has been reported as an endemic area for taeniasis and cysticercosis in Indonesia. The purpose of this study was to know the prevalence and risk factors of cysticercosis in Flores Timur District. A total of 108 pigs in 10 slaughtering facilities located in three main islands of the district were inspected to determine the presence of cysticercus in the pigs. Cysticercus found in the postmortem examination was fixed with alcohol 70% and stained for morphologic al comparative examination. Information of potential risk factors such as farm management, sanitation and personal hygiene were obtained using questionnaires through personal interviews to 75 respondents. The result of this study showed that 17 (15.7%) of 108 pigs slaughtered were infected by

Cysticercus tenuicollis. No other form of cysticercus was found in the pigs. The

most influential factors associated with the prevalence of cysticercosis were feed processing (OR= 14; 95% CI 2,7-72,7), sanitation of pig pen (OR= 5,8; 95% CI 1.0-32,2) and poor sanitation and personal hygiene (OR= 5,8; 95% CI 1,0-28,5). Key Word : cysticercosis, pig, slaughtering facilities, risk factors

(4)

RINGKASAN

UMI SITI AISYAH SALEH. Faktor Risiko Kejadian Sistiserkosis pada Babi di Kabupaten Flores Timur-Nusa Tenggara Timur. Dibimbing oleh A. WINNY SANJAYA dan FADJAR SATRIJA

Taeniasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing pita (cestoda) dari genus Taenia. Sistiserkosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi larva dari Taenia sp. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Kabupaten Flores Timur merupakan salah satu daerah endemis bagi taeniasis/sistiserkosis di Propinsi NTT. Melihat cukup tingginya tingkat konsumsi daging khususnya daging babi di Kabupaten Flores Timur serta peranan babi dalam transmisi taeniasis/sistiserkosis maka perlu dilakukan suatu studi untuk mengetahui tingkat kejadian sistiserkosis pada babi di Kabupaten Flores Timur serta hubungannya dengan aspek kesehatan masyarakat

Penelitian dilakukan dalam dua tahap dimana pada tahap pertama merupakan penelitian lapangan, pada tahap ini dilakukan pemeriksaan sistiserkus pada daging babi di TPH melalui meat inspection dan wawancara serta pengisian kuisioner. Tahap kedua dilakukan di laboratorium untuk identifikasi spesies sistiserkus serta analisis data. Sampel yang diambil berasal dari babi yang dipotong di beberapa Tempat Pemotongan Hewan di Kabupaten Flores Timur. Jumlah babi yang diperiksa mencapai 108 ekor yang berasal dari tiga pulau terbesar yang berada di wilayah Kabupaten Flores Timur. Sistiserkus yang ditemukan pada saat meat inspection dikoleksi kemudian disimpan dalam larutan preservatif sampai dilakukan analisis laboratorium dengan pembuatan preparat skoleks untuk mengindentifikasi spesies. Identifikasi spesies berdasarkan bentuk kait, jumlah kait dan jumlah baris kait.

Data mengenai beberapa aspek kesehatan masyarakat yang diduga menjadi faktor risiko kejadian penyakit diteliti dengan melakukan wawancara serta pengisian kuisioner. Responden yang diwawancara adalah peternak tempat asal babi yang dipotong. Penekanan pada wawancara dan pengisian kuisioner adalah untuk memperoleh informasi mengenai sanitasi lingkungan, cara beternak dan cara pemberian pakan. Penentuan tingkat kejadian sisterserkosis pada daging babi ditentukan dengan menghitung “Point Prevalence Rate” yaitu proporsi penderita terhadap total hewan yang diteliti pada saat itu dikalikan 100%. Derajat asosiasi antara faktor risiko dengan kejadian penyakit akan dihitung melalui nilai odds

ratio (OR) dengan uji statistik yang dipergunakan adalah regresi logistik.

Berdasarkan hasil pemeriksaan post mortem pada 108 ekor babi ditemukan adanya kista/sistiserkus pada 17 ekor babi (15,7%) dengan prevalensi: Pulau Flores Daratan 16,5% berasal dari Kecamatan Larantuka, Pulau Adonara 16,7% (Kecamatan Adonara Barat dan Adonara Timur) sedangkan di Pulau Solor tidak ditemukan adanya kasus sistiserkosis. Kista yang ditemukan berukuran antara 0,5-6,5 cm x 0,5-5 cm dengan lokasi pada organ hati dan omentum. Hasil pengamatan mikroskopik preparat skoleks menunjukkan bahwa skoleks kista ini mempunyai rostelum yang dilengkapi dengan 2 baris kait berjumlah 29-32 kait serta dilengkapi empat buah sucker (alat pengisap). Berdasarkan pengamatan dari bentuk kait dan jumlah kait maka dapat dinyatakan bahwa jenis kista yang ditemukan adalah Cysticercus tenuicollis.

(5)

Keseluruhan Tempat Pemotongan Hewan (TPH) dimana penelitian ini dilakukan kondisinya sangat memprihatinkan. Hampir semua TPH tidak memiliki bangunan permanen, fasilitas air bersih dan penerangan yang dipergunakanpun sangat terbatas, demikian juga dengan peralatan yang dimiliki. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap para pemilik TPH dan petugas diketahui rata-rata pemotongan di tiap TPH adalah 1-2 ekor per minggu kecuali pada hari-hari besar keagamaan, pemotongan dapat meningkat hingga mencapai 5 kali lipat. Rata-rata babi yang dipotong berasal dari dalam Kabupaten Flores Timur walaupun terkadang berasal dari kabupaten tetangga. Daging hasil pemotongan hanya dipasarkan dalam wilayah Kabupaten Flores Timur. Menurut para responden dalam empat tahun terakhir tidak pernah dilakukan pemeriksaan

antemortem maupun postmortem terhadap hewan yang akan dipotong. Seluruh

responden juga menyatakan tidak pernah mendapatkan sosialisasi mengenai kesehatan dan keamanan daging serta penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui daging ke manusia.

Sistem peternakan babi di Kabupaten Flores Timur rata-rata merupakan peternakan semi intensif. Babi umumnya dipelihara sebagai usaha sampingan untuk memperoleh pendapatan tambahan maupun sebagai persiapan guna memenuhi kebutuhan adat dalam upacara pernikahan, kematian maupun keagamaan. Pengamatan dan wawancara pada 75 responden peternak menunjukkan bahwa sebagian besar responden (97,3%) telah mengandangkan babinya dan 80% diantaranya cukup memperhatikan kebersihan kandangnya dengan membersihkan kandang minimal dua hari sekali dengan menggunakan air dan sabun. Babi diberikan pakan berupa sisa-sisa makanan dari rumah tangga maupun rumah makan yang dicampur dengan umbi-umbian dan daun-daunan yang telah dicincang (96%). Pakan ini biasanya dimasak terlebih dahulu (74,7%) walaupun ada beberapa peternak yang langsung memberikannya tanpa dimasak (25,3%).

Hasil analisis data menunjukkan bahwa faktor pengolahan pakan paling berpengaruh terhadap kejadian sistiserkosis dimana babi yang diberi pakan tanpa diolah (dimasak) terlebih dahulu mempunyai risiko 14 kali lebih besar terkena sistiserkosis bila dibandingkan dengan yang diberikan pakan yang telah diolah (dimasak). Faktor kebersihan kandang dan tempat pakan mempunyai nilai odds

ratio sebesar 5,8 yang berarti bahwa babi dengan kondisi kandang dan tempat

pakan yang jarang dibersihkan memiliki risiko 5,8 kali lebih besar terkena sistiserkosis bila dibandingkan dengan kandang dan tempat pakan yang rutin dibersihkan. Faktor sanitasi dan higiene personal mempengaruhi kejadian penyakit. Peternakan yang memiliki sanitasi dan higiene personal buruk erat hubungannya dengan kebersihan lingkungan, sistem pembuangan sampah dan kebiasaan mencuci tangan maka babi yang dipeliharanya memiliki risiko 5,5 kali lebih besar untuk terkena sistiserkosis

(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

(7)

FAKTOR RISIKO KEJADIAN SISTISERKOSIS

PADA BABI DI KABUPATEN FLORES TIMUR

NUSA TENGGARA TIMUR

UMI SITI AISYAH SALEH

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Kesehatan Masyar akat Veteriner

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(8)
(9)

Judul Tesis : Faktor Risiko Kejadian Sistiserkosis pada Babi di Kabupaten Flores Timur - Nusa Tenggara Timur

Nama : Umi Siti Aisyah Saleh NRP : B251070031

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. drh. A. Winny K. Sanjaya, M.S. drh. Fadjar Satrija, M.Sc., Ph.D.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. drh. Denny W. Lukman, M.Si. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2008 sampai September 2009 adalah Faktor Risiko Kejadian Sistiserkosis pada Babi di Kabupaten Flores Timur Nusa Tenggara Timur.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. drh. A. Winny K. Sanjaya, M.S. selaku ketua komisi pembimbing dan drh. H. Fadjar Satrija, M.Sc., Ph.D. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan yang terbaik demi terwujudnya karya ilmiah ini serta kepada drh. Chaerul Basri, M. Epid selaku penguji luar komisi yang telah memberikan banyak masukan guna kesempurnaan tesis ini.

Ungkapan terima kasih disampaikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Flores Timur yang telah menugaskan penulis untuk menempuh pendidikan pascasarjana, kepada Dr. drh. Denny W. Lukman, M.Si. selaku ketua program studi KMV SPS IPB beserta seluruh staf pengajar atas ilmu dan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan. Terima kasih penulis sampaikan pada seluruh staf Laboratorium Kesmavet dan seluruh staf Laboratorium Helminthologi atas segenap bantuannya. Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada ayah, ibu dan seluruh keluarga atas segala doa dan dukungannya, kepada teman teman khususnya drh. Elfa Zuraida, drh. Fetty Dinya Nurbara, M.Si., drh.Wahono Esthi Prasetyaningtyas, M.Si., drh. Siti Aisyah, drh. I Putu G. Yudhi Argentinia dan rekan-rekan dari KMV 08, IBH 07 dan BRP 07 atas seluruh bantuan dan dukungannya. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan di Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Flores Timur terutama di Bidang Perlindungan Tanaman dan Kesehatan Hewan yang telah berbesar hati mendukung penulis. Ucapan terima kasih khusus penulis sampaikan kepada Bapak Anton Perami sekeluarga dan Bapak Viany K Tokan, SKH sekeluarga atas dukungannya selama penulis melakukan penelitian di lapangan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2010

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Larantuka-Flores Timur pada tanggal 26 Januari 1979 dari ayah H. Moh. Saleh Hasan, S.H. dan ibu Hj. Siti Hawiah Wulan Penulis merupakan putri keempat dari empat bersaudara. Penulis memulai jenjang sekolah pada tahun 1985 di SDN Percobaan Sabang Bandung, kemudian melanjutkan sekolah ke SMPN 2 Bandung. Setelah lulus SMPN, penulis melanjutkan pendidikan ke SMUN 1 Lubukpakam Sumatera Utara.

Tahun 1997 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Lubukpakam dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Program Studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan. Lulus sarjana pada tahun 2001, kemudian melanjutkan ke Program Pendidikan Dokter Hewan yang diselesaikan pada tahun 2003.

Sejak tahun 2003 penulis bekerja di Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Flores Timur, dan pada tahun 2007 melanjutkan pendidikan di Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner Sekolah Pascasarjana IPB.

(12)

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PENDAHULUAN Latar Belakang ……….. 1 Tujuan ... 2 Manfaat ... 3 Hipotesis ... 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Morfologi dan Daur Hidup Taenia Sp. ... 4

Daur Hidup ………... 6

Taeniasis dan Sistiserkosis pada Manusia ………... 8

Sistiserkosis pada Hewan Babi ………. 10

Diagnosa Taeniasis/Sistiserkosis ……….. 11

Faktor Risiko Sistiserkosis ………... 12

Pencegahan dan Pengobatan ………. 12

Situasi Kabupaten Flores Timur ………... 13

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ………... 15

Desain Penelitian ……….. 15

Pengambilan Sampel dan Pemeriksaan Daging ………... 15

Pembuatan Preparat ……….. 16

Wawancara dan Pengisian Kuisioner ………... 17

Analisis Data ………. 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kejadian Sistiserkosis pada Babi ……… 18

Manajemen Pemotongan Ternak ... 21

Manajemen Peternakan ... 23

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Sistiserkosis ... 26

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ………... 30

Saran ………. 30

DAFTAR PUSTAKA ………... 32

(13)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Studi kejadian sistiserkosis pada manusia di Indonesia ………. 9 2 Populasi ternak dan produksi daging di Kabupaten Flores Timur tahun

2008 ... 14 3 Tingkat kejadian sistiserkosis pada babi di Kabupaten Flores Timur .. 18 4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian sistiserkosis di Kabupaten

(14)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Morfologi skoleks dan proglotid gravid dari T. hydatigena, T. solium

dan T. asiatica ………. 5

2 Daur hidup Taenia hydatigena ... 6

3 Daur hidup Taenia solium ... 7

4 Daerah tertular taeniasis/sistiserkosis ... 9

5 Daerah taeniasis di Indonesia ... 10

6 Lokasi dan jumlah pengambilan sampel ... 16

7 Kista yang ditemukan pada hati babi ... 19

8 Bentuk kait dan batil hisap Cysticercus tenuicollis ... 20

9 Situasi tempat pemotongan hewan babi di Kabupaten Flores Timur ... 22

10 Sistem dan kondisi perkandangan pada peternakan babi di Kabupaten Flores Timur ... 24

11 Situasi peternakan babi di Kabupaten Flores Timur ... 24

(15)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Kuisioner untuk peternak babi di Kabupaten Flores Timur ………….. 37 2 Kuisioner untuk tempat pemotongan hewan babi di Kabupaten Flores

Timur ... 40 3 Analisis data faktor resiko sistiserkosis dengan menggunakan metode

regresi logistik ... 41 4 Analisis hubungan antara kepemilikan anjing dengan kasus

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji a Chi Square untuk mencari hubungan derajat dehidrasi dengan kadar hematokrit pada anak penderita diare mendapatkan nilai p = 0,494 (Tabel 6), yang

Contoh Praktis Dan Kisah-Kisah Pentingnya Memilih Nama Dalam Membangun Kepribadian Anak Sisi positif nama baik. Abdurrahman Ibn

Dengan demikian dapat di pahami reaksi dan persepsi pengguna TI akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan penggunaan TI, yaitu salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

layanan informasi dituangkan pada Standar Pelayanan Informasi di lingkungan Pemerintah Kota Bontang, sesuai dengan SK Walikota Bontang Nomor 53 Tahun 2014 dan

Bioavailabilitas logam Pb yang diperoleh dari semua lokasi pengambilan sampel dengan pengekstrak EDTA dan HCl jika dibandingkan dengan kandungan Pb maksimum menurut Keputusan

Ukuran- ukuran tubuh dan bobot badan kerbau betina induk di Pulau Moa pada hasil penelitian dibandingkan dengan pedoman standar bibit ternak di Indonesia tahun 1991 dan

a) Melakukan studi kepustakaan tentang tata kelola teknologi informasi, sistem,helpdesk, COBIT 5. b) Menyatakan domain dan proses yang digunakan yaitu EDM02. c)

Setelah dilakukan proses desinfeksi yaitu perlakuan perendaman menggunakan kaporit 50 ppm dengan bantuan alat pengatur konsentrasi kaporit (Ca(ClO) 2 ) dan variasi waktu