• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN BRAND IMAGE TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN COFFE CORNER DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN BRAND IMAGE TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN COFFE CORNER DI SURABAYA."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur

Oleh :

DIAN DWI RACHMAWATI

0812010129 / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

USULAN PENELITIAN

PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN BRAND

IMAGE TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN

DI COFFE CORNER

Yang diajukan

DIAN DWI RACHMAWATI

0812010129 / EM

Telah disetujui untuk mengikuti seminar

Pembimbing Utama

Sugeng Pur wanto, SE, MM Tanggal………

Mengetahui Ketua Pr ogr am Studi

Manajemen

(3)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur

Oleh :

DIAN DWI RACHMAWATI

0812010129 / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

J AWA TIMUR

(4)

USULAN PENELITIAN

PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN BRAND

IMAGE TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN

DI COFFE CORNER

Yang diajukan

DIAN DWI RACHMAWATI

0812010129 / EM

Telah disetujui untuk mengikuti seminar

Pembimbing Utama

Sugeng Pur wanto, SE, MM Tanggal………

Mengetahui Ketua Pr ogr am Studi

Manajemen

(5)

SKRIPSI

PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN BRAND IMAGE TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN COFFEE CORNER DI

SURABAYA

Disusun Oleh :

DIAN DWI RACHMAWATI

0812010129 / FE / EM

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi

Pr ogram Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Pada tanggal : 05 Oktober 2012

Pembimbing Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Sugeng Pur wanto, SE, MM Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM

Sekr etaris

Sugeng Pur wanto, SE, MM Anggota

Dr s. Ec. Bowo Santoso, MM

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

(6)

Dengan memanjatkan puji syukur kepada allah swt, atas rahmat dan

hidayah-nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul :

“PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN BRAND IMAGE TERHADAP

LOYALITAS PELANGGAN DI COFFE CORNER”

Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian

Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil

maupun materiil, khususnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Sugeng Purwanto, SE, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam

(7)

kepada penulis selama menjadi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran “Jawa Timur.

6. Kepada kedua orang tuaku beserta adikku yang telah memberikan dukungan

baik moril ataupun material.

7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi

terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam

skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran

dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak

yang membutuhkan

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, September 2012

(8)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Landasan Teori... 10

2.2.1. Tinjauan Terhadap Pemasaran ... 10

2.2.2. Kualitas Layanan ... 13

2.2.3. Citra Merek ... 16

2.2.4. Loyalitas ... 21

2.2.5. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Brand Image ... 23

2.2.6. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas ... 24

(9)

2.4. Hipotesis... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 27

3.1.1. Pengukuran Variabel ... 30

3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 30

3.3 Jenis Data dan Sumber Data ... 31

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 43

4.1.1 Sejarah Perusahaan... 44

4.2. Analisis Statistik Deskriptif ... 45

4.2.2. Uji Validitas ... 46

4.2.3. Uji Reliabilitas ... 48

4.2.4. Uji Kausalitas... 49

4.3. Pembahasan ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

5.1. Kesimpulan ... 54

5.2. Saran ... 54

(10)

Tabel 4.1. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin ... 45

Tabel 4.2. Identitas Responden Menurut Umur ... 45

Tabel 4.3. Identitas Responden Menurut Pendidikan ... 45

Tabel 4.4. Outer Loading ... 47

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

IMAGE TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN

DI COFFE CORNER

Dian Dwi Rachmawati

ABSTRAK

Sebagai salah satu factor yang berpegaruh terhadap loyalitas, citra merek tentu juga harus diperhatikan dalam strategi perluasan merek ini. Citra merek dapat menimbulkan hal yang positif atau yang negative terhadap produk. Citra merek yang positif dapat membantu konsumen untuk menolak aktifitas yang dilakukan oleh pesaing dan sebaliknya menyukai aktifitas yang dilakukan oleh merek yang disukainya serta selalu mencari informasi yang berkaitan dengan merek tersebut. Dalam mempertahankan kelangsungan hidup usahanya, setiap perusahaan sepertihalnya jasa perbankan senantiasa harus berusaha untuk memiliki “competitive advantage” (keunggulan untuk memenangkan persaingan). Dalam hal ini dapat berupa keunggulan dalam program kualitas pela yanan dengan tujuan akhir untuk menciptakan citra perusahaan / brand

image. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Kualitas

Layanan dan Brand Image Terhadap Loyalitas Pelanggan Di Coffe Corner.

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pengunjung Coffe Corner di Surabaya. Metode pengambilan sampel dengan metode non probability sampling dengan teknik Purposive Sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh peneliti, dengan jumlah 105 responden. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah PLS.

Berdasarkan hasil pengujian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Kualitas Layanan berpengaruh terhadap Brand Image, hal ini berarti semakin baik kualitas layanan yang diberikan Coffe Corner maka akan menimbulkan brand image yang lebih baik lagi. Kualitas Layanan berpengaruh terhadap Loyalitas, hal ini menunjukkan bahwa kualitas layanan yang baik akan meningkatkan loyalitas pelanggan. Brand Image berpengaruh terhadap Loyalitas, hal ini berarti brand image yang bagus akan meningkatkan loyalitas pelanggan

(13)

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada era perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi

yang pesat saat ini, kualitas pelayanan sangatlah diperlukan didalam suatu

institusi untuk memenuhi harapan dan kepuasan pelanggan. Banyak faktor

yang dapat mempengaruhi terwujudnya layanan yang berkualitas salah

satunya adalah motivasi kerja dan fasilitas, dengan adanya motivasi kerja

dari pimpinan kepada bawahannya dan dukungan fasilitas yang memadai

akan menimbulkan kinerja yang baik, dan berdampak pada pelayanan yang

berkualitas.

Kualitas merupakan salah satu faktor utama yang menentukan

pemilihan produk bagi pelanggan, tujuan dari organisasi adalah untuk

menghasilkan barang dan jasa yang dapat memuaskan pelanggan. Kepuasan

pelanggan akan tercapai apabila kualitas produk yang diberikan sesuai

dengan kebutuhannya.

Pada dekade terakhir, kualitas jasa semakin mendapatkan banyak

perhatian bagi institusi, hal ini disebabkan karena kualitas jasa dapat

digunakan sebagai alat untuk mencapai keunggulan kompetitif, kualitas jasa

(14)

karena konsumen terpuaskan kebutuhannya, pada akhirnya, melalui Brand

Imagelah institusi akan memperoleh keuntungan jangka panjang.

Jasa memiliki karateristik utama yang sangat mempengaruhi

rancangan program pemasaran yaitu tidak berwujud, tidak terpisahkan,

bervariasi, dan mudah lenyap. Faktor utama yang membedakan untuk

perusahaan-perusahaan jasa adalah kualitas layanan pelanggan. Menurut

Payne (1993), para pelanggan semakin pandai berkaitan dengan permintaan

mereka dan menuntut standar layanan yang semakin meningkat. Saat ini

perusahaan jasa menyadari untuk memperbaiki layanan pelanggan untuk

menghadapi persaingan dalam lingkungan jasa yang sangat kompetitif.

Untuk mengukur kualitas layanan diperlukan pendekatan melalui model

penentu kualitas jasa dan dukungan dari model penentu mutu produk secara

umum.

Keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produknya sangat

ditentukan oleh ketepatan strategi yang dipakai, yang disesuaikan dengan

situasi dan kondisi dari sasaran pasar. Dalam menentukan strategi pemasaran

pada sasaran pasar yang tepat, pihak pemasar perlu mengkaji setiap

karakteristik perilaku konsumen, yang diimplementasikan ke dalam harapan

dan keinginannya mengapa konsumen melakukan pembelian, maka dapat

diketahui strategi yang tepat untuk digunakan. Dengan kata lain, pihak

pemasar harus mengaktualisasikan setiap harapan konsumen menjadi suatu

(15)

kunci keberhasilan yang menjadikannya berbeda dari pesaingnya. Karena

jika tidak demikian maka perusahaan akan ditinggalkan oleh pelanggannya.

Total quality service adalah komitmen yang tepat untuk

mengoperasionalisasikan konsep yang berfokus pada pelanggan,

menetapkan standar kinerja jasa dan memelihara antusiasme pelanggan pada

segala waktu dan pangsa pasar. Total quality service merupakan konsep

yang strategik dengan melibatkan manajer, pekerja dengan menggunakan

metode kualitatif maupun kuantitatif untuk secara terus menerus

memperbaiki proses organisasi untuk memenuhi dan melampaui kebutuhan

pelanggan.

Manajemen selalu berusaha untuk memberikan kualitas pelayanan

yang terbaik bagi konsumen, kualitas yang diberikan oleh manajemen, akan

menimbulkan persepsi pelanggan terhadap kualitas yang diberikannya.

Sering kali terdapat perbedaan antara harapan pelanggan dengan persepsi

pelanggan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh manajemen,

untuk mengetahui kepuasan pelanggan, perlu dilakukan evaluasi terhadap

kinerja khususnya kualitas layanan dari pelanggannya. Maka dari itu untuk

menghadapi selera yang semakin beragam, perusahaan dituntut untuk selalu

meningkatkan inovasi dan peka terhadap perubahan dan keinginan pasar,

sehingga mampu memberikan derajat kepuasan yang memenuhi harapan

pelanggan.

Brand image atau citra merek mempresentasikan keseluruhan

(16)

lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan

sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek.

Konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek lebih

memungkinkan untuk melakukan pembelian. (Setiadi, 2003 : 180). Citra

merek merupakan serangkaian asosiasi, biasanya terorganisasi menjadi

suatu makna. Hubungan terhadap suatu merek akan semakin kuat jika

didasarkan pada pengalaman dan mendapat banyak informasi. Citra atau

asosiasi merepresentasikan persepsi yang bisa merefleksikan kenyataan

yang objektif ataupun tidak. Citra yang terbentuk dari asosiasi inilah

yang mendasari ari keputusan membeli bahkan loyalitas merek (brand

loyalty) dari konsumen.

Sebagai salah satu factor yang berpegaruh terhadap loyalitas, citra

merek tentu juga harus diperhatikan dalam strategi perluasan merek ini.

Citra merek dapat menimbulkan hal yang positif atau yang negative terhadap

produk. Citra merek yang positif dapat membantu konsumen untuk menolak

aktifitas yang dilakukan oleh pesaing dan sebaliknya menyukai aktifitas

yang dilakukan oleh merek yang disukainya serta selalu mencari informasi

yang berkaitan dengan merek tersebut (Schiffman dan Kanuk, 1997)

Demikian juga yang dilakukan Coffe Corner dalam meningkatkan

citra merek dan loyalitas pelanggan, berbagai jenis kopi yang disajikan.

Seperti espresso, origin coffee, cafe latte, frappuccino, chocolate, dan

cappuccino. Cappuccino adalah varian dari kopi yang paling diminati

(17)

Selain kopi, cafe ini juga menyajikan 'Shisha' atau lebih dikenal

rokok ala Arab. Wadahnya cukup unik dengan aroma buah-buahan. Setiap

weekend, Shisha selalu laris manis dipesan anak muda yang datang ke cafe

ini. Untuk menghirup aroma buah dari Shisha, pengunjung harus merogoh

kantong sebesar Rp 35 ribu.

Sembari menikmati kopi dan Shisha, telinga pengunjung dimanjakan

dengan alunan musik pop yang berkumandang. Setiap malam minggu, kedai

ini menghadirkan band-band acoustic.

Cafe ini berdiri sejak 2007 dan ide dari dr Sjamsu Budiono seorang

spesialis mata. Cafe ini sehari-hari di bawah komando Triadi Setiawan sang

keponakan. Cafe ini membidik anak muda dan semua pekerja di cafe itu

semua berusia muda. Pemilik beranggapan pelanggan anak muda paling

cocok dilayani oleh anak muda juga. Tetapi empat tahun belakangan ini

Coffee Corner mengalami penurunan penjualan yang diakibatkan dari

penurunan jumlah pelanggan. Berikut adalah laporan penjualan Coffee

Corner mulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010.

Tabel 1.1. Data Pengunjung Coffee Corner tahun 2007 sampai 2010

Tahun Total Pengunjung J enis Keluhan

2008 2.360 oWaktu penyelesaian

pesanan yang kurang cepat.

oKeramahan pelayanan.

2009 1.880

2010 1.620

2011 1.550

(18)

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa terjadi penurunan jumlah

pelanggan dari tahun 2008-2011. Berdasarkan fenomena tersebut yang

menjadi masalahnya adalah menurunnya jumlah pelanggan yang

mengindikasikan loyalitas pelayanan di Coffe Corner yang menurun. Dalam

mempertahankan kelangsungan hidup usahanya, setiap perusahaan

sepertihalnya jasa perbankan senantiasa harus berusaha untuk memiliki

“competitive advantage” (keunggulan untuk memenangkan persaingan).

Dalam hal ini dapat berupa keunggulan dalam program kualitas pela

yanan dengan tujuan akhir untuk menciptakan citra perusahaan / brand

image.

Welch dalam Gunawan (2011:32) menyatakan bahwa kualitas

layanan merupakan jaminan terbaik untuk menciptakan dan

mempertahankan kesetiaan konsumen dan benteng pertahanan dalam

menghadapi persaingan global. Caruana (2002) dalam hasil penelitiannya

mene-mukan bahwa kualitas layanan berpengaruh terhadap loyalitas

konsumen. Selain itu Musanto, (2004:128) dalam pasar yang tingkat

persaingannya cukup tinggi, perusahaan mulai bersaing untuk memberikan

kepuasan kepada konsumennya agar konsumen mempunyai Loyalitas yang

tinggi terhadap jasa layanan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kualitas Layanan dan Brand

(19)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diajukan di atas, maka

masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah Kualitas layanan berpengaruh terhadap Brand Image di Coffe

Corner ?

2. Apakah Kualitas layanan berpengaruh terhadap Loyalitas Pelanggan di

Coffe Corner ?

3. Apakah Brand Image berpengaruh terhadap Loyalitas Pelanggan di Coffe

Corner?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang diajukan di atas, maka

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan pengaruh Kualitas layanan terhadap Brand Image di

Coffe Corner.

2. Untuk menjelaskan pengaruh Kualitas layanan terhadap Loyalitas

Pelanggan di Coffe Corner.

3. Untuk menjelaskan pengaruh Brand Image terhadap Loyalitas Pelanggan

(20)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat-manfaat yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan ini

adalah sebagai berikut:

1. Manajemen

Memberikan masukan untuk pengembangan berbagai kebijakan

(21)

PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN BRAND

IMAGE TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN

COFFE CORNER DI SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur

Oleh :

DIAN DWI RACHMAWATI

0812010129 / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

J AWA TIMUR

(22)

USULAN PENELITIAN

PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN BRAND

IMAGE TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN

DI COFFE CORNER

Yang diajukan

DIAN DWI RACHMAWATI

0812010129 / EM

Telah disetujui untuk mengikuti seminar

Pembimbing Utama

Sugeng Pur wanto, SE, MM Tanggal………

Mengetahui Ketua Pr ogr am Studi

Manajemen

(23)
(24)

2.1. Hasil Penelitian Ter dahulu

Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan bauran pemasaran adalah

sebagai berikut :

1. Astawa, Jurnal Sarathi Vol. 16, NO. 2, Juni 2009

Judul Penelitian : Pengaruh Kualitas Layanan dan Kepuasan Konsumen

terhadap minat beli ulang Konsumen di Hotel Kuta Beach

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: kualitas layanan berpengaruh

positif terhadap kepuasan konsumen, semakin baik karyawan memberikan

kualitas layanan kepada konsumen maka hal itu akan mampu

meningkatkan kepuasan konsumen yang menginap di Inna Kuta Beach.

Kepuasan konsumen juga berpengaruh positif terhadap niat konsumen

menginap di Hotel Inna Kuta Beach. Serta kualitas layanan berpengaruh

terhadap niat konsumen menginap di Hotel Inna Kuta Beach

2. Astawa, Jurnal Sarathi Vol. 16, NO. 2, Juni 2009

Gunawan, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, vol.13, no. 1, maret 2011

Judul Penelitian : Kualitas Layanan dan Loyalitas Pasien (Studi pada

Rumah Sakit Umum Swasta di Kota Singaraja–Bali)

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: Kualitas layanan yang terdiri

(25)

(reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), dan

empati (emphaty) berpengaruh secara parsial terhadap loyalitas pasien.

Sedangkan keenam dimensi ini serta dimensi jaminan, berpengaruh secara

simul-tan terhadap loyalitas pasien. Kehandalan (reliability) merupakan

dimensi yang mempunyai pengaruh dominan terhadap loyalitas pasien.

3. Fajrianthi dan Zatul Farrah (2009)

Dengan topic mengenai “Strategi Perluasan Merek dan Loyalitas

Konsumen”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa citra yang baik dari suatu merek dapat

mengarahkan pada loyalitas konsumen terhadap suatu merek.Penting bagi

perusahaan untuk membangun citra dari merek yang dihasilkannya, agar

citra merek yang dibangun dapatdipersepsikan dengan baik oleh

konsumen.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Tinjauan Terhadap Pemasaran

2.2.1.1. Definisi Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok

yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang, dan

mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis

tergantung pada keahlian mereka dibidang pemasaran, produksi,

(26)

kemampuan mereka untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut

agar organisasi dapat berjalan lancar.

Menurut kotler (1993:5) pemasaran adalah kegiatan manusia yang

diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses

pertukaran.

Menurut The American Marketing Association, swasta (1979: 7)

pemasaran adalah suatu kegiatan usaha yang mengarahkan aliran barang

dan jasa dari produsen kepada pelanggan atau pemakai.

Menurut Kotler (2000:9) Pemasaran adalah suatu proses sosial

yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara

bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Sedangkan menurut Mowen dan Minor (2002) Pemasaran adalah

kegiatan manusia yang ditujukan untuk memuaskan kebutuhan dan

keinginan melalui proses pertukaran.

Dari definisi ini orang dapat mengasumsikan bahwa akan selalu

ada kebutuhan akan penjualan. Akan tetapi, tujuan pemasaran adalah

untuk mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga

produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan. Idealnya pemasaran

hendaknya menghasilkan seorang pelanggan yang siap untuk membeli.

Peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa marketing atau

pemasaran adalah keseluruhan kegiatan-kegiatan bisnis yang dilakukan

(27)

mencari laba dengan menentukan harga, promosi dengan menyalurkan

barang dan jasa, selain itu bisa ditarik kesimpulan bahwa pemasaran

merupakan proses sosial yang mana didalamnya ada saling keterikatan

pemasar dan pelanggan untuk saling memenuhi dan memuaskan

kebutuhannya melalui proses pertukaran.

2.2.1.2. Definisi Konsep Pemasaran

Menurut Kotler (1997:17), konsep pemasaran mengatakan bahwa

kunci untuk mencapai organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan

keinginan pasar sasaran serta memberikan keputusan yang diharapkan

serta lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing.

Konsep pemasaran bersandar ada empat tiang utama, yaitu fokus

pasar, orientasi kepada pelanggan, pemasaran yang terkoordinasi,

kemampuan laba. Konsep ini diawali dengan pasar yang didefinisikan

secara jelas, berfokus pada kebutuhan pelanggan, mengkoordinasi

seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pelanggan dan menghasilkan

laba melalui kepuasan pelanggan. Ringkasnya konsep pemasaran adalah

upaya pemasaran terkoordinasi yang berfokus pasar dan berorientasi

kepada pelanggan dengan tujuan memberikan kepuasan kepada

(28)

2.2.2. Kualitas Layanan

2.2.2.1. Pengertian Kualitas Layanan

Menurut Lovelock (1988 : 229) dalam laksana (2008 : 86), definisi dari

kualitas adalah sebagai berikut: “quality is degree of excellent intended and the

control of variability in achieving that excellent in meeting the customer

requirements”. Dikatakan bahwa kualitas adalah tingkat mutu yang diharapkan

dan pengendalian keragaman dalam mencapai mutu tersebut untuk memenuhi

kebutuhan konsumen. Untuk dapat memeberikan kualitas layanan yang baik maka

perlu dibina hubungan yang erat antar perusahaan dalam hal ini adalah karyawan

dengan pemakai jasa tersebut.

Dengan demikian kualitas adalah merupakan faktor kunci sukses bagi

suatu organisasi atau perusahaan seperti yang di kemukakan oleh Kotler (2000 :

56) dalam laksana (2008 : 88) bahwa kualitas merupakan jaminan terbaik kita atas

Loyalitas pelanggan, perusahaan terkuat kita dalam menghadapi persaingan asing,

dan satu-satunya jalan menuju pertumbuhan dan pendapatan yang langgeng.

Kotler dan Amstrong (2001 : 681) menyatakan “Quality is the totally and

characteristics of the product and service that bear on its ability to satisfy stated

or implied needs”.maksud dari definisi adalah kualitas merupakan keseluruhan

dari keistimewahan dan karakteristik dari produk atau jasa yang menunjang

kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan secara langsung maupun tidak

langsung. Ini berarti badan usaha harus dapat memberikan produk atau layanan

(29)

Menurut Zeithmal et. al (1990 : 19) dalam laksana (2008 : 88), kualitas

pelayanan dapat didefinisikan sebagai: “ the extent of disperancy between

customer expectations on desire and their perceptions”. Dari pernyataan tersebut

dikemukakan bahwa kualitas pelayanan yang diterima konsumen dinyatakan

besarnya perbedaan antara harapan atau keinginan konsumen dengan tingkat

kenyataan yang diterima.

Parasuraman et.al (2000 ; 44): “Service quality is the customer

perception’s of the superiority of the service”. Maksudnya kualitas pelayanan

adalah persepsi pelanggan terhadap keunggulan suatu pelayanan. Pada dasarnya

hanya pelanggan yang menilai kualitas layanan suatu badan usaha berkualitas atau

tidak.

Pelayanan (service) menurut Kotler (1995 : 578) dalam laksana (2008 : 85)

adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan satu pihak atau pihak

lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan

apapun.

Pengertian service menurut pakar ekonomi lainya yaitu menurut Bermen

(1995 : 20) dalam laksana (2008 : 86): “Customer service refers to the identifiable

but sometimes intangible activities undertaken by a retailer in conjunction with

the basic and service it sells” komponen pelayanan dalam bisnis tidak dapat

dipisahkan baik itu untuk perusahaan jasa maupun perusahaan dagang. Untuk

perusahaan jasa, pelayanan ini sebagai produk yang berdiri sendiri, sedangkan

pada perusahaan dagang dan industry sebagai produk tambahan yang selalu

(30)

Parasuraman, et.al. (2000 : 261) telah mengidentifikasikan sejumlah

kriteria sebagai berikut :

1. Service menghasilkan keunikan intangible (tak berwujud)

Intangible menunjukan keunikan pelayanan yang lebih jelas daripada

karakteristik yang lainya.

2. Bersifat variabel dan non standart output

Sulit sekali bahwa tidak mungkin menstandarisasikan output dalam hal

keinginan sebelum dan selama pelayanan.

3. Dapat rusak

Kontak dengan pelanggan yang tinggal dalam proses pelayanannya

4. Service dikarakteristikan memiliki kontak dengan pelanggan yang sering

dalam proses pelayanannya.

5. Labor intensiveness

Sevice lebih menkankan pada pendekatan personal yang dilakuakan oleh

karyawan.

6. Desentralisation facility near customer

Service harusnya didekatkan dengan pelanggan khususnya service yang

memerlukan kontak-kontak fisik dengan pelanggan.

7. Measure of effectiveness

Mengukur efektivitas service merupakan hal yang lebih sulit daripada

menentukan kualitas fisik produk.

(31)

Pengendalian kualitas service melibatkan pelanggan dalam banyak hal

dilakukan sebelum dan selama proses pelayanan .

9. Customer participation

Menjual ketrampilan secara langsung kepada pelanggan dalam banyak jasa

pelanggan membeli ketrampilan prodider namun dalam hal yang lain

kemampuan teknis sangat diperlukan.

2.2.3. Citr a Merek

Citra merek merupakan petunjuk yang akan digunakan oleh

konsumen untuk mengevaluasi produk ketika konsumen tidak memiliki

pengetahuan yang cukup tentang suatu produk. Terdapat kecnderungan

bahwa konsumen akan memilih produk yang telah dikenal baik melalui

pengalaman menggunakan produk maupun berdasarkan informasi yang

diperoleh melalui berbagai sumber.

Citra merek menurut Keller (2008:51) adalah persepsi konsumen

tentang suatu merek sebagai refleksi dari asosiasi merek yang ada pada

pikiran konsumen. Sedangkan Aaker (1991:109) menyatakan bahwa citra

merek merupakan kumpulan asosiasi yang diorganisir menjadi suatu yang

berarti.

Citra merek berdasarkan memori konsumen tentang suatu produk,

sebagai akibat dari apa yang dirasakan oleh seseorang terhadap merek

(32)

suatu merek akan membentuk citra tersebut dan akan tersimpan dalam

memori konsumen.

Citra merek merupakan asosiasi yang muncul dalam benak

konsumen ketika mengingat suatu merek tertentu. Asosiasi tersebut secara

sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran dan citra tertentu yang

dikaitkan dengan suatu merek. Citra merek tersusun dari asosiasi merek.

Aaker (1991:109) menyatakan bahwa asosiasi merek adalah apa saja yang

terkait dengan memori terhadap suatu merek. Asosiasi merek memiliki

tingkat kekuatan tertentu dan akan semakin kuat seiring dengan

bertambahnya pengalaman konsumsi atau penggalian informasi dan akan

bertambah kuat jika didukung oleh jaringan lainnya. Citra merek dapat

berdampak positif atau negatif, bergantung kepada bagaimana konsumen

menafsirkan asosiasi tersebut. Asosiasi merek dan citra merek merupakan

persepsi konsumen yang mungkin atau mungkin tidak merefleksikan

realitas secara objektif.

Asosiasi merek dapat membantu meringkaskan fakta dan

spesifikasi yang sulit diproses dan diakses oleh konsumen serta sangat

mahal bagi perusahaan untuk mengkomunikasikannya. Suatu asosiasi

dapat menghasilkan informasi yang penting bagi konsumen dan

memberikan cara untuk mendapatkannya. Asosiasi dapat pula menjadi

dasar yang sangat penting untuk diferensiasi dan dapat menjadi kunci bagi

(33)

Terdapat sebelas jenis asosiasi (Aaker, 1991:114-128), yaitu (1)

Atribut produk (product attribute). Mengembangkan asosiasi semacam ini

efektif karena jika atribut tersebut bermakna, asosiasi bisa secara langsung

diterjemahkan dalam alasan untuk membeli atau tidak membeli suatu

merek. (2) Atribut-atribut tak berwujud (intangibles). Faktor-faktor tak

berwujud merupakan asosiasi yang lebih efektif untuk dikembangkan

daripada atribut-atribut spesifik. Suatu faktor tak bewujud merupakan

atribut umum, seperti kualitas yang dirasakan, kemajuan teknologi dan

nilai yang dirasakan. (3) Manfaat bagi pelanggan (customer benefits), yang

berguna untuk membedakan antara manfaat rasional dengan manfaat

psikologis. (4) Harga relatif (relative price). (5) Penggunaan atau aplikasi

(use/application). (6) Pengguna atau pelanggan (user/customer). (7) Orang

tersohor atau khalayak (celebrity/person). (8) Gaya hidup atau kepribadian

(life-style/personality). (9) Kelas produk (product class). (10) Para

kompetitor (competitors), dan (11) Negara atau wilayah geografis (country

or geographic area).

Identitas merek adalah sekumpulan asosiasi merek yang menjadi

tujuan atau cita-cita dari strategi merek itu sendiri untuk menciptakan atau

mempertahankan kelangsungan sebuah merek di pasar (Surachman,

2008:47).

Identitas merek harus berbeda dari pesaing dan dikembangkan

secara komprehensif untuk konsumen. Park (1986) Park (1986) dalam

(34)

suatu merek di pasar tergantung kepada pemilihan identitas merek,

penggunaan identitas dalam mengembangkan citra, dan jaminan bahwa

citra dapat mentransfer identitas merek yang dipilih oleh perusahaan,

membedakannya dari pesaing dan merespon keinginan konsumen..

Sedangkan Kapferer (2003) dalam artikel yang sama menyatakan citra

merek merupakan cara berkomunikasi dengan konsumen yang paling

efisien dan secara signifikan berkaitan dengan identitas merek.

Doyle (1988) dalam Janonis dan Virvilait (2007:79) menyatakan

bahwa citra merek berasal dari berbagai elemen identitas merek dimana

periklanan adalah salah satu elemen yang sangat penting yang

memberitahukan kepada konsumen tentang manfaat suatu produk dan

menempatkan suatu produk dalam pikiran konsumen. Pada tingkat yang

lebih emosional atau simbolik, fungsi utama dari periklanan adalah

menghasilkan kepribadian atau persepsi merek di pasar.

Pada berbagai tingkat yang menyangkut pemasaran citra,

periklanan dikenal sebagai salah satu komponen utama yang menciptakan

citra. Fungsi dari periklanan adalah untuk menciptakan simbol dan citra

tentang suatu produk yang akan mengakibatkan adanya hubungan antara

merek dengan konsumen.

Peran periklanan sangat penting dan tidak dapat dikesampingkan

karena periklanan membantu mengembangkan pengenalan merek,

kesadaran dan citra yang pada akhirnya memperkuat kepemimpinan

(35)

menyatakan bahwa frekuensi informasi atau informasi yang berulang akan

mempengaruhi kebiasaan, kemudian akan mempengaruhi reputasi dan

pada akhirnya mempengaruhi citra dalam pikiran konsumen. Aaker dan

Joachimsthaler (2001) dalam Janonis dan Virvilait (2007:81)

menggambarkan proses pembentukan citra merek.

Identitas merek terbagi menjadi dua belas katagori yang

dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu merek sebagai suatu

barang ( batas suatu barang, fitur, kualitas/ekuitas, pengalaman, konsumen,

negara pemroduksi), merek sebagai perusahaan (fitur perusahaan, orientasi

lokal atau global), personality (kepribadian merek; hubungan merek dan

konsumen), dan simbol (kumpulan asosiasi visual, kiasan merek).

Dalam proses pengembangan citra merek, pemosisian merek

(brand positioning) adalah salah satu tahap yang sangat penting dalam

proses pengembangan citra merek. Pemosisian merek mengacu pada

tindakan untuk menempatkan merek suatu produk dalam pikiran

pelanggan terhadap produk-produk lain dalam bentuk atribut dan

keuntungan yang ditawarkan. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan

bahwa hubungan antara identitas merek dengan citra merek didasarkan

pada proses komunikasi, yaitu perusahaan sebagai pengirim serta

konsumen sebagai penerima, dan citra merek terbentuk dalam pikiran

konsumen sebagai akibat dari proses komunikasi yang dilakukan oleh

(36)

2.2.4. Loyalitas

Assael (1998: 130) mendefinisikan Loyalitas sebagai “a favorable

attitude toward a brand resulting in consistent purchase of the brand over

time.” Literatur-literatur pemasaran menyatakan bahwa Loyalitas dapat

dipahami dari dua dimensi sebagai berikut (Jacoby dan Kyner, 1973 seperti

dikutip oleh Hallowel, 1996):

1. Loyalty is behavioral, artinya Loyalitas dapat dipahami sebagai

konsep yang menekankan pada runtutan pembelian, proporsi

pembelian, probabilitas pembelian (Dick dan Basu, 1994).

Pemahaman ini sering disebut pendekatan keperilakuan (behavioral

approach).

2. Loyalty as an attitude, artinya Loyalitas dipahami sebagai

komitmen psikologis pelanggan terhadap obyek tertentu

(Dharmmesta, 1999). Pemahaman ini sering disebut sebagai

pendekatan attitudinal (attitudinal approach).

Mowen & Minor (1998) seperti dikutip oleh Dharmmesta (1999: 74)

mengemukakan definisi Loyalitas merek sebagai “kondisi dimana

pelanggan mempunyai sikap positif terhadap sebuah merek, mempunyai

komitmen pada merek tersebut, dan bermaksud meneruskan pembeliannya

di masa mendatang.” Boulding dan kawan-kawan (1993) seperti dikutip

oleh Dharmmesta (1999) juga mengemukakan bahwa terjadinya Loyalitas

merek pada pelanggan itu disebabkan oleh adanya pengaruh kepuasan/

(37)

terus-menerus disamping adanya persepsi tentang kualitas produk. Oliver (1999:

34) mendefinisikan Loyalitas sebagai “a deeply held commitment to rebuy or

repatronize a preferred product/service consistently in the future, thereby

causingrepetitive same-brand or same brand-set purchasing, despite

situational influences and marketing efforts having the potential to cause

switching behavior.” Tiga definisi tersebut di atas didasarkan atas

pendekatan keperilakuan dan attitudinal. Penggabungan dua pendekatan

tersebut baru dapat memberikan definisi operasional yang cukup

memuaskan untuk menganalisa Loyalitas pelanggan (Dharmmesta, 1999;

Dick dan Basu, 1994).

Loyalitas akan berkembang mengikuti tiga tahap, yaitu tahap

kognitif, afektif, dan konatif. Pelanggan akan loyal lebih dulu pada aspek

kognitifnya, kemudian pada aspek afektif, dan akhirnya pada aspek konatif

(Oskamp, 1991 seperti dikutip olehDharmmesta, 1999). Pendapat tersebut

sejajar dengan ilmu perilaku pelanggan, bahwa pelanggan akan melalui

tahap learning perception attitude a

(38)
(39)

switching cost

(40)
(41)
(42)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Untuk mempermudah dalam menyelesaikan permasalahan perlu

diketahui beberapa definisi operasionalm sebagai berikut :

Kualitas layanan (X1)

Kualitas layanan merupakan salah satu factor dari Kepuasaan Konsumen,

yang mempunyai beberapa elemen. Kualitas layanan adalah apa yang

diinginkan atau diharapkan konsumen, terutama saat sedang berbelanja

(Gilbert dalam Samuel, 2006:55). Dengan indikator :

a. Realibities (X1)

Yaitu kemampuan dari pihak perusahaan untuk memberikan layanan

sesuai dengan yang dijanjikan secara tepat, akurat dan terpecaya yang

meliputi beberapa indikator :

- Ketepatan waktu.

- Kebersihan ruangan

- Layanan Karyawan

b. Responsiveness (X2)

Yaitu tanggapan yang cepat terhadap indikasi kebutuhan konsumen

untuk membantunya dan memberikan layanan yang sesuai dengan

(43)

- Penanganan keluhan .

- Kesesuaian layanan dengan biaya produk

c. Asurance (X3)

Yaitu mengarah kepada pengetahuan dan kesopanan para karyawan atau

pekerja serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan

keyakinan yang meliputi beberapa indikator, yaitu :

- Kejujuran staff.

- Sistem keamanan

d. Empaty (X4)

Yaitu kesediaan untuk peduli dan memberikan perhatian pribadi kepada

klien yang mempunyai beberapa indikator, yaitu :

- Komunikasi yang baik.

- Adil dalam pemberian pelayanan

- Kenyamanan ruangan.

e. Tangibles (X5)

Pendapat responden yang berkaitan dengan tampilan fisik dari fasilitas

yang dapat dilihat, diraba, dirasakan yang meliputi indikator yaitu :

- Bentuk Fisik dan fasilitas.

- Penampilan Karyawan .

(44)

X2 = Citra Merek adalah mengatakan bahwa image adalah sebagai

persepsi dari sebuah organisasi yang direfleksikan di dalam

hubungannya dengan memori konsumen, dengan dimensi (Danibrata,

2008:42):

1. Pengetahuan terhadap merek adalah adalah pengetahuan

perkembangan merek induk dan merek perluasan dengan indikator

(Danibrata, 2008:42):

a. mengetahui merek

b. frekuensi pembelian

c. informasi produk.

2. Kesesuaian merek adalah kesesuaian produk baru dengan

perluasan merek, dengan indikator(Danibrata, 2008:42) :

a. kesesuaian kategori produk baru

b. kesesuaian produk dengan image.

Y = Kesetiaan pelanggan adalah preferensi konsumen secara konsisten untuk

melakukan pembelian pada pelembab Ponds dengan indicator

(Japariyanto, 2007 : 36) :

a. Menyampaikan Hal Positif adalah memberitahukan atau

menyampaikan hal yang baik kepada pihak lain.

b. Merekomendasikan kepada teman adalah memberitahukan kepada

(45)

c. Tetap melakukan Pembelian Ulang adalah pernah membeli dan ingin

membeli lagi pelembab Ponds

3.1.2. Pengukuran Variabel

Variabel ini diukur dengan data yang berskala interval. sedangkan

teknik pengukurannya menggunakan semantik diferensial yang mempunyai

skala 7 poin dengan pola sebagai berikut :

1 7

Sangat tidak setuju Sangat setuju

3.2. Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi merupakan kelompok subyek / obyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek

/ obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari

hasil penelitian (Sumarsono, 2004: 44). Populasi dalam penelitian ini

adalah keseluruhan pembeli / pelanggan Coffe Corner di Surabaya.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan

karakteristik yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus

representative dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002 : 45). Metode

(46)

teknik Purposive Sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria yang

sudah ditetapkan oleh peneliti. Dengan kriteria antara lain :

- Umur konsumen minimal 18 tahun. Alasannya, sudah cukup dewasa,

mengerti dan memahami kuesioner yang diberikan.

- Minimal berkunjung ke Coffe Corner sebanyak 2 kali

Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan

pedoman pengukuran sampel menurut Augusty (2002:48), antara lain :

1. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum likelihood estimation.

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah

5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh

variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. bila

terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.

Dalam penelitian ini sampel diambil dari konsumen yang berada

pada Coffe Corner, dengan jumlah minimal 21 indikator. Maka jumlah

responden yang diambil 105 orang.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. J enis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

yaitu data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian dengan cara

(47)

3.3.2. Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber datanya diperoleh dari responden yaitu

pengunjung Coffe Corner di Surabaya.

3.3.3. Pengumpulan Data

1. Interview

Yaitu teknik pegumpulan data dalam metode survei yang

menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian guna

melengkapi data dalam penelitian ini.

2. Kuisioner.

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pembagian lembar

pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi data

dalam penelitian ini selama 2 minggu.

3.4. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis multivariate dengan Structural Equation Modeling (SEM).

Penaksiran pengaruh pada masing – masing variabel bebas terhadap

variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur.

3.4.1 Uji Normalitas dan Linieritas

Sebaran data harus dianalisis untuk mengetahui apakah asumsi

normalitas dipenuhi, sehingga data dapat diolah lebih lanjut pada path

(48)

analisis , penguji dapat menggunakan uji – uji statistik. Uji yang paling

mudah adalah dengan mengamati skweness value dari data yang

digunakan. Dimana biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dari

hampir semua program statistic. Nilai statistic untuk menguji normalitas

itu disebut sebagai z – value yang dihasilkan melalui rumus sebagai

berikut :

Nilai – z = Skewness dimana N adalah ukuran sampel

6

N

Bila nilai z lebih besar dari nilai kritis atai critical ratio (Ferdinand,

2000 : 95), maka dapat diduga bahwa distribusi data tidak normal. Nilai

kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi yang dikehendaki.

Misalnya bila nilai yang dihitung lebih besar ± 2.58 berarti kita dapat

menolak asumsi mengenai normalitas dari distribusi pada tingkat 0.01.

Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan

memilih pasangan data dan dilihat pada penyebarannya untuk menduga

ada tidaknya linieritas.

3.4.2. Evaluasi Outlier s

Outliers merupakan observasi atau data yang memiliki karateristik

unik yang sangat berbeda jauh dari observasi-observasi yang lain dan

muncul dalam bentuk ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal maupun

(49)

Adapun outliers dapat dievaluasi dengan 2 cara, yaitu analisis

terhadap univariate outliers dan analisis terhadap multivariate outliers

(Hair. Et.al. 1998).

a. Outlier s Univar iat

Deteksi terhadap adanya outliers univariate daapt dilakukan

dengan menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai

outlier dengan cara mengkoversi nilai data penelitian ke dalam standar

score atau yang biasa disebut dengan z-score, yang mempunyai

rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar satu. Bila nilai-nilai itu telah

dinyatakan dalam format yang standar (z-score), maka perbandingan

antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk sampel besar

(diatas 80 observasi), pedoman evaluasi adalah nilai ambang batas dari

z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair dkk, 1998

dalam Ferdinand, 2002:98). Oleh karena itu apabila ada

observasi-observasi yang memilki z-score ≥ 3,0 akan dikategorikan sebagai

outlier.

b. Outlier s Multivar iat

Evaluasi terhadap multivariat outliers perlu dilakukan sebab

walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada

tingkat univariat, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah

saling dikombinasikan. Jarak Mahalanobis (The Mahalanobis

Distance) untuk tiap obsevasi dapat dihitung dan menunjukkan jarak

(50)

multidimensional. Uji terhadap multivariat dilakukan dengan

menggunakan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat ρ< 0,001. Jarak

Mahalanobis itu dapat dievaluasi dengan menggunakan nilai χ2 pada

derajat kebebasan sebesar jumlah item yang digunakan dalam

penelitian. Dan apabila nilai jarak Mahalanobis lebih besar dari χ2tabel

adalah Outlier Multivariat.

3.4.3. Deteksi Multicollinearity dan Singularity

Untuk melihat apakah pada data penelitian terdapat

multikolineritas (Multicollinearity) atau singularitas (Singularity) dalam

kombinasi variabel, maka yang perlu diamati adalah determinan dari

matriks kovarians sampelnya. Determinan yang benar-benar kecil atau

mendekati nol akan akan mengindikasikan adanya Determinant of sample

covariance matrix atau multikolinearitas atau singularitas

(Tabachnick, 1998, P.716), Rumus :

Determinant of Sample covariance matrix = 2.5709 e + 006

Atau multikolinearitas atau singularitas = 2.570.906,550

sehingga data tidak dapat digunakan untuk penelitian (Ferdinand,

2002:108).

3.4.4. Uji Validitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah

indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang

(51)

setiap laten variabel / construct akan diuji dengan melihat loading faktor

dari hubungan antara setiap obseverd variabel dan laten veriabel. Secara

umum nilai variance extracted yang dapat diterima adalah ≥ 0,5. Variance

extracted dihitung dengan rumus sebagai berikut :

[Standar dize Loading]

Variance Extracted =

∑ [Standardize Loading] + ∑εj

3.4.5. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari

indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana

masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk / faktor

laten yang umum. Dengan kata lain bagaimana hal-hal yang spesifik saling

membantu dengan menjelaskan sebuah fenomena yang umum.

Coomposite Realibility diperoleh melalui rumus berikut (Ferdinand, 2002

: 62) :

(∑ Std. loading)2

Construct Realibility =

(∑ Std. loading)2 + εj

Keterangan :

1. Standard loading diperoleh dari standardized loading untuk tiap-tiap

indikator yang didapat dari hasil perhitungan komputer.

2. ∑εj adalah measurement error dari setiap indikator. Measurement error

(52)

Tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah ≥ 0.7, walaupun angka itu

bukanlah sebuah ukuran yang “mati”. Artinya bila penelitian yang dilakukan

bersifat eksploratori maka nilai dibawah 0.7 pun masih dapat diterima

sepanjang disertai dengan alasan-alasan yang empirik yang terlibat dalam

proses eksplorasi.

3.4.6. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi

terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR (Critical

Ratio) atau p (probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t

hitung lebih besar daripada t tabel berarti signifikan.

3.4.7. Pengujian Model dengan Two-Step Appr oach

Two-Step Approach digunakan untuk mengatasi masalah sampel

data yang relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah butir instrumentasi

yang digunakan [Hartline,1966], dan karena keakuratan reliabilitas

indikator-indikator terbaik dapat dicapai dalam two-step approach ini.

Two-step approach bertujuan untuk menghindari interaksi antara model

pengukuran dan model struktural pada One Step Approach [Hair,

et.al.,1998].

Yang dilakukan dalam two-step approach to SEM adalah : estimasi

(53)

[Anderson dan Gerbing, 1998]. Cara yang dilakukan dalam menganalisis

SEM dengan two-step approach adalah sebagai berikut :

a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi sebuah

indikator summed-scale bagi setiap konstrak. Jika terdapat skala yang

berbeda setiap indikator tersebut distandarisasi [Z-scores] dengan

mean = 0, deviasi standar = 1, yang tujuannya adalah untuk

mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang berbeda-beda tersebut

[Hair, et.al, 1998].

b. Menetapkan error [ε] dan lambda [λ] terms, error terms dapat

dihitung dengan rumus 0,95 kali σ [Anderson dan Gerbing, 1998].

Perhitungan construct reliability [α] telah dijelaskan pada bagian

sebelumnya dan deviasi standar [σ] dapat dihitung dengan bantuan

program aplikasi statistik SPSS. Setelah error [ε] dan lambda [λ]

terms diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix

pada analisis model pengukuran SEM.

3.4.8. Evaluasi Model

Didalam SEM peneliti dapat melakukan 3 kegiatan secara

serempak, yaitu pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrumen,

pengujian model hubungan antar variabel laten (setara dengan analisis

jalur), dan mendapatkan model yang bermanfaat untuk perkiraan (setara

dengan model struktural). Tahap yang ditempuh dalam pengolahan data

(54)

1. Mengembangkan path diagram.

Pada path diagram ditunjukkan hubugan kausal antar variabel yaitu antara

variabel endogen dan eksogen. Hubungan antara variabel ini dinayatkan

dengan anak panah. Anak panah lurus dengan satu ujung menunjukkan

hubungan kausal yang langsung antara satu variabel lainnya. Sedangkan

garis lengkung dengan dua ujung menunjukkan korelasi antar variabel.

2. Evaluasi atas asumsi SEM

Evaluasi asumsi ditujukan untuk mengetahui kecukupan dipenuhinya

asumsi-asumsi yang ada dalam pemodelan SEM. Evaluasi yang dilakukan

adalah evaluasi normalitas data, evaluasi atas univariate outliers dan

evaluasi atas multicolonieritas dan singularity.

3. Evaluasi kriteria Goodness-of-fit model penelitian

Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian (fit) dan

model yang dikembangkan terhadap data penelitian. Ini penting dilakukan

karena SEM tidak digunakan untuk menciptakan suatu model tapi lebih

kepada mengkonfirmasi model. Artinya tanpa landasan teoritis yang kuat

atas hubungan variabel yang dimodelkan maka analisis SEM ini tidak

dapat digunakan. Ukuran Goodness of fit yang digunakan serta nilai

(55)

Goodness-of-fit index Cut-off-value X2 – Chi Square Diharapkan kecil

Derajat bebas (DF) Positif Signifikansi Probabilitas ≥ 0,10

GFI ≥ 0,90

AGFI ≥ 0,90

TLI ≥ 0,95

CFI ≥ 0,95

4. Intrepretasi hasil

Pada tahap ini hasil atau ouput pengujian dievaluasi untuk

menentukan penerimaan atau penolakan terhadap kesesuain model dan

hipotesis yang diajukan.

3.4.9. Evaluasi Goodgness of Fit

1. X2- Chi Square Statistic

Alat uji yang paling fundamental untuk mengukur overall fit

adalah likehood ratio chi-square statistic. Chi-square ini bersifat sangat

sensitive terhadap besarnya sample yang digunakan karena itu bila

jumlah sample adalah cukup besar yaitu lebih dari 200 sampel maka

statistic chi-square ini harus didampingi oleh alat uji kainnya. Model

yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya

rendah. Semakin kecil nilai X2 semakin baik model itu. Dalam pengujian

ini nilai X2 yang rendah yang mengahasilkan sebuah tingkat signifikansi

yang lebih besar dari 0,05 akan mengindikasikan tak adanya perbedaan

(56)

2. RMSEA-The Root Mean Square Error of Appoximation

Adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk

mengkompensasikan chi-square statistic dalam sample yang besar Nilai

RMSEA menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model

diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama

dengan 0.08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang

menunjukkan Indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan

sebuah close-fit dari model ini berdasarkan degree of freedom.

3. GFI – Goodness of Fit Index

Indeks kesesuaian (fit index) ini akan menghitung proporsi

tertimbang dari varians dalam matriks kovarians sample yang dijelaskan

oleh matriks kovarians populasi yang terestimasikan.

GFI adalah sebuah ukuran non-statistical yang mempunyai

rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit 0. nilai

yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”.

4. AGFI Adjusted Goodness of fit indeks

Adalah analog dari R2 dalam regresi bergnda. Fit index ini

dapat didjust terhadap degree of freedom yang tersedia untuk menguji

diterima tidaknya model.

Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bial AGFI

mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0.90. perlu diketahui

bahwa baik GFI maupun AGFI adalah criteria yang memperhitungkan

(57)

5. CMIN / DF

The minimun sample discrepancy function (CMN) dibagi dengan

degree of freedom-nya akan menghasilkan indeks CMIN/DF, yang

umumnya dilaporkan oleh para peneliti sebagai salah satu indicator

untuk mengukur tingkat fit-nya sebuah model.

6. TLI – Tucker Lewis Index

TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang

membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline

model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya

sebuah model adalah penerimaan ≥ 0,95 dan nilai yang sangat mendekati

1 menunjukkan a very good fit.

7. CFI : Comparative fit index

Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana

semakin mendekati 1 mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi a

(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejar ah singkat Perusahaan

Menjadi salah satu tempat nongkrong paling asik bagi warga sekitar

Surabaya. Tempat yang menghidangkan sajian kopi ini telah terkenal baik di

kalangan pelajar ataupun mahasiswa. Coffee Corner Surabaya berlokasi di

Jalan AR. Hakim tepatnya dekat kampus ITATS.

Sebagai salah satu kafe yang terdepan dan ahli dalam dunia kopi,

Coffee Corner meracik dari 100% natural roasted kopi Arabica yang

dijadikan serbuk micro-ground sehingga membuat rasanya tetap kaya dan

full bodied seperti secangkir kopi yang fresh-brewed di Coffee Corner.

Semua bahan-bahan tersebut dijamin fresh dan terkontrol. Biji kopinya

malah benar-benar di rosting dan digiling di lokasi. Pengunjung Coffee

Corner Surabaya dapat melihat proses penggorengan dan penggilingan

biji-biji kopi tersebut. Tetapi tiga tahun belakangan ini Coffee Corner

mengalami penurunan jumlah pelanggan sehingga mempengaruhi

penurunan jumlah pendapatan Coffee Corner Surabaya.

Penentuan lokasi perusahaan sangat penting karena sangat

berpengaruh terhadap kelangsungan hidup serta perkembangan perusahaan

(59)

secara matang dan juga harus sesuai dengan lingkungan, situasi dan kondisi

alam serta masyarakat sekitarnya.

Coffee Corner berlokasi di Jl. Jalan AR. Hakim No. 50

Surabaya. Adapun faktor – faktor yang dipertimbangkan antara lain :

a. Transportasi yang cukup lancar mengingat letak perusahaan berada

tidak jauh dari jalan raya.

b. Fasilitas listrik yang memadai.

c. Tidak jauh dari pusat kota di Surabaya.

Dengan pertimbangan tersebut diatas, maka Jalan AR. Hakim

mampu menjalankan operasinya dengan baik.

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.2.1. Analisis Statistik Deskr iptif

Gambaran statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran

jawaban responden berdasarkan hasil penyebaran kuesioner terhadap

unsur-unsur yang ada pada setiap variabel.

a. Deskr ipsi r esponden berdasar kan jenis kelamin

Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Dalam Tabel 4.1 terlihat bahwa dari 105 responden 93 responden (81,8%)

(60)

Tabel 4.1

Identitas Responden Menur ut J enis Kelamin J enis Kelamin J umlah Persentase

Laki-Laki 93 81,8

Perempuan 12 18,2

Total 105 100

Sumber : Lampiran.

b. Deskr ipsi r esponden berdasar kan Umur

Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden yang berusia 19-20 tahun

sejumlah 40 orang (40%) selanjutnya, yang berumur sekitar 21–22 tahun

sejumlah 60 orang (60%).

Tabel 4.2

Identitas Responden Menur ut Umur

No Umur Jumlah (orang) Persentase (%)

1. 19 – 20 tahun 40 40

2. 21 – 22 tahun 65 60

Total 105 100

c. Deskr ipsi r esponden berdasar kan Tingkat Pendidikan

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasar tingkat pendidikan

No tingkat pendidikan J umlah Pr osentase (% )

1 SD 10 9,5

2 SLTP 10 9.5

3 SMA 31 29.5

4 S-1 54 51.4

Total 105 100

(61)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

dalam penelitian ini adalah berpendidikan terakhir SD yaitu sebanyak 10

orang atau sebesar 9,5%, SLTP sebanyak 10 orang atau sebesar 9.5%,

SMA sebanyak 31 orang atau sebesar 29.54%, sisanya S-1 sebanyak 54

orang atau 51.4%.

4.2.2. Uji Validitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah

indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang

seharusnya diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari

setiap latent variable / construct akan diuji dengan melihat loading factor

dari hubungan antara setiap observed variable dan latent variable. Uji

validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur itu

(kuesioner) mengukur apa yang diinginkan. Valid atau tidaknya alat ukur

tersebut itu dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh

pada masing-masing butir-butir pertanyaan dengan skor total yang diperoleh

dari penjumlahan semua skor pertanyaanHasil analisis tampak pada tabel di

(62)

Tabel 4.4. Outer Loading original sample estimate mean of subsamples Standard

deviation T-Statistic KUALITAS

LAYANAN

Layanan1 0.747 0.477 0.329 2.268 Layanan2 0.834 0.66 0.297 2.810 Layanan3 0.564 0.546 0.33 1.709 Layanan4 0.144 0.275 0.442 0.326 Layanan5 0.147 0.223 0.342 0.430

BRAND IMAGE

Citra Merek1 0.928 0.722 0.325 2.858 Citra Merek2 0.604 0.674 0.348 1.738

LOYALITAS

Loyal1 0.572 0.65 0.238 1.983 Loyal2 0.871 0.804 0.275 3.161 Loyal3 0.961 0.78 0.348 2.763

Berdasarkan pada tabel outer loading di atas, semua

indikator-indikator penelitian telah memenuhi Convergen Validity karena meliliki

nilai loading factor di atas 0,5 dan signifikan (t statistik lebih besar dari

1,96).kecuali pada indikator Layanan 4 dan Layanan5 memiliki loading

kurang dari 0,50 dan tidak signifikan (kurang dari 1,96 pada Z tingkat

signifikansi 5%) sehingga indikator-indikator tersebut tidak memenuhi

Convergen Validity

Average variance

extracted (AVE)

KUALITAS LAYANAN 0.323

BRAND IMAGE 0.613

(63)

Sedang dilihat nilai Discriminant validity dapat dilihat dari nilai

Avarage variance extracted (AVE) untuk setiap konstruk(variabel).

Dipersyaratkan model yang baik apabila nilai AVE masing-masing konstruk

(Variabel) lebih besar dari 0,5. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai

AVE untuk konstruk (Variabel) Brand Image dan Loyalitas memiliki nilai

lebih besar dari 0,5, sehingga variabel tersebut valid.Sedangkan, varaibel

(konstruk) kualitas layanan memiliki nilai AVE lebih kecil dari 0,5 sehingga

belum memenuhi Discriminant validity.

4.2.3. Uji Reliabilitas

Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Cronbach’s

Alpha ini digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel

atau observasi indikator). Sementara itu item to total correlation digunakan

untuk memperbaiki ukuran – ukuran dan mengeliminasi butir – butir yang

kehadirannya akan memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha yang

dihasilkan (Purwanto, 2002). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.5. Pengujian Reliability

(64)

Reliabilitas konstruk ( Variabel) yang diukur dengan nilai

composite reliability, konstruk (Variabel) reliabel jika nilai composite

reliability di atas 0,70. Hasil pengujian menunjukkan bahwa konstruk

(Variabel) Brand Image dan Loyalitas memiliki nilai composite reliability

lebih besar darin 0,7. Sehingga variabel tersebut Reliabel. Sedang konstruk

(Variabel) kualitas layanan memiliki nilai composite reliability lebih kecil

0,7. Sehingga variabel tersebut tidak Reliabel.

4.2.4. Model Str uktural

Pengujian terhadap model struktural dilakukan dengan melihat

nilai R-Square yang meruapakan uji goodness-fit model.

R-square

KUALITAS LAYANAN BRAND IMAGE 0.047 LOYALITAS 0.025

Model pengaruh Brand Image dan Kualitas Layanan terhadap

loyalitas memberikanj nilai Nilai Q2 = 1 – (1 – 0,047)(1 – 0,025) = 0,0708

Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa model kurang baik, yaitu mampu

menjelaskan fenomena nilai perusahaan sebesar 7,08 %. Sedangkan sisanya

(92,92 %) dijelaskan oleh variabel lain yang belum masuk ke dalam model

dan error. artinya bahwa variabilitas Loyalitas yang dapat dijelaskan oleh

variabilitas Brand Image dan Kualitas Layanan sebesar 7,08%, sedang

(65)

4.2.5. Uji Kausalitas

original sample estimate

mean of subsamples

Standard

deviation T-Statistic

KUALITAS LAYANAN ->

BRAND IMAGE 0.218 0.269 0.218 3.000

KUALITAS LAYANAN ->

LOYALITAS 0.132 0.165 0.267 2.493

BRAND IMAGE ->

LOYALITAS 0.063 0.006 0.242 2.261

Sumber : Lampiran

1. Kualitas Layanan berpengaruh terhadap Brand Image, dapat diterima

dengan tingkat signifikansi 3.000 lebih besar dari 1,96 ( batas signifikansi

Z α = 5%) : Signifikan (positif)

2. Kualitas Layanan berpengaruh terhadap Loyalitas, dapat diterima dengan

tingkat signifikansi 2,493 lebih besar dari 1,96 ( batas signifikansi Z α =

5%), Signifikan (positif)

3. Brand Image berpengaruh terhadap Loyalitas, dapat diterima dengan

tingkat signifikansi 2,261 lebih b

Gambar

Tabel 1.1. Data Pengunjung Coffee Corner tahun 2007 sampai 2010
Tabel  4.1 Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin
Tabel 4.4.  Outer Loading
Tabel 4.5. Pengujian Reliability

Referensi

Dokumen terkait

PENGGUNAAN AIR KELAPA MUDA DAN MADU TERHADAP KUALITAS SPERMA IKAN MAS (Cyprinus carpio) SELAMA MASA PENYIMPANAN THE USE OF COCONUT WATER AND HONEY AGAINST QUALITY OF.. GOLD FISH

Nilai heritabilitas sedang ditunjukkan oleh beberapa karakter yaitu pada karakter tinggi tanaman saat panen, jumlah cabang dan buku produktif, jumlah polong

dapat dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar siswa adalah melalui. pendekatan

Untuk menganalisis pengaruh service quality terhadap keputusan pembelian handphone android Samsung pada Mahasiswa Universitas

semakin besar laba bersih yang diperoleh perusahaan tersebut atau. dengan kata lain, semakin baik kemampuan perusahaan

Dari proses tersebut akan timbul feedback berupa efek kognitif yang mengarah pada tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan Pucang Sewu mengenai pelaksanaan

Mahasiswa merupakan calon tenaga penjual yang dapat dilatih, dan dibina sehingga menjadi handal di masa depan, dan informasi yang akan diperoleh dalam

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir ini yang